Fungsi Manajemen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “ PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN SUATU UNIT RUANG RAWAT SESUAI DENGAN TAHAPAN MENYUSUN PERENCANAAN DAN STANDAR AKREDITASI ”



DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 1 Agti Latupeirissa



C1814201001



Ananda Sagita Tandiboro



C1814201002



Antjelita Milenia Kabo



C1814201005



Bhetrinda Alhamd



C1814201006



Chatarina Sentosa Jemali



C1814201007



Coleta Antonia Putri J. K



C1814201008



Desiana Lestari



C1814201009



Dini Alfrianty Pabeno



C1814201010



Esra Parereu



C1814201011



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AKADEMIK 2020/2021



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa, Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu makalah tentang “ Perencanaan Manajemen Keperawatan Suatu Unit Ruang Rawat Sesuai Dengan Tahapan Menyusun Perencanaan Dan Standar Akreditasi



”. Dengan harapan



semoga tugas makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin. Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dangan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya. Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.



Makassar, 22 Maret 2021



Penulis Kelompok 1



DAFTAR ISI



SAMPUL ........................................................................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................................ C. Tujuan .......................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan ................................... B. Jenis Perencanaan Yang Disusun Kepala Ruang Rawat..................................... C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen ....................... D. Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Diruang Rawat Dan Puskesmas Yang Sesuai Dengan Standar Akreditasi Nasional Dan Internasional BAB III PENUTUP Kesimpulan .................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manajemen keperawatan merupakan suatu sistem proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui anggota staf keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Prinsip-prinsip dalam manajemen keperawatan ada tiga prinsip utama yaitu efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya manusia, dan wajar dalam pengambilan keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan diperlukan peran setiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi staf masingmasing melalui fungsi manajemen (Muninjaya, 2011). fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai tujuan yang akan ditujukan dengan menerapkan proses keperawatan yang terdiri pada empat elemen yaitu fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi pengarahan (Actuating), dan fungsi pengendalian (Controlling) yang merupakan siklus manajemen yang saling berkaitan satu sama lain. Untuk penerapan manajemen keperawatan diruang rawat inap memerlukan kepala ruang yang memenuhi standar sebagai manajerial. Kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam pemberian kesejahteraan fisik, emosional dan kedudukan kepada perawat dengan pengelolaan pelayanan keperawatan di ruangan dengan menggunakan proses manajemen keperawatan yaitu melalui fungsi-fungsi manajemen tersebut. Sehingga perawat termotivasi senantiasa meningkatkan kinerjanya dan koordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien (Keliat, 2012). Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus di capai, bagaimana cara mencapainya,serta kegiatan apa yang akan dilakukan selanjutnya.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa saja konsep dasar, tujuan, syarat, dan komponen perencanaan ? 2. Apa saja jenis perencanaan yang disusun oleh kepala ruang rawat? 3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen ? 4. Apa saja perencanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas sesuai dengan standar akreditasi nasional dan internasional ?



C. TUJUAN 1. Mengetahui konsep dasar, tujuan , syarat dan komponen perencanaan 2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun oleh kepala ruang rawat 3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen 4. Mengetahui perencanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas sesuai dengan standar akreditasi nasional dan internasional



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan 1) Pengertian perencanaan Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011). Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker keperawatan, perencanaan adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang berkembang dalam pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah – langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi kebutuhan pasien. (Simamora, 2012). Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014). Perencanaan



dalam



keperawatan



merupakan



upaya



dalam



meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan



melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien. (Asmuji, 2014). Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2) Hierarki Perencanaan Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam piramida hierarki. Hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.



Misi Filosofi



Tujuan Umum



Tujuan Khusus Kebijakan



Prosedur Aturan



3) Tujuan perencanaan Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan: a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan. b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan. c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitasyang tersedia. d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis. e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya. f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu menurunkan elemen perubahan. g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah. h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. 4) Manfaat perencanaan Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain: a) Membantu proses manajemen



dalam menyesuaikan diri dengan



perubahan-perubahan lingkungan. b) Memungkinkan



manajer



mamahami



keseluruhan



gambaran



operasi lebih jelas. c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat. d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan. e) Memudahkan koordinasi. f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami. g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.Menghemat waktu dan dana.



5) Syarat perencanaan Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu: a) Factual atau realistis Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan. b) Logis atau rasional Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat dijalankan. c) Fleksibel Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah seenaknya. d) Komitmen Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi. e) Komprehensif Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam organisasi.



6) Komponen perencanaan Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik. a) Input Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.



b) Output Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindak lanjuti hasil atau keluaran. Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.



c) Control Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditas.



d) Mekanisme umpan balik Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.



Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil.



e) Proses Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien. Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.



B. Jenis perencanaan di susun Kepala Ruangan Jenis perencanaan di susun Kepala Ruangan terdiri dari: 1. Rencana jangka panjang Atau sering disebut juga perencanaan strategis adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga organissi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan disusun untuk tiga sampai sepuluh tahun. Perencanaan jangka panjang yang didaamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategi meliputi tahap inisiasi proses, aturan tujuan,, arti akhir dari hubungan, penjeasan dari perencanaan strategi dan tingkat kepuasan yang terintegritas.



2. Rencana jangka menengah



Adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun.



3. Rencana jangka pendek Disebut sebagai perencanaan operasional adalah perencanaan yang dubuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun.



Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. 1. Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference. a) Rencana harian kepala ruangan Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :



Asuhan



keperawatan, Supervisi Katim dan Perawat pelaksana, Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait.



b) Rencana Harian Ketua Tim Isi rencana harian ketua tim adalah: Penyelenggaraan asuhan keperawatan



pasien



jawabnya, Melakukan



pada



tim



supervisi



yang



perawat



menjadi



tanggung



pelaksana, Kolaborasi



dengan dokter atau tim kesehatan lain, Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.



2. Rencana Bulanan Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan titik rencana. a) Rencana bulanan karu Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rrencana tindak lanjut dalan rangka



peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah: a. Membuat jadwal dan memimpin case conference b. Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga c.



Membuat jadual dinas



d.



Membuat jadual petugas TAK



e.



Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat



f. Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan g.



Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksanaan



h.



Melakukan audit dokumentasi



i.



Membuat laporan bulanan



b) Rencana bulanan ketua tim Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-egiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah: a. Mempresentasikan kasus dalam case conference b. Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga c. Melakukan supervisi perawat pelaksana



3. Rencana Tahunan Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evalusi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup: Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan a. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim. b. Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannnya di masa mendatang



c. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.



C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah: 1. Pengumpulan data. 2. Analisis lingkungan



a. Analisis Situasi Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar. Oleh karena itu, keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan tujuan. Perawat sebagai manusia seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan melakukan hal-hal yang mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar perawat lupa merumuskan tujuan dari setiap langkah yang diambilnya sehingga sering kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya, bagaimana cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut terlaksana. Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis yang dapat dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan analisis “tulang ikan”.



b. Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats. Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai factor masukan, yang kemudian di kelompokkan menurut



kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus di ingat baik – baik oleh para pengguna analisis SWOT bahwa analisis SWOT adalah semata – mata alat analisis yang di tujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau yang mungkin akan di hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis “ajaib” yang mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah – masalah yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis tersebut terbagi atas empat komponen dasar berikut: 1. Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari keperawatan pada saat ini. 2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini. 3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan. 4. Threat (T). Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya bergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing subkomponen adalah pengejawatahan dari masing – masing komponen, seperti komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, komponen weakness mungkin memiliki 8 subkomponen, dan seterusnya. Terdapat 2 model analisis SWOT yang umum di gunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model kuantitatif dan model kualitatif. a. Model kualitatif. Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan ini terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka, selalu ada ancaman yang harus di waspadai. Ini berartibahwa setiap satu rumusan Srength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W), dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki pasangan satu Threat (T).



b. Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan besar di antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari



masing – masing komponen. Apabila pada model kuantitatif, setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-WO-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Tujuan dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau program dalam layanan keperawatan yang akan di bahas. (Simamora, 2012). Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External factors (EFAS) Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini).Data tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS yang meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman (Threatened).



2) Bobot Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.



3) Peringkat (Rating) Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh faktor



tersebut.



Data



peringkat



didapatkan



berdasarkan



hasil



pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.



4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk mendapatkan nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S – W) dan EFAS adalah peluang dikurangi ancaman (O – T). Hasil dari nilai IFAS dan



EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit Kuadran) untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak kuadran. a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan (peluang). b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan mengembangkan kekuatan internal



yang ada



untuk



mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan. c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari luar. d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dnegan tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.



c. Analisis TOWS Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david (1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya, namun menggunakan TOWS David tampaknya ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS tersebut. Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager tidak akan meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang di maksud. Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan organisasi untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini,



aktivitas



organisasi



mungkin



harus



menghentikan



sementara



dan



membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain.



D. Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Dan Puskesmas Yang Sesuai Dengan Standar Nasional Dan Internasional 1. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang inap a. Pengorganisasian Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut: 1) Kepala ruangan 2) Perawat primer 3) Perawat asosiet Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi Rumah sakit



atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan



keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana yang telah didefenisikan pada pengumpuolan data sebelumnya. b. Rencana Strategi Perencanaan Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan didalam Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana format dan pendekomentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat, mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya, instalasi yang menunjangdalam proses keperawatan seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung didalam organisasi rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non medis).



c. Pengaturan dan kegiatan



Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan penentu kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu bulan.



Minggu



Uraian rencana kerja 1. Pembuatan struktur organisasi kelompok 2. Orientasi ruangan dan perkenalan 3. Analisa situasi dan perumusan masalah 4. Penyusunan program kerja 5. Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan keperawatan professional



I



6. Penyusunan



jadwal



dan



rancangan



pembagian peran dalam penerapan model praktek keperawatan professional 7. Penyusunan format pengkajiankhusu dan sistim dokumentasi asuhan keperawatan 8. Penyusunan sentralisasi



proposal, obat



dan



prosedur kelengkapan



administrasinya. 9. Penyusun format supervise 10. Penyusunan format penunjang kegiatan lainya seperti format kegiatan harian. 11. Uji coba peran 1. Penerapan model asuhan keperawatan professional pendelegasian



:



aplikasi tugas



dan



peran, proses



dokumentasi keperawatan II



2. Penyempurnaan



format



kajian



dan



dokumentasi keperawatan 3. Penyelenggaraan supervise keperawatan 4. Penyelenggaraan sentralisasi obat 5. Persiapan penyelenggaraaan rotasi dinas



24 jam III



1. Penerapan model asuhan keperawatan professional: pendelegasian



aplikasi tugas,



dan



peran, proses



dokumentasi keperawatan 2. Penerapan semua program 3. Penyelenggaraan rotasi 24 jam



IV



1. Evaluasi



penerapan



model



asuhan



keperawatan professional 2. Penyusun laporan



Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaanya. Inti dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti dokumen-dokumen untuk pemberian bukti pelaksanaan,bagaimana deskripsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal (pembagian tugas).



d. Persiapan pendokumentasian Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara laian bentuk system dokumentasi keperawatan, format pengajian, format perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Termasuk didalam persiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan criteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua perawat yang ada diruangan, apakah efesien dan efektif dalam pelaksanaanya. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model pendokumentasian yang sesuai.



e. Persiapan evaluasi Evaluasi meliputi penentuan tekhnik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatanya secara umum.



Fungsi perencaaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa daolam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.



3. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas



Menurut menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan unit pelaksana teknik dinas kesehatan kabupaten/kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyrakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinaambungan di puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasu. Puskesmas wajib untuk di akreditasikan secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasiloitas pelayanan kesehtan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS. Tujuan utama akreditasi puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap system manajemen, system manajemen mutu dan system penyelenggaraaan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risioko, dan bukan sekedar penelitian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi. Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petuhgas. Prinsip ini ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan



BAB III KESIMPULAN A. KESIMPULAN Perencanaan dalam keperawatan merupakkan upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Perencanaan yang baik harus sesuai dengan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar dan menggunakan sumber yang tersedia dan efektif serta efisien



DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia Simamora. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC. Suarli, S.; Amalia Safitri; Yanyan Bahtiar; Rina Astikawati. Manajemen keperawatan : dengan pendekatan praktis / S. Suarli, Yanyan Bahtiar ; editor, Amalia Safitri, Rina Astikawati. Jakarta :: Erlangga,, 2009. Butar-butar,Junita.,Roymon H Simamora.2016.Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien Rawat Inap RSUD Pandan Kabupaten Tapanui Tengah.Jurnal Ners Indonesia, Vol 6 (1),51-64. Darmawan,D.2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja (1st ed). Yogyakarta: Gosyen Publishing. Simamora,R.H.(2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksanaan Terhadap Penerapan Fungsi Pengorganisasian yang dilakukan oleh Kepala Ruangan dengan kinerjanya Di Ruang Rawat Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI, Tidak Dipublikasikan). Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. _____.____. HTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-RABU Diakses tanggal 29 September 2017 https://www.scribs.com/document/402986176/manajemen-askep-di-rs-sesuai=standarnasional-akreditasi-di-rumah-sakit-.docx. Okthafiani, dkk. 2018. Makalah manajemen asuhan keperawatan di rumah sakit sesuai standar nasional akreditasi di rumah sakit. Cilacap, prodi S1 KEPERAWATAN.



Renaldi, dkk. 2017. Makalah Kepemimpinan Dan Manajemen. Stikes Budi Luhur. Cimahi 21 februari



MAKALAH PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DOSEN PENGAMPUH : FITRIYANTI PATARRU, Ns., M.Kep



DISUSUN OLEH : AGNES MONICA (C1814201053) ALOSIA TOANUBUN (C1814201055) CRYSTINA NATALIA (C1814201060) FEBE MEISKE (C1814201067) KRISOGONUS ZETH TETURAN (C1814201075) LUSI YOHANA JAWAMARA (C1814201078) MARGARETHA MELANIA (C1814201081) SCOLASTIKA PASUDI (C1814201094) SRY ELVANI TANDI TOLLA (C1814201096)



PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AJARAN 2020/202



1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah “ Perencanaan Manajemen Keperawatan”. Dalam makalah ini akan dijabarkan mengenai : 1). Konsep dasar, tujuan,syarat,komponen perencanaan, 2). Jenis perencanaan yang disusun kepala ruan rawat, 3). Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen, 4). Perencanaa dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional dan internasional. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh, serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga sampai kepada mahasiswa.



Makassar, 23 Maret 2021



2



DAFTAR ISI Kata pengantar .......................................................................................................................... i Daftar isi .................................................................................................................................... ii Bab 1 pendahuluan ..................................................................................................................... 1 A. latar belakang ................................................................................................................. 4 B. rumusan masalah ........................................................................................................... 4 C. Tujuan ............................................................................................................................ 5 Bab II Pembahasan A. konsep dasar ,tujuan,syarat,komponen perencanaan ...................................................... 6 B. jenis perencanaan yang disusun kepala ruangan rawat ................................................... 10 C. proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen ..................................... 13 D. perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan diruang rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasiona ....................................................... 20 Bab III Penutup A. kesimpulan ..................................................................................................................... 27 B. saran ............................................................................................................................... 27 Daftar pustaka



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam manajemen , perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu , dan mengembangkan rencana aktifitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen , karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan. Memikirkan masalah sebagai suatu hal yang buruk adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan , karena itu kita jarang mengartikan frase mengambil keuntungan dari semua situasi sama halnya dengan kita mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan peraihan kesempatan dalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah , manajer akan telibat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari sebuah pemimpin. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan? 2. Bagaimana jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat ? 3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen ? 4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional dan 5. internasional?



4



C. TUJUAN 1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan 2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat 3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen 4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional dan internasional



5



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan 1) Pengertian Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi dasar manejemen. Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang sesuatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut direncanakan, bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuni, 2014). Perencanaan



dalam



keperawatan



merupakan



upaya



dalam



meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan profesional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien. (Amsuji, 2014). Perencanaan merupakan upaya sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.



2) Hierarki Perencanaan Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti di gambarkan dalam Piramida hirarki, hierarki melebar pada menggambarkan banyaknya



tingkatan lebih bawah yang



jumlah komponen perencanaan. Selain itu,



komponen perencanaan pada hierarki trratas lebih umum dibandingkan 6



dibawahnya yang lebih spesifik.(Marquis, Bessie L & Carol . Huston. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)



Misi Filosofi Tujuan umum Tujuan khusus Kebijakan Prosedur Aturan 3) Tujuan Perencanaan Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan : a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang tersedia d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya f) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang. Sehingga membantu menurunkan elemen perubahan g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah. h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000). 4) Manfaat Perencanaan Adapun manfaat Perencanaan antara lain : a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan b) Memungkinkan



manejer



memahami



keseluruhan



Operasi lebih jelas. c) Membantu menetapkan tanggung jawab lebih tepat. 7



gambaran



d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat



untuk



pelaksanaan. e) Memudahkan koordinasi f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami. g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti. h) Menghemat waktu dan dana. 5) Syarat Perencanaan Persyaratan perencanaan menurut Simamora (2012) yaitu : a) Factual atau realistis Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan. b) Logis atau rasional Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat dijalankan. c) Fleksibel Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dimasa mendatang, sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah seenaknya. d) Komitmen Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi. e) Komprehensif Perencanaan



yang



baik



juga



memenuhi



syarat



komprehensif, artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspekaspek secara langsung maupun tidak langsung dalam organisasi. 8



6) Komponen Perencanaan Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi , pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu : 1. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi ,personel,peralatan dan fasilitas,proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelolaan keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,pengorganisasian ,pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. input yang dapat mengukur pada bahan alat system prosedur atau



orang



yang



memberikan



pelayanan



misalnya



jumlah



dokter,kelengkapan alat,prosedur tetap dan lain-lain. 2. Output elemen lain dalam pendekatan system adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dari hasil atau kualitas



pemberian asuhan



keperawatan dan pengembangan staf ,serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti



hasil



atau



keluaran.



output menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai ,misalnya jumlah yang dilayani,jumlah pasien yang di operasi ,kebersihan ruangan. 3. Control control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang professional .evaluasi ,penampilan kerja perawat,pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. 4. Mekanisme umpan balik mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan,keuangan ,audit keperawatan dan survey kendali mutu ,serta penampilan kerja perawat



9



proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberhasilan manajemen keperawatan di maksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses



keperawatan,proses



manajemen,sebagai



juga



proses



keperawatan.terdiri atas kegiatan pengumpulan data ,identifikasi masalah ,pembuatan rencana,pelaksanaan kegiatan ,dan kegiatan penilaian hasil (gillies,1985). 5. Proses proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan.didalam proses keperawatan,bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan



dari



gejalah,eliminasi



resiko,pencegahan



komplikasi



.argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal .didalam proses manajemen keperawatan ,bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien. proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan pelayanan ,pelayanan dengan rumah dan lain-lain. B. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu dibagi menjadi 3 tipe yaitu 1. Perencanaan jangka pendek 2. Perencanaan jangka menegah dan 3. Perencanaan panjang a) Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun. b) Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun (Marquis & Huston, 1998),



10



c) sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan. Perencanaan jangka panjang yang didalamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi. Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana. 1) Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana. 2) Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan titik rencana. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer. 3) Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasa dibuat oleh kepala ruang. Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam 2 bagian yaitu : 1. perencanaan reaktif suatu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang dihadapi saat ini. 2. perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi.



