LP Askep Gastritis Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA GERONTIK NY.L DENGAN GASTRITIS DI PUSKESMAS KARANGAN



Disusun oleh: Nama: MUHAMMAD HAFIZ NIM: 201133047



PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK TAHUN AKADEMIK 2020/2021



BAB 1 PENDAHULUAN



1. Defenisi Gastritis Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronis (Sylvia,2012). Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan yaitu kanker lambung. Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO,2017 mengadakan peninjawan diberbagai Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian gastritis di dunia diantaranya Inggris 22 %, Cina 31%, Jepang 14%, Kanada 35%, prancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8 sampai 2,1 juta dari jumblah penduduk setiap tahunnya. Prevelensi gastritis yang diinformasi melalui endoscopi pada populasi Sanghai sekitar 17,2 persen. Angka kejadian gastritis di Indonesia menutut Wolrd Health Organitatuon (WHO, 2017) adalah 40,8%. Keadaan pasien dengan gastritis yang berada dalam kondisi gawat darurat, peran perawat sangat penting. Perawat Instalasi Gawat Darurat dituntut untuk menjalankan perannya diberbagai situasi dan kondisi yang meliputi tindakan penyelamatan pasien secara profesional khususnya penanganan pada pasien dengan gawat darurat. Penanganan di Instalasi Gawat Darurat menggunakan suatu ketrampilan yang disebut triase yang merupakan salah satu ketrampilan perawat yang harus dimiliki oleh perawat unit gawat darurat (Pitang,2016)



Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronis (Sylvia,2012) 2. Klasifikasi Gastritis Terdapat dua jenis gastritis yang sering terjadi atau ditemui yaitu gastritis superfisialis dan gastritis atrofik kronis. Gastritis Superfisialis atau gatritis akut merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), konsumsi kafein, alkohol dan aspirin merupakan pencetus lokal gastritis superfisialis. Gastritis Atrifik Kronis ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal. Dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa mempunyai permukaan yang rata (Ida,2016). 3.



Etiologi Penyebab dari gastritis antara lain : Obat-obatan, seperti obat anti inflamasi nonsteroid, sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin. Infeksi bakteri ; seperti Helico bacteri. Pylor (paling sering), Helico heilmanii, streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, Ecercia coli, tuberculosis, dan secondary syphilis. Infeksi virus oleh Sitomegalo virus , Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus lambung. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara



agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung. (Hadi.H,2017) 4. Gejala Klinis Gambaran klinis pada gastritis yaitu: Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi: dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi, rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan anoreksia, disertai muntah dan cegukan. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Hadi.H, 2017) 5. Penatalaksaan Pengobatan pada gastritis meliputi: Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi.



Pembedahan:



untuk



mengangkat



gangrene



dan



perforasi,



Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus. (Hadi.H, 2017) Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi: Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala



berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi yang dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya perforasi. terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. Helico bakteri Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis akut biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Sukarmin, 2010). Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi: Tirah baring, Mengurangi stress, diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak. (Pamela, K. 2011).



Zat kimia



stress



Makanan yang pedas, panas, dan asam



Helicobacter pylori Merusak mukosa lambung



Penurunan produksi Gastritis akut



( fundus )



mukus oleh sel kolumner



Merangsang Saraf Simpatis / Nerus Vagus



peningkatan produksi HCl



Gastritis kronis Vasodilatasi sel mukosa lambung Peningkatan produksi HCl



di lambung



Pengelupasan sel mukosa lambung



desquamasi Erosi



Anoreksia, mual, muntah Anoreksia, mual, muntah



Terjadi kontak HCl dengan mukosa lambung



Resiko ketidak seimbangn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Output berlebih



Perubahan sel /



Nyeri



Perdarahan kelenjar gaster



Resiko kekurangan volume cairan



Destruksi



Hematemesis, Melena



Metaplasia ( pergantian mukosa lambung yang lebih kuat)



Krisis situasi ancaman kematian cemas



Penurunan elastisitas mukosa lambung



6. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan dignostik menurut (Amelia, 2018). Radiology sinar x gastrointestinal bagian atas ,Endoskopy gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik, Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida, EGD (Esofago Gastri Duodeno skopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera, Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis, analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam noktura penyebab ulkus duodenal, feses tes feses akan positif Helico Pylory, kreatinin : biasanya tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan. Amonia dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan. Natrium dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan cairan tubuh. Kalium dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah trasfusi darah. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis. 7.



Komplikasi Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis adalah Perdarahan saluran cerna bagian atas . Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain B12. ( Sjamsuhidajat.2013).



8.



Konsep Asuhan Keperawatan a.



