Fraktur Plateau Tibia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT JULI 2022



BAGIAN ORTHOPEDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA



FRAKTUR PLATEU TIBIA



Oleh : Usi Tris Septia Ningsih 111 2020 2037 Pembimbing : dr. Syarif Hidayatullah, M.Kes, Sp.OT DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ORTHOPEDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2022



1



HALAMAN PENGESAHAN Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa : Nama



: Usi Tris Septia Ningsih



NIM



: 111 2020 2037



Universitas



: Universitas Muslim Indonesia



Laporan Kasus



: Fraktur Plateu Tibia



Adalah benar telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik berjudul Fraktur Plateu Tibia dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan supervisor pembimbing dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Orthopedi Makassar Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Makassar,



Juli 2022



Supervisor Pembimbing



dr. Syarif Hidayatullah, M.Kes, Sp.OT



2



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwa Ta’ala atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Orthopedi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Dalam referat ini penulis melakukan pembahasan mengenai “Fraktur Plateu Tibia”. Kami sangat menyadari bahwa penulisan referat ini belum mencapai sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan penuh harap beberapa saran dan kritik saudara saudari yang dapat memperbaiki penulisan selanjutnya. Baik yang kami tulis sendiri atau orang lain. Akhir kata, semoga penulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi keilmuan baik bagi diri sendiri, institusi terkait, dan masyarakat umum.



Makassar, Juli 2022



Penulis



3



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................1 HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................2 KATA PENGANTAR.........................................................................................3 DAFTAR ISI.......................................................................................................4 BAB I



PENDAHULUAN...............................................................................5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6 2.1 Anatomi.........................................................................................................6 2.2 Epidemiologi.................................................................................................7 2.3 Etiologi..........................................................................................................7 2.4 Etiologi..........................................................................................................7 2.5 Mekanisme trauma........................................................................................8 2.6 Cedera yang berhubungan dengan fraktur tibial plateau ........................ ......9 2.7 Klasifikasi....................................................................................................10 2.8 Diagnosis.....................................................................................................18 2.9 Tatalaksana..................................................................................................22 2.10 Komplikasi................................................................................................25 2.11Prognosis....................................................................................................27 BAB III KESIMPULAN................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29



4



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur plateau tibia adalah cedara orthopedic yang cukup sering terjadi. Fraktur ini melibatkan permukaan articular tibia yang menjadi bagian dari sendi lutut. Adapun yang menyebutkan bahwa fraktur plateau tibia adalah cedera periartikular tibia proksimal yang sering dikaitkan dengan cedera jaringan lunak seperti pembuluh darah, saraf, ligament, meniscus, dan kompartemen yang berdekatan. Fraktur plateau tibial biasanya timbul setelah terjadinya trauma dengan energi yang tinggi, biasanya mengenai pasien usia muda dengan persentasi 1% dari keseluruhan jenis fraktur. Tetapi, tipe fraktur ini juga sering mengenai pasien dengan usia tua yang mana trauma yang terlibat adalah trauma dengan energi yang rendah. Diagnosis dibuat dengan radiografi lutut tetapi sering memerlukan CT scan untuk perencanaan bedah.1,2,3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi



5



Tibia terdiri dari : akhir proksimal disebut sebagai plateau (terbagi menjadi medial yang berbentuk konkaf dan lateral yang berbentuk konvex), tubercle, eminence (medial dan lateral), batang/shaft, dan akhir distal disebut sebagai pilon (sendi dan medial maleolus). Tibial plateau merupakan penopang massa tubuh bagian proksimal dari tibia dan melakukan artikulasi dengan condylus femoralis untuk membentuk sendi lutut. Permukaan plateau tibial memiliki dua bagian yaitu medial dan lateral. Plateau tibial medial dan lateral berartikulasi langsung dengan kondilus medial dan lateral os femur. Plateau tibial lateral lebih proksimal dan sedikit cembung sedangkan plateau tibial medial lebih cekung dan sedikit distal. Plateua tibil medial menanggung sekitar 60% dari total beban lutut karena ukurannya yang lebih besar dibandingkan dengan plateau tibial lateral.1,4



