Peran Perawat Gerontik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Peran Perawat Lansia Komunitas Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut: 1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan klien secara holistik, meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal. 2. Edukator Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker. 3. Motivator Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik. 4. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan. Secara khusus, hak-hak yang harus dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang termaksud dalam American hospital Ascociation Bill of Right yang dinyatakan pada tahun 1973.



Hak – hak pasien : 1. Pasien mempunyai hak untuk mendapat perhatian dan pelayanan yang terhormat 2. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang lengkap yang berdasarkan hasil diagnosis, pengobatan dan prognosis dari dokternya sehingga pasien paham. 3. Pasien mempunyai hak untuk menerima informasi yang diperlukan dari dokternya untuk persetujuan tindakan sebelum memulai segala prosedur dan pengobatan. 4. Pasien mempunyai hak untuk menolak perawatan yang diberikan secara hukum dan untuk diberitahukan konsekuensi medis dari tindakan tersebut. 5. Pasien mempunyai hak untuk setiap pertimbangan privasinya mengenai program perawatan medik sendiri. 6. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa semua percakapan dan catatan yang menyangkut perawatan dirinya harus di jaga kerahasiannya. 7. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa pihak rumah sakit di dalam kapasitasnya mampu memberikan tanggapan yang beralasan terhadap permintaan pasien untuk jasa pelayan yang diperlukan. 8. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi seperti hubungn rumah sakit terhadap pelayanan kesehatan lain dan instusi pendidikan sepanjang perawatan nya diperhatikan. 9. Pasien mempunyai hak untuk di berikan pertimbangan jika rumah sakit mengusulkan untuk mengikut sertakan dalam percobaan manusia yang mempengaruhi perawatan atau pengbatan. 10. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan perawatan yang berkesinambungan. 11. Pasien mempunyai hak untuk memeriksa dan menerima suatu penjelasan secara terperinci mengnai jumlah tagihan rekening yang harus di bayar. 12. Pasien mempunyai hak untuk mengatahui peraturan rumah sakit yang berlaku berkaitan dengan kedudukannya sebagai seorang pasien.



5. Sebagai Konselor Memberikan konseling/ bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kea rah perilaku hidup sehat. Fungsi Perawat Gerontik Menurut Eliopoulous tahun 2005 fungsi dari perawat gerontology adalah : 1. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat. 2. Menghilangkan perasaan takut tua. 3. Menghormati hak orang dewasa lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama. 4. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan. 5. Memperhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan. 6. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan. 7. Mendengarkan dan memberi dukungan.



8. Memberikan semangat, dukungan, dan harapan. 9. Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian. 10. Melakukan perawatan rehabilitatif. 11. Mengoordinasi dan mengatur perawatan. 12. Mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh. 13. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan. 14. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya. 15. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual. 16. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat. 17. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian. 18. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal.



Tugas perawat antara lain :



1. Tugas Perawat dalam Teori Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian- kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas bagian yakni:



a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri. b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat umber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur



serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan.



2. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda. 3. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi. Sifat pelayanan keperawatan gerontik



1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri) Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,di mana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologi (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. Independent/ mandiri artinya asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi Keperawatan dalam membantu lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. 2. Interdependent Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.



3. Humanistik (secara manusiawi) Humanistik artinya didasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia. Orang humanis meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk kemanusiaan. Contoh perilaku yang manusiawai adalah empati, simpati, terharu, dan menghargai kehidupan. Humanisme ini mendapat tempat yang khusus dalam keperawatan. Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. perawat yang menggunakan pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, dan bahasa tubuh. Pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan tradisional dari caring, yang diwujud nyatakan dalam pengertian dan tindakan. Pengertian membutuhkan kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan orang lain. Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan keikhlasan, kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal. 1. Holistik (secara keseluruhan)



Holistik lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan masyarakat. Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan. Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.



Tanggung jawab Perawat Gerontik 1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal. 2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya. 3. Membantu klien lansia menerima kondisinya. 4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal. 5. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan. 6. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semanagt hidup klien usia lanjut. 7. Menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut). 8. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu petolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)



Pemberian obat pada lansia Pemberian obat pada lansia juga membutuhkan pertimbangan khusus.Disamping perubahan fisiologi penuaan, faktor tingkah laku dan ekonomi juga mempengaruhi penggunaan obat pada lansia.danterjadi penurunan fungsi-fungsi organ, sehingga pemberian obat harus dilakukan hati-hati. Individu berusia lebih dari 65 tahun merupakan pengguna obatterbanyak (Ebersole, Hess, (1994) dalam Perry & potter (2005)). Perawat yang memberikan obat kepada lansia harus mencermati lima pola pengguna obat klien lansia sebagaimanadiidentifikasi (Ebersole& Hess (1994)dalamperry& potter (2005)). a. Polifarmasiartinyaklienmenggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak, sebagai upaya mengatasi beberapa gangguan secara bersamaan. Apabila ini terjadi, ada resiko interaksi obat dengan obat yang lain dan makanan. Klien juga memiliki resiko lebih besar untuk mengalami reaksi yang merugikan terhadap pengobatan. b. Meresepkan obat sendiri (self-prescribing of medication). Berbagai gejala dapat dialami oleh klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi, insomnia, dan ketidakmampuan mencerna. Semua gejala ini ditemukan pada penggunaan obat yang dijual bebas. Lansia sering kali berupaya mencari pereda gangguan yang mereka alami dengan menggunakan preparat yang dijual bebas, obat-obatan rakyat dan jamu-jamuan. c. Obat yang dijual bebas. Obat yang dijual bebas digunakan oleh 75% lansia meredakan gejala. Banyak preparat yang dijual bebas mengandung bahan-bahan yang jika tidak digunakan dengan tepat, dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, efek yang merugikanataudikontraindikasikanuntukkondisiklien. d. Penggunaan obat yang salah (misuse). Bentuk-bentuk penggunaan obat yang salah oleh lansia antara lain : penggunaan berlebihan (overuse), penggunaan yang kurang (underuse), penggunaan yang tidakteratur(errastic use)danpenggunaan yang dikontraindikasikan. e. Ketidakpatuhan (noncompliance). Ketidakpatuhan didefinisikan sebagai penggunaan obat yang salah secara sengaja. Dari semua populasi lansia 75% diantaranya tidak mematuhi program pengobatan secara sengaja dengan mengubah dosis obat karena obat dirasa tidak efektif atau efek samping obat membuat lansia tidak nyaman. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi pola penggunaan obat pada klien lansia. Waktu pemberian obat memberi perawat kesempatan untuk memberi penyuluhan atau menguatkan pengajaran obat sebelumnya.