Pengkajian Keperawatan



Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan gastritis meliputi adanya nyeri di ulu hati, mual kadang-kadang



muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas didada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba- tiba. (Ida, 2016). Adapun proses pengkajian gawat darurat yaitu pengkajian primer (primary assessment). Primary Assessment dengan data subjektif yang didapatkan yaitu keluhan utama: nyeri pada perut dan mengeluh mual muntah. Keluhan penyakit saat ini: mengeluh nyeri uluhati,mual dan munta. Riwayat penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau riwayat cedera sebelumnya, kebiasaan minum alcohol, konsumsi medikasi anticoagulant atau agen antiplatelet, adanya alergi, dan status imunisasi. (Ida, 2016). Data objektif: Airway adanya perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas berbunyi stridor, ronki, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi). Breathing dilakukan Auskultasi dada terdengar stridor atau ronki atau mengi, pernapasan lebi dari 24 kali per menit. Circulation adanya perubahan tekanan darah atau normal (hipotensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi disritmia). Disability adanya lemah atau letargi, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kasadaran bisa sampai koma. Pengkajian sekunder terdiri dari keluhan utama yaitu, adanya mual muntah- curigai apendisitis atau obstruksi usus, nyeri epigastrium yang kolik, curigai gastritis atau gastroenteritis, anoreksia dengan diare. Riwayat sosial dan medis yaitu, riwayat pengunaan dan penyalagunaan alkohol. Curigai penyakit hati, penyalah gunaan obat intra vena, gejala putus obat, pembedahan abdomen sebelumnya, curigai adanya obstruksi usus, penyakit hati atau gastritis. alasan mencari pengobatan yaitu, identifikasi perubahan pada gejala: identifikasi kontak dengan pemberi perawatan kesehatan lainnya untuk penyakit ini. pengobatan sebelum masukInstalasi Gawat Darurat (IGD) yaitu mengidentifikasi pengunaan obat-obatan buatan rumah, perubahan pada diet, pengunaan obat yang dijual bebas. Nyeri yaitu catat riwayat dan



durasi nyeri dan gunakan metode pengkajian nyeri yaitu Provocate,:



Quality, Region,



Severe, dan Time. PQRST (Pamela, 2011). Setelah melakukan pengkajian Primer dan sekuder selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik. pemeriksaan ini meliputi: pertama, pemeriksaan tekanan darah yang menjadi indicator dari rasanya nyeri. Tetapi yang lebih penting memberikan pengertian selama proses pasien dalam keadaan hipotensi, hipertensi, takikardi, takipnea, dan adanya penurunana saturasi oksigen. Kedua, asesmen respirasi dan kardiovaskuler dimana pengkajian ini harus menjadi perhatian, pada pasien dengan nyeri abdomen bagian atas, dapat dinyatakan adanya pneumonia atau iskemia jantung. Ketiga, asesmen abdomen kenyamanan posisi dan gerakan tubuh selama pemeriksaan sebagai isyarat lokasi, intensitas dan kemungkinan dari etiologi nyeri. Auskultasi abdomen dikempat kuardan meliputi frekuensi, dan karakteristik bising usus. perkusi pembesaran hati dam limpa, kaji suara timpani normal untuk organ solid/padat. palpasi adanya kekakuan abdomen, nyeri, masa dan hernia (Amelia, 2018). b.



Diagnosis Keperawatan



Menurut North American Nursing Diagnosis Associatio 2015-2017 diagnosis keperawatan Gastritis adalah : 1).Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, 2). kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) berhubungan dengan perdarahan, mual, muntah dan anoreksia, 3).Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah c.



Perencanaan Keperawatan



Diagnosis keperawatan pertama : nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Nursing Outcomes Classification (Gloria B,2016). Goal : pasen akan bebas dari nyeri selama dalam perawatan. Objektif dalam jangka waktu 1 kali 30 mennit perawatan pasien akan menunjukan outcomes control nyeri (1605), tingkat nyeri (2102), nyeri efek



yang mengganggu (2010) dan nyeri respo psikologis tambahan (1306). Nursing Intervention classsificatin yaitu pemberian analgesic (2210), menejemen nyeri (1400), dan menejemen



saluran cerna (0430). Diagnosa keperawatan kedua kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Nursing Outcomes Classification (Gloria B,2016). Goal: pasien akan mempertahankan status cairan yang adekuat selama dalam perawatan. Objektif: dalam jangka waktu 3 kali 60 menit perawatan pasien akan menunjukan oucomes: keseimbangan cairan (0601), keseimbangan elektrolit (0606) dan hidrasi (0602). Nursing Interventions Classification. (Gloria B,2016) yaitu: Pemasangan infus (4190), Manajemen syok: volume (4258), manajemen cairan (4120), dan manajemen hipovolemi (4180). Diagnosa keperawatan ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, munta. Nursing Outcomes Classification (Gloria, B,2016). goal: pasien akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat selama dalam perawatan. Objektif: dalam jangka waktu 3 kali 24 jam perawatan pasien akan menunjukan outcomes: status nutrisi: asupan nutrisi (1009), status nutrisi (1004) nafsu makan 1014) dan status nutrsisi: asupan makan dan cairan (1008). Nursing Interventions Classification yaitu: manajemen nutrisi (1100), manajemen gangguan makan (1030), dan manajemen saluran cerna (0430). d. Implementasi Keperawatan tindakan keperawatan adalah pengelolah dan perwujutan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini perawat akan memberikan perawatan kepada pasien dan perawat akan berkolaborasi dengan tenaga ahli medis lain untuk memenuhi kebutuhan pasien (Ida,2016). Pada tiga diagnosis keperawatan pasien dengan gastritis implementasi.



