FTSS 6 Mata-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL “LARUTAN MATA”



Dosen Pengampu :Anita, M. Sc., Apt



Anggota



Kelompok



:



Pratama C. Mahardika



(22165036A)



Puspita Chandra Dewanti



(23175039A)



Tryas Roesita W.



(23175055A)



Frendy Ahmad W.



(23175115A)



Rahma Asmarani



(23175119A)



: J/6



UNIVERSITAS SETIA BUDI PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI TAHUN 2019



LARUTAN MATA



I.



TUJUAN 



Mahasiswa mampu menyususn kompeten formula untuk sediaan larutan mata yang meliputi: sediaan tetes mata dan boorwater secara steril.



II.



DASAR TEORI Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata.Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris. Obat mata ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam : 1. Obat cuci mata (collyria) 2. Obat tetes mata (guttae opthalmicae) 3. Salep mata Pada dasranya sebagai obat mata biasanya dipakai : 1. Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada selaput lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina, dan sebagainya. 2. Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata (adstringentia), misalnya seng sulfat. Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan steril.(Buku pelajaran tehnologi farmasi,Voight hal 521-527) Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999) Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka faktor-faktor berikut hendaknya diperhatikan :



a. Steril atau miskin kuman Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri. b. Kejernihan (bebas atau miskin bahan melayang) Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5. c. Pengawetan Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal, maka obat tetes mata harus diawetkan. Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin (0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%). d. Tonisitas Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atausedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-klorida (0,70,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril. e. Pendaparan Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu. Yang sedikit lebih rendah oleh karena system yang terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali system – hemoglobin – oksi hemoglobin. Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9. pada pemakain tetes biasa yang nyari tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan harga pH 7,3 – 9,7. daerah pH dari 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan yang sangat berbeda. Misalnya untuk memperbaiki daya tahan (penisilina), untuk mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya kloromfenikol). Pengaturan larutan pada kondisi isohidri (pH = 7,4) adalah sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan. Oleh karena kelarutan dan stabilitas bahan obat dan sebagian bahan pembantu juga kerja optimum disamping aspek fisiologis (tersatukan) turut berpengaruh.



III.



ALAT DAN BAHAN ALAT : -



IV.



BAHAN



Vial Timbangan Autoclaf Botol 100ml Wadah tetes mata Gelas ukur 100ml Batang pengaduk Kertas saring Corong



- Ethanol - Formalin



-



Bunsen Tabung reaksi



FORMULA Formula tetes mata Atropin Sulfat R/ Atropin Sulfat



Atropin Sulfat Lar. Na2 HPO 4 Lar. NaH2 PO 4 Aqua destilata ZnSO 4 Asam Borat



0,05



Penimbangan : Formula dapar phosphat isotonis pH 6,5 menurut FI edisi III :



Larutan dapat phospat



Larutan NaH2 PO4



0,8%



70ml



isotonis pH 6,5 ad 15ml



Larutan Na 2 HPO4



0,947%



30ml



m.f.gtt.opth.steril



NaCl



0,5 gram



Atropin Sulfat = 25/15 x 0,05g = 0,083 g Lar. NaH2 PO4 = 70ml/100ml x 25ml = 17,5 ml = 0,8g/100ml x 17,5ml = 0,14 g Lar. Na 2 HPO4 = 30ml/100ml x 25ml = 7,5 ml = 0,947g/100ml x 7,5ml = 0,071 g NaCl Formula larutan cuci matan ZnSO4 R/ ZnSO4 Asam Borat



0,1 0,5ml



Aquadest ad. 100ml



= 25ml/100ml x 0,5g = 0,125 g



Penimbangan : ZnSO4



=110ml / 100ml x 0,1g = 0,11 g



Asam Borat



=



Ptb NaCl



= =



110ml/100ml x 0,5g = 0,55 g 0,52−(𝑏1 .𝑐1+𝑏2 .𝑐2) 𝑃𝑡𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙 0,52−(0,1𝑥 0,086 +0,5𝑥0,288) 0,576



NaCl



= 110ml/100ml x 0,638 g = 0,7 g



Aquadest



= ad 110 ml



= 0,638g/100ml



V.



CARA KERJA 1) Pembuatan Tetes mata Atropin Sufat Membuat aquadest steril, kemudian didinginkan



Menyeterilkan semua peralatan



Menimbang semua bahan



Melarutkan Atropin Sulfat dengan aquadest steril dalam beakerglass, aduk ad larut



Melarutkan semua bahan dalam aquadest, pertama NaH2 PO42H2 O aduk ad larut, lalu Na2 HPO4 2H2 O aduk ad larut, dan memasukkan NaCl aduk ad larut



Menambahkan aquadest steril ad 18ml, aduk ad larut.



Menyaring dengan kertas saring. Saringan pertama disisihkan ±0,5ml, buang. Saringan selanjutnya ditampung dalam flakon yang sudah dikalibrasi 15ml dan steril.



Menempeli kertas indikator.



2) Pembuatan larutan cuci mata ZnSO 4



Membuat aquadest steril, kemudian didinginkan



Menyeterilkan semua peralatan, botol kaca, dan tutup botol



Menimbang semua bahan



Larutkan Asam Borat dengan Aquadest steril panas dalam erlenmeyer



Setelah dingin tambahkan ZnSO 4, aduk ad larut



Menambahkan NaCl, aduk ad larut dan homogen



Menyaring dengan kertas saring. Saringan pertama disisihkan ±0,5ml, buang. Saringan selanjutnya ditampung dalam botol yang sudah dikalibrasi 100ml dan steril.



Menempeli kertas indikator.



Menyeterilkan obat dengan sterilisasi basah menggunakan autoclaf 121° C selama 15 menit



VI.HASIL



VII.



PEMBAHASAN



VIII.



KESIMPULAN



IX.



DAFTAR PUSTAKA Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Sutedjo, R.Y. 2008. Mengenal Obat-Obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam Keperawatan. Amara Books. Jakarta Widjajanti, Nuraini. 1989. Obat-Obatan. Kanisius. Jakarta



.



X.



LAMPIRAN