Gambar 1. Tibial plateau



2.3 Epidemiologi



6



Insidensi fraktur tibial plateau mengenai sekitar 1% dari keseluruhan fraktur pada orang dewasa. Fraktur ini biasanya mengenai pria pada usia muda dan biasanya akibat dari energi trauma yang besar. Pada wanita biasanya terkena fraktur tibial plateau pada usia dekade ke 6 dan ke 7, yang menjelaskan bahwa biasanya pada wanita terkena fraktur tibial plateau dikarenakan tulang yang osteoporosis. Moore et al melaporkan dari 752 pasien dengan fraktur tibial plateau, ditemukan dengan rata rata umur 44 tahun dengan 62% terjadi pada pria. Fraktur pada medial plateau terjadi pada 23% kasus fraktur plateau sedangkan fraktur lateral plateau terjadi pada 70% kasus, dan kombinasi antara keduanya terjadi pada 31% kasus 3,5 2.4 Etiologi Mekanisme utama cedera adalah akibat adanya beban varus atau valgus bersama dengan atau tanpa beban aksial. Fraktur plateau tibia dapat terjadi di lateral, medial, atau bycondilar. Cedera pada bagian plateau tibia lateral adalah yang paling umum terjadi karena langsung mengenai area lateral lutut. Sedangkan cedera pada plateau tibia medial membutuhkan lebih banyak kekuatan dan dipertahankan dari mekanisme energi tinggi termasuk beban aksial dari jatuh dari ketinggian dan mendarat di kaki, tabrakan kendaraan bermotor, dan sumber lain dari trauma langsung. Dengan mekanisme energi tinggi seperti ini, fraktur bikondilar lebih sering terjadi daripada fraktur plateau medial terisolasi. Fraktur plateau tibial sebagai akibat



7



dari mekanisme energi rendah lebih mungkin terjadi pada orang tua, atau populasi lain dengan penyakit osteoporosis.2,3 2.5 Mekanisme trauma 2.5.1 Tipe Kejadian Tipe konfigurasi dari fraktur tibial plateau diakibatkan oleh mekanisme ketika lutut mengalami cedera. Pada pasien dengan umur pertengahan dan tua, jatuh dengan cara yang biasa saja dapat menyebabkan fraktur pada sisi lateral atau bisa juga walaupun jarang, pada sisi medial dari tulang tibia. Fraktur Split depression dari lateral plateau juga sering terjadi. Ketika tulang sangat osteoporosis, fraktur insufficiency pada orang tua dapat terjadi dan bisa tidak terlihat pada radiologis. Cedera dengan kecepatan tinggi pada pasien usia muda yang melakukan aktifitas olahraga atau mekanisme yang serupa dapat menyebabkan split fractures atau avulsion yang berhubungan dengan cedera ligamen. Kecelakaan berkendara, terjatuh dari ketinggian dan kecelakaan pada pejalan kaki biasanya menyebabkan tipe konfigurasi yang lebih parah. Cedera ini dapat melibatkan kedua condyle, dan juga mempunyai resiko yang tinggi untuk cedera neurovaskular, compartment syndrome, dan luka terbuka.3 2.5.2 Kekuatan yang menyebabkan cedera



8



Tipe, besar, dan arah dari kekuatan yang menyebabkan cedera pada lutut menentukan konfigurasi fraktur. Semakin besar energi yang diserap oleh proximal tibia semakin besar pula tingkat keparahan dari fraktur dan semakin banyak fragmen yang lepas dan comminuted. Energi dari fraktur dihasilkan oleh kombinasi dari kekuatan yang diterapkan dan kualitas dari tulang tersebut. Secara umum, kekuatan axial loading lebih sering melepaskan energi yang lebih besar daripada kekuatan angular. 3 Proksimal tibia lebih sering terkena kekuatan valgus karena lutut mempunya nilai normal 5 sampai 7 derajat valgus dan juga karena lebih sering terkena dari arah lateral. Kekuatan valgus mengakibatkan kerusakan lateral tibial plateau dari benturan dengan lateral femoral condyle. Kombinasi dari kompresi valgus dan axial menghasilkan depresi pada sisi lateral, split depression, atau yang jarang, lateral split atau total fraktur dari lateral condyle. Pada pasien usia muda yang mempunyai kondisi tulang yang bagus biasanya mengalami split fractures dengan sedikit depresi dan pada pasien usia tua dengan tulang yang osteoporosis mempunyai komponen kompresi yang lebih besar dengan sedikit fragmen terbelah dan menonjol. Biasanya pada konfigurasi fraktur lateral, paling tidak ada komponen kecil dari split fracture dan depresi pada batas luar dari fraktur. Hal yang juga terjadi tapi jarang, cedera dengan kekuatan varus dapat membuat kerusakan pada sisi medial dari tibial plateau. 3