Diagnosis yang pertama. Mememberian analgesic dan mengajari teknik menejemen nyeri melati napas dalam, mangalihkan perhatian terhadap nyeri, obserfasi adanya petunjuk nonverbal mengenai adanya nyeri. Diagnosis yang kedua. Melakukan pemasangan infus, melakukan tindakan manajemen



syok, melakukan manajemen cairan dan melakukan tindakan manajemen hipovolemik, mencatat intake dan output cairan yang akurat, memonitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), memonitor vital sign, memonitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian, kolaborasi



pemberian cairan intra vena , memberikan masukan cairan oral. Diagnosis yang ketiga melakukan manajemen nutrisi, melakukan manajemen gangguan makan, dan manajemen saluran cerna, mengkaji adanya alergi makanan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, menganjurkkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi, memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. e.



Evaluasi Keperawatan



Tahap penilain atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan kriteria hasil yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan hasil yang ditetapkan (Ida,2016).



DAFTAR PUSTAKA Arifin.



2016. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika: Yogyakart Gloria B, Howard B, Joanne D dan Cherly W. (2016): Nursing Intervention Classification NIC). Elseiver Moco Media Gloria B, Howard B, Joanne D dan Cherly W. (2016): Nursing Outcome Classification (NOC).(2016): Elseiver Moco Media Hadi



.H (2017).Studi Komparasi Kejadian Gastritis PadaMahasiswa Keperawatan Universitas Aisyiyah.Yogyakarta



Health Organization, (2018). Data Kesehatan Dunia Hutahaen, (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. Buku Kesehatan : Jakarta Ida, M. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press. Kementrian Kesehatan, (2017 ). Data Jumlah Kasus Gastritis di Indonesia. NANDA, (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.Jakrta: EGC Pamela, K. (2011). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Pitang , (2016). Fungsi Keperawatan Gawat Darurat. Pustaka Peslajar : Jakarta World. Sjamsuhidajat, (2013). Buku Ajar Ilmu Bedah : Penerbit buku kedokteran: EGC Amelia, K, ( 2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana Sheehy. Jakarta: Elsaiver Sylvia, (2012). Buku Patologias : Penerbit buku kedokteran : EGC Sukarmin, (2010). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta



A. ANALISA DATA DATA-DATA



DIAGNOSIS KEPERAWATAN Dom



Kelas



Kode



Diagnosis



Ain



DO :



12



Pasien mengatakan nyeri pada



kenya Kenyam



uluhati



mana anan



DO:



n



1



00132



Nyeri akut



fisik



Pasien tampak kesakitan Pengkajian PQRST P: pasien mengatakan nyeri terjadi dengan sendirinya Q: nyeri bersifat seperti tertusuk R: nyeri tidak menyebar S: skala nyeri 6 (1-10) sedang T: nyeri berlangsung sekitar 5-10 menit



DS : Pasien mengatakn tidak napsu



Doma Kelas 1 :



makan, mual muntah 3 kali DO : pasien



in 2 : makan



tidak menghabiskan porsi makan,



nutris



00002



Ketidak seimban gan nutrisi kurang dari kebutuha n



i



tubu



B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu b.d anoreksia mual muntah C. INTERVENSI KEPERAWATAN NOC DIAGNOSIS Nyeri



NIC KODE



akut 3016



HASIL



KODE



INTERVENSI



Domain V : kondisi kesehatan



1400



Domain 1 :fisiologi dasar



berhubungan dengan



yang dirasakan



Kelas E : peningkatan kenyamanan fisik



agen cedera biologis



Kelas



1) Lakukan pengkajian nyeri meliputi lokasi,



E : kepuasan mengena



perawatan



karateristik, durasi, frekuensi, beratnya



Luaran :



nyeri, dan faktor pencetus



Tingkat presepsi positif terhadap



2) Obserfasi adanya petunjuj nonferbal



perawatan untuk mengurangi rasa



mengenai adanya nyeri



sakit dari tingkat 1 (tidak puas )



3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik



menjadi tingkat 5 (sepenuhnya



untuk



mengetahui



puas ) dengan indikator :



tehadap pasien



pengalaman



nyeri



301601



1) Nyeri terkontrol



4) Ajarkan prinsip prinsi manajemen nyeri



301602



2) Tingkst nyri dipantau secara



5) Berikan



reguler 301603



3) Mengambil



4) Mengambil



tindakan



untuk



tindakan



5) Memberikan



pilihan



manajemen nyeri



6) Kolaborasi



terapi



mengurangi nyeri untuk



memberi kenyamanan 301605



terapi



music



farmakologi



untuk



pengalihan nyeri



mengurangi nyeri 301604



nonfarmakologi



untuk



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan



tubuh



berhubungan anoreksia munta



mual



1100 1008



Domain 1 : fisiologis dasar.



Domain 2: kesehatan fisiologis.



Kelas D : dukungan nutrisi.: Manajemen



Kelas K : pencernaan & nutrisi



Nutrisi, yaitu menyediakan dan meningkatkan



Status nutrisi : asupan makanan &



intake nutrisi yang seimbang. Kode 1260 :



cairan , yaitu : jumlah makanan



manajemen berat badan. Aktivitas-aktivitas :



dan cairan yang masuk kedalam



1) Kaji adanya alergi makanan.



tubuh lebih dari suatu periode 24



2) Kaji status gizi pasien berdasarkab berat



jam, meningkat dari 2 (sedikit



badan, tinggi badan, indeks masa tubuh dan



adekuat) menjadi 4 (sebagian besar



berat badan ideal.



adekuat). Daengan



3) hidangkan makan pagi yang hangat di piring yang bersih dengan rapi. 4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan



indikator : 1082



intake Fe.



