Fungsi Dan Peran Perawat Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FUNGSI PERAWAT GERONTIK Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah: a. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat). b. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua). c. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama). d. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas pelayanan). e. Notice and reduce risks to health and well being (memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan). f. Teach and support care gives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan). g. Open channels for continued growth (membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai kapasitasnya). h. Listern and support (mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan). i. Offer optimism, encourgement and hope (memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia). j. Generate, support, use and participate in research (menerapkan hasil penelitian, dan mengembangkan layanan keperawatan melalui kegiatan penelitian). k. Implement restorative and rehabilititative measures (melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan). l. Coordinate and managed care (melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan). m. Asses, plan, implement and evaluatecare in an individualized, holisticmaner (melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh). n. Link services with needs (memmberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan). o. Nurture future gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya). p. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual). q. Recognize and encourge the appropriate management of ethica lconcern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat bekerja).



r. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian). s. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal



PERAN PERAWAT GERONTIK Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursinghome, komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreachprograms, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independentpractice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya: a)



Providerofcare



Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup. b) Peneliti



Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level. Tujuannya



adalah



evidencebasedpractice.



meningkatkan Penelitian



kualitas dilakukan



perawatan dengan



klien



dengan



metode



mengikuti



literature



terbaru,



membacanya, dan mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada level undergraduatedegrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data. c) Manajer Perawat Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya. d)



Advokat



Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit. e)



Edukator



Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker. f)



Motivator



Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik. g)



Manajer kasus



Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.



JENIS PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatanyaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini danpengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan. 1.



Promosi (Promotif)



Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif dilakukan untuk membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku hidup mereka. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut: 1). Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkanpenggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia. 2). Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan pengunaan sistem keamanan kerja. 3). Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan kimia,mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan



pengolahan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan. 4) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut. 5) Penyuluhan tentang : masalah gizi dan diet pada lansia, perawatan dasar kesehatan, keperawatan kasus gawat darurat 6) Seresahan, pembinaan metal dan ceramah agama



2.



Pencegahan (Preventif)



a. Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. b. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.Jenis pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi,konseling, berhenti merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah, manajemen stres, penggunaanmedikasi yang tepat. c. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko. Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain. d. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan,serta perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka panjang.



3.



Diagnosis dini dan Pengobatan / kuratif



a. Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes dini, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta penandatangan kontrak kesehatan.



b. Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf dan integumen.



4.



Upaya rehabilitatif Adalah upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Yang dapat berupak kegiatan : a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran b. Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita c. Pembinaan usia dan hal pemenuhan pribadi, aktivitas didalam maupun diluar rumah d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita e. Perawatan fisioterapi



Daftar pustaka -



Eliiopolus, C.E. 2005. Gerontological nursing. (6 th ed), Philadelphia ; Lippincot



-



Dinas Sosial Daerah Istimewah Aceh, 1995, Pola Pelayanan Lanjut Usia Dimasa Depan, Banda Aceh



-



Durjen Pembinaan Kesehatan Keluarga, 1992, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Depkes, Jakarta