11



Sedangkan



menurut



proses



penyusunan



perencanaan



dikasih



diklasifikasikan menjadi: a) pendekatan perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan b) pendekatan analisis SWOT (Strenght, Wakness, Opportunity, dan Treat).



1) Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Profitabel Growth Approach)



Pendekatan perkembangan yang menguntungkan adalah perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sasaran produksi yang dimiliki dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan terjadinya keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan.



2) Pendekatan SWOT Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan (strenght) dan kelemahan (wakness), selanjutnya melakukan analisa faktor eksternal yang berhubungan denganpeluang (opportunity) dan tekanan/ancaman (treat). Setelah diketahui kekuatan kelemahan peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan kedalam rencana operasional yang mencantumkan target yang harus dicapai. Perencanaan keperawatan yang juga penting adalah perencanaan SDM khususnya SDM keperawatan. Adapun tujuan perencanaan SDM keperawatan adalah: 1) Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan contoh perencanaan kebutuhan perawat berdasarkan tingkat pendidikan (D3, Ners, Ners spesialis) 2) Peminatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi pendidikan yang tepat. 3) Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa mendatang



12



4) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas 5) Mempermudah koordinasi integrasi dan sinkronisasi Menurut Syahputra (2014) keberhasila suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung kepada jenis perencanaan yang di susun kepala ruangan diantaranya adalah: 1. Menunjuk ketua tim yang bertugas dalam ruangan 2. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya 3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim 4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, Mengatur penugasaan atau penjadwalan 5. Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan 6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter 7. Mengetur dan mengendalikan asuhan keperawatan 8. Mambantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri 9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan 10. Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit



C. Proses Penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen 1. Rencana Kegiatan Perencanan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam



rangka



mencapai



tujaun yang telah ditentukan dengan



memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna. a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) RUK sam adengan plan of action (POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun menjelang perganatian tahun anggaran kegiatan baru.



b. Rencan Kerja dan Anggaran (RKA) 13



RKA merupakan pengembengan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara pembuatan anggran kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)



c. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah disetujui sebagai pedoman pelaksanaa penggunaan anggaran kegiatan. 2. Perencanaan Tingkat Puskesmas Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dapt diartiakan sebagai proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas. Untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kesehatan diwilayahnya Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang dilaksanakan secara sistematis ntuk mengatasi masalah atau sebagaian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya. Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu: 1. Tahap persiapan Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara : a) Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf Puskesmas. b) Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan Perencanaaan Tingkat Puskesmas. c) Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota,Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan.



14



2. Tahap analisis situasi Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala



Puskesmas melakukan



pengumpulan data. Ada 2 (dua) kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data khusus. Data Umum :



a) Peta Wilayah Kerja serta Fasilitas Pelayanan (Format-1) Data wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa / dusun / RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu Data Sumber Daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa), mencakup : 1) Ketenagaan (Format – 2a) 2) Obat dan bahan habis pakai (Format – 2b) 3) Peralatan (Format – 2c) 4) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah), masyarakat, dan sumber lainnya (Format – 2d) 5) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan (Format – 2e) 6) Data Peran Serta Masyarakat (Format – 3): Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader,dukun bayi dan tokoh masyarakat. 7) Data Penduduk dan Sasaran Program ( Format – 4): Data penduduk dan sasaran program mencakup : jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin (persentase di tiap desa / kelurahan). Data ini dapat diperoleh di kantor Kelurahan / Desa, Kantor Kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. 8) Data sekolah ( Format – 5): Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS , dan lainnya. 9) Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas (Format- 6): Data kesehatanlingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan / 15



minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah Data Khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas), jenis data ini antara lain meliputi : 1) Data Status Kesehatan terdiri dari : data kematian (Format -7),Kunjungan Kesakitan (Format – 8), Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan (Format – 9). 2) Data Kejadian Luar Biasa (Format – 10), dapat dilihat pada Laporan W1 (Simpus). 3) Data Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap desa / kelurahan, dapat dilihat dari Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (Format – 11). 4) Data Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain (Format – 12). 3. Tahap penyususnan rencana usulan kegiatan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu, bahwa penyusun Rencana Usulan Kegiatan bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah serta untuk menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) langkah, yaitu Analisa Masalah dan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan. a) Analisa Masalah : Dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas diantaranya melalui tahapan : identifikasi masalah, Perumusan masalah, dan Merumuskan akar penyebab masalah. b) Identifikasi masalah:



16



Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya. c) Menetapkan urutan prioritas masalah Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara sekaligus, ketidak-tersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan



menggunakan



kriteria lain. Dalam



penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, CARL dan sebagainya. Penetapan penggunaan metode tersebut diserahkan kepada masing-masing Puskesmas.



Merumuskan masalah Tahap merumuskan masalah mencakup mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa



besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila



mana masalah itu terjadi (what, who, when, where and how).



Mencari akar penyebab masalah Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode: 1) diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan karena digambarkan membentuk tulang ikan), 2) pohon masalah (problem trees) Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari : 1) Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat, tenaga serta prosedur



kerja



manajemen alat, obat dan dana. 2) Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan pelayanan medis dan non medis. 3) Lingkungan Mencari penyebab masalah dengan menggunakan “pohon masalah (problem trees)”Menetapkan cara-cara pemecahan masalah Untuk menetapkan cara pemecahan masalah



17



dapat dilakukan dengan kesepakatan di antara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya. Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi masalah dapat dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara angsung di lapangan (Survey Mawas Diri). Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petuga Puskesmas dengan melibatkan masyarakat. Survey Mawas Diri merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan potensi yang ada. Delbecq Technique adalah perumusan dan identifikasi potensi melalui sekelompok orang yang memahami masalah tersebut. Tahapan pelaksanaannya dimulai dengan pembentukan tim, menyusun daftar masalah, menetapkan kriteria penilaian masalah dan menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria penilaian . Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang, yang meliputi : 1) Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan program hasil analisis masalah). 2) Kebutuhan Sumber Daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada tahun sekarang. 3) Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format RUK Puskesmas Rencana



Usulan



Kegiatan



disusun



dalam



bentuk



matriks



dengan



memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional,



18



maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. 4. Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.



Langkah-langkah penyusunan RPK adalah : 



Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.







Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.







Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan



lokasi



pelaksanaan. 



Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK







Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.



 3. Pemecahan Masalah Terpilih Dari beberapa alternative pemecahan masalah yang ada, dilakukan pemilihan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan teknik criteria matrik. Adapun criteria yang digunakan sebagai berikut: 1. Efektifitas M



(Magnitude)



: besarnya masalah yang dapat diselasaikan



I



(Impotency)



V



(Vunerability) : sentivitas cara menyelesaikan masalah



: pentingnya cara penyelesaian maasalah



2. Efisensi



19



Menunjukkan pada pemakaian sumber dana (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar, makin besarnya biaya yang digunakan untuk melaksanakan jalan keluar tersebut, untuk mengukur nilai prioritas (p) untuk setiap alternativ jalan keluar dengan memberikan hasil perkalian nilai M x I x V dengan nilai C, jalan keluar dengan nilai P tinggi adalah prioritas adalah jalan keluar yang terpilih. 4. Evaluasi Kegiatan Dinkes kabupaten atau kota dan provinsi secara rutin menetaokan target atau standar kebersihan masing-masing kegiatan program, yang merupakan standar untuk kerja (stasndar performance) staf. Standar untuk kerja merupakan ukuran kualitatif keberhasilan program. Tingkat keberhasilan program secara kualitatif diukur dengan membandingkan target yang ditetapkan output (cakupan pelaayanan). D. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas yang sesuai standar akreditasi Nasional dan Internasional 1) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan diruang rawat inap a) Pengorganisasian Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut : 



Kepala ruangan







Perawat primer







Perawat asosiet Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi



Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaran model asuhan keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana yang telah di identifikasi pada pengumpulan data sebelumnya. b) Rencana strategi perencanaan Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan di dalam Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk 20



dan penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat diruangan, jadwal kerja dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya, instalasi yang menunjang dalam proses seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung di dalam organisasin rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non medis). c) Pengaturan dan kegiatan Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu bulan. Min



Uraian rencana kerja



ggu I



1) Pembuatan struktur organisasi kelompok 2) Orientasi ruangan dan perkenalan 3) Analisa situasi dan perumusan masalah 4) Penyusunan program kerja 5) Penyusunan



proposal



pelaksanaan



model



asuhan



keperawatan



professional 6) Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan model praktek keperawatan professional 7) Penyusunan format pengkajian khusus dan sistem dokumentasi asuhan keperawatan 8) Penyusunan proposal prosedur sentalisasi obat dan kelengkapan administrasinya 9) Penyusunan format supervisi 10) Penyusunan format penunjang kegiatan lainnya seperti format kegiatan harian 11) Uji coba peran 21



II



1) Penerapan model asuhan keperawatan professional aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses dokumentasi keperawatan 2) Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi keperawatan 3) Penyelenggaraan supervisi keperawatan 4) Penyelenggaran sentralisasi obat 5) Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas 24 jam



III



1) Penerapan model asuhan keperawatan professional: aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan proses dokumentasi keperawatan 2) Penerapan semua program 3) Penyelenggaran rotasi 24 jam



IV



1) Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan professional 2) Penyusunan laporan



Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu pelaksanaannya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti dokumen –dokumen untuk pemberian bukti pelaksanaan, bagaimana deskrpsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal (pembagian tugas). d) Persiapan Pendokumentasian Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain bentuk sistem dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Termasuk di dalam persiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan kriteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah dipahami semua perawata yang ada diruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Dari pertanyaaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model pendokumentasian yang sesuai. e) Persiapan Evaluasi Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus didalamnyan adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum. Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala 22



ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan. 1. Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari: Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial, yaitu : a. Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan) b. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor) c. Manajemen bawah (kepala ruang perawatan) d. Manajemen Asuhan Keperawatan Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan



pada



prinsipnya



menggunakan



konsep-konsep



manajemen



seperti



perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto, 2008). 2. Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu : a. Pengkajian-pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas) : tenaga keperawata, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain. b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini di maksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menengakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan. c. Pelaksanaan. Manajemen Keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu 23



melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi



faktor-faktor



yang



menghambat



dan



mendukung dalam



pelaksanaan. 2) Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit Keberhasilan manajemen keperawatana dalam mengelola suatu organisasi keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu :  Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan  Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif  Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan  Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien  Manajemen keperawatan harus terorganisir  Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan  Divisi keperawatan yang baik  Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif  Pengembangan staf  Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (Karu). Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruangan yaitu: o SDM Keperawatan o Sarana dan prasarana o Biaya/anggaran o Sistem informasi o Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial. o Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi. o Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:  Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat  Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan tim kesehatan 24



 Mengelola keuangan  Mengelola SDM keperawatan di ruangan  Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift  Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.  Mengorientasikan dan mengembangkan staf  Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain  Mempertahankan kenyamanan / keamanan pasien



3) Ketenagaan keperawatan di ruang rawat inap Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Manajer harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya yang harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan personalian saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwlan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan satf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010). 4) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan 25



perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas,maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunaka standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk akreditasi secara berkala paling sedikit 3 tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS. Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen resiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi. Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan hak pasien



dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini di



tegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.



26



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN



perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat di pertahankan bahkan di tingkatkan,dengan melibatkan pentingnaya fungsi perencanaan ,di butuhkan perencanaan yang baik dan professional fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang di laksananakn oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai



dari perawat



pelaksana,ketua tim, dan kepala ruanga.sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu di analisis dan di kaji system ,strategi organisasi ,,sumber-sumber organisasi,kemampuan yang ada ,akrivitas spesifik dan prioritas.proses manajemen merupakan proses yang holistic ,melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi .sabagi langkah awal dari proses ini ,langkah teknis yang dapat di pelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetahkan masalh dengan suatu metode analisis tertentu seperti menggunakan analisis SWOT dan TWOS



B. SARAN Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami dengan baik,sehingga kita dapat mengetahui tentang menyususn perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat puskesmas agar dapat menjadi pedoman bagi kita sebagai perawat.



27



DAFTAR PUSTAKA https://id.scribd.com/document/361572154/MAKALAH-MANAJEMENKEPERAWATAN Asmuji. 2014. Manajemen keperawatan: konsep dan aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media



28



MANAJEMEN KEPERAWATAN FUNGSI MANAJEMEN: PLANNING



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1 ANORIUS SATI (C1814201109) DIAN ASTRID MADIKA (C1814201114) ESTIEN SOHILAIT (C1814201117) GRACIELA TALEBONG (C1814201122) HERLINA LASAMANA (C1814201124) LORI RIPAL (C1814201132) MARIA CAROLYN LEPIT (C1814201133) RAHAYU PATRICIA (C1814201139) SHERIN AMELYANI (C1814201147) SINTIKE (C1814201149)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS TAHUN AJARAN 2020/2021 MAKASSAR



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena berkat, rahmat dan penyertaan-nya, kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat waktu. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini, terlebih khusus kepada ibu dosen yang telah mempercayakan makalah ini kepada kami, sehingga dari makalah ini pengetahuan kami dapat bertambah. Kami dapat menyelesaikan makalah kami yaitu makalah Fungsi Manajemen: Planning untuk memenuhi tugas dalam Manajemen Keperawatan. Kami berharap semoga makalah yang telah kami selesaikan dapat membantu proses perkuliahan di STIK Stella Maris Makassar, khususnya mata kuliah Manajemen Keperawatan. Akhir kata, kami berharap semoga makalah kami ini dapat diterima dan dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan, walaupun masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun hasil makalah kami. Kami sadar makalah yang telah kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari ibu dosen maupun teman-teman. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah Manajemen Keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari setiap pembaca.



Makassar, 21 Maret 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI



SAMPUL KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2 A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan .......................................... 2 B. Jenis Perencanaan yang Disusun Kepala Ruang Rawat ........................................... 6 C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen ........................... 7 D. Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas yang sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional dan Internasional ......................... 8 BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 9 A. Kesimpulan .................................................................................................................. 9 B. Saran............................................................................................................................ 9 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey dan Blanchard). Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan orang lain (G.R Terry). Dalam manajemen, diperlukan peran tiap yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan, organisasi, penggerakan, dan pengawasan. Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumber daya untuk mewujudkan tujuan (Gitosudarmo, 2001). Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan manajerial yang mencakup penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi



serta



keseluruhan



memperjelas;



misi



dan



filosofi



organisasi,



memperkirakan sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkahlangkah tindakan, memperkirakan efektivitas tindakan dan menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya (Gilles, 1994). Sebelum memberikan asuhan keperawatan, seorang perawat akan membuat perecanaan terlebih dahulu. Dalam makalah ini akan dibahas perencanaan yang akan disusun oleh perawat dalam manajemen asuhan keperawatan.



B. Rumusan Masalah 1. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat dan Komponen Perencanaan 2. Jenis Perencanaan yang disusun kepala ruang rawat 3. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen 4. Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas yang Sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional dan Internasional



1



BAB II PEMBAHASAN A. Perencanaan 1. Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar Perencanaan keperawatan dalam asuhan keperawatan yang dipersiapkan oleh perawat harus



berhubungan dengan kondisi pasien



berdasarkan pengkajian dan diagnose keperawatan. Perencanaan keperawatan menjadi dasar perawat dalam mengimplementasikan tindakan yang akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanan keperawatan seperti menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, merumuskan rencana tindakan keperawatan dan rasional rencana tindakan keperawatan. Perencanaan keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan yang bermanfaat dalam pelayanan dan asuhan yang akan diberikan perawat kepada pasien. Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumber daya untuk mewujudkan



tujuan



(Gitosudarmo,



2001).



Perencanaan



adalah



proses



pengambilan keputusan manajerial yang mencakup penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi serta keseluruhan memperjelas; misi dan filosofi organisasi, memperkirakan sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkah-langkah tindakan, memperkirakan efektivitas tindakan dan menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya (Gilles, 1994). Perencanaan adalah satu langkah penting yang harus diperhatikan Seorang perawat sebelum memberikan tindakan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Lyer ct al.. 1996 dalam Nursalam.2008). Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh karena itu, perencanaan mendefinisikan suatu aktivias yang diperlukan untuk membatasi faktor faktor pendukung terhadap suatu permasalahan. Perencanaan



merupakan



fungsi



manajemen



pertama



yang



sangat



menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnnya. Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan, sehingga hasil sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan pencapaian tujuan Organisasi. 2



Intervensi atau Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi



perumusan



tujuan,



tindakan



dan



penilaian



rangkaian



asuhan



keperawatan pada kiien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan, sehingga sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu perencanaan, pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana kerja yang harus berisi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang baik mengarahkan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien, sehingga faktorfaktor produksi (resources) yang ada digunakan sebaik-baiknya 2. Tujuan Perencanaan Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka konsep berdasarkan Kebutuhan individu keluarga dan masyarakat seperti yang disampaikan oleh Yura dan Waish (1983) bahwa proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan optimal, kembali ke keadaan normal, dan manfaat fasilitas kualitas hidup. Tujuan perencanaan dalam manajemen: a) Meningkatkan peluang untuk sukses b) Menstimulasi berpikir analisis c) Mencegah terjadinya krisis manajemen d) Memfasilitasi berpikir kritis dan membuat keputusan secara fleksibel e) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi f)



Menjamin biaya yang efektif Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah



yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut Dermawan (2012) yaitu : 3



a) Tujuan administratif 1) Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau kelompok 2) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya 3) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan 4) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien b) Tujuan klinik 1) Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan 2) Mengkomunikasikan dengan staf perawat; apa yang diajarkan, diobservasi dan dilaksanakan. 3) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan tindakan.



3. Syarat Perencanaan Suatu perencanaan yang baik sentunya harus dirumuskan. Perencanaan yang baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus di penuhi, yaitu faktual dan realistis, logis dan rasional, fleksibel, dan komprehensif. a. Actual dan realistis Artinya bahwa perencanaan yang akan ditetapkan oleh organisasi kesehatan Rumah sakit/puskesmas harus sesuai dengan fakta dan kondisi tertentu yang akan di hadapi oleh organisasi kesehatan tersebut. b. Logis dan rasional Artinya bahwa perencanaan yang akan dirumuskan dapat diterima oleh akal (logis) dan rasional sehingga dapat dilakukan. c. Flekabel Artinya bahwa perencanaan yang baik sifatnya fleksibel dan sifatnya tidak kaku Perencanaan tersebut harus bisa beradaptasi dengan perubahanperubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. d. Komitmen Artinya perencanaan yang baik harus memilih melahirkan komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk dapat bersama-sama berupaya mewujukdan tujuan organisasi. e. Komprehensif Artinya bahwa perencanaan yang baik harus menyeluruh dan mengkoordinasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap



suatu



organisasi 4



kesehatan



(rumah



sakit/Puskesmas).



Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan satu bagian saja, akan tetapi juga kan mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain dalam organisasi kesehatan tersebut. f.



Rencana harus mempermudah pencapaian tujuan organisasi. Perlu kita ketahui bahwa rencana yang kita susun agar dengan maksud guna mempermudah realisasi pencapaian tujuan dasar organisasi yang sudah dan awal mempunyai visi dan misi bersama yang sudah pasti dan terperinci pelaksanaannya dengan tidak mempersulit tujuan awal dan dasar organisasi. Rencana harus dibuat olch orang-orang yang benar-benar memenuhi tujuan organisasi kesehatan (Rumah sakit/puskesmas) rencana harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mendalami teknik Perencanaan.



g. Rencana harus diteliti secara merinci Ketelitian dalam penyusunan rencana sangat diperlukan, karena ini menyangkut berhasil tidaknya suatu rencana dalam perealisasinya. Langkah petimbangan sebelum perealisasian sangat penting untuk merinci dan menentukan apa saja yang benar-banar diperlukan baik dalam hal perencanaannya maupun perealisasiannya. h. Rencana tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan Rencana yang dibuat harus benar-benar konsisten terhadap tujuan dan tidak lepas dari pemikiran pelaksanaan agar tidak terjadinya penyimpangan dari tujuan awal dan mempercepat proses perealisasian dengan secara efektif dan efisien. i.



Hierarki Perencanaan Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi membuat rencana dalam bentuk hirarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana dibawahnya. Seperti digambarkan dalam Piramida hirarki, hirarki melebar pada tingkatan Lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen. Selain itu, komponen perencanaan pada hirarki teratas lebih umum dibandingkan komponen di bawahnya yang lebih spesifik (Marquis, 2010),



4. Komponen Perencanaan Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu perencanaan harus mengandung unsur-unsur yang dapat menjawab What, Why, 5



Where, Who, dan How. Secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah: a. Tindakan apa yang harus dikerjakan? Penjelasan dan perincian kegiatan yang dibutuhkan, sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan b. Mengapa tindakan itu harus dilaksanakan? Penjelasan mengapa rencana itu harus dikerjakan dan mengapa tujuan tertentu harus dicapai c. Dimana tindakan itu harus dikerjakan? Penjelasan tentang tempat/lokasi secara fisik dimana rencana kegiatan harus dikerjakan sehingga tersedia sumber daya yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu d. Kapan rencana itu harus dikerjakan? Penjelasan kapan dimulainya tindakan dan kapan selesainya di setiap unit organisasi dengan penggunaan standar waktu yang telah ditentukan e. Siapa yang mengerjakan tindakan itu? Petugas yang akan melakukan kegiatan atau tindakan baik jumlah maupun kualifikasi keahlian, pengalaman maupun pendidikan f.



Bagaimana cara melaksanakan kegiatan itu? Penjelasan secara rinci teknikteknik melakukan kegiatan yang ditetapkan sehingga tindakan yang dimaksud akan dapat dijalankan dengan benar.



B. Jenis Perencanaan yang disusun kepala ruang rawat Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu dibagi menjadi tiga jenis yaitu, perencanaan jangka pendek jangka menengah dan jangka panjang. (Asmuji, 2014) 1. Perencanaan Jangka Pendek Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun. 2. Perencanaan Jangka Menengah Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun (Marquis & Huston, 1998). 3. Perencanaan Jangka Panjang Perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahanPerencanaan jangka 6



panjang yang didalamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi. Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. (1) Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana. (2) Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer. (3) Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali, yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang. (Mugianti, 2016) Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam: 1. Perencanaan reaktif suatu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang dihadapi saat ini. 2. Perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi. C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen 1. Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) Perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana produksi yang dimiliki dna



dihubungkan



dengan



kebutuhan



yang



muncul



dari



lingkungan.



Mengusahakan terjadinya keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan. SALING BANGUN: SA (Sarana Produksi) LING (Lingkungan Masyarakat), BANGUN (Perkembangan yang menguntungkan) 2. Pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treat) Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness), selanjutnya melakukan analisa faktor eksternal yang berhubungan dengan peluang (Opportunity) dan tekanan/ancaman (Threat). Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis



untuk



mencapai



tujuan



7



organisasi.



Rencana



strategis



harus



diterjemahkan ke dalam rencana operasional yang mencantumkan target yang harus dicapai (Riski & Wijaya, 2018) D. Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan 1. Ruang Rawat Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan. Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, diaman, berapa dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif. Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan. Perencanaan sangat penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan. Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal. (Kamalia et al., 2020)



8



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan. Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat jenis perencaan yang disusun oleh kepala ruang, yaitu perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. Dan dalam proses penyusunan rencana terdapat 2 pendekatan, yaitu pendekatan perkembangan yang menguntungkan dan pendekatan SWOT. Perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien B. Saran Mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih banyak lagi mengenai perencanaan pada proses asuhan keperawatan. Perencanaan sangat penting sebelum



mengambil



tindakan



sehingga



pelayanan



yang



diberikan



dapat



diperhitungkan dengan matang dan menghasilkan output yang baik bagi mahasiswa saat praktik asuhan keperawatan.



9



DAFTAR PUSTAKA Asmuji. (2014). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media. Kamalia, L. O., Said, A., & Risky, S. (2020). Manajemen Keperawatan. In Manajemen Keperawatan (p. 423). https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=cLYHEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq= Perencanaan+dalam+manajemen+keperawatan+di+ruang+rawat+dan+puskesmas+se suai+standar+akreditasi+nasional+dan+internasiona&ots=rkP25YBd5I&sig=quGaSyZS VauaJlT5R2UtVivi1Fo&redir_esc=y#v=onepage&q=Perencanaan dalam manajemen keperawatan di ruang rawat dan puskesmas sesuai standar akreditasi nasional dan internasiona&f=false Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riski, K., & Wijaya, A. (2018). Modul Pembelajaran Managemen Keperawatan. In Stikes Insan Cendekia Medika.



10



Agti Latupeirissa Ananda Sagita Tandiboro Antjelita Milenia Kabo Bhetrinda Alhamd Chatarina Sentosa Jemali Coleta Antonia Putri J. K Desiana Lestari Dini Alfrianty Pabeno Esra Parereu



PENGERTIAN PERENCANAAN



Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan.



HIERARKI PERENCANAAN Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam piramida hierarki. Hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.



TUJUAN PERENCANAAN Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan: • Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan. • Hal tersebut bermakna pada pekerjaan. • Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang tersedia. • Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis. • Hal tersebut efektif dalam hal biaya. • Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu menurunkan elemen perubahan. • Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah. • Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif.



MANFAAT PERENCANAAN  Membantu



  



   



proses manajemen dalam menyesuaikandiri dengan perubahan-perubahan lingkungan. Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan. Memudahkan koordinasi. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami. Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.Menghemat waktu dan dana.



SYARAT PERENCANAAN  Factual atau realistis



 Logis atau rasional  Fleksibel



 Komitmen  Komprehensif



KOMPONEN PERENCANAAN Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: 1. input, 2. proses, 3. output, 4. control mekanisme umpan balik.



JENIS PERENCANAAN DISUSUN KEPALA RUANGAN Jenis perencanaan di susun Kepala Ruangan terdiri dari: 1. Rencana jangka panjang 2. Rencana jangka menengah 3. Rencana jangka pendek



PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENYELESAIN MASALAH MANAJEMEN Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.



Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Dan Puskesmas Yang Sesuai Dengan Standar Nasional Dan Internasional 1.



Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang inap :  Pengorganisasian  Rencana Strategi Perencanaan  Pengaturan dan kegiatan



Persiapan pendokumentasian  Persiapan evaluasi Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas Menurut menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan unit pelaksana teknik dinas kesehatan kabupaten/kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyrakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. 



2.



DISUSUN OLEH : AGNES MONICA ALOSIA TOANUBUN CRYSTINA NATALIA FEBE MEISKE KRISOGONUS ZETH TETURAN LUSI YOHANA JAWAMARA MARGARETHA MELANIA SCOLASTIKA PASUDI SRY ELVANI TANDI TOLLA



(C1814201053) (C1814201055) (C1814201060) (C1814201067) (C1814201075) (C1814201078) (C1814201081) (C1814201094) (C1814201096)



Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan 1. Pengertian Perencanaan Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan profesional. (Amsuji, 2014). 2.Hirarki perencanaan Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti di gambarkan dalam Piramida hirarki, hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan



3. Tujuan perencanaan Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan :  Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan  



    



tujuan Hal tersebut bermakna pada pekerjaan Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang tersedia Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis Hal tersebut efektif dalam hal biaya Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang. Sehingga membantu menurunkan elemen perubahan Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah. Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).



4.manfaat perencanaan  Adapun manfaat Perencanaan antara lain : Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan  Memungkinkan manejer memahami keseluruhan gambaran Operasi lebih jelas.  Membantu menetapkan tanggung jawab lebih tepat.  Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.  Memudahkan koordinasi  Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.  Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.  Menghemat waktu dan dana. 5.Syarat perencanaan  Factual atau realistis  Logis atau rasional  Fleksibel  Komitmen  Komprehensif



6. Komponen Perencanaan Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi , pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu :  Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi ,personel,peralatan dan fasilitas,proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelolaan keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,pengorganisasian ,pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan  Output elemen lain dalam pendekatan system adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf ,serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.  Control control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang professional .evaluasi ,penampilan kerja perawat,pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.  Mekanisme umpan balik mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan,keuangan ,audit keperawatan dan survey kendali mutu ,serta penampilan kerja perawat  Proses proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan.didalam proses keperawatan,bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejalah,eliminasi resiko,pencegahan komplikasi .argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal



Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu dibagi menjadi 3 tipe yaitu :  Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun.  Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun (Marquis & Huston, 1998),  sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan. Perencanaan jangka panjang yang didalamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi



Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana.  Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana.  Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan titik rencana. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.  Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasa dibuat oleh kepala ruang. Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam 2 bagian yaitu :  perencanaan reaktif suatu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang dihadapi saat ini.  perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi.



Sedangkan menurut proses penyusunan perencanaan dikasih diklasifikasikan menjadi: a) Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Profitabel Growth Approach) Pendekatan perkembangan yang menguntungkan adalah perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sasaran produksi yang dimiliki dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan terjadinya keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan. a) Pendekatan SWOT Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan (strenght) dan kelemahan (wakness), selanjutnya melakukan analisa faktor eksternal yang berhubungan denganpeluang (opportunity) dan tekanan/ancaman (treat). Setelah diketahui kekuatan kelemahan peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan kedalam rencana operasional yang mencantumkan target yang harus dicapai.



Perencanaan keperawatan yang juga penting adalah perencanaan SDM khususnya SDM keperawatan. Adapun tujuan perencanaan SDM keperawatan adalah:  Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan contoh perencanaan kebutuhan perawat berdasarkan tingkat pendidikan (D3, Ners, Ners spesialis)  Peminatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi pendidikan yang tepat.  Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa mendatang  Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas  Mempermudah koordinasi integrasi dan sinkronisasi



Menurut Syahputra (2014) keberhasila suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung kepada jenis perencanaan yang di susun kepala ruangan diantaranya adalah:  Menunjuk ketua tim yang bertugas dalam ruangan  Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya  Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim  Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, Mengatur penugasaan atau penjadwalan  Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan  Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter  Mengetur dan mengendalikan asuhan keperawatan  Mambantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri  Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan  Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit



Proses Penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen 1) Rencana Kegiatan Perencanan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujaun yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.  Rencana Usulan Kegiatan (RUK)  Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)  Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2) Perencanaan tingkat puskesmas Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dapt diartiakan sebagai proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas. Untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kesehatan diwilayahnya



Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang dilaksanakan secara sistematis ntuk mengatasi masalah atau sebagaian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya. Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu: 1) Tahap persiapan Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara :  Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf Puskesmas.  Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan Perencanaaan Tingkat Puskesmas.  Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota,Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan. 2) Tahap analisis situasi Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan pengumpulan data. Ada 2 (dua) kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data khusus.



Lanjutan.. Data Umum :  Peta Wilayah Kerja serta Fasilitas Pelayanan (Format-1) Data wilayah mencakup  luas wilayah, jumlah desa / dusun / RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu  Data Sumber Daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa), mencakup :  Ketenagaan (Format – 2a)  Obat dan bahan habis pakai (Format – 2b)  Peralatan (Format – 2c)  Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah), masyarakat, dan sumber lainnya (Format – 2d)  Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan (Format – 2e)  Data Peran Serta Masyarakat (Format – 3): Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader,dukun bayi dan tokoh masyarakat.  Data Penduduk dan Sasaran Program ( Format – 4): Data penduduk dan sasaran program mencakup : jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin (persentase di tiap desa / kelurahan). Data ini dapat diperoleh di kantor Kelurahan / Desa, Kantor Kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.  Data sekolah ( Format – 5): Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS , dan lainnya.  Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas (Format- 6): Data kesehatanlingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan / minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah



Data Khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas), jenis data ini antara lain meliputi :  Data Status Kesehatan terdiri dari : data kematian (Format -7),Kunjungan Kesakitan (Format – 8), Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan (Format – 9).  Data Kejadian Luar Biasa (Format – 10), dapat dilihat pada Laporan W1 (Simpus).  Data Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap desa / kelurahan, dapat dilihat dari Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (Format – 11).  Data Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain (Format – 12). 3) Tahap penyususnan rencana usulan kegiatan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) langkah, yaitu Analisa Masalah dan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.  Analisa Masalah : Dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas diantaranya melalui tahapan : identifikasi masalah, Perumusan masalah, dan Merumuskan akar penyebab masalah.  Identifikasi masalah: Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.  Menetapkan urutan prioritas masalah Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara sekaligus, ketidak-tersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, CARL dan sebagainya. Penetapan penggunaan metode tersebut diserahkan kepada masing-masing Puskesmas



Merumuskan masalah Tahap merumuskan masalah mencakup mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana masalah itu terjadi (what, who, when, where and how). Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode:  diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan karena digambarkan membentuk tulang ikan),  pohon masalah (problem trees) Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari :  Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat, tenaga serta prosedur kerja manajemen alat, obat dan dana.  Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan pelayanan medis dan non medis.  Lingkungan Mencari penyebab masalah dengan menggunakan “pohon masalah (problem trees)”Menetapkan cara-cara pemecahan masalah Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan kesepakatan di antara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya. Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi masalah dapat dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara angsung di lapangan (Survey Mawas Diri). Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petuga Puskesmas dengan melibatkan masyarakat.



Survey Mawas Diri merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan potensi yang ada. Delbecq Technique adalah perumusan dan identifikasi potensi melalui sekelompok orang yang memahami masalah tersebut. Tahapan pelaksanaannya dimulai dengan pembentukan tim, menyusun daftar masalah, menetapkan kriteria penilaian masalah dan menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria penilaian . Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang, yang meliputi :  Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan program hasil analisis masalah).  Kebutuhan Sumber Daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada tahun sekarang.  Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format RUK Puskesmas 4) Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.  Langkah-langkah penyusunan RPK adalah :  Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.  Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.  Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan.  Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK  Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.



Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas yang sesuai standar akreditasi Nasional dan Internasional 1) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan diruang rawat a) Pengorganisasian Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :  Kepala ruangan  Perawat primer  Perawat asosiet b) Rencana strategi perencanaan Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan di dalam Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat diruangan, jadwal kerja dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya, instalasi yang menunjang dalam proses seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung di dalam organisasin rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non medis).



c) Pengaturan dan kegiatan



Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu bulan. d) Persiapan Pendokumentasian Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain bentuk sistem dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Termasuk di dalam persiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan kriteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah dipahami semua perawata yang ada diruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya e) Persiapan Evaluasi Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus didalamnyan adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum. Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan. 1. Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari: Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial, yaitu :  Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)  Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)  Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)  Manajemen Asuhan Keperawatan



Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto, 2008). 2.Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu :  Pengkajian-pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas) : tenaga keperawata, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.  Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini di maksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menengakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.  Pelaksanaan. Manajemen Keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.  Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.



2) Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit Keberhasilan manajemen keperawatana dalam mengelola suatu organisasi keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu :  Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan  Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif  Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan  Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien  Manajemen keperawatan harus terorganisir  Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan  Divisi keperawatan yang baik  Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif  Pengembangan staf  Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (Karu). Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruangan yaitu:  SDM Keperawatan  Sarana dan prasarana  Biaya/anggaran  Sistem informasi  Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.  Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi.  Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan



Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:  Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat  Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan tim kesehatan  Mengelola keuangan  Mengelola SDM keperawatan di ruangan  Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift  Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.  Mengorientasikan dan mengembangkan staf  Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain  Mempertahankan kenyamanan / keamanan pasien 3) Ketenagaan keperawatan di ruang rawat inap Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010).



4) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas,maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunaka standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk akreditasi secara berkala paling sedikit 3 tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS. Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen resiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi. Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini di tegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.



Manajemen Keperawatan Fungsi Manajemen: Planning BY GROUP 1



Konsep Dasar Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan, sehingga sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu perencanaan, pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana kerja yang harus berisi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang baik mengarahkan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien, sehingga faktor-faktor produksi (resources) yang ada digunakan sebaik-baiknya



Tujuan Perencanaan Meningkatkan peluang untuk sukses



Menstimulasi berpikir analisis



Mencegah terjadinya krisis manajemen



Memfasilitasi berpikir kritis dan membuat keputusan secara fleksibel



Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi



Menjamin biaya yang efektif



Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut (Dermawan,2012) TUJUAN ADMINISTRASI



TUJUAN KLINIS



1) Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau kelompok



1) Menyediakan penulisan



2) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya



2) Mengkomunikasikan dengan staf perawat; apa yang diajarkan, di observasi dan dilaksanakan.



3) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan 4) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien



suatu



pedoman



dalam



3) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan tindakan.



Syarat Perencanaan Actual dan realistis Logis dan rasional Fleksibel Komitmen Komprehensif Mempermudah pencapaian tujuan organisasi Teliti secara merinci Tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksana



Komponen Perencanaan 1.



What → Tindakan apa yang harus dikerjakan?



2.



Who → Siapa yang mengerjakan Tindakan itu?



3.



Where → Dimana Tindakan itu dikerjakan?



4.



When → Kapan Tindakan itu dikerjakan?



5.



Why → Mengapa Tindakan itu harus dilaksanakan?



6.



How → Bagaiman cara melaksanakan Tindakan itu?



Jenis Perencanaan yg disusun kepala ruang rawat 1.