1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan



1083



2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan



1084



3. Mampu



4.



Tidak



mengidentifikasi



ada



tanda



5.



Menunjukkan fungsi



tanda



7) Atur posisi setengah duduk.



9) Monitor lingkungan selama 10) Evaluasi jumlah makanan yang dihabisi



peningkatan



pengecapan



menelan 1087



6) Beri kesempatan pasien kumur-kumur



8) Bantu dan temani pasien saat makan.



malnutrisi 1086



dan vitamin C.



sebelum makan.



kebutuhan nutrisi 1085



5) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein



6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



dari



pasien. 11) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. 12) Monitor adanya penurunan berat badan makan.



13) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi, turgor kulit. 14) Monitor mual dan muntah. 15) Monitor kadar hemoglobin dan RBC (red blood count)



D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN HARI/ TANGGAL senin



JAM



TINDAKAN



08.00



1. Mengkaji pasien P:



EVALUASI



S: pasien mengatakn nyeri berkurang



pasien mengatakan nyeri terjadi O : pasien tampak tenang, wajah rileks, keluhan



dengan sendirinya



nyeri (-)



Q: nyeri bersifat seperti tertusuk



A: masalah nyeri teratasi



R: nyeri tidak menyebar



P: pasien pulang, akan dilanjutkan askep dirumah pasien



S: skala nyeri 6 (1-10) sedang T: nyeri berlangsung sekitar 5-10 menit 08.15



2. Mengajarkan napas dalam



08.26



3. Mengukur TTV TD.:110/70mmHg



S :36,5 N:80x/m RR : 19x/m Spo2 98% 4. Memasang infus RL 20 tpm 08.41



5. Mengambil dara vena



09.45



6. Injeksi ketorolak 1 amp/iv



09.15



7. Memberikan antasid 1 sdm/ oral



O9.20



HARI/ TANGGAL selasa



JAM



09.00



TINDAKAN



1. Mengkaji pasien 2. Mengajarkan napas dalam 3. Mengajarkan tehnik kompres hangat 4. Mengukur TTV TD.:110/70mmHg



EVALUASI



S: pasien mengatakn bila nyeri pasien akan menerapkan tehnik napas dalam dan mengompres bagian yang sakit O : pasien tampak tenang, wajah rileks, keluhan nyeri (-) A: masalah nyeri teratasi P: asuhan keperawatan dihentikan



Volume 1, No. 3 Desember 2018



REAL in Nursing Journal (RNJ) Research of Education and Art Link in Nursing Journal https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index



Terapi Komplementer Guna Menurunkan Nyeri Pasien Gastritis: Literatur Review Andinna Dwi Utami & Imelda Rahmayunia Kartika



Program Studi Pendidikan Ners STIKes Fort de Kock Bukittinggi, Indonesia



REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3 Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132



Terapi Komplementer Guna Menurunkan Nyeri Pasien Gastritis: Literatur Review REAL in Nursing Journal (RNJ) Research of Educ ation and Art Link in Nursing Journal



https://ojs.fdk.ac.id/inde x.php/Nursing/index



Keywords: pain, gastritis patients, complementary therapy Korespondensi: Andinna Dwi Utami andinnadwiutami9@gmail .com Stikes Fort De Kock Bukittinggi



Andinna Dwi Utami & Imelda Rahmayunia Kartika ABSTRACT Gastritis is inflammation that affects the gastric mucosa. This system. Pain is an unpleasant sensory and emotional experience due to inflammation actual and potential tissue damage. Pain Management using distraction, relaxation (Using deep breath) techniques, efflurage massage, guided imaginary, warm water compresses, progressive deep muscle relaxation techniques, hand held finger relaxation. The method used is used in review Literature review begins with the selection of topics, then the keyword is determined for searching journals using Indonesian and English through several databases including Google Scholar, Ebsco, and Pro Quest. This search is limited to journals from 2009 to 2019. Based on several explanations that have been stated, that the most commonly used complementary therapy is deep breath relaxation, because deep breath relaxation used for the therapeutic process greatly helps alleviate the pain experienced by patients because it facilitates the healing process and can be carried out independently by patients.