9



2.6 Cedera yang berhubungan dengan fraktur tibial plateau Pasien dengan fraktur tibial plateau biasanya juga mengalami cedera lainnya. Cedera dapat terjadi pada sisi ekstremitas yang sama atau sisi yang berbeda dan juga cedera pada bagian lainnya yang dapat mempengaruhi penanganan dari fraktur tibial plateau. Pada suatu penelitian dengan fraktur bicondylar dari tibial plateau, 13 dari 41 pasien terkena cedera berat pada tulang panjang lainnya dan ini mempengaruhi hasil dari penangan fraktur tibial plateau. 3 Fraktur tibial plateau juga sering berkaitan dengan cedera jaringan lunak sekitarnya. Cedera jaringan lunak ini sangat penting untuk diketahui karena dapat mempengaruhi pengobatan dari fraktur tersebut dan juga prognosisnya. Kekuatan yang menghasilkan fraktur dari medial atau lateral plateau, dapat juga mengakibatkan cedera dari collateral ligament. Cedera MCL berhubungan dengan fraktur lateral plateau akibat dari kekuatan valgus. Pada suatu studi, kejadian cedera dari collateral ligament ditemukan sekitar 3% dari seluruh kejadian. Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan MRI atau dengan stress view yang menunjukkan adanya pembukaan dari sendi pada sisi medial. 3 2.7 Klasifikasi Konfigurasi dari fraktur menentukan rencana pengobatan dan resiko untuk terjadinya komplikasi dan juga hasil yang akan didapat. Karena konfigurasi yang



10



berbeda memerlukan



tindakan yang berbeda juga, sangat penting untuk



mengelompokkan jenis cedera yang sama menjadi satu kelompok dan juga agar dapat membedakan jenis dari tipe fraktur lainnya. Dengan cara ini, pengobatan dapat disesuaikan dengan tipe dari konfigurasi frakturnya dan dapat mengoptimalkan luaran. Untuk mencapai tujuan ini, klasifikasi dari fraktur harus sistemik dan dapat diandalkan. 2.7.1 Klasifikasi Schatzker Klasifikasi Schatzker pertama kali diterbitkan pada tahun 1979 dan merupakan salah satu klasifikasi fraktur plateau tibia yang yang paling umum digunakan hingga saat ini. Sistem klasifikasi ini membagi fraktur plateau tibia menjadi 6 jenis dari I hingga VI. Keterbatasan utama dari sistem klasifikasi ini adalah kegagalannya untuk menjelaskan banyak pola fraktur plateau tibia yang penting. Klasifikasi Schatzker didasarkan pada penggunaan radiografi polos AP lutut dan karena itu bermanfaat dalam analisis garis fraktur sagital pada dataran medial dan lateral yang meninggalkan fraktur pada bidang korona.6 Tipe I : Split atau cleavage fracture - terjadi pada aspek plateau lateral, biasanya sebagai akibat dari gaya valgus dan aksial. Kondilus femoralis lateral terdorong ke plateau lateal sehingga menghasilkan garis fraktur sagittal dan menciptakan fragmen berbentuk baji. Pada tipe ini tidak ada depresi atau kompresi articular. Fraktur ini paling sering terjadi pada pasien yang lebih muda.1,6



