Fonetik Bahasa Jepang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

 Fonetik bahasa Jepang (音声学) Yaitu ilmu yang mengkaji bunyi bahasa atau ujaran, yang digunakan sebagai alat komunikasi. Kashima (1997) menggolangkan 2 jenis bunyi : 1. Bunyi yang tidak berhubungan dengan manusia; angin, kendaraan, binatang,dll. 2. Bunyi yang berhubungan dengan manusia,dibagi lagi menjadi 2: a. - Bunyi yang tidak memakai alat ucap, spt bunyi perut dan kentut,dll. - bunyi yang menggunakan alat ucap, spt. Batuk, bersin, dll. b. Bunyi yg disengaja/disadari, didalamnya terdiri dari : - bunyi yg tdk menggunakn alat ucap, spt tepuk tangan, dan ketukan,dll. - bunyi yg memakai alat ucap terdiri dari bunyi bahasa atau ujaran.  Objek kajian fonetik adalah bunyi bahasa atau ujaran yg dihasilkan secara disengaja dengan menggunakan alat ucap yg digunakan utk menyampaikan suatu makna. Bunyi bahasa timbul karena 3 hal : aliran udara, artikulator, dan titik artikulasi. Mula2 udara keluar dari paru2melewati pita suara yg terkadang bergetar dan terkadang tidak, kemudian udara naik ke tenggorokan, lalu masuk ke mulut dan diatur oleh alat ucap, shg menghasilkan bunyi bhs yg membawa suatu pesan/makna.Bunyi bhs yg keluar dr mulut pembicara, disalurkan melalui udara, smpai ke telinga lawan bicara,shg makna tersampaikan.



 FONETIK  Fonetik :cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar ‘fisik’ bunyi-bunyi bahasa.  1. Fonetik artikulatoris: ilmu yang menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa. (長御音声学)  2. Fonetik akustik : ilmu yang menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara. (音響音声学)  3. Fonetik Auditoris : mengkaji bagaimana telinga seseorang menerima bunyi bahasa, shg bisa memahaminya. (聴覚音声学) Konsonan Bahasa Jepang Berdasarkan data yang ada, ditemukan konsonan asal bahasa Jepang sebanyak 12, yaitu /p, b, m, t, d, s, z, n, }, k, g, h, j, w/. Beberapa konsonan asal ini, yaitu konsonan /t, d, s, z, n, h / memiliki beberapa alofon. Sehingga secara fonetis ditemukan ada 24 konsonan. bilabial



alveolar



Alveo-



palatal



velar



uvular



glottal



palatal stops



fricatives



[+v]



b



d



g



[--v]



p



t



k



[+v]



z



Z



s



S



[+v]



dz



dZ



[--v]



ts



tS



[--v] affricates



¸



C



h



approximant s glide flap tap



[+v]



j }



w



nasals



[+v]



m



n



ŋ



N



Vokal asal bahasa Jepang Berdasarkan data yang ada, dalam bahasa Jepang ditemukan ada lima vokal, yaitu /a,i,µ,e,o/. Ciri-ciri vokal bahasa jepang i = mulut terbuka menyempit; bagian lidah depan; bentuk bibir tidak bulat. e = agak menyempit; bagian lidah depan; bentuk bibir tidak bulat. a = mulut terbuka lebar; lidah bagian tengah; bentuk bibir tidak bulat. o = mulut agak menyempit, lidah bagian belakang; bentuk bibir bulat. µ = mulut menyempit, lidah bagian belakang, tidak bulat.  Asimilasi fonetis Sebagai contoh, kata stop dalam bahasa inggris, t-nya berupa laminal, bukan apikal seperti t pada kata top, hal itu karena pengaruh konsonan s yang laminal. Jadi asimilasi adalah penyesuaian bunyi sebuah fonem dengan bunyi lain dalam artikulasinya. Asimilasi jenis ini disebut asimilasi progresif. Contoh diambil dari bahasa Indonesia , bahasa Bali, dan bahasa Jepang.  Konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,w,y, dan nasal/, seperti :  meN- + lestarikan = melestarikan  meN- + ramalkan = meramalkan  meN- + yakinkan = meyakinkan  meN- + wakili = mewakili  meN- + nganga = menganga  meN- + merahi = memerahi



 peN- + lerai = pelerai  meN- berubah menjadi meny- apabila diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s,c,j/, fonem /s/ hilang. Misalnya :  meN- + sapu = menyapu  meN- + cari = mencari  meN- + jaga = menjaga (hal yang sama dapat juga dilihat pada contoh bahasa Bali) berikut ini :  jemak



= nyemak



 cangkling = nyangkling  sampat = nyampat  Sebuah bunyi nasal /n/ pada bahasa Jepang akan berubah menjadi bunyi /m/ jika ada pada lingkungan konsonan bilabial dan morfemnya berakhir dengan vokal / berakhir dengan bunyi nasal /n/. Contoh :  Shinbun artinya Koran.  Akatonbo artinya capung merah.  Konbanwa artinya selamat malam.  Sanpōsuru artinya jalan-jalan.  Ranpu artinya lampu.  Ranbatsu artinya penebangan liar.  Sebuah bunyi nasal /n/ pada bahasa Jepang akan berubah menjadi bunyi /ng/ jika ada pada lingkungan konsonan hambat dan morfemnya berakhir dengan vokal. Contoh :  Bunka artinya kebudayaan.  Sankō artinya pedoman.



 Sanroku artinya kaki gunung.  Hantai artinya berlawanan.  Rentai artinya kesetiakawanan.  Hal serupa terjadi pada sebuah bunyi nasal /n/ bahasa Jepang yang dapat berubah pula menjadi bunyi /ng/ jika ada pada lingkungan konsonan apicodental yaitu pada bunyi /s, dan z/. Contoh :  Sanzen artinya 3000.  Ranzō suru artinya membuat dengan sembarangan.  Sanseki suru artinya bertumpuk-tumpuk.  Vokal berasimilasi dengan ciri konsonan Contoh dalam bahasa Jepang :  Chikai (vokal /i/ menjadi tidak bersuara ketika berada di antara konsonan tak bersuara).  Sebuah bunyi vokal dalam bahasa Jepang akan berubah menjadi bunyi /pp/ (konsonan rangkap) jika ada pada lingkungan konsonan glotal /h/. Contoh :  Rokuhyaku = Roppyaku artinya 600  Hachihyaku = Happyaku artinya 800