ABSTRAK Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Manajemen Nyeri yang menggunakan teknik distraksi, relaksasi (Menggunakan napas dalam), pijat efflurage, guided imaginary, kompres air hangat, teknik relaksasi otot progresif dalam, relaksasi genggam jari. Metode yang digunakan digunakan dalam ‘Literatur review diawali dengan pemilihan topik, kemudian ditentukan keyword untuk pencarian jurnal menggunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris melalui beberapa database antara lain Google Scholar, Ebscho, dan Pro Quest. Pencarian ini dibatasi untuk jurnal mulai tahun 2009 sampai 2019. Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dikemukakan, bahwa terapi komplementer yang paling sering digunakan adalah relaksasi nafas dalam, karena relaksasi nafas dalam yang digunakan untuk proses terapi tersebut sangat membantu meringankan nyeri yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan dalam proses penyembuhan dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien. Kata Kunci : nyeri, pasien gastritis, terapi komplementer



123 | R N J



REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3 Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132



PENDAHULUAN Penyakit pada sistem pencernaan adalah penyebab paling umum terjadinya nyeri. Salah satunya penyakit gastritis atau yang biasanya di kenal dengan maag. Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung (Nurhanifah, Afni, & Rahmawati, 2018). Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gastritis yang membuat angka kejadian gastritis juga meningkat menurut World Health Organization (WHO) angka kematian di dunia akibat kejadian gastritis di rawat inap yaitu 1721% dari kasus yang ada pada tahun 2012. Di Indonesia menurut WHO (2012) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Waluyo & Suminar 2017). Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia didapatkan mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%). Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Didapatkan data bahwa di kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6% (Thahir & Nurlela, 2018). Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. (Chen, et al. 2010) Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Pelepasan sel epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012 dalam Wijayanti dan Dirdjo 2015). Gastritis yang



dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan lansia (Waluyo & Suminar 2017). Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium. (Raghavan dan Holmgren 2012) Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Ben et al. 2012) Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondarmandir, dll), interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Judha, 2012 dalam Supetran, 2018). Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat diberikan pada penderita yang mengalami nyeri pada gastritis adalah terapi komplementer (Indayani 2018). Beberapa tindakan mandiri yang dapat di laksanakan perawat untuk membantu klien yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman. Menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien yaitu dengan menggunakan teknik distraksi, relaksasi (Menggunakan napas dalam), pijat efflurage, guided imaginary, kompres air hangat, teknik relaksasi otot progresif dalam, relaksasi genggam jari. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka penulis sangat tertarik untuk mereview beberapa literatur terkait tentang terapi komplementer terhadap penurunan nyeri pada pasien gastritis. Sebagai rujukan evidance based agar perawat dapat menerapkannya dalam 124 | R N J



komunitas pada pasien yang mengalami nyeri pada gastritis. METODE Metode yang digunakan dalam penulisan literatur review ini diawali dengan pemilihan topik, kemudian ditentukan keyword untuk pencarian jurnal. Beberapa database antara lain Google Scholar, dan Pro Quest. Pencarian jurnal ini dibatasi tahunnya mulai dari tahun 2009 sampai tahun 2019. Keyword yang digunakan adalah ‘Nyeri Gastritis, Terapi Komplementer’. Dua puluh jurnal Bahasa Indonesia dan jurnal Bahasa Inggris dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam literatur review ini adalah terapi komplementer terhadap nyeri gastritis. HASIL DAN PEMBAHASAN Literatur review ini menelaah 20 jurnal artikel True Experiment, tentang terapi komplementer terhadap penurunan nyeri pada pasien gastritis dan hanya memakai 10 jurnal yang inklusi sesuai dengan keyword. Relaksasi Napas Dalam Berdasarkan 5 jurnal yang membahas tentang Teknik Relaksasi Nafas Dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Wijayanti dan Dirdjo 2015). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan nyeri setelah melakukan relaksasi nafas dalam sangat signifikan. Menurut penelitian Waluyo & Suminar (2017) yang menggunakan



teknik relaksasi nafas dalam mengurangi nyeri, diperoleh dari 19 responden, 5 Tidak nyeri, 11 responden nyeri ringan, dan 3 responden nyeri sedang. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode teknik relaksasi nafas dalam proses penyembuhan pasien pasca operasi fraktur femur sangat efektif dalam menyembuhkannya dan sudah terlihat jelas hasilnya. Karena relaksasi nafas dalam yang digunakan untuk proses terapi tersebut sangat membantu meringankan nyeri yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan dalam proses penyembuhan. (Waluyo & Suminar 2017). Menurut (Ruhman, 2017) adanya pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam terhadap perubahan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi, yaitu pada kasus seorang pasien dilakukan intervensi selama 10- 15 menit, setelah itu peneliti meminta pasien istrahat sekitar 30-35 menit, selanjutnya peneliti mengkaji ulang nyeri dan hasilnya pasien mengatakan nyerinya berkurang dan hasil ini dibuktikan dengan observasi wajah pasien sudah lebih nyaman dan terasa rileks, pasien mengaatkan skala nyeri dari 6 (nyeri sedang) menurun menjadi 3 (nyeri ringan). Pada kasus lainnya, dilakukan intervensi selama 10-15 menit, setelah itu peneliti meminta pasien istrahat sekitar 30-35 menit, selanjutnya peneliti mengkaji ulang nyeri dan hasilnya pasien mengatakan nyerinya berkurang dan kepala pasien sudah lebih nyaman dan terasa ringan, pasien mengatakan skala nyeri dari 5-6 (nyeri sedang) menurun menjadi 2 (nyeri ringan). Selanjutnya pada kasus seorang Ibu dilakukan intervensi selama 10-15 menit, setelah itu peneliti meminta pasien istrahat sekitar 30-35 menit, selanjutnya peneliti mengkaji ulang nyeri dan hasilnya pasien mengatakan nyerinya berkurang dan kepala pasien sudah lebih nyaman dan terasa ringan, pasien mengatakan skala nyeri dari 5-6 (nyeri sedang) menurun menjadi 3 (nyeri ringan).