11



Tipe II : Split atau cleavage depression – fraktur split yang dikombinasikan dengan depresi articular. Mekanisme cedera pada fraktur tipe II biasanya berupa energi tinggi, energi rendah dengan kualitas tulang yang buruk, atau energi tinggi dan kualitas tulang yang buruk. Mekanisme cedera mirip dengan fraktur tipe 1, tetapi tulang dibawahnya tidak mampu menahan depresi atau kekuatan yang lebih besar. 1,6 Tipe III : Local compression atau pure central depression – fraktur tipe ini adalah fraktur depresi murni. Pada tipe ini tidak memiliki belahan lateral seperti yang terlihat pada tipe I dan II. Condilus femoralis menekan plateau tibia lateral menyebabkan depresi pada permukaan articular daripada terjadinya splitting, hal ini dikarenakan adanya kualitas yang buruk pada tulang yang mendasarinya (biasanya disebabkan oleh osteopenia atau osteoporosis). 1,6 Tipe IV : Condyle medial fracture – Fraktur tipe ini melibatkan plateu tibia medial, sebagai akibat dari gaya kompresi varus atau aksial. Pada tipe ini, plateau medial terbelah membentuk fragmen baji atau kompresi dan hancur. Fraktur ini lebih sering dikaitkan dengan mekanisme cedera energi yang lebih tinggi dan mengakibatkan hilangnya penopang medial. 1,6 Tipe V : Bicondylar fracture - tipe ini pertama kali dideskripsikan oleh Schatzker sebagai fraktur dimana kedua sisi medial dan lateral dari tibial plateau terdapat fraktur. Ciri yang membedakan adalah daerah metaphysis dan diaphysis tetap utuh dan tidak fraktur. 1,6



12



Tipe VI - Ini adalah fraktur bikondilus kompleks di mana komponen kondilus terpisah dari diafisis. 1,6



Gambar 2. Klasifikasi Schatzker



2.7.2 Klasifikasi OTA/AO Klasifikasi ini menggunakan dua komponen utama, yaitu lokasi dan morfologi fraktur. Secara lokasi mendefinisikan segment tulang yang terlibat seperti proksimal, distal, dan shaft. Secara lokasi, plateau tibia dinomorkan menjadi 41 (4 untuk tibia dan 1 untuk segmen proksimal). Sedangkan secara morfologi mengklasifikasikan jenis fraktur yang menggambarkan keterlibatan articular (baik esktra-artikular, articular parsial dan articular lengkap) yang masing-masing diberi label A,B, dan C yang kemudian disubkelompokkan menggunakan angka 1-3.1



13



-



Tipe A: Fraktur segemn ujung tibialis proksimal ekstraartikular. Pada tipe ini, fraktur tidak melibatkan permukaan sendi dari proksimal tibia. A1: Fraktur avulsi tibialis proksimal A1.1 avulsi perlekatan kapsuler: lateral (fraktur kedua)/medial A1.2 Avulsi tuberositas tibialis (tendon patela) A1.3 Fraktur tulang belakang tibialis: anterior/posterior A2: Fraktur tibialis proksimal ekstraartikular sederhana A2.1 fraktur tibialis proksimal spiral A2.2 Fraktur tibialis proksimal miringA2.3 Fraktur tibialis proksimal transversal A3 Fraktur tibialis proksimal multifragment



-



Tipe B : Fraktur segmen ujung tibialis proksimal artikular parsial B1: Fraktur split murni B1.1 fraktur split plateau tibia lateral B1.2 fraktur split plateau tibia medial



14



B1.3



Fraktur



miring



dengan



keterlibatan



tulang



belakang



tibialis:



lateral/medial



B2: Fraktur depresi murni B2.1 Depresi plateau tibia lateral: anterolateral/posterolateral/central B2.2 Depresi plateau tibia medial: anteromedial/posteromedial/central B3: Fraktur depresi split artikular parsial B3.1 Depresi plateau tibia lateral: anterolateral / posterolateral / middle B3.2 Depresi plateau tibia medial: anteromedial/posteromedial/central B3.3



Fraktur



miring



dengan



keterlibatan



tulang



belakang



tibialis:



lateral/medial -



Tipe B : Fraktur complete segmen ujung articular tibialis proksimal C1 : fraktur artikular dan metafisis sederhana C2 : fraktur articular simple dan multifragmen metafisisi C3 : fraktur articular multifragmen