Penatalaksanaan Farmakologis Nyeri pada Lanjut Usia Pertimbangan Pemilihan Analgetik pada Lansia Prinsip penanganan nyeri adalah mengidentifikasi dan mengeliminasi kausa yang mendasari nyeri, misalnya tumor, infeksi, dll. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah, sehingga pilihan masuk akal yang biasa dilakukan oleh klinisi adalah menangani keluhan/gejala dengan tujuan mengurangi nyeri. Meskipun nyeri tidak dapat dihilangkan, tetapi usaha maksimal dapat dilakukan dengan penilaian yang teliti tanpa melupakan evaluasi respons terapi. Penanganan nyeri pada lansia, sebagaimana penanganan nyeri pada umumnya, sebaiknya berdasarkan tipe, sifat, dan keparahan nyeri. Terapi farmakologis tetap memainkan peranan penting untuk mengatasi nyeri pada lansia. Penting untuk diingat bahwa pada lansia terdapat peningkatan sensitivitas terhadap kerja obat. Oleh karena itu, setiap pilihan analgetik perlu dimulai dari dosis kecil dan dinaikkan bertahap sesuai dengan toleransi pasien dan sasaran terapi. Titrasi dosis sering tidak mengikuti ketentuan umum, karena pada umumnya lansia akan berespons berbeda dibanding populasi dewasa pada umumnya. Sedapat mungkin, pilihan analgetik didasari oleh mekanisme terjadinya nyeri. Sebagai contoh, nyeri infl amasi sebaiknya diterapi dengan antiinflamasi dan nyeri neuropatik diterapi dengan menggunakan analgetik adjuvan. Hal ini untuk menjaga agar terapi tepat sasaran. Kombinasi analgetik tidak diharamkan selama perhitungan efektivitas dan efek samping dilakukan dengan seksama. Sebagai contoh, pasien dapat diterapi dengan analgetik nonopioid, opioid, dan adjuvan selama memang dibutuhkan. Hindari kombinasi analgetik yang berasal dari golongan yang sama



Fungsi fisiologis Fungsi absorbsi dan traktus gastrointestinal



Distribusi



Perubahan sejalan dengan proses penuaan -



Pemanjangan waktu pengosongan lambung dan penurunan fungsi peristaltik usus



-



Penurunan aliran darah di saluran cerna



-



Berkurangnya kandungan air tubuh



-



Meningkatnya proporsi lemak tubuh



Konsekuensi klinis -



Peningkatan efek samping saluran cerna terkait penggunaan obat yang dapat mengurangi gerakan peristaltik, misalnya opioid



-



Berkurangnya distribusi obat yang larut dalam air



-



Obat yang larut dalam



yang mengakibatkan obat yang larut dalam lemak akan terakumulasi



Metabolisme Hepar



-



Konsentrasi protein plasma yang lebih rendah dan meningkatnya fraksi bebas obat yang akan cenderung berikatan dengan protein



-



Meningkatnya potensi interaksi obat



-



Berkurangnya aliran darah hepatik



-



Berkurangnya metabolisme yang efektif



-



Ekskresi Renal



Perubahan Farmakodinamik



lemak akan cenderung mengalami penambahan waktu paruh



Berkurangnya massa hepar dan jumlah sel hepatosit yang fungsional



-



Menurunnya darah renal



aliran



-



Menurunnya fi ltrasi glomerulus



-



Menurunnya tubulus



-



Berkurangnya densitas reseptor



-



Meningkatnya nitas reseptor



-



Proses oksidasi obat menurun, akibatnya waktu paruh akan meningkat



-



Proses konjugasi biasanya tetap, efek individual sulit diprediksi



-



Menurunnya ekskresi renal pada obat yang metabolitnya secara alami diekskresikan melalui renal, berakibat akumulasi dan efek memanjang



-



Peningkatan sensitivitas terhadap obat dan potensi efek samping



sekresi



afi



obat



Referensi : 05_226CME-Penatalaksanaan Farmakologis Nyeri pada Lanjut Usia.pdf – Adobe reade http://dianhusadadewianggraini.blogspot.co.id/p/blog-page_2924.html KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK.pdf – Adobe Reader