Menurut (Shin et al. 2012) pengendalian pengaturan pernapasan secara sadar dilakukan oleh korteks serebri, sedangkan pernapasan yang spontan atau automatik dilakukan oleh medulla oblongata. Napas dalam lambat dapat menstimulasi respons saraf otonom melalui pengeluaran neurotransmitter endorphin yang berefek pada penurunan respons saraf simpatis dan peningkatkan respons parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan aktivitas tubuh, sedangkan respons parasimpatis lebih banyak menurunkan ativitas tubuh atau relaksasi sehingga dapat menurukan aktivitas metabolik (Shirbeigi et al. 2015).



Pijat (Massage Efflurage) Massage (pijatan) adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakangerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong- motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006 dalam Hanggarwati , 2015). Pengaruh mekanis dari effleurage adalah membantu kerja pembuluh darah balik (vena) dan menyebabkan timbulnya panas tubuh sehingga manipulasi effleurage dapat berfungsi sebagai pemanasan (warming up) (Shirbeigi et al. 2015). Pengaruh fisiologis dari gosokan yang kuat mempengaruhi sirkulasi darah pada jaringan yang



paling dalam dan di otot-otot merupakan teknik masase yang aman, mudah, tidak perlu banyak alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang (Nisofa, 2002 dalam Hanggarwati, 2015).



Guided Imagery Berdasarkan 2 jurnal literatur yang membahas tentang terapi Guided Imagery. Guided imagery merupakan imajinasi yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif. Dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan maka akan terjadi perubahan aktifitas motorik sehingga otot-otot yang tegang menjadi relaks, respon terhadap bayangan menjadi semakin jelas. Hal tersebut terjadi karena rangsangan imajinasi berupa hal-hal yang menyenangkan akan dijalankan kebatang otak menuju sensor thalamus untuk diformat. Sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus, sebagian lagi dikirim ke korteks serebi. Sehingga pada korteks serebi akan terjadi asosiasi pengindraan. Pada hipokampus hal-hal yang menyenangkan akan diproses menjadi sebuah memori (Ouyang dan Chen 2014). Ketika terdapat rangsangan berupa imajinasi yang menyenangkan memori yang tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi. Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai makna dikirim ke amigdala yang akan membentuk pola respon yang sesuai dengan makna rangsangan yang diterima. Sehingga subjek akan lebih mudah untuk mengasosiasikan dirinya dalam menurunkan sensasi nyeri yang di alami (Nurhanifah, Afni, & Rahmawati, 2018).. Guided imagery adalah sebuah teknik yang memanfaatkan cerita atau narasi untuk mempengaruhi pikiran, sering dikombinasi dengan latar belakang musik. Guided imagery dapat



berfungsi sebagai pengalih perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian dapat mengurangi respon nyeri (Jacobson, 2006, dalam Kristanti, 2014). Efek guided imagery and music (GIM) membuat responden merasa rileks dan tenang. Responden menjadi rileks dan tenang saat mengambil oksigen di udara melalui hidung, oksigen masuk kedalam tubuh sehingga aliran darah menjadi lancar serta dikombinasikan dengan imajinasi terbimbing menyebabkan seseorang mengalihkan perhatiannya yang membuatnya senang dan bahagia sehingga melupakan nyeri yang di alaminya. Inilah yang menyebabkan nyeri mengalami penurunan setelah dilakukan teknik relaksasi Guided Imagery. (Nurhanifah, Afni, & Rahmawati, 2018). Selain itu, mendengarkan murottal Al-qur’an juga dapat mengurangi nyeri (Kartika, 2015). Selain itu Ada pengaruh yang signifikan Guided Imaginary Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Banjarmasin dengan hasil dari 15 orang responden yang mengalami tidak nyeri Sesudah diberikan tindakan Guided Imagery sebanyak 10 orang (66,7%), dan yang mengalami nyeri ringan sebanyak 5 orang (33,3%) (Nurhanifah, Afni, & Rahmawati, 2018)



Teknik Kompres Hangat Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri. (Subekti & Utami, 2011)



Menurut teori gate-control kompres hangat dapat mengaktifkan (merangsang) serat-serat nonnosiseptif yang berdiameter besar ( A-α dan A-β) untuk „‟menutup gerbang‟' bagi serat- serat yang berdiameter kecil ( A-δ dan C) yang berperan dalam menghantarkan nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi (Jeon et al. 2015). Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri. Berdasarkan latar belakang diatas penulis berminat melakukan penerapan terapi kompres air hangat untuk mengurangi nyeri pada gangguan gastritis (Amin, 2017)



Relaksasi Genggam Jari Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita. Teknik genggam jari disebut juga finger hold (Fang et al. 2017) menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meredian (energi channel) yang terletak pada jari tangan kita (Rogayah, 2017). Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan secara refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat, lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan dijalur energi menjadi lancar. (Wijayanti & Dirdjo, 2015). Data penelitian dilengkapi dengan tabel Matriks, dengan sbb :



REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3 Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132 NO.



SITASI



JENIS PENELITIAN



SAMPEL/ TEMPAT



INTERVENSI/ PENGAMBILAN DATA



HASIL



1.