15



Gambar 3. Klasifikasi OTA/OA



2.7.3 Klasifikasi Hohl-Moore Klasifikasi Hohl-Moore dikembangkan pada tahun 1981 dan dievaluasi kembali pada tahun 1987 berdasarkan 988 fraktur dataran tinggi tibia yang terlihat di University of Southern California dari tahun 1970 hingga 1979. Klasifikasi ini berguna untuk melihat true fracture-dislocation, pola fraktur yang tidak sesuai



16



dengan klasifikasi Schatzker, dan patah tulang yang terkait dengan ketidakstabilan lutut. Terbagi menjadi 5 tipe, yaitu:7 -



Tipe I : Coronal split fracture



-



Tipe II : Fraktur seluruh condylar. Baik seluruh medial atau lebih umum kondilus lateral retak



-



Tipe III : Fraktur avulsi rim plateu tibial lateral



-



Tipe IV : Fraktur kompresi rim



-



Tipe V : Fraktur empat bagian



Gambar 4. Klasifikasi Hohl-Moore



2.8 Diagnosis



17



2.8.1



Anamnesis Anmnesis penting untuk mengetahui apakah pasien mengalami trauma dengan



energy besar atau tidak. Trauma energi rendah memiliki risiko cedera neuravaskular atau sindrom kompartemen lebih rendah dibandingkan dengan kecelakan motor, jatuh dari ketinggian lebih dari 10 kaki, dan ditabrak dengan kendaraan sementara berjalan yang merupakan contoh mekanisme trauma dengan energi tinggi. Anamnesis lainnya yang pertu ditanyakan adalah factor-faktor komorbid dari pasien yang akan berpengaruh pada terapi ataupun prognosis. Komorbiditas medis dan obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tulang, meningkatkan risiko infeksi pasca operasi, dan menghambat penyembuhan luka. Tingkat aktivitas pasien, dukungan sosial, kondisi mental, dan status pekerjaan harus diketahui untuk membuat rencana bedah dan rehabilitasi yang tepat.1,5,6 2.8.2



Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik harus berusaha untuk menyingkirkan adanya keterlibatan



kerusakan jaringan lunak, adanya fraktur terbuka, sindrom kompartemen, ataupun cedera neurovascular. Ekstremitas yang kaku dan tidak dapat ditekan dan nyeri dengan peregangan pasif menunjukkan adanya sindrom kompartemen. Untuk cedera energi tinggi khususnya, penting untuk mendapatkan penilaian neuro-vaskular menyeluruh. Cedera vaskular jarang terjadi secara keseluruhan tetapi penundaan >8 jam dalam diagnosis dan intervensi bedah dapat mengakibatkan tingkat amputasi ekstremitas bawah setinggi 86%. Penilaian neurovaskular harus mencakup pengujian pola sensasi dalam distribusi saraf tibialis, peroneal superfisial, saphena, dan sural 18



serta warna dan suhu ekstremitas, pengisian kapiler, dan nadi distal termasuk tibialis posterior dan dorsalis pedis. Hasil harus dibandingkan dengan sisi kontralateral.1 Tes stres Varus dan valgus mungkin diperlukan untuk menilai ketidakstabilan jika hal ini tidak jelas berdasarkan penilaian radiografi. Ketidakstabilan valgus penting dalam menentukan indikasi untuk manajemen bedah, terutama pada fraktur plateau tibialis lateral. Jika ada ketidakstabilan, itu mungkin tidak sembuh tanpa reduksi dan fiksasi fraktur bedah. 1 2.8.3



Pemeriksaan Penunjang Diagnosis fraktur plateau tibialis yang paling sederhana dapat menggunakan



radiografi polos dengan posisi anteroposterior (AP), lateral, dan obliq. Posisi tambahan seperti caudal view (biasa disebut tibial plateau view) juga dapat dilakukan, dibidik 10–15° secara caudal dari tampilan AP 90° dan digunakan untuk memberikan tampilan sejajar dengan bidang plateau. Hal ini dilakukan untuk memperhitungkan kemiringan 15° posteroinferior dari permukaan plateau. Posisi caudal membantu untuk menentukan jumlah depresi permukaan articular. Posisi anteroposterior dapat menunjukkan sclerotic band, malalignment sendi, atau depresi permukaan artikular. Posisi lateral dapat berguna dalam melihat garis fraktur posteromedial.1,7