Perencanaan Jangka Pendek



2.



Perencanaan Jangka Menengah



3.



Perencanaan Jangka Panjang



Klasifikasi berdasarkan waktu pembuatan 1.



Perencanaan Reaktif



2.



Perencanaan Proaktif



Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen 1.



Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Profitabel Growth Approach)



2.



Pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)



Perencanaan Manajemen Keperawatan Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal.



This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND



1.



BY GROUP 1



TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN “Pengorganisasian Dalam Keperawatan”



Disusun Oleh : KELOMPOK 2 Gabrela



Jurniawati



Gloriani



Krisna



Hermila S



Kurnia



Jellystisia



Lidya



Julaeta



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AKADEMIK 2020/2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kelompok panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kelimpahan rahmat dan karunia-Nya karena saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul Menetapkan Kegiatan Fungsi Perorganisasian Yang Sesuai Dengan Prinsip Pengorganisasian ini tepat pada waktunya. . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah MANAJEMEN KEPERAWATAN . Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini. Dan terima kasih juga atas dukungan semua pihak kepada penulis yang telah memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang kondusif sangat saya harapkan dari pembaca guna peningkatan pembuatan makalah berikutnya.



Makassar, 20 Maret 2021



Kelompok 2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ A. Konsep dasar tujuan, dan prinsip pengorganisasian ..................................... B. Jenis struktur organisasi dalam keperawatan ................................................ C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi ...................................................... D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat ........................................................................... BAB III PENUTUP ................................................................................................... Kesimpulan .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG



Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.Lingkup



manajemen



keperawatan



merencanakan,



yaitu



operasional



dan



manajemen



mengorganisir,



asuhan



mengarahkan,



dan



mengawasi sumber daya keperawatan. Pengorganisasian merupakan pengelompokkan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan. Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik. Fungsi-fungsi



manajemen



keperawatan



adalah



perencanaan,



pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh manajer keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan. Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen secara umum dari beberapa ahli. Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah bahwa budaya merupakan suatu lah yang berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan akan bersifat lebih lama yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana pada suatu kondisi tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat



berubah, jika anggota berkehendak untuk mengubah selain itu iklim juga berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan budaya. Budaya dan iklim organisasi berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ? 2. Apa saja jenis struktur organisasi dalam keperawatan ? 3. Apa Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi ? 4. Bagaimana Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat ?



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep dasar tujuan, dan prinsip pengorganisasian a) Konsep Dasar Pengorganisasian Pengorganisasian (Organizing) merupakan seuah pelayanan yang penting dalam suatu organisasi untuk menentukan tingkat keberhasilan tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, di dalamnya terdapat penyusunan struktur organisasi formal sebagai sarana mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan dan prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya. Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan. Pengorganisasian dalam pelayanan keperawatan sendiri adalah proses



pengelompokkan



kegiatan



terhadap



tugas,



wewenang,



tanggungjawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat empat pilar pengorganisasian (Four Building Blocks of Organizing), yaitu : a. Pembagian Kerja (Division of work) Pembagian Kerja adalah upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan menjadi lebih sederhana dan spesifik dan setiap karyawan akan ditempatkan dan ditugaskan dalam setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut. Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis. b. Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization) Pengelompokan Pekerjaan atau Departementalisasi pada dasarnya adalah proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu. c. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy)



Hierarki adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Terdapat dua konsep penting dalam Hierarki, yaitu span control dan chain of command. Span of control terkait dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada departemen



atau



bagian



tertentu.



Chain



of



command



juga



menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari hirarki yang paling tinggi hingga hirarki yang paling rendah. d. Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam organisasi (coordination) Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.



Sedangkan manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah



ditentukan



sebelumnya.



Selanjutnya



Swanburg



(2000)



mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989).



b) Tujuan Pengorganisasian 1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan 2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial 3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen yang ada 4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang siasia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya



Hasil



akhir



keperawatan



(outcome) adalah:



yang



diharapkan



Terselenggaranya



dari



manajemen



pelayanan/



Asuhan



keperawatan yang berkualitas. Pengembangan staf dan Budaya riset bidang keperawatan



c) Prinsip-Prinsip Pengorganisasian Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang efektif, pengambilan



keputusan,



pengelola/pemimpin,



tujuan



sosial,



pengorganisasian dan perubahan.



Berikut dibawah ini akan dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut 1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa depan



dan



memastikan



kemungkinan



hasil



yang



diharapkan



(Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain yang relevan.



Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif. 2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan. 3. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil. 4. Pengelola/Pemimpin



(Manager/leader).



Manajer



yang



bertugas



mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan 5. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi. 6. Pengorganisasian



(Organizing).



Pengorganisasian



adalah



pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg, 1999). 7. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda layani B. Jenis struktur organisasi dalam keperawatan



a) Struktur fungsional Struktur fungsional adalah yaitu struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja. Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian mereka (Sukoco, 2007). Keuntungan dari struktur organisasi fungsional: 1. Dapat mencapai skala ekonomis pada masing-masing bagian 2. Tugas sesuai dengan keahlian dan pelatihan tugas 3. Berkualitas tinggi pemecahan masalah teknis 4. Mendalam pelatihan dan pengembangan keterampilan Kekurangan struktur organisasi fungsional adalah: 1. Adanya kesulitan dalam penunjukkan tanggung jawab secara tepat karena hanya mendahulukan rutinitas tugas 2. Tempat



berkumpulnya



masalah,



dan



tidak



langsung



ke



akar



permasalahan 3. Kurang rasa kebersamaan dalam meraih tujuan bersama 4. Menumbuhkan perspektif fungsional yang 5. Terlalu banyak rujukan untuk membuat keputusan 6. Kurang memperhatikan aspek strategis jangka panjang 7. Menumbuhkan ketergantungan antar-fungsi dan kadang membuat koordinasi dan kesesuaian jadwal kerja menjadi sulit dilakukan b) Struktur program Struktur program menekankan integrasi kerja dari konsumen, layanan, dan



geografis.Dalam



pelayanan



kesehatan,



program-program



dikelompokkan berdasarkan kebutuhan pasien, umur, layanan tertentu, spesialis tertentu ataupun geografisnya(Huber, 2010). Kelebihan struktur program: 1. Pelayanan dapat dilakukan secara optimal karena ahli-ahli yang terkait berada di satu area



2. Dapat membuat keputusan operasional yang tepat waktu 3. Pasien dapat mengakses layanan yang terintegrasi dari berbagai profesi kesehatan dengan keahlian klinis yang spesifik Kekurangan struktur organisasi program: 1. Pasien yang membutuhkan lebih dari satu program akan merasa kesulitan dalam menghadapi pelayanan dari program yang berbeda 2. Integrasi program dapat terjadi dengan menurunkan kordinasi antar program 3. Para profesi kesehatan dari suatu program tertentu dapat terisolasi dari kolega mereka yang berada di program lain. c) Struktur organisasi matriks Struktur organisasi matriks merupakan struktur organisasi gabungan antara fungsional dan program (Charnes & Tewksbury, 1993 dalam Huber, 2010), dimana struktur organisasi jenis ini merekrut orang-orang yang memiliki keahlian tertentu yang diperlukan dalam suatu proyek tertentu.Pada proyek ini, staf dapat memiliki pekerjaan rangkap atau terpisah yaitu pada proyek dan pada posisi permanen(Sukoco, 2007). Keuntungan struktur organisasi matriks: 1. Lebih baik kerjasamanya antar lintas fungsi 2. Peningkatan pengambilan keputusan 3. Meningkatkan fleksibilitas dalam restrukturisasi 4. Pelayanan kepada pasien jadi lebih baik. 5. Akuntabilitas kinerja lebih baik. 6. Adanya peningkatan manajemen strategis karena mampu mencapai tingkat koordinasi yang diperlukan untuk menjawab tuntutan “ganda” lingkungan. Kerugian dari struktur organisasi matrik adalah: 1. Adanya sistem dua pengawas yang rentan terhadap perebutan kekuasaan



2. Adanya sistem dua pengawas yang dapat membuat kebingungan tugas dan konflik dalam prioritas kerja. 3. Rapat Team biasanya banyak memakan waktu 4. Peningkatan biaya karena menambah struktur tim. d) Struktur paralel Struktur organisasi paralel merupakan sebuah mekanisme terbaru dalam menghadapi tantangan bentuk murni fungsional, yaitu dengan mengkordinasikan



departemen/bagian-bagian



fungsional.



Mekanisme



dalam struktur ini dapat terdiri dari tim, para ahli, satuan kerja, peran penghubung, dan komisi kerja(Charnes & Tewksburry, 1993 dalam Huber, 2010). Sebagai contoh yaitu departemen sumber daya manusia dapat didirikan pada suatu struktur organisasi rumah sakit untuk mengurus masalah penerimaan karyawan di seluruh unit rumah sakit, sehingga departemen yang lain tidak perlu melakukan penerimaan karyawan sendiri.Struktur organisasi paralel dapat mendorong kolaborasi dan pertukaran pengetahuan antar divisi dan memperkuat konsistensi dalam klinik dan praktek manajemen yang sesuai dengan standar prosedur.



e) Struktur organisasi program yang dimodifikasi Struktur organisasi jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi fragmentasi dan isolasi-isolasi fungsi dari struktur program dengan menyatukan berbagai fungsi serta profesi antar program.Sebagai contoh yaitu seorang perawat ingin menyelesaikan masalah keperawatan professional yang berhubungan dengan standar, sumber daya pendidikan, dan aktivitas penelitian antar organisasi.Tidak seperti dalam struktur fungsional di mana rekan sejawatnya memiliki otoritas, di dalam struktur ini perawat tersebut tidak dapat secara langsung mengontrol pekerjaan, keuangan dan masalah personal.Perawat ini harus menggunakan pengaruhnya dan keterampilan kepemimpinannya dalam memberikan perubahan(Charnes & Tewksburry, 1993 dalam Huber, 2010).



Adanya



perbedaan



dalam



struktur



organisasi



di



atas



dapat



disebabkan oleh faktor-faktor berikut: 1. Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi maka logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. Lebih tepatnya, struktur harus mengikuti strategi 2. Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang dalam organisasi tersebut. 3. Teknologi Organisasi. Teknologi organisasi adalah dasar dari subsistem produksi, termasuk teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah input organisasi menjadi output. 4. Lingkungan mencakup seluruh elemen di luar lingkup organisasi. Elemen kunci mencakup industri, pemerintah, pelanggan, pemasok dan komunitas finansial. C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi



Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah bahwa budaya merupakan suatu lah yang berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan akan bersifat lebih lama yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana pada suatu kondisi tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat berubah, jika anggota berkehendak untuk mengubah selain itu iklim juga berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan budaya. Budaya dan iklim organisasi berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Budaya organisasi tertanam dalam perilaku karyawan dalam suatu organisasi dan dengan cara itu menunjukkan 'kepribadian' organisasi. Budaya unik suatu organisasi menciptakan suasana yang berbeda yang dirasakan oleh orang-orang yang merupakan bagian dari kelompok, dan suasana ini dikenal sebagai iklim organisasi.



Sedangkan iklim organisasi adalah tentang persepsi dan perasaan masing-masing mengenai budaya organisasi tertentu. Iklim suatu organisasi sering berubah dengan pengaruh langsung dari manajemen puncak dalam organisasi. Iklim organisasi jauh lebih mudah untuk dialami dan diukur daripada budaya organisasi.



Perbedaan antara Budaya Organisasi dan Iklim 1. Iklim organisasi dapat dengan jelas diidentifikasi dengan persepsi individu mengenai kualitas dan karakteristik budaya organisasi. 2. Budaya mewakili citra sebenarnya dari organisasi, sedangkan iklim mewakili persepsi individu, meskipun mungkin ada perbedaan di antara masing-masing ide mereka. 3. Budaya organisasi berkaitan dengan visi makro organisasi, sedangkan iklim organisasi sangat mementingkan citra mikro organisasi. Kedua hal tersebut, baik iklim maupun budaya akan terdapat dalam sebuah organisasi, dapat menjadi dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan



satu



dengan



yang



lain



karena



keberadaannya



saling



mempengaruhi seiring dengan pengaruh lingkungan organisasi sehingga dapat disimpulkan bahwa iklim berangkat dari karakter masing-masing anggota yang kemudian berkembang dan mewarnai organisasi meski dalam satu waktu tertentu dapat berubah seiring perubahan pada organsiasi itu, sedangkan budaya berkembang dari nilai, norma dan keyakinan anggota yang kemudian meluas sehingga setiap anggota organisasi memahami kondisi tersebut dan dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama, keduanya merupakan sebuah fenomena dalam organisasi.



D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat



a) Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan diruangan meliputi:



1. Struktur organisasi Struktur organisasi diruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang



rawat



sebagai



wadah



dan



pusat



kegiatan



pelayanan



keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi rumah sakit jika dilihat dari surat keputusan Menkes no. 134 dan 135 tahun 1978. Oleh karena itu direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang mengatur struktur organisasi ruang rawat. Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat stuktur organisasi ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertical maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapt pula disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.



2. Pengelompokan kegiatan Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan. Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya



dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas manajer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut manajer keperawatan dalam hal ini kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkategorikan klien yang ada diunit kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas: tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan kline, misalnya keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total, atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut. Diagnose/masalah keseahtan yang dialami klien misalnya perawatan medical bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan, misalnya



rehabilitas,



kemoterapi.



Dibeberapa



rumah



sakit



ini



pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas. Kemudian kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah kategori tenaga yang ada diruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.



b) Manajemen Kinerja Klinik Konsep dasar manajemen kinerja klinik Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes RI, 2005). Manajemen kinerja klinik didasarkan pada profesionalisme perawat, ilmu pengetahuan dan teknologi aspek legal formal serta landasan etika. Manajemen kinerja klinik dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan perawat di institusi pelayanan kesehatan. Dalam penerapan



dan manajemen kinerja klinik perawat diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, mematuhi standard yang ditetapkan, mempunyai kemampuan manajerial yang baik, melaksanakan asuhan keperawatan yang bermutu dan pada akhirnya mampu memenuhi harapan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan yang bermutu.



1. Implementasi Fungsi pengorganisasian: -



Merumuskan sistem penugasan



-



Menjelaskan rincian tugas ketua tim



-



Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat



-



Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawtan diruang rawat



-



Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan/fasilitas ruangan



-



Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik



-



Mendelegasikan tugas kepada ketua tim



Fungsi pengarahan: -



Memberikan pengarahan kepada ketua tim



-



Memberikan



motivasi



dalam



meningkatkan



pengetahuan,



keterampilan dan sikap anggota tim -



Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik



-



Membimbing bawahan



-



Meningkatkan kolaborasi dengan nggota tim



-



Melakukan supervise



-



Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruangan



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



2. Evaluasi Fungsi pengendalian: -



Mengevaluasi kinerja tim



-



Memberikan umpan balik pada kinerja katim



-



Mengatasi masalah diruang rawat dan menetapkan tindak lanjut



-



Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



a. Peran ketua Tim dalam tahap: 1. Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien 2. Perencanaan: Fungsi perencanaan dan ketenagaan: -



Bersama



Karu



melaksanakan



serah



terima



tugas



dan



pembagian tugas -



Menyusun rencana asuhan keperawatan



-



Menyiapkan



keperluan



untuk



melaksanakan



asuhan



keperawatan -



Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan



-



Mengorientasikan klien baru pada lingkungan



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



3. Implementasi Fungsi pengorganisasian: -



Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan



-



Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien



-



Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan



-



Mampu mengkoordinir pekerjaan yang dilakukan bersama tim kesehatan lain



-



Mengatur waktu istirahat anggota tim



-



Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



Fungsi pengarahan: -



Memberikan pengarahan kepada anggota tim



-



Memberikan bimbingan pada anggota tim



-



Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep



-



Mengawasi proses pemberian askep



-



Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan



-



Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



4. Evaluasi: Fungsi pengendalian: -



Mengevaluasi asuhan keperawatan



-



Memberikan umpan balik pada pelaksana



-



Memperhatikan aspek legal dan etik



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



b. Peran pelaksana dalam tahap: 1. Pengkajian: mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk melaksanakan asuhan keperawatan 2. Perencanaan: Fungsi perencanaan dan ketenagaan: -



Bersama Karu mengadakan serah terima tugas



-



Menerima pembeagian tugas dari katim



-



Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan



-



Mengikuti ronde keperawatan



-



Menerima klien baru



-



Implementasi



Fungsi pengorganisasian: -



Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim



-



Menerima pembagian tugas



-



Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim



-



Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain



-



Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya



-



Melaksanakan asuhan keperawatan



-



Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan.



c) Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja Klinik Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan



adalah



suatu



proses



bekerja



melalui



anggota



staf



keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer keperawatan dituntuk untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Selama ini manajemen keperawatan tidak dijalankan dengan baik di Puskesmas. Berbeda dengan dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta. Memang manajemen Puskesmas secara umum telah diatur oleh pemerintah termasuk pencatatan dan pelaporannya. Namun tugas poko dan fungsi perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan sangat jarang tersentuh pada aplikasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila Institusi pendidikan lebih memilih Rumah Sakit sebagai lahan praktik manajemen keperawatan. Tentunya adalah sebuah kerugian besar apabila tenaga profesional dengan gelar Profesi (Ners) kurang tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk manajerial keperawatan di Puskesmas. Kemenkes 2005 telah mengeluarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 836 tahun 2005 tentnag pedoman pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan. Hal ini seharusnya menjadi jalan terbaik agar manajemen



keperawatan



bisa



diaplikasikan



dengan



baik



dan



menghasilkan pelayanan keperawatan yang bermutu. Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output).



Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuo standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian-bagian dari pengumpulan tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan. Inikator kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan keputusan, mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit pasien,



penilaian



prestasi.



Khusus



untuk



diskusi



refleksi



kasus,



mempunyai istilah yang dikenal sebagai Nursing Round (Ronde Keperawataan). Namun sebenarnya diskusi refleksi kasus mencakup organisasi,



evaluasi



tugas,



kerjasama



tim,



pemecahan



masalah,



pengembangan staf dan penelitian. Monitoring mencakup evaluasi tugas, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pemecahan masalah, menangani konflik, komunikasi dan analisis transaksional, sistem infromasi computer. Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik yang harus dikuasiai yaitu learning organization and coaching. Learning organization adalah sautu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat primer. Dengan learning organization perawat primer akan mampu mengorganisir perawat asosiasi yang dipimpinnya. Coaching adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Jadi selain mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan pendidikan kepada perawat yang lebih junior dan tim kesehatan yang laiinya. Dari kerangka konsep manajemen kinerjak klinik dan manajemen keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para perawat untuk meningkatkan mutu kinerjanya, khususnya di Puskesmas.



BAB III PENUTUP



Kesimpulan



Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989). Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah: Terselenggaranya pelayanan/ Asuhan keperawatan yang berkualitas. Pengembangan staf dan Budaya riset bidang keperawatan. Ada tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin, tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan. Struktur fungsional adalah yaitu struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja. Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian mereka (Sukoco, 2007). Struktur program menekankan integrasi kerja dari konsumen, layanan, dan geografis.Dalam pelayanan kesehatan, program-program dikelompokkan berdasarkan kebutuhan pasien, umur, layanan tertentu, spesialis tertentu ataupun geografisnya(Huber, 2010). Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah bahwa budaya merupakan suatu lah yang berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan akan bersifat lebih lama yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana pada suatu kondisi tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat berubah, jika anggota berkehendak untuk mengubah selain itu iklim juga berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan budaya.



DAFTAR PUSTAKA



https://id.classicfoxvalley.com/collate/difference-between-organizational-culture-andclimate/ http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/majalah_ekonomi/article/view/1314 http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Manajemendan-Kepemimpinan-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf https://www.ayoksinau.com/pengertian-struktur-organisasi/ https://id.scrib.com/document/475990191/implementasi-pengorganisasiankeperawatan-di-ruang-rawat-dan-puskesmas-docx



MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN “PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN”



DI SUSUN OLEH: ALICIA AGATA MAWARU



(C1814201054)



DESIANI



(C1814201061)



DEVA LOLO PAYUNG



(C1814201062)



FRISKA PAYUNG



(C1814201068)



HERDA ANNEKE SOPUTAN



(C1814201073)



KRISTOVORUS GEPOT



(C1814201076)



MICHELLE ELIFELE L.



(C1814201087)



PAETRICK PIETER SIMSON D.F (C1814201090) SKOLASTIKA LILLI



(C1814201095)



YOSEPH ARSONO



(C1814201104)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR 2020/2021 i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah tentang Manajemen Keperawatan “Pengorganisasian Dalam Keperawatan” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan di STIK Stella Maris Makassar. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya. Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.



Makassar, 24 Maret 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI



............................................................................................. ii



BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1 C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 2 BAB II : PEMBAHASAN A. Konsep Pengorganisasian .............................................................................. 3 B. Prinsip Pengorganisasian .............................................................................. 4 C. Struktur Organisasi ........................................................................................ 8 D. Tujuan Pengorganisasian .............................................................................. 10 E. Perbedaan Budaya dan Iklim dalam Organisasi ............................................ 11 F. Implementasi Pengorganisasian ................................................................... 12 BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 18 B. Saran ............................................................................................................. 18 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Pengorganisasian ini merupakan pelayanan yang penting dalam suatu organisasi untuk menentukan tingkat keberhasilan tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, di dalamnya



terdapat



penyusunan



struktur



organisasi



formal



sebagai



sarana



mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan dan prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya. (Mugianti, 2016) Pengorganisasian



merupakan



pengelompokkan/pengaturan



kegiatan



yang



dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan. Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik. (Depkes RI, 2001; Hersey dan Blanchard, 1997 dalam Mugianti, 2016) Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugastugas yang dibebankan. (Manda, 2016) Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggungjawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi-fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa dan dimana serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat. (Mugianti, 2016)



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa konsep dari pengorganisasian? 2. Apa yang menjadi tujuan dari pengorganisasian? 1



3. Apa yang menjadi prinsip dalam pengorganisasian? 4. Apa saja struktur organisasi dalam keperawatan? 5. Bagaimana perbedaan budaya dan iklim dalam organisasi? 6. Bagaimana implementasi pengorganisasian dalam keperawatan di ruang rawat dan puskesmas?



C. TUJUAN 1. Mengetahui konsep pengorganisasian 2. Mengetahui tujuan pengorganisasian 3. Mengetahui prinsip pengorganisasian 4. Mengetahui jenis struktur organisasi dalam keperawatan 5. Mengetahui perbedaan budaya dan iklim dalam organisasi 6. Mengetahui implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Konsep Dasar Pengorganisasian Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu aktivitas pengaturan dalam sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan organisasi. Perencanaan juga merupakan seluruh proses dalam mengelompokkan baik pengelompokan karyawan, alat, tugas tanggung-jawab dan wewenang dalam satu kesatuan tujuan. (Effendhie, 2011) Pengorganisasian memudahkan pimpinan organisasi dalam fungsi dan melaksanakan pengawasan serta penentuan karyawan yang diperlukan untuk menjalankan tugas yang sudah dibagi bagi. Pengorganisasian juga meliputi alokasi sumber daya, menyusun dan menetapkan tugas-tugas serta menetapkan prosedur, menetapkan struktur organisasi, perekrutan, pelatihan dan pengembangan personil. Unsur dalam pengorganisasian adalah sekelompok orang yang diarahkan bekerja sama, manual aktivitas-aktivitas yang sudah ditetapkan, panduan guna mecapai tujuan organisasi. Manfaat pengorganisasian adalah antara lain memungkinkan pembagian atas tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi organisasi, menciptakan spesialisasi, personil mengetahui tugas yang diembannya. Adapun fungsi dari pengorganisasian antara lain adalah pendelegasian wewenang di dalam manajemen atas (puncak) kepada manajemeen pelaksana, pembagian tugas yang jelas, dan mengkoordinasikan semua aktivitas. (Effendhie, 2011) Dalam fungsi pengorganisasian, seorang manajer atau pimpinan organisasi akan mengalokasikan keseluruhan sumber daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan suatu kerangka kerja organisasi tertentu. Kerangka kerja



tersebut



dinamakan



Desain



Organisasi.



Terdapat



empat



pilar



pengorganisasian (Four Building Blocks of Organizing), yaitu : a. Pembagian Kerja (Division of work) Pembagian Kerja adalah upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan menjadi lebih sederhana dan spesifik dan setiap 3



karyawan akan ditempatkan dan ditugaskan dalam setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut. Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis. b. Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization) Pengelompokan Pekerjaan atau Departementalisasi pada dasarnya adalah proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu. c. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy) Hierarki adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Terdapat dua konsep penting dalam Hierarki, yaitu span control dan chain of command. Span of control terkait dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada departemen atau bagian tertentu. Chain of command juga menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari hirarki yang paling tinggi hingga hirarki yang paling rendah. d. Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam organisasi (coordination) Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.



B. Prinsip Pengorganisasian Beberapa ahli telah mendefinisikan prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi dan masing-masing ahli memberikan perumusan yang berbeda, baik dalam jumlah maupun istilah yang digunakan. Dalam buku “The Evolution of Management Tought” karya Daniel A. Wren and Arthur G. Bedeian (2009: 216221), dijelaskan mengenai prinsipprinsip organisasi dari Henry Fayol sebagai berikut : 1) Pembagian Kerja (Division of Work) Division of Work atau pembagian kerja kepada individu individu dalam organisasi atau manajemen untuk membangun sebuah pengalaman dan terus mengasah keahliannya sehingga pada akhirnya individu individu tersebut bisa menjadi lebih produktif dan menguntungkan. Terlebih lagi dengan 4



kemampuan



manusia



yang memiliki



banyak



keterbatasan



mengenai



pengetahuan, kebutuhan waktu, dan perhatian sehingga keterbatasan keterbatasan ini bisa dijalankan oleh individu individu yang memiliki kemampuan untuk itu. 2) Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility) Wewenang dan tanggung jawab adalah kunci dalam prinsip organisasi atau manajemen ketika organisasi itu dibangun. Kedua prinsip wewenang dan tanggung jawab tersebut yang akan menghubungkan para manajer ke atas maupun ke bawah. Harus ada suatu kekuasan dalam memberi perintah dan sesuatu kekuatan yang bisa membuat manajer ditaati. Pertanggungjawaban akan timbul oleh adanya kekuasaan tersebut. Keduanya harus dalam kondisi yang seimbang dan tidak ada kekuasaan tanpa tanggungjawab, dan begitupun sebaliknya. 3) Disiplin (Discipline) Discipline atau disiplin sangat berhubungan dengan wewenang. Jika wewenang tidak bisa berjalan dengan semestinya, maka bisa jadi disiplin akan hilang. Maka, pemegang wewenang setidaknya harus bisa menanamkan rasa disiplin terhadap diri sendiri sehinggan nantinya memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan yang sesuai dengan wewenang yang dimiliki. Disiplin mencakup kesungguhan hati, kerajinan, ketaatan, kesiapan, persetujuan, kebiasaan, tata krama antara organisasi tersebut dengan warganya. 4) Kesatuan Perintah (Unity of Command) Kesatuan perintah adalah sebuah prinsip dimana perintah yang diterima bawahan tidak diperbolehkan untuk diberikan oleh lebih dari seorang yang ada di atasnya. Dalam melaksanakan pekerjaan, para karyawan memperhatikan prinsip prinsip kesatuan perintah supaya pekerjaan bisa dilaksanakan secara baik. Tiap karyawan harus mengetahui kepada siapa dia harus bertanggungjawab yang sesuai dengan kewenangannya. Perintah yang diterima dari pimpinan yang lain kepada karyawan yang sama dapat mengakibatkan rusaknya wewenang dan tanggungjawab serta pembagian kerja. Untuk itu, pekerja harus memiliki hanya satu atasan tanpa ada perintah dari yang lain yang bisa jadi sangat bertentangan. 5) Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)



5



Kesatuan Pengarahan merupakan prinsip manajemen yang mengatakan setiap golongan pekerjaan yang memiliki tujuan yang sama, harus memiliki satu rencana dan dipimpin oleh satu manajer saja. Bisa dibedakan, dengan "unity of command" yang berhugunban dengan jalannya fungsi personalia sedangkan unity of direction berhubungan dengan struktur. Di dalam melakukan tugas dan tanggung jawab, pekerja perlu diarahkan pada sasarannya. Kesatuan pengarahan ini sangat berhubungan erat dengan pembagian kerja. Prinsip kesatuan pengarahan juga bergantung pada kesatuan perintah. 6) Subordinasi



Kepentingan Perseorangan terhadap Kepentingan Umum



(Subordination of Individual Interest to General Interest) Prinsip manajemen yang ini menyatakan bahwa tiap karyawan harus mengabdi kepentingan pribadi kepada kepentingan perusahaan atau organisasi. Prinsip ini seperti berupa syarat yang penting supaya aktivitas berjalan dengan baik dan lancar. Prinsip ini terjadi jika karyawan mempunyai kesadaran bahwa kepentingan pribadinya sebenarnya bergantung pada keberhasilan atau tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip manajemen ini bisa terwujud jika karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja. 7) Penggajian (Remunerasi) Prinsip manajemen ini menurut Henry Fayol adalah pembayaran upah serta cara pembayaran yang adil serta memberi kepuasan yang maksimal untuk pegawai dan majikan. Dengan menggunakan sistem upah atau gaji yang memuaskan nantinya bisa merangsang pegawai untuk bisa bekerja lebih rajin lagi. 8) Pemusatan (Centralization) Pemusatan adalah prinsip manajemen yang menyatakan seluruh organisasi harus bisa berpusat, harus memiliki pusat. Prinsip ini harus bisa menunjukkan hingga batas mana kewenangan itu dipusatkan ataupun dibagi pada suatu organisasi. Prinsip pemusatan bukan berarti ada kekuasaan untuk mempergunakan kewenangan, tapi untuk menghindari adanya simpang siur kewenangan dan tanggung jawab. 9) Rangkaian Perintah (Chain of Command) Rangkaian



Perintah



merupakan



mengharuskan 6



prinsip



manajemen



yang



perintah dari atas kebawah harus selalu mengambil jarak yang terdekat. Hierarki ini dibutuhkan untuk kesatuan arah perintah. Rantai perintah ini mengacu kepada jumlah tingkatan yang ada pada hierarki dari otoritas tertinggi sampai tingkat yang paling rendah pada sebuah organisasi. Garis otoritas jaraknya tidak boleh terlalu jauh. 10) Ketertiban (Order) Prinsip manajemen ini bisa jadi adalah syarat yang utama karena pada umumnya tidak ada orang yang dapat bekerja pada keadaan kejang atau kacau. Ketertiban pada suatu pekerjaan bisa terwujud jika semua karyawan memiliki disiplin dan ketertiban yang tinggi. 11) Keadilan (Equity) Prinsip keadilan menurut Henry Fayol dianggap sesuatu yang bisa memunculkan



kesetiaan



dan



ketaatan



karyawan



dengan



cara



mengkoordinasikan keadilan dan kebaikan para manajer didalam memimpin para bawahan dan memicu tumbuhnya rasa tunduk kepada kekuasaan dari atasan. Kewajaran membutuhkan banyak pikiran sehat, pengalaman dan kebaikan hati. Umumnya, karyawan menuntuk diperlakukan dengan wajar, mendapat apa yang telah menjadi haknya. Prinsip ini mutlak diperlukan karena menuntut manajemen untuk memperlakukan bawahan dengan baik. 12) Stabilitas Jabatan dalam Kepegawaian (Stability of Tenur of Personel) Perputaran karyawan yang tinggi bisa menyebabkan ongkos yang tinggi dalam produksi, untuk itulah prinsip ini dijalankan. Karyawan akan bekerja dengan lebih baik apabila mendapat stimulus keamanan pekerjaan dan jenjang karir yang pasti. 13) Inisiatif (Inisiative) Inisiatif merupakan prinsip manajemen yang menyatakan seseorang kepala harus pintar dalam memberikan inisiatif. Inisiatif muncul dari dalam diri seorang yang mempergunakan daya pikir. Inisiatif memunculkan kehendak untuk mewujudkann sesuatu yang bernilai guna bagi penyelesaian pekerjaan dengan cara yang sebaik-baiknya. 14) Semangat Kesatuan (Esprit de Corps) Esprit de Corps atau kesetiaan kelompok merupakan prinsip manajemen dimana setiap pegawai harus mempunyai rasa kesatuan senasib sepenangungan yang bisa menciptakan semangat kerja sama yang lebih baik. 7



Semangat kesatuan ini bisa muncul jika tiap tiap karyawan memiliki kesadaran bahwa tiap pekerja berarti bagi pekerja yang lain dan pekerja lain sangat diperlukan oleh dirinya.



C. Struktur Organisasi Keperawatan Seperti yg dikatakan oleh Siagian (2007) struktur organisasi dikatakan sukses jika Pelaksanaan proses pengorganisasian sukses dimana yang termasuk proses pengorganisasian adalah departementalisasi atau pengelompokan kerja dan pembagian kerja atau pemerincian tugas pekerjaan sehingga suatu organisasi dapat mencapai tujuannya yang tercermin. Pada



struktur



organisasi



yang



mencakup,



pembagian



tugas,



departementalisasi, bagan organisasi formal, rantai perintah dan kesatuan perintah tingkat-tingkat hirarki manajemen saluran komunikasi penggunaan komite rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal. Struktur organisasi yang kurang baik menyebabkan proses manajemen dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan tidak bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan organisasi. Perencanaan yang tidak di buat dengan sistematik dan tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi akan menyebabkan tujuan dari organisasi tidak jelas, pelaksanaan dan pengawasan tidak terstandar, tidak bisa menentukan penyusunan skala prioritas baik sasaran maupun kegiatan, tidak bisa melakukan penghematan pada sumber daya organisasi dan pimpinan akan kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan sebenarnya mempunyai banyak aktivitas penting, antara lain mengatur bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien disebuah ruang rawat inap dengan jumlah tenaga keperawatan dan fasilitas yang tersedia. Tujuan dari pengorganisasian adalah untuk mempermudah pelaksanaan tugas dengan cara membagikannya kepada tenaga perawat maupun non perawat dan mempermudah pengawasan, tetapi pada kenyataanntaanya fungsi tersebut belum didukung oleh sistem yang berjalan di RSD Balung. Sedangkan pengorganisasian keperawatan itu sendiri adalah proses pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tangung jawab, dan koordinasi kegiatan, baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan apa, 8



seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, di mana dan kapan keputusan harus di ambil oleh seorang perawat. Jika pengorganisasian tidak berjalan dengan baik maka akan menyebabkan tumpang tindihnya suatu pekerjaanan, koordinasi di organisasipun tidak akan harmonis karena pembagian tugas. Wewenang dan tanggung jawab tidak merata. Untuk menentukan pencapaian pelayanan secara efektif harus ada struktur organisasi yang menjelaskan tugas yang jelas, wewenang, dan tanggung jawab antar bagian atau seksi dalam organisasi dan hubungan antar personal sehingga membangkitkan keinginan individu dan kelompok dalam peningkatan mutu pelayanan. (Laeli et al., 2015) Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan. Baiklah berikut ini Anda pelajari terlebih dahaulu beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1. Organisasi Lini Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan. (Sataloff et al., 2016) 2. Organisasi staf Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan 9



berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama. (Sataloff et al., 2016) 3. Organisasi lini dan staf Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya (Sataloff et al., 2016).



D. Tujuan Pengorganisasian Kegiatan pengorganisasian bertujuan untuk: 1. Untuk mencapai tujuan organisasi 2. Agar sumber daya menjadi efektif dan efisien 3. Pembagian tugas dan tanggung jawab perorangan dan kelompok akan menjadi efektif 4. Penyusunan struktur organisasi yang baik akan menjadikan komunikasi dan koordinasi menjadi efektif 5. Melakukan pengambilan keputusan dengan tepat 6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui supervisi 7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting (Hidayah, 2020)



10



E. Perbedaan Budaya Dan Iklim Organisasi a) Budaya Organisasi Definisi budaya organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu: “shared value system, develop overtime, that guides members on how to problem solve, adapt to the externl enviroment and manage relationship” Definisi di atas menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan saling berbagi nilai dari suatu sistem, berkembang dari waktu ke waktu yang kemudian menjadi panduan anggotanya dalam menyelesaikan masalah, beradaptasi terhadap lingkungan dan mengelolah suatu hubungan. Tujuan dari budaya yaitu untuk memberikan ikatan bersama sehingga anggota tahu bahwa saling berhubungan satu sama lain serta menunjukkan kepada ornaag lain di luar dari organisasi nilai-nilai apa saja yang dihargai. Cara mudah dalam memahami budaya dalam keperawatan. Metode metode pemberina asuhan keperwatan yang menuntun praktik keperawatan merupakan gambaran budaya dalam keperawatan. Layanan sistem keperwatan sangatlah kompleks. Layanan asuan keperawatan yang berkualitas tinggi perlu bergantung pad akomunikasi dan kolaborasi yang baik antara pemberi layanan, pasien dan keluarga pasien. Salah satu yang menjadi perhatian adalah menghargai budaya rumah sakit berdampak pada unit-unit keperawatan, praktek keprawatan dan hasil asuhan terhadap pasien sebagai seornag perawat agar menajdi efektif dalam organisasi perlu untuk memegang teguh budaya organisasi di mana tempat mereka bekerja. Seperti disebutkan di atas komunikasi dan perilaku yang sesuai etika dapat mempengaruhi budaya organisasi. Di Indonesia sendiri telah diterbitkan Buku Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan Pada 28 Oktober 2017 oleh PPNI. b) Iklim organisasi Definisi iklim organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu: “evident in staff perception policies, practices dan goal echievement” Definisi diaatas menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah persepsi individu terhadap apa yang dirasakan dalam lingkungan kerja yang ditempati. Iklim organisasi lebih mudah diukur daripada budaya organisasi karena mengacu pada lingkungan kerja. Karakteristik lingkungan kerja berupa pengambilan keputusan, kepemimpinan, dukungan atasan, kohesi rekan, 11



otonomi, konflik, tekanan kerja, penghargaan, tekanan kerja, penghargaan, perasaan hangat serta resiko. Budaya iklim dan organisasi saling berkaitan dengan pentingnya memahami sikap, motivasi dan perilaku perawat. Hal ini kemudian mempengaruhi kepuasan kerja perawat, sehingga timbul keinginan untuk mengundurkan diri. Perilaku menganggu seperti incivility (ketidaksopanan) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen perawat terhadap organisasi yang mengarah pada keluarnya perawat dari organisasi. Incivility dilingkup kesehatan muncul sebagai maslah keamanan yang penting selama beberapa dekade karena memberikan beberpaa efek negatif termasuk meningkatkan stres kerja, menurunkan produktifitas kerja, menurunnya moral seseorang, meningkatkan tumover perawat serta hilangnya kepercayaan tehadap organisasi (Yoder-Wise, 2015). Selain itu iklim budaya organisasi juga menankankan pada keselamatan pasien. Iklim ini mengarah pada keamanan pasien dan keselamatan perawat juga. Dimana iklim keselamtan merupakan persepsi anggota terhadap keselamatan itu sendiri di dalam organisasi. (Susanti, 2020)



F. Implementasi Pengorganisasian Keperawatan Di Ruang Rawat Dan Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat



a. Manajemen Kinerja Klinik Konsep dasar manajemen kinerja klinik Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes RI, 2005). Manajemen kinerja klinik didasarkan pada profesionalisme perawat, ilmu pengetahuan dan teknologi aspek legal formal serta landasan etika. Manajemen kinerja klinik dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan perawat di institusi pelayanan kesehatan. Dalam penerapan dan manajemen kinerja klinik perawat diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, mematuhi standard yang ditetapkan, mempunyai kemampuan ma najerial yang baik, melaksanakan asuhan 12



keperawatan yang bermutu dan pada akhirnya mampu memenuhi harapan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan yang bermutu. 1. Implementasi 1. Implementasi a. Fungsi pengorganisasian: -



Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan



-



Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien



-



Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan



-



Mampu mengkoordinir pekerjaan yang dilakukan bersama tim kesehatan lain



-



Mengatur waktu istirahat anggota tim



-



Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



b. Fungsi pengarahan: -



Memberikan pengarahan kepada anggota tim



-



Memberikan bimbingan pada anggota tim



-



Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep



-



Mengawasi proses pemberian askep



-



Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan



-



Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



2. Evaluasi a. Fungsi pengendalian: -



Mengevaluasi kinerja tim



-



Memberikan umpan balik pada kinerja katim



-



Mengatasi masalah diruang rawat dan menetapkan tindak lanjut



-



Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



b. Peran ketua Tim dalam tahap: -



Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien



-



Perencanaan:



c. Fungsi perencanaan dan ketenagaan: 13



-



Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas dan pembagian tugas



-



Menyusun rencana asuhan keperawatan



-



Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan



-



Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan



-



Mengorientasikan klien baru pada lingkungan



-



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



b. Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja Klinik Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui



orang lain, sedangkan manajemen



keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara



profesional. Manajer



keperawatan dituntuk untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Selama ini manajemen keperawatan tidak dijalankan dengan baik di Puskesmas. Berbeda dengan dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta. Memang manajemen Puskesmas secara umum telah diatur oleh pemerintah termasuk pencatatan dan pelaporannya. Namun tugas poko dan fungsi perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan sangat jarang tersentuh pada aplikasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila Institusi pendidikan lebih memilih Rumah Sakit sebagai lahan praktik manajemen keperawatan. Tentunya adalah sebuah kerugian besar apabila tenaga profesional dengan gelar Profesi (Ners) kurang tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk manajerial keperawatan di Puskesmas. Kemenkes 2005 telah mengeluarkan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 836 tahun 2005 tentnag pedoman pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan. Hal ini seharusnya menjadi jalan terbaik agar manajemen keperawatan bisa diaplikasikan dengan baik dan menghasilkan pelayanan keperawatan yang bermutu.



14



Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuo standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian-bagian dari pengumpulan tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan. Inikator



kinerja



mencakup



evaluasi



tugas,



pengambilan



keputusan,



mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang dikenal sebagai Nursing Round (Ronde Keperawataan). Namun sebenarnya diskusi refleksi kasus mencakup organisasi, evaluasi tugas, kerjasama tim, pemecahan masalah, pengembangan staf dan penelitian. Monitoring mencakup evaluasi tugas, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pemecahan masalah, menangani konflik, komunikasi dan analisis transaksional, sistem infromasi computer. Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik yang harus dikuasiai yaitu learning organization and coaching. Learning organization adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat primer. Dengan learning organization perawat primer akan mampu mengorganisir perawat asosiasi



yang dipimpinnya. Coaching adalah



kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Jadi selain mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan pendidikan kepada perawat yang lebih junior dan tim kesehatan yang lainnya. Dari kerangka konsep manajemen kinerjak klinik dan manajemen keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para perawat untuk meningkatkan mutu kinerjanya, khususnya di Puskesmas.



15



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Pengorganisasian



merupakan



pengelompokkan/pengaturan



kegiatan



yang



dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan. Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik. Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugastugas yang dibebankan



B. Saran Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian secara jelas. Selain itu pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan stafnya. Hubungan yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu juga dengan hubungan yang buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan organisasi lambat terwujud bahkan gagal tercapai.



16



DAFTAR PUSTAKA



Dedi, B. (2019). Kepemimpinan dan Manajemen Pelayanan Keperawatan: Teori, Konsep dan Implementasi. November 2019, 397. Hidayah, N. dkk. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan (A. Deni (ed.)). Penerbit Adab. Manda, M. (2016). Fungsi Pengorganisasian dan Evaluasi Peserta Didik. Kelola: Journal of Islamic Education Management, 1(1), 89-1–1. https://doi.org/10.24256/kelola.v1i1.432 Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan (1st ed.). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Susanti, S. S. dkk. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan (A. Rikki (ed.)). Yayasan Kita Menulis.



17



MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN



Di susun oleh : Kelompok 2 Anita Panjaya



(C1814201108)



Hana Rannu



(C1814201123)



Joshus



(C1814201126)



Juliana Fabiola Arpin



(C1814201127)



Lialin Romkeny



(C1814201129)



Lindri Bunga



(C1814201131)



Maria Wulandari Telaubun



(C1814201134)



Risda Wati Sira



(C1814201143)



Rouzwati Palindangan



(C1814201146)



Winda Dolfiani Tanggo



(C1814201154)



PROGRAM STUDI S1 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AJARAN 2021/2022 i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Manajamen Keperawatan, dimana dalam makalah ini membahas tentang menetapkan kegiatan fungsi pengoranisasian yang sesuai dengan prinsip pengorganisaisan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan dan sebagai acuan untuk kedepannya. Makassar, 22 Maret 2021



Kelompok 2



ii



DAFTAR ISI SAMPUL ........................................................................................................................ i KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4 C. Tujuan ................................................................................................................ 5 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ......................................... 6 B. Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan ....................................... 8 C. Perbedaan budaya dan iklim organisasi .............................................................. 9 D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat................................................................................. 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................ 19 B. Saran .................................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyaakat. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Pengorganisasian merupakan pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan koorinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan ventikel untuk mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktiivtasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan tercapai. Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua tenaga termasuk perawat bertanggun jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan klien. pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan yang menjadi bahasan dalam pelayanan keperawatan diruang rawat meliputi: struktur organisasi ruang rawat, pengelompokan kegiatan (metode pengawasan), koordinasi kegiatan dan evaluasi kegiatan kelompok kerja; yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ? 2. Bagaimana berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan ? 3. Bagaimana perbedaan budaya dan iklim organisasi ? 4. Bagaimana implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat ?



4



C. Tujuan 1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, dan prinsip. 2. Mengetahui berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan. 3. Mengetahui perbedaan budaya dan iklim organisasi. 4. Mengetahui implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat.



5



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian a. Konsep dasar pengorganisasian Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan( Depkes RI, 2001). Menurut Hersey dan Blanchard (1997) dalam La Monica (1998) pengorganisasian adalah kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajermen cari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik. Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik vertical maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan kesiapa, dan dimana serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat. Berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa maka analisis kebutuhan tenaga harus tepat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal yang harus menjadi pertimbangan guna menjawab pertanyaan siapa yang harus melakuakan apa diantaranya menurut Siagian (2007) adalah a) Merumuskan klasifikasi jabatan b) Analisis pekerjaan c) Diskripsi pekerjaan agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan b. Tujuan pengorganisasian Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan sebagai berikut: a) Pencapaian tujuan organisasi b) Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien



6



c) Melakukan pembagian tugas dan pertanggung jawaban



yang efektif antara



perorangan dan kelompok. d) Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan struktur organisasi yang baik e) Melakukan pengambilan keputusan secara tepat f) Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui supervisi. g) Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg & Swansburg, 1999). c. Prinsip pengorganisasian Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan organisasi, ada empat prinsip yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip tersebut adalah: a) Pembagian kerja Dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari



kesalahan



maka



manajer



perawat



hendaknya



mengerti



karakteristiktugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job description, pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai ramburambu pembagian kerja. b) Pendelegasian tugas menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi, 2013 pendelegasian yang baik harus melihat The five right of delegation meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk, adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan supervise atau evaluasi. c) Koordinasi



7



Adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara : 1) Membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun bawahan 2) Membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post conferent) 3) Melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan 4) Membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat d) Manajemen waktu Biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif dengan cara : 1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan 2) Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada 3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak mendesak/rutin 4) Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan B. Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan. Berikut ini beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya. Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1.



Organisasi Lini Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan 8



lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan. 2.



Organisasi staf Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang mampu membantu memecahkan masalah organisasi.



Pengambilan



keputusan



berada



di



tangan



pimpinan.



Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama. 3.



Organisasi lini dan staf Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan



memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan



pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya C. Perbedaan budaya dan iklim organisasi 1) Budaya organisasi Istilah budaya berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi culture. Menurut Kotter dan Haskett (1922:3), perhatian masyarakat akademik terhadap budaya berasal dari studi antropologi sosial yang pada akhir abad ke-19 melakukan studi terhadap masyarakat “primitif”, seperti Eskimo, Afrika dan penduduk asli Amerika. Studi tersebut mengungkapkan bahwa cara hidup anggota-anggota masyarakat ini tidak 9



hanya berbeda cara hidup masyarakat maju di Eropa danAmerika Utara tetapi juga berbeda di antara masing-masing masyarakat primitif tersebut Menurut Edgar H. Schein dalam Umam (2010) berpendapat bahwa “budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik”. Oleh karena itu, budaya diajarkan (diwariskan) kepada anggotaanggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait masalah-masalah tersebut. Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan (Owens, 1991). Sedangkan Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap organisasi. Sementara Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma prilaku, ideology, sikap, kebiasaan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi (dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta). Gibson, Ivanichevich & Donelly dalam Soetopo (2010) berpendapat bahwa budaya organisasi adalah “kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi”. Budaya mengandung pola eksplisit dan implisit dari dan untuk prilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan hasil kelompok manusia secara berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia. Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh organisasi terakit dengan lingkungan tempat organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. (Simamora, 2012) Dari semua definisi tentang budaya organisasi diatas, secara umum dapat ditetapkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan makna bersama, nilai, sikpa dan keyakinan. Dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu organisasi adalah sikap, keyakinan, kebiasaan dan harapan dari seluruh individu anggota organisasi mulai dari manajemen puncak hingga manajemen



10



yang paling rendah, sehingga tidak ada aktifitas manajemen yang dapat melepaskan diri dari budaya. Komponen-Komponen Budaya Organisasi Robbins dalam Soetopo (2010) mengemukakan tujuh karakteristik budaya organisasi yaitu : a) Otonomi individu yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab dan kesempatan individu untuk berinisiatif dalam organisasi b) Struktur yaitu kadar peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol prilaku pegawai c) Dukungan yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer kepada pegawai d) Identitas yaitu kadar kenalnya anggota terhadap organisasinya secara keseluruhan, terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya e) Hadiah performansi yaitu kadar alokasi hadiah yang didasarkan pada criteria performansi pegawai f) Toleransi konflik yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat dan kemauan untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan g) Toleransi resiko yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif dan berani menanggung resiko. Fungsi Budaya Organisasi Soetopo (2010) mengemukan bahwa fungsi budaya organisasi bergayut dengan fungsi eksternal dan fungsi internal. Fungsi eksternal budaya organisasi adalah melakukan adaptasi terhadap lingkungan diluar organisasi, sementara fungsi internal berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada didalamnya termasuk sumber daya manusia. Jadi secara eksternal budaya organisasi akan selalu beradaptasi dengan budaya-budaya yang ada diluar organisasi, begitu seterusnya sehingga budaya organisasi tetap akan selalu ada penyesuaian-penyesuaian. Lebih lanjut Soetopo menjelaskan bahwa makin kuat budaya organisasi, makin tidak mudah organisasi itu akan terpengaruh oleh budaya luar yang berkembang di lingkungannya. Sementara kekentalan fungsi internal makin dirasakan menguat jika didalam organisasi itu semakin berkembang norma-norma, peraturan, tradisi, adat istiadat organisasi yang terus menerus dipupuk oleh para anggotanya sehingga berangsur-angsur budaya itu akan menjadi semakin kuat.



11



Karakteristik Budaya Organisasi O’Reilly dan Jehn dalam Soetopo (2010) mengemukakan tujuh karakteristik utama yang menjadi inti dari suatu organisasi, yaitu : 1.



Innovation and risk taking, yaitu derajat sejauh mana pekerja didorong untuk inovatif dan berani mengambil resiko



2.



Attention to detail,yaitu derajat seajuh mana para pekerja diharapkan menunjukkan presisi, analisis, dan perhatian pada detail-detail



3.



Outcome orientation, yaitu sejauh mana pimpinan berfokus pada hasil, bukan pada teknis dari proses yang dipakai untuk menjadi hasil



4.



People



orientation,



yaitu



sejauh



mana



keputusan



manajemen



memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang dalam fungsi budaya organisasi menjadi inti dari suatu budaya organisasi. 5.



Team orientation, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan atas dasar tim kerja daripada individu.



6.



Aggressiveness, yaitu sejaunmana orang-orang dalam organisasi bersifat agresif dan kompeteitif



7.



Stability, yaitu sejauh mana aktifitas organisasi menekankan pemeliharaan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan. Klasifikasi budaya organisasi dalam mempelajari budaya organisasi, terdapat



empat pendekatan menurut Robert dan Hunt dalam Soetopo (2010). Keempat pendekatan itu antara lain : (1) beberapa sarjana memandangnya sebagai asumsi bersama, keyakinan dan nilai-nilai dalam organisasi dan kelompok kerja, (2) kelompok kedua tertarik dengan mitos, cerita, dan bahasa sebagai manifestasi budaya, (3) memandang tata cara dan seremonial sebagai manifestasi budaya, dan (4) mempelajari interaksi antar anggota dan symbol-simbol. Sedangkan Schein membaginya kedalam tiga dimensi budaya yaitu : (1) artefak dan kreasi berupa teknologi, seni, pola prilaku yang dapat dilihat dan didengar. Terlihat oleh mata tetapi sering tidak dapat diartikan dan diuraikan, (2) nilai, dapat diuji dalam lingkungan fisik, dapat diuji hanya oleh konsensus social. Tingkat yang lebih tinggi mengenai kesadaran, (3) asumsi dasar, yaitu menegnai hubungan manusialingkungan, hakikat dasar manusia, hakikat hubungan manusia. Sedangkan Hellriegel dan Slocum dalam Soetopo (2010) mengajukan kerangka klasifikasi budaya organisasi sebagai berikut :



12



Sumbu vertical mencerminkanorientasi pengawasan yang relative normal, jarak dari mantap ke fleksibel.Sumbu horizontal mencerminkan fokus relative terhadap perhatian, jarak dari fungsi internal ke fungsi eksternal.Sudut-sudut dari empat persegi mewakili empat tipe murni dari budaya organisasi yaitu birokratik, clan, entrepreneurial dan pasar. a) Budaya Birokratik. Suatu organisasi dengan karyawan yang mempunyai formalisasi nilai peraturan standar prosedur operasi dan koordinasi hierarkis. Perhatian jangka panjang dalam birokrasi, efisiensi, dan stabilitas dapat diperkirakan. Karyawannya mempunyai standar nilai yang tinggi terhadap pelayanan pelanggan. Manajer memandang peran mereka sebagai koordinator yang baik, organisator dan memperkuat standard dan aturan tertulis. b) Budaya Clan mempunyai atribusi tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif, tim kerja, manajemen diri dan pengaruh social. Komitmen individual jangka panjang pada organisasi diganjar dengan komitmen jangka panjang organisasi terhadap karyawan. c) Budaya entrepreneurial Menunjukkan tingkat pengambilan resiko yang tinggi, dinamis dan kreatifitas. Ada komitmen terhadap eksperimentasi, inovasi. Budaya ini tidak hanya cepat bereaksi terhadap perubahan lingkungan, tetapi menciptakan perubahan. d) Budaya Pasar.



13



Nilai yang akan dicapai terukur, dan karyawan dituntut untuk mencapai sasaran, terutama yang berbasis financial dan pasar.



2) Iklim Oranisasi Owens (1991) menyatakan bahwa “organizational climate is the study of perceptions that individual have of various aspect of the environment in the organization”. Dengan demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan dengan menggali data dari persepsi individu yang ada dalam organisasi. Taguiri dan Litwin dalam Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Dengan penegrtian ini, Miner (1998) menyarikan aspek-aspek definisi iklim organisasi sebagai berikut : 1) Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandung cirri karakteristik tertentu. 2) Iklim organisasi lebih mendiskripsikan suatu unit organisasi daripada menilainya. 3) Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi, dan 4) Iklim organiasasi mempengaruhi prilaku dan sikap aggota organisasi. Dalam kaitannya dengan iklim organisasi, Steers dalam Soetopo (2010) menyatakan bahwa iklim organisasi dapat dilihat dari dua sisi pandang yaitu (1) iklim organisasi dilihat dari persepsi para anggota terhadap organisasinya, (2) iklim organisasi dilihat dari hubungan antara kegiatan-kegiatan organisasi dan perilaku manajemennya. Klasifikasi iklim organisasi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Halpin (1971) yang menggunakan Organizational Climate Description Quesionare (OCDC), terdapat enam klasifikasi iklim organiasi yaitu : 1.



Open Climate yang menggambarkan tentang situasi dimana anggota organisasi merasa senang untuk bekerja, saling kerjasama serta adanya keterbukaan.



2.



Outonomous Climate yaitu situasi dimana adanya kebebasan, adanya peluang kreatif, sehingga para anggota memiliki peluang untuk memuaskan kebutuhankebutuhan mereka. 14



3.



The Controlled Climate yang ditandai adanya penekanan atas prestasi dalam mewujudkan kepuasan kebutuhan social, setiap orang bekerja keras serta kurangnya hubungan antar sesama anggota



4.



The Familiar Climate yaitu adanya rasa kesejawatan tinggi antara pimpinan dan anggota



5.



The Paternal Climate yang bercirikan adanya pengontrolan pimpinan terhadap anggota, dan



6.



The Closed Climate yang ditandai suatu situasi rendahnya kepuasan dan prestasi tugas serta kebutuhan social para anggota, pimpinan sangat tertutup terhadap para anggotanya.



Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi komponen iklim organisasi berdasarkan karakteristik kelompok sebagai berikut : a.



Disengagement atau ketidakikutsertaan, yaitu suatu kadar dimana staf atau bawahan cenderung tidak terlibat dan tidak commite terhadap pencapaian tujuan organisasi.



b.



Hindrance atau halangan, yaitu mengacu pada perasaan para staf bahwa pimpinan membebani mereka dengan tugas yang memberatkan pekerjaan mereka.



c.



Esprit atau semangat, yaitu mengacu pada semangat kerja karena terpenuhinya kebutuhan social dan rasa punya prestasi dalam pekerjaan.



d.



Intimacy atau keintiman, yaitu kadar kekohesifan antar staf dalam organisasi.



Sedangkan berdasarkan kategori prilaku pemimpin sebagai berikut : 1) Aloofness atau keberjarakan, yaitu menggambarkan kadar prilaku pemimpin yang formal dan impersonal yang menunjukkan jarak social dengan staf. 2) Production Emphasis atau penekanan pada hasil yaitu mengacu pada prilaku pemimpin agar staf bekerja keras, misalnya dengan pengawasan ketat, direktifdan menuntut hsil maskimal. 3) Thrust atau rasa yakin, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin yang ditandai kerja kerasnya agar dicontoh oleh staf. 4) Consideration atau perhatian, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin dengan memperlakukan staf secara manusiawi sesuai dengan martabatnya (Owens, 1991; Halpin, 1971)



15



D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat 1. Pengorganisasian di ruang rawat Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan di ruangan meliputi : a. Struktur Organisasi Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi ruang rawat. Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang digunakan. b. Pengelompokkan Kegiatan Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan



16



sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan. Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas menejer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada diunit kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas : Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan, misalnya



rehabilitas,



kemoterapi.



Dibeberapa



rumah



sakit



ini



pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas. Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Pengorganisasian di puskesmas Pengorganisasian kegiatan puskesmas yang dimaksud ialah pengaturan kegiatan puskesmas yang terbentuk satu kesatuan yang terpadu yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan puskesmas yang telah ditetapkan. a. Tenaga Pelaksanaan Puskesmas Pengorganisasian



tenaga



pelaksanaan



puskesmas



yang



dimaksudadalah mencakup pengaturan pola struktur organisasi 17



puskesmas,susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenagapelaksana



puskesmas



sedemikian



rupa



sehingga



setiap



kegiatan adapenanggung jawabnya. b. Proses Pengorganisasian Puskesmas Proses pengorganisasian Puskesmas dilakukan melaluitiga langkah sebagai berikut 1)



Perincian



seluruh



pekerjaan



puskesmas



yang



harus



dilaksanakan untuk mencapai tujuan puskesmas 2)



Pembagian beban pekerjaan puskesmas keseluruhanmenjadi kegiatan-kegiatan secara logis dapat dilaksanakan oleh seorang pegawai puskesmas.



3)



Penyusunan dan pengembangan suatu mekanisme dan tata kerja puskesmas untuk menguraikan tugas dan fungsi pegawai puskesmas menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis



3.



Kewenangan klinis perawat Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis. Penugasan klinis adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuha keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya. Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar tidak menimbulkan konflik di antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan lain dapat merasa bahwa lahan pekerjaan yang dimilikinya dicampuri atau diambil alih oleh pihak lain. Konflik yang timbul tentunya akan mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat dan rumah sakit yang bersangkutan. Dengan diaturnya kewenangan klinis tersebut maka setiap perawat akan mempunyai batas yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pemberian kewenangan klinis juga bertujuan untuk melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas (Maiti & Bidinger, 1981)



18



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan (Depkes RI, 2001). Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian secara jelas. Pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan stafnya. Hubungan yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu juga dengan hubungan yang buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan organisasi lambat terwujud bahkan gagal tercapai. Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan.



B.



Saran Diharapkan Makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa calon perawat, terutama mahasiswa semester akhir sebagai bekal untuk dapat memahami



mengenai



Manajemen



keperawatan



mempraktikannya di rumah sakit



19



dalam



mengaplikasikan



dan



DAFTAR PUSTAKA Simamora, Roymond H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku organisasi; Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan. Bandung : Rosdakarya Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: CV Trans Info Media Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health Maiti, & Bidinger. (1981). Kewenangan Klinis (Clinical Privilege). Journal of Chemical Information



and



Modeling,



53(9),



https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1002106070-3-BAB II.pdf%0A%0A



20



1689–1699.



Kelompok 2 FUNGSI PENGORGANISASIAN MENURUT PRINSIP PENGORGANISASIAN



Gabriella Gloriani Sendana Hermila S. Jellytsya Lessil Julaeta Palimbong Jurniawati Gemala Gita Perori Krisma Basiang Kurnia Cinora Talubun Lidya Gracelya



Manajemen Keperawatan



Konsep dasar tujuan, dan prinsip pengorganisasian A. Konsep Dasar Pengorganisasian







Pengorganisasian (Organizing) merupakan sebuah pelayanan yang penting dalam suatu organisasi untuk menentukan tingkat keberhasilan tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, di dalamnya terdapat penyusunan struktur organisasi formal sebagai sarana mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan dan prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya.







Tujuannya adalah agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan.







Pengorganisasian dalam pelayanan keperawatan sendiri adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggungjawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.



Lanjutan… Terdapat empat pilar pengorganisasian (Four Building Blocks of Organizing), yaitu : • Pembagian Kerja (Division of work) Pembagian Kerja adalah upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan menjadi lebih sederhana dan spesifik dan setiap karyawan akan ditempatkan dan ditugaskan dalam setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut. Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis. • Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization) Pengelompokan Pekerjaan atau Departementalisasi pada dasarnya adalah proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.



• Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy) Hierarki adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Terdapat dua konsep penting dalam Hierarki, yaitu span control dan chain of command. • Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam organisasi (coordination) Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.



B. Tujuan Pengorganisasian • Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan



• Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial • Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen yang ada • Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya • Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah: Terselenggaranya pelayanan/ Asuhan keperawatan yang berkualitas. Pengembangan staf dan Budaya riset bidang keperawatan



C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian • Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999). • Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan. • Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.



Lanjutan… • Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan.



• Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi. • Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg, 1999). • Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda layani.



Jenis struktur organisasi dalam keperawatan • Struktur fungsional Struktur fungsional adalah yaitu struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja. Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian mereka (Sukoco, 2007). • o o o o



Keuntungan dari struktur organisasi fungsional: Dapat mencapai skala ekonomis pada masing-masing bagian Tugas sesuai dengan keahlian dan pelatihan tugas Berkualitas tinggi pemecahan masalah teknis Mendalam pelatihan dan pengembangan keterampilan



• o o o o o o o



Kekurangan struktur organisasi fungsional adalah: Adanya kesulitan dalam penunjukkan tanggung jawab secara tepat karena hanya mendahulukan rutinitas tugas Tempat berkumpulnya masalah, dan tidak langsung ke akar permasalahan Kurang rasa kebersamaan dalam meraih tujuan bersama Menumbuhkan perspektif fungsional yang Terlalu banyak rujukan untuk membuat keputusan Kurang memperhatikan aspek strategis jangka panjang Menumbuhkan ketergantungan antar-fungsi dan kadang membuat koordinasi dan kesesuaian jadwal kerja menjadi sulit dilakukan



Lanjutan… • Struktur program Struktur program menekankan integrasi kerja dari konsumen, layanan, dan geografis.Dalam pelayanan kesehatan, program-program dikelompokkan berdasarkan kebutuhan pasien, umur, layanan tertentu, spesialis tertentu ataupun geografisnya(Huber, 2010). • o o o



Kelebihan struktur program: Pelayanan dapat dilakukan secara optimal karena ahli-ahli yang terkait berada di satu area Simple Simple Dapat membuat keputusan operasional yang tepat waktu PowerPoint PowerPoint Presentation Pasien dapatPresentation mengakses layanan yang terintegrasi dari berbagai profesi kesehatan dengan keahlian klinis yang spesifik



• Kekurangan struktur organisasi program: o Pasien yang membutuhkan lebih dari satu program akan merasa kesulitan dalam menghadapi pelayanan dari program yang berbeda o Integrasi program dapat terjadi dengan menurunkan kordinasi antar program o Para profesi kesehatan dari suatu program tertentu dapat terisolasi dari kolega mereka yang berada di program lain.



Lanjutan… • Struktur organisasi matriks • Struktur organisasi matriks merupakan struktur organisasi gabungan antara fungsional dan program (Charnes & Tewksbury, 1993 dalam Huber, 2010), dimana struktur organisasi jenis ini merekrut orang-orang yang memiliki keahlian tertentu yang diperlukan dalam suatu proyek tertentu.Pada proyek ini, staf dapat memiliki pekerjaan rangkap atau terpisah yaitu pada proyek dan pada posisi permanen(Sukoco, 2007). • Keuntungan struktur organisasi matriks: o Lebih baik kerjasamanya antar lintas fungsi o Peningkatan pengambilan keputusan o Meningkatkan fleksibilitas dalam restrukturisasi o Pelayanan kepada pasien jadi lebih baik. o Akuntabilitas kinerja lebih baik. o Adanya peningkatan manajemen strategis karena mampu mencapai tingkat koordinasi yang diperlukan untuk menjawab tuntutan “ganda” lingkungan.



• Kerugian dari struktur organisasi matrik adalah: o Adanya sistem dua pengawas yang rentan terhadap perebutan kekuasaan o Adanya sistem dua pengawas yang dapat membuat kebingungan tugas dan konflik dalam prioritas kerja.



o Rapat Team biasanya banyak memakan waktu o Peningkatan biaya karena menambah struktur tim.



Lanjutan… • Struktur paralel • Struktur organisasi paralel merupakan sebuah mekanisme terbaru dalam menghadapi tantangan bentuk murni fungsional, yaitu dengan mengkordinasikan departemen/bagian-bagian fungsional. Mekanisme dalam struktur ini dapat terdiri dari tim, para ahli, satuan kerja, peran penghubung, dan komisi kerja(Charnes & Tewksburry, 1993 dalam Huber, 2010). • Struktur organisasi program yang dimodifikasi • Struktur organisasi jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi fragmentasi dan isolasi-isolasi fungsi dari struktur program dengan menyatukan berbagai fungsi serta profesi antar program.



Faktor-faktor perbedaan struktur organisasi • Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi maka logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. Lebih tepatnya, struktur harus mengikuti strategi • Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang dalam organisasi tersebut. • Teknologi Organisasi. Teknologi organisasi adalah dasar dari subsistem produksi, termasuk teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah input organisasi menjadi output. • Lingkungan mencakup seluruh elemen di luar lingkup organisasi. Elemen kunci mencakup industri, pemerintah, pelanggan, pemasok dan komunitas finansial.



Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi • Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah bahwa budaya merupakan suatu lah yang berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan akan bersifat lebih lama yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana pada suatu kondisi tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat berubah, jika anggota berkehendak untuk mengubah selain itu iklim juga berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan budaya. Budaya dan iklim organisasi berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya. • Sedangkan iklim organisasi adalah tentang persepsi dan perasaan masing-masing mengenai budaya organisasi tertentu. Iklim suatu organisasi sering berubah dengan pengaruh langsung dari manajemen puncak dalam organisasi. Iklim organisasi jauh lebih mudah untuk dialami dan diukur daripada budaya organisasi.



Lanjutan… • Perbedaan antara Budaya Organisasi dan Iklim • Iklim organisasi dapat dengan jelas diidentifikasi dengan persepsi individu mengenai kualitas dan karakteristik budaya organisasi. • Budaya mewakili citra sebenarnya dari organisasi, sedangkan iklim mewakili persepsi individu, meskipun mungkin ada perbedaan di antara masing-masing ide mereka. • Budaya organisasi berkaitan dengan visi makro organisasi, sedangkan iklim organisasi sangat mementingkan citra mikro organisasi.



Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat a. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan diruangan meliputi:



• Struktur organisasi • Pengelompokan kegiatan



b. Manajemen Kinerja Klinik • Konsep dasar manajemen kinerja klinik: • Implementasi



o Fungsi pengorganisasian: • Merumuskan sistem penugasan • Menjelaskan rincian tugas ketua tim



• Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat • Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawtan diruang rawat • Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan/fasilitas ruangan



• Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik • Mendelegasikan tugas kepada ketua tim



Lanjutan…



Chart Infographic



Fungsi pengarahan: • Memberikan pengarahan kepada ketua • tim • Memberikan motivasi dalam • meningkatkan pengetahuan, • keterampilan dan sikap anggota tim % • Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik • • Membimbing bawahan • • Meningkatkan kolaborasi dengan nggota tim • • Melakukan supervise • Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruangan • Melakukan pelaporan dan



80



pendokumentasian Evaluasi Fungsi pengendalian: Mengevaluasi kinerja tim Memberikan umpan balik pada kinerja katim Mengatasi masalah diruang rawat dan menetapkan tindak lanjut Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



• Peran ketua Tim dalam tahap:



• Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan



• Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien



• Mampu mengkoordinir pekerjaan yang dilakukan bersama tim kesehatan lain



• Perencanaan:



• Fungsi perencanaan dan ketenagaan: • Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas dan pembagian tugas



• Menyusun rencana asuhan keperawatan



• Mengatur waktu istirahat anggota tim • Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim • Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



• Fungsi pengarahan:



• Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan • Memberikan pengarahan kepada anggota tim • Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan



• Memberikan bimbingan pada anggota tim



• Mengorientasikan klien baru pada lingkungan



• Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep



• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



• Mengawasi proses pemberian askep • Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan



• Implementasi



• Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim



• Fungsi pengorganisasian:



• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



• Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan • Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien



Lanjutan… • Fungsi pengarahan: • • Memberikan pengarahan kepada anggota tim • Memberikan bimbingan pada • anggota tim • • Memberikan informasi yang • berhubungan dengan askep • • Mengawasi proses pemberian askep • • Melibatkan anggota dari awal • sampai akhir kegiatan • Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim



Melakukan pelaporan dan pendokumentasian Evaluasi: Fungsi pengendalian: Mengevaluasi asuhan keperawatan Memberikan umpan balik pada pelaksana Memperhatikan aspek legal dan etik Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



Lanjutan… • Peran pelaksana dalam tahap: • • Pengkajian: mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk melaksanakan asuhan • keperawatan • • Perencanaan: • Fungsi perencanaan dan ketenagaan: • • Bersama Karu mengadakan serah terima tugas • • Menerima pembeagian tugas dari katim • • Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan • • Mengikuti ronde keperawatan • Menerima klien baru • Implementasi • Fungsi pengorganisasian:



Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim Menerima pembagian tugas Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya Melaksanakan asuhan keperawatan Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang dilaksanakan.



Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja Klinik



• Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). • • Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuo standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian-bagian dari pengumpulan tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan. Inikator kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan keputusan,



mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang dikenal sebagai Nursing Round (Ronde Keperawataan).



Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik yang harus dikuasiai yaitu learning organization and coaching. Learning organization adalah sautu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat primer. Dengan learning organization perawat primer akan mampu mengorganisir perawat asosiasi yang dipimpinnya. Coaching adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik.



Thank you



“PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN”



Kelompok II: ALICIA AGATA MAWARU DESIANI DEVA LOLO PAYUNG FRISKA PAYUNG HERDA ANNEKE SOPUTAN KRISTOVORUS GEPOT MICHELLE ELIFELE L. PAETRICK PIETER SIMSON D.F SKOLASTIKA LILLI YOSEPH ARSONO



(C1814201054) (C1814201061) (C1814201062) (C1814201068) (C1814201073) (C1814201076) (C1814201087) (C1814201090) (C1814201095) (C1814201104)



Konsep Dasar Pengorganisasian  Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu aktivitas pengaturan dalam sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan organisasi. Perencanaan juga merupakan seluruh proses dalam mengelompokkan baik pengelompokan karyawan, alat, tugas tanggung-jawab dan wewenang dalam satu kesatuan tujuan. (Effendhie, 2011)  Manfaat pengorganisasian adalah antara lain memungkinkan pembagian atas tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi organisasi, menciptakan spesialisasi, personil mengetahui tugas yang diembannya.  Adapun fungsi dari pengorganisasian antara lain adalah pendelegasian wewenang di dalam manajemen atas (puncak) kepada manajemeen pelaksana, pembagian tugas yang jelas, dan mengkoordinasikan semua aktivitas. (Effendhie, 2011)



Terdapat empat pilar pengorganisasian (Four Building Blocks of Organizing), yaitu :



 Pembagian Kerja (Division of work)  Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)  Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy)  Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam organisasi (coordination)



Prinsip Pengorganisasian Beberapa ahli telah mendefinisikan prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi dan masing-masing ahli memberikan perumusan yang berbeda, baik dalam jumlah maupun istilah yang digunakan. Dalam buku “The Evolution of Management Tought” karya Daniel A. Wren and Arthur G. Bedeian (2009: 216-221), dijelaskan mengenai prinsipprinsip organisasi dari Henry Fayol sebagai berikut :



• • • • • •



Pembagian Kerja (Division of Work) Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility) Disiplin (Discipline) Kesatuan Perintah (Unity of Command) Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction) Subordinasi Kepentingan Perseorangan terhadap Kepentingan Umum (Subordination of Individual Interest to General Interest)



• • • • • • • •



Penggajian (Remunerasi) Pemusatan (Centralization) Rangkaian Perintah (Chain of Command) Ketertiban (Order) Keadilan (Equity) Stabilitas Jabatan dalam Kepegawaian (Stability of Tenur of Personel) Inisiatif (Inisiative) Semangat Kesatuan (Esprit de Corps)



Struktur Organisasi Keperawatan •



Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan. berikut ini Anda pelajari terlebih dahaulu beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1. Organisasi Lini Bentuk • organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.. (Sataloff et al., 2016)



Lanjutan….. 2. Organisasi staf Organisasi staf • merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama. (Sataloff et al., 2016)



3. Organisasi lini dan staf • Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. (Sataloff et al., 2016).



Tujuan Pengorganisasian 1. Untuk mencapai tujuan organisasi 2. Agar sumber daya menjadi efektif dan efisien 3. Pembagian tugas dan tanggung jawab perorangan dan kelompok akan menjadi efektif 4. Penyusunan struktur organisasi yang baik akan menjadikan komunikasi dan koordinasi menjadi efektif 5. Melakukan pengambilan keputusan dengan tepat 6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui supervisi 7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting (Hidayah, 2020)



Perbedaan Budaya Dan Iklim Organisasi a. Budaya Organisasi • Definisi budaya organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu: • “shared value system, develop overtime, that guides members on how to problem solve, adapt to the externl enviroment and manage relationship” • Definisi di atas menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan saling berbagi nilai dari suatu sistem, berkembang dari waktu ke waktu yang kemudian menjadi panduan anggotanya dalam menyelesaikan masalah, beradaptasi terhadap lingkungan dan mengelolah suatu hubungan.



b. Iklim organisasi • Definisi iklim organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu: • “evident in staff perception policies, practices dan goal echievement” • Definisi diaatas menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah persepsi individu terhadap apa yang dirasakan dalam lingkungan kerja yang ditempati. Iklim organisasi lebih mudah diukur daripada budaya organisasi karena mengacu pada lingkungan kerja. Karakteristik lingkungan kerja berupa pengambilan keputusan, kepemimpinan, dukungan atasan, kohesi rekan, otonomi, konflik, tekanan kerja, penghargaan, tekanan kerja, penghargaan, perasaan hangat serta resiko.



Implementasi Pengorganisasian Keperawatan Di Ruang Rawat Dan Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat a. Manajemen Kinerja Klinik Konsep dasar manajemen kinerja klinik Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes RI, 2005). 1. Implementasi a. Fungsi pengorganisasian: - Merumuskan sistem penugasan - Menjelaskan rincian tugas ketua tim - Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat - Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawtan diruang rawat - Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan/fasilitas ruangan - Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik - Mendelegasikan tugas kepada ketua tim



b. Fungsi pengarahan:  Memberikan pengarahan kepada anggota tim  Memberikan bimbingan pada anggota tim  Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep  Mengawasi proses pemberian askep  Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan  Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim  Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



Lanjutan…… 2. Evaluasi a. Fungsi pengendalian:  Mengevaluasi kinerja tim  Memberikan umpan balik pada kinerja katim  Mengatasi masalah diruang rawat dan menetapkan tindak lanjut  Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan  Melakukan pelaporan dan pendokumentasian b. Peran ketua Tim dalam tahap:  Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien  Perencanaan:



c. Fungsi perencanaan dan ketenagaan:  Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas dan pembagian tugas  Menyusun rencana asuhan keperawatan  Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan  Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan  Mengorientasikan klien baru pada lingkungan  Melakukan pelaporan dan pendokumentasian



Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja Klinik















Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuop standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian-bagian dari pengumpulan tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan. Inikator kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan keputusan, mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang dikenal sebagai Nursing Round (Ronde Keperawataan).



Lanjutan….. •



Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik yang harus dikuasiai yaitu learning organization and coaching. Learning organization adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat primer. Dengan learning organization perawat primer akan mampu mengorganisir perawat asosiasi yang dipimpinnya. Coaching adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Jadi selain mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan pendidikan kepada perawat yang lebih junior dan tim kesehatan yang lainnya. Dari kerangka konsep manajemen kinerjak klinik dan manajemen keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para perawat untuk meningkatkan mutu kinerjanya, khususnya di Puskesmas.



Sekiaan…..



MANAJEMEN KEPERAWATAN KELOMPOK 2



2







Manajemen



keperawatan



dapat



diartikan



sebagai



pelaksanaan



pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.







Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna



3



Konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian 1. Konsep dasar pengorganisasian Pengorganisasian



pelayanan



keperawatan



adalah



proses



pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus



dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan kesiapa, dan dimana serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.



4



2. Tujuan pengorganisasian



a. b. c.



Pencapaian tujuan organisasi Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien Melakukan pembagian tugas dan pertanggung jawaban yang efektif antara perorangan dan kelompok.



d.



Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan struktur organisasi yang baik



e. f.



Melakukan pengambilan keputusan secara tepat Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui supervisi.



g.



Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting.



5



3. Prinsip pengorganisasian 1). Pembagian kerja Dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf



2). Pendelegasian tugas Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu 3). Koordinasi Adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja. 4). Manajemen waktu



6



Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu: a. Organisasi Lini b. Organisasi staf c. Organisasi lini dan staf



7



Perbedaan budaya dan iklim organisasi 1. Budaya organisasi Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang



dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan. Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan



terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap organisasi.



8



Perbedaan budaya dan iklim organisasi Komponen-Komponen Budaya Organisasi a. Otonomi individu b. Struktur c. Dukungan d. Identitas e. Hadiah performansi f. Toleransi konflik g. Toleransi resiko Fungsi Budaya Organisasi Soetopo (2010) mengemukan bahwa fungsi budaya organisasi bergayut dengan fungsi eksternal dan fungsi internal.



9



Perbedaan budaya dan iklim organisasi Karakteristik Budaya Organisasi 1) Innovation and risk taking 2) Attention to detail 3) Outcome orientation 4) People orientation



5) Team orientation 6) Aggressiveness, 7) Stability



10



Perbedaan budaya dan iklim organisasi 2. Iklim Organisasi Adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. Terdapat enam klasifikasi iklim organiasi menurut Halpin (1971) yaitu : a. Open Climate b. Outonomous Climate c. The Controlled Climate d. The Familiar Climate e. The Paternal Climate f. The Closed Climate



11



Perbedaan budaya dan iklim organisasi Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi komponen iklim organisasi berdasarkan karakteristik kelompok sebagai berikut : a. Disengagement atau ketidakikutsertaan b. Hindrance atau halangan c. Esprit atau semangat d. Intimacy atau keintiman



12



Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan klinik perawat 1. Pengorganisasian di ruang rawat Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian,



pelayanan keperawatan di ruangan meliputi : a.



Struktur Organisasi



b.



Pengelompokkan Kegiatan



13



2. Pengorganisasian di puskesmas Pengorganisasian kegiatan puskesmas yang dimaksud ialah pengaturan kegiatan puskesmas yang terbentuk satu kesatuan yang terpadu yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan puskesmas yang telah ditetapkan.



3. Kewenangan klinis perawat Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis.



14



Thanks!



MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN



DISUSUN OLEH Kelompok 3  Margalena Desti  Margareta sintia Puspita Sari  Maria Grace Evanty Ngajang  Maria Lili Nencyani  Mariana Dina Tesari  Melania kontesa  Melyani Paressa  Mersy  Mia Audi Lamba SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS S1 KEPERAWATAN MAKASSAR 2020/2021



i



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa, Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu makalah tentang “MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Dengan harapan semoga tugas makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin. Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.



Makassar, 22 Maret 2021



Penulis Kelompok 3



ii



DAFTAR ISI SAMPUL ........................................................................................................................



i



KATA PENGANTAR ....................................................................................................



ii



DAFTAR ISI .................................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................



1



A. Latar Belakang ............................................................................................



1



B. Rumusan masalah ........................................................................................



2



C. Tujuan .........................................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................



3



A.



Konsep dasar, prinsip dasar dan tujuan ketenagaan ..........................................



3



B. Variabel Variabel Yang Mempengaruhi Ketenagaaan .......................................



6



C. Cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift ...........................................



11



D. Alokasi dan penjadwalan tenaga keperawtan setiap shift ....................................



13



E.



Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi ......



19



F.



Jenis metode penugasan dalam ruang rawat........................................................



25



BAB III PENUTUP .......................................................................................................



29



A. Kesimpulan ..................................................................................................



29



B. Saran ............................................................................................................



29



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................



30



iii



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien. Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit. Dan salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia . Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah & kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.



1



Pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawatan sudah menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit untuk memiliki tenaga perawat yang bermutu karena keperawatan adalah suatu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Tercapainya mutu pelayanan di rumah sakit dapat melalui kegiatan manajemen sumber daya manusia atau yang disebut juga manajemen ketenagaan di RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang kebutuhan tenaga, penempatan yang sesuai (placement),dll.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa konsep dasar,prinsip dan tujuan ketenagaan? 2. Apa saja veriabel- variabel yang mempengaruhi ketenagaan? 3. Bagaimana cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift? 4. Bagaimana alokasi dan penjadwlan tenaga keperawtan setiap shift? 5. Bagai mana cara peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi? 6. Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat dan apa kelebihan dan kekurangannya ? C. TUJUAN 1.



Mengetahui konsep dasar,prinsip dan tujuan ketenagaan



2. Mengetahui Apa saja veriabel- variabel yang mempengaruhi ketenagaan 3. Mengetahui Bagaimana cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift 4. Mengetahui Bagaimana alokasi dan penjadwlan tenaga keperawatan setiap shift 5. Mengetahui Bagai mana cara peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi 6. Mengetahui Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat dan apa kelebihan dan kekurangannya



2



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar, prinsip dan Tujuan ketenagaan 1. Konsep dasar ketenagaan Asmuji (2014), menyatakan manajemen keperawatan merupakan suatu proses penyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif pada individu,keluarga, dan masyarakat,baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Ketenagaan adalah



kegiatan



manajer



keperawatan



untuk



merekrut,



memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan. Pengertian ketenagaan dalam manajemen ini adalah ketenaga kerjaan atau manpower atau human resources, Manajemen Ketenagaan adalah ilmu dan seni mengatur tenaga kerja melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian agar efisien,efektif , produktif menghasilkan sesuatu yang berkualitas dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan organisasiDilihat dari segi prosesnya manajemen merupakan suatu pendekatan kesisteman dalam mengatasi berbagai masalah



3



2. Prinsip Dasar ketenagaan dalam Manajemen Keperawatan Agus (2010), menyatakan ketenagaan dalam manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Perlu di perhatikan beberapa prinsip dasar berikut. a.



ketenagaan dalam Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan Perencanaan merupakan hal yang utama dan serangkaian fungsi dan aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak hanya terdiri dan penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran/konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi yang penting di dalam mengurangi risiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan efek-efek dan perubahan. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan unuk menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.



b. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan bergantung pada penggunaan waktunya yang efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam konteks ini, seorang pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktivitas yang tinggi dalam tatanan organisasinya. 4



c. Ketenagaan dalam Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi dan permasalahan yang terjasi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusn yang tepat di berbagai tingkatan manjerial. Semua tingkat manajer dalam keperawatan dihadapkan pada persoalan yang berbeda sehingga dibutuhkan metode atau cara pengambilan keputusan yang berbeda pula. Jika salah dalam pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dalam manajer. d. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan harus terorganisasi. Pergorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam rangka mencapai tuhjuan. Terdapat empat blok struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top/tingkat eksekutif dan tingkat operasional. Prinsip pengorganisian mencakup hal-hal pembagian tugas ( the deviion of work), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewenangan yang sesuai serta adanya rentang pengawasan. Dalam keperawatan,



pengorganisasian



dapat



dilaksanakan



dengan



cara



fungsional/penugasan, alokasi pasien, perawatan grup/tim keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama. e. Manajemen keperawatan menggunakan komunukasi yang efektif. Komunikasi merupakan bagian peting dalam aktivitas manajemn. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara pegawai dalam suatau tatanan organisasi. f.



Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan. Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan agar kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang berakibatkan negatif terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manajemen. Pengendalian meliputi penilaian 5



tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan. 3. Tujuan Ketenagaan Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaranya serta kemampuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepattepatnya. Tujuan manajemen ketenagaan adalah mengelola, mendayagunakan dan / atau mengembangkan kompetensi tenaga agar mereka secara optimal dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi Competency Based Human Resource conceptKompetensi tenaga dalam hal ini meliputi : -



Kompetensi individu ( pengetahuan, ketrampilan dan sikap )



-



kompetensi kelompok ( perpaduan kompetensi individu dalam kelompok )



-



kompetensi inti ( keunggulan-keunggulan yang dimiliki organisasi dalam menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapai )



B. Variabel Variabel Yang Mempengaruhi Ketenagaaan Sumber Daya manusia merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah perusahaan. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan masalah Sumber Daya



Manusia



dengan



kinerjakaryawannya.



sebaik-baiknya



Perusahaan



perlu



terutama



bagaimana



memperhatikan



meningkatkan



variabel-variabel



yang



mempengaruhi kinerja karyawannya. Variabel-variabel tersebut meliputikompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisikerja dan kerjasama. (Nurcahyo, 2011) Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orangsebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannyadalam perusahaan. (Nursalam, 2014)



6



Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu : 1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasankerja. 3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,sistem penghargaan (reward system). Yang menjadi permasalahan adalah apakah variabel kompensasi,kepemimpinan, disiplin kerja, kerjasama, motivasi, kemampuan kerja, kondisikerja berpengaruh secara simultan (bersama-sama). (Nurcahyo, 2011) Ariani, 2009 dalam Skripsinya mengutip dari Gibson menyampaikan Model teori kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yangmempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu variabel individu, variabel psikologis, dan variabel organisasi. Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Subvariabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yangmempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan demografis memilikiefek tidak langsung perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri atassub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis ini merupakan hal yang sulit diukur. Variabel organisasi memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel ini digolongkan pada sub variabel susber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain perjaan. 1. Variabel individu a. Jenis kelamin Saat ini banyak sekali diperdebatkan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan kinerja pria ketika bekerja. Sementara studi-studi psikologis menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang dan pria lebih agresif. Pria lebih besar kemungkinan dari wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses,tetapi perbedaan itu sangan kecil adanya. ( Ariani, 2009 ) 7



b. Umur Hubungan umur dengan kinerja merupakan isu yang penting. Ada keyakinan bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur. Umur juga mempengaruhi produktivitas, hal ini dapat dilihat dari keterampilan individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan, dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu dan kebiasaan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual semua menyambung pada berkurangnya produktivitas kemerosotan ketrampilan fisik apapun yang disebabkan umur berdampak pada produktivitas. ( Ariani, 2009) c. Pendidikan Dari penelitian yang dilakukan bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja. ( Ariani, 2009 ) d. Masa kerja Pengalaman dikaitkan dengan lama kerja seseorang dalam bidangnya, tapi pengalaman kerja tidak bisa dijadikan indikator yang menunjukkan kualitas kerja seseorang. Masa kerja yang lebih lama umumnya menjadikan pegawai lebih banyak tahu dan mempunyai tindakan atau gagasan yanglebih baik dibandingkan dengan pegawai yang baru bekerja/masa kerjanya belum lama. ( Ariani, 2009 ) e. Pelatihan Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja yang tidak mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan kualitas pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkan agar seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya. ( Ariani, 2009 ) 2. Variabel organisasi a. Supervisi Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingn dan pengawasan oleh pengelola program/proyek terhadap pelaksanaan di tingkat administrasi yang lebih rendah, dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dangan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah meningkatkan kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis dengan peningkatan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan. ( Ariani, 2009 ) 8



b. Imbalan Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun finansial penghargaan, karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan. Penghargaan atas prestasi atau jasa seseorang ditinjau dari segi kebutuhan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang menurut teori Maslow ( 1984 ) terletak pada urutan keempat yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. ( Ariani, 2009) Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan, bonus, lembur juga perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan pendapatan karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja. Sebaliknya apabila pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka mampu memenuhi kebutuhannya, dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja mereka. ( Nurcahyo, 2011 )



3. Variabel psikologis a. Motivasi Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. ( Ariani, 2009 ) Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi. Baik motivasi materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan. ( Nurcahyo, 2011 ) b. Penilaian kinerja Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ada berbagai teknik mendisiplinkan karyawan, organisasi harus memilih mana yang paling tepat diterapkan diorganisasi. ( Nurcahyo, 2011 ) Kepemimpinan yang baik juga akan mempengaruhi kinerja karyawan, sehingga seorang atasan harus mampu memimpin pegawainya dengan bijaksana dan profesional. Dengan demikian karyawanmerasa dihargai dan akan dapat meningkatkan kinerjanya. ( Nurcahyo, 2011 )



9



Penilaian kerja adalah proses menilai hasil karya personal dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. ( Ariani, 2009 ) Penilaian kerja dimaksudkan untuk mangetahui apakah pekerjaan yang telah dilakukan sudah sesuai atau belum dengan uraian yang telah disusun sebelumnya. Dengan begitu, seorang pemimpin dapat menjadikan uraian pekerjaan sebagai tolak ukur. Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain: ( Ariani, 2009 ) 1) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang ditentukan oleh sistem pekerjaan. 2) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personal dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personal tersebut. 3) Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personal mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya. Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu : 1) Penilaian kemampuan personal Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personal secara individu, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas manajemen sumber daya manusia. 2) Pengembangan personal Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personal seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan penyesuaian kompensasi. Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk : a) Mengenali sumber daya manusia yang perlu dilakukan pengembangan b) Menentukan kriteria tinggi pemberian kompensasi c) Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan d) Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia masa depan e) Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personal Kinerja karyawan yang optimal dapat diharapkan baik apabila didukung berbagai faktor seperti kompensasi yang diterima, kerja sama antar staf administrasi, disiplin kerja 10



yang tinggi, kepemimpinan yang baik, motivasi kerja yang tinggi, kondisi kerja yang baik dan kemampuan kerja/administrasi memadai. Berdasrkan hasil analisis yang dilakukan dengan analisis korelasi maka oleh Nurcahyo, 2011 dalam penelitiannya tentang Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada Pt. Quadra Mitra Perkasa Balik Papan bahwa variable-Variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama secara parsial secara signifikan dapat berpengaruh terhadap variabel kinerja. Kemudian variabel-variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama secara simultan berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan variabel-variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama, yang merupakan faktor dominan adalah kompensasi. ( Nurcahyo, 2011 ) Dalam keperawatan sendiri variabel-variabel inilah yang mempengaruhi ketenagaan dalam suatu organisasi baik itu di rumah sakit atau puskesmas ataupun dalam bagian organisasi keperawatan di dalam ruangan rawat inap. Variabel-variabel ini sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Diawali dari variabel individu yang mendasari dan sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Perbedaan umur sampai jenis kelamin