(Nurhanifah, Afni, & Rahmawati, 2018)



2.



(Ragoyah, 2017)



Artikel penelitian/ kuantitatif



3.



(Hanggarwati Novia Devi, 2015)



Artikel penelitian/ kuantitatif



3 orang Single case experimental designs atau Keefektifan distraksi tergantung pada Pasien dengan gastritis akut di eksperimen dengan subjek berjumlah kemampuan pasien untuk menerima dan ruang instalasi gawat darurat (IGD) sedikit. membangkitkan input sensori selain nyeri. Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.



4.



(Thahir , N, dan Nurlela 2018)



Artikel penelitian/ kuantitatif



70 responden Desain pre-eksperimen dengan One Ada pengaruh pemberian relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri pada Penderita gastritis di ruang rawat Group pretest-Post test design. inap RSUD Haji Makassar. penderita gastritis di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar



5.



(Subekti,T dan Utami, M.S., 2011)



Artikel penelitian/ kuantitatif



3 orang Penderita tukak lambung pada Suatu rumah sakit.



Artikel penelitian/ kuantitatif



15 responden Metode pre exsperimental design dengan Klien gastris di wilayah kerja desain one group pretest-posttest design, puskesmas karang mekar Banjarmasin,



Ada pengaruh yang signifikan guided imaginary terhadap penurunan nyeri pada pasien gastritis di wilayah kerja puskesmas karang banjarmasin.



36 sampel Desain quasi eksperiment control group Tehnik relaksasi otogenik dan distraksi lebih Di RS. Sukmul Sisma Medika dan pretest – postest dengan pengambilan efektif terhadap penurunan tingkat nyeri RS. Harum sisma medika pasien sampel non randomized pasien gastritis. dengan gastritis



Single case experimental designs atau Relaksasi yang diberikan secara indi- vidual eksperimen dengan subjek berjumlah sebagai terapi maupun sebagai self help sedikit. dapat menurunkan stres dan keluhan tukak lambung



128 | R N J



NO.



SITASI



JENIS PENELITIAN



SAMPEL/ TEMPAT



INTERVENSI/ PENGAMBILAN DATA



HASIL



6.



(Wijayanti & Dirdjo, 2015)



7.



(Amin, Mia Khoirul, 2017)



Penelitian study kasus



8.



( Waluyo, S.J & Suminar, S., 2017)



Artikel penelitian/ kuantitatif



Periode September 2016 – Penelitian eksperimental semu (quasi Pemberian metode teknik relaksasi nafas November 2016. Rata-rata dalam eksperimental) dengan desain pre dan dalam dalam mengurangi rasa nyeri pada tiga bulan terakhir ada 24 pasien post test without control design pasien gastritis gastritisyang dirawat inap di Klinik Mboga, Sukoharjo



9.



(Supetran, I 2018)



Artikel penelitian/ kuantitatif



12 orang Semua penderita gastritis yang dirawat di ruang jambu pada tahun 2015



10.



(Ruhman, M. 2017)



Artikel penelitian/ kuantitatif



3 kasus Single case experimental designs atau Di ruang unit gawat darurat RSUD eksperimen dengan subjek berjumlah Aji Muhammad parikesit sedikit tenggarong.



Artikel penelitian/ kuantitatif



Di ruang instalasi gawat darurat Penelitian preexperimental design Kombinasi relaksasi genggam jari dan nafas rsud. Abdul wahab sjahranie dengan pendekatan pretest-posttest dalam akan menghasilkan rasa nyaman samarinda. design. karena dapat membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan tubuh meresponnya dengan penurunan denyut jantung, penurunan respirasi dan penurunan ketegangan otot 1 orang pastisipan Pasien gastritis di ruang dahlia rsud dr. Soedirman kebumen



Metode studi kasus (case study).



Terapi kompres hangat terbukti dapat menurunkan nyeri pada pasien gastritis



Penelitian preexperimental design Ada perbedaan tingkat nyeri sebelum dan dengan pendekatan pretest-posttest sesudah dilakukan teknik relaksasi otot design. progresif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Adanya pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam dan relaksasi aromaterapi bunga mawar terhadap perubahan skala nyeri pasien



REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3 Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132



SIMPULAN Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Beberapa tindakan mandiri yang dapat di lakukan perawat untuk membantu klien yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman. Literatur Review ini secara komprehensif merangkum, menilai dan meninjau literatur yang tersedia tentang nyeri gastritis dan terapi komplementer untuk menurunkan nyeri pada pasien gastritis. Hasil terapi komplementer yakni menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien dengan menggunakan teknik distraksi, relaksasi (Menggunakan napas dalam), pijat efflurage, guided imaginary, kompres air hangat, teknik relaksasi otot progresif dalam, relaksasi genggam jari. Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dikemukakan, bahwa terapi komplementer yang paling sering digunakan adalah relaksasi nafas dalam, karena relaksasi nafas dalam yang digunakan untuk proses terapi tersebut sangat membantu meringankan nyeri yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan dalam proses penyembuhan dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih dari penulis kepada Allah SWT atas rahmat Nya sehingga literature review ini dapat diselesaikan. Selanjutnya penulis ucapkan terima