19



Gambar 5. X-Ray Posisi AP, Caudal, Lateral, dan Oblique Plateau Tibia



CT-scan digunakan untuk mengidentifikasi adanya pergeseran dari fraktur tibial plateau. CT-scan potongan sagital meningkatkan akurasi diagnosis dari fraktur tibial plateau dan diindikasikan pada kasus dengan depresi artikular Potongan CT aksial sangat membantu dalam memvisualisasikan garis fraktur posteromedial. CTscan juga berperan dalam menggambarkan pola fraktur, ukuran fragmen fraktur, bentuk, dan lokasi untuk perencanaan pembedahan2,6



20



Gambar 6. CT-scan plateau tibia normal (a) Potongan coronal, (b) coronal (c) dan sagittal,



Gambar 7. CT-scan memberikan visualisasi yang lebih baik dan akurat untuk melihat klasifikas ( pada foto tampak fraktur bicondilar plateau tibia dibandingkan dengan foto polos (a,b) , potongan axial ( c ) , sagittal (d), dan coronal (e)



21



Magnetic resonance imaging (MRI) terus mendapatkan penerimaan yang lebih luas untuk evaluasi fraktur plateau tiibal. MRI diindikasikan untuk menilai dan mengobati cedera jaringan lunak secara memadai terutama pada fraktur dengan mekanisme energy tinggi yang sering melibatkan cedera ligament dan meniscal.1



Gambar 8. MRI pada fraktur plateau tibia Schaztker tipe V potongan Axial, coronal, dan sagittal (dari kiri ke kanan)



2.9 Tatalaksana 2.9.1



Non-operative Fraktur yang non-displaced dan stabil, baik untuk diterapi non-operative.



Selain itu, indikasi terapi non-operative ditujukan pada pasien yang usianya lebih tua. Pemakaian hinged cast-brace untuk melindungi pergerakan lutut dan beban tubuh merupakan salah satu metode pilihan. Latihan isometric untuk quadriceps, pasif, aktif,dan pergerakan aktif dari lutut sebagai stabilitas juga dapat dilakukan. Dibolehkan untuk memikul beban tubuh secara partial selama 8-12 minggu, dan



22



progressif hingga memikul beban tubuh secara keseluruhan. Terapi dengan long leg cast juga dapat digunakan.3



Gambar 9. Terapi non-operative. (a) tampaknya tidak mungkin bahwa fraktur bikondilus yang kompleks ini dapat direduksi dengan sempurna dan difiksasi secara memuaskan dengan operasi, maka (b,c) pen traksi bawah dimasukkan dan gerakan dilatih dengan tekun (d) sepuluh hari kemudian sinar X memperlihatkan reduksi yang sangat baik dan hasil akhir sangat bagus



2.9.2



Operative Indikasi mutlak untuk dilakukan tindakan operasi:4 - Fraktur terbuka plateau tibial - Fraktur dengan sindrom kompartemen - Fraktur dengan cedera neurovascular Indikasi relative dilakukan tindakan operasi :4 - Fraktur bikondilar displaced - Fraktur kondilus medial displaced - Fraktur plateau tibia lateral yang mengakibatkan ketidakstabilan sendi.



23



Tindakan operative yang dapat dilakukan pada fraktur plateau tibia adalah Open reduction internal fixation



(ORIF), External fixation



with limited



open/percutaneous fixation of the articular segment, Primary total knee arhtroplasty.2 Tindakan ORIF diindikasikan untuk fraktur plateau tibia dengan step-off articular >3mm, pelebaran kondilus >5 mm , ketidakstabilan ligament, dan untuk cedera Schatzer IV, V , dan VI. External fixation dilakukan pada fraktur kominutif yang signifikan atau fraktur terbuka yang sangat terkontaminasi. Arthroplasty diindikasikan pada pasien usia lebih dari 65 tahun dengan osteoporosis. 2,7



Gambar 10. Fiksasi eksternal



24



Gambar 10. Fraktur tibial plateau – fiksasi internal



2.10



Komplikasi



Komplikasi pada fraktur tibial plateau dapat dibagi menjadi dua yaitu dini dan lanjut.2 - Komplikasi dini 



Sindroma kompartemen. Pada fraktur bikondilus tertutup terdapat banyak perdarahan dan resiko munculnya sindrom kompartemen. Kaki dan ujung kaki harus diperiksa secara terpisah untuk mencari tanda-tanda iskemia



25







Kerusakan dari nervus peroneal. Hal ini umum terjadi pada trauma di aspek lateral dimana nervus peroneal berjalan dari proksimal ke bagian atas dari fibula dan lateral dari tibial plateau







Laserasi arteri popliteal



- Komplikasi lanjut 



Kekakuan sendi. Pada fraktur komunitif berat dan setelah operasi yang kompleks, terdapat banyak resiko timbulnya kekakuan lutut. Resiko ini dicegah dengan (1) menghindari imobilisasi gips yang lama dan (2) mendorong dilakukannya gerakan secepat mungkin







Deformitas. Deformitas varus atau valgus yang tersisa amat sering ditemukan baik karena reduksi fraktur tak sempurna ataupun karena meskipun telah direduksi dengan memadai, fraktur mengalami pergeseran ulang selama terapi. Untungnya, deformitas yang moderat dapat member fungsi yang baik, meskipun pembebanan berlebihan pada satu kompartemen secara terus menerus dapat menyebabkan predisposisi untuk osteoarthritis di kemudian hari







Malunion atau non-union. Hal in sering terjadi pada Schatzker VI dimana terjadi fraktur diantara metafisis-diafisis, kominusi, fiksasi tidak stabil, kegagalan implant, atau infeksi



26







Posttraumatic



arthtritis



,



biasanya



dikaitkan



dengan



menisektomi,



malalignment aksial, artritis septik, dan ketidakstabilan ligamen.



2.11



Prognosis



Banyak penelitian menunjukkan bahwa setelah tindakan ORIF dapat terjadi penurunan fungsional. Pasien dengan mekanisme energy tinggi berhubungan dengan outcome yang lebih buruk. Fiksasi eksternal untuk fraktur kominutif yang signifikan telah menunjukkan tingkat malunion yang tinggi bersama dengan indikasi untuk tertundanya artroplasti pada pasien usia lanjut.3



27



BAB III KESIMPULAN Fraktur plateau tibialis terdiri dari berbagai pola fraktur, tingkat keparahan cedera, dan dapat terjadi dengan ada atau tidak adanya cedera terkait yang signifikan. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan modalitas pencitraan dapat membantu menentukan manajemen kategori cedera yang kompleks ini. Perawatan bedah dan non-bedah dapat digunakan untuk mencapai penyembuhan dan hasil jangka panjang yang memuaskan



28



DAFTAR PUSTAKA 1. Schmidt, et al. 2020. Tibial Plateau Fracture. Diakses melalui https://www.researchgate.net/publication/342471017_Tibial_Plateau_Frac ture pada tanggal 8 Juli 2022. 2. Malik, Saloni, et al. 2022. Tibial Plateau Fractures. Diakses melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470593/ pada tanggal 8 Juli 2022. 3. Siregar, Hidayat. 2018. Perbedaan Luaran Klnis Fraktur Tibial Plateau Pada Usia Mudan dan Tua Yang Diterapi Dengan Fiksasi Interna di RSUP H Adam Malik Medan. Departemen Orthopaedi & Traumatologi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 4. Srinivasa.



2020.



Tibial



Plateau



Fractures.



Diakses



https://emedicine.medscape.com/article/1249872-overview#a4



melalui pada



tanggal 8 Juli 2022. 5. Emmanuel, Dea. 2019. Fraktur Tibia Plateau. Program Pendidikan Dokter Spesialis Program Studi Ilmu BEdah Universitas Udayana. 6. Feger, Joaching. 202. AO/OTA Classification of Proximal Tibial Fractures.



Diakses



melalui



https://radiopaedia.org/articles/aoota-



classification-of-proximal-tibial-fractures pada tanggal 8 Juli 2022.



29



7. Karadsheh, Mark. 2022. Tibial Plateau Fractures. Diakses melalui https://www.orthobullets.com/trauma/1044/tibial-plateau-fractures



pada



tanggal 8 Juli 2022.



30