kasih kepada Dosen EBN atas bimbingannya sehingga mempermudah kami dalam membuat literature Review ini. DAFTAR PUSTAKA Amin, M. K. (2017). “Penerapan Terapi Kompres Air Hangat Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien Gastritis Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Profesi Ners: STIKes Muhammadiyah Samarinda. Ben, Hui et al. (2012). “Observation Of PainSensitive Points Along The Meridians In Patients With Gastric Ulcer Or Gastritis.” Evidence-Based Complementary And Alternative Medicine: 1–7. Fang, Wen-Jie et. al. (2017). “Chinese Herbal Decoction As A Complementary Therapy For Atrophic Gastritis : A Systematic Review And Meta-Analysis 14: 297–319. Chen, H et al. (2010). “Rabeprazole Combined With Hydrotalcite Is Effective For Patients With Bile Reflux Gastritis After Cholecystectomy.” Canadian Journal Of Gastroenterology 24(3): 197–201. Hanggarwati, N. D. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Gastritis Dalam Dan Pijat Efflurage Terhadap Nyeri Abdomen. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Profesi Ners: STIKes Muhammadiyah Samarinda. Indayani. (2018). “Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya ( Carica Papaya ) Terhadap Tingkat Nyeri Kronis Pada Penderita Gastritis Di Wilayah Puskesmas Mungkid.” STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta: 353–65. Jeon, Woo-Young et al. (2015). “Curcuma Aromatica Water Extract Attenuates EthanolInduced Gastritis Via Enhancement Of 130 | R N J



REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 3 Utami, A.D. & Kartika, I.R. (2018). RNJ. 1(3) : 123-132



Antioxidant Status .” Evidence-Based Complementary And Alternative Medicine 2015: 1–7. Kartika, I. (2015). Pengaruh Mendengar Murottal Al-Qur'an Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Apendisitis. Jurnal Riau: Universitas Riau. Krisanti, N. (2014). “Pemberian Guided Imagery Relaxation Terhadap Penurunan Nyari Abdomen Pada Asuhan Keperawatan Ny.S Dengan Dispepsia Di Ruang IGD RSUD Karanganyar.” Pemberian Terapi Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Pada Asuhan Keperawatan Tn.S Dengan Ppok Diruang Bugenvil Rsud Dr.Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri. Nurhanifah, D, Afni, A.R.N & Rahmawati. (2018). “Pengaruh Guided Imaginary Terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Di Banjarmasin). Healthy Mu-Journal. 2(1): 24–30. Ouyang, H., Dan J. D.Z. Chen. 2014. “Review Article: Therapeutic Roles Of Acupuncture In Functional Gastrointestinal Disorders.” Alimentary Pharmacology And Therapeutics 20(8): 831–41. Ruhman, M. (2017). “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Dispepsia Dengan Intervensi Relaksasi Nafas Dalam Dan Relaksasi Aromaterapi Bunga Mawar Terhadap Perubahan Skala Nyeri Di Ruang Unit Gawat Darurat Rsud Aji Muhammad. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Profesi Ners: STIKes Muhammadiyah Samarinda. Raghavan, S, Dan J Holmgren. (2012). “Effects Of Oral Vaccination And Immunomodulation By Cholera Toxin On Experimental.” Society 70(8): 4621–27. Rogayah. (2017). “Pengaruh Tehnik Relaksasi



Otogenik Dan Distraksi Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Pada Penyakit Gastritis Di Rs . Sukmul Sisma Medika Dan Rs . Harum Sisma Medika Jakarta.” NEONATUS 7(2): 42–55. Shin, K. Y. et al. (2012). “Characteristics Of The Pulse Wave In Patients With Chronic Gastritis And The Healthy In Korean Medicine.” Proceedings Of The Annual International Conference Of The IEEE Engineering In Medicine And Biology Society, EMBS (August): 992–95. Shirbeigi, L, N Halavati, L Abdi, Dan J Aliasl. (2015). “Dietary And Medicinal Herbal Recommendation For Management Of Primary Bile Reflux Gastritis In Traditional Persian Medicine.” Iran J Public Health 44(8): 1166–68. Subekti, Tri, & Utami, M.S. (2011). “Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres Dan Keluhan Tukak Lambung Pada Penderita Tukak Lambung Kronis.” Jurnal Psikologi 38(2): 147–63. Https://Jurnal.Ugm.Ac.Id/Jpsi/Article/Downloa d/7649/5929. Supetran, I. (2018). “Efektifitas Penggunaan Teknik Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri Pasien Gastritis Di Rumah Sakit Daerah Madani Palu.” PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat 6(1). Thahir, Nuryanti & Nurlela. (2018). “Pengaruh Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rsud Haji Makassar.” Patria Artha Journal Of Nursing Science 2(2): 129–34. Http://Ejournal.PatriaArtha.Ac.Id/Index.Php/Jns. Waluyo, Sunaryo Joko, & Suminar, Seka. (2017). 131 | R N J



“Perubahan Skala Nyeri Sedang Pada Pasien Gastritis Di Klinik Mboga Sukoharjo A N.” 5(1): 20– 32. Wijayanti, Tri, & Dirdjo, M.M. (2015). “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Gastritis Dengan Pemberian Relaksasi Nafas Dalam Dan Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri Akut Akibat Gastritis Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015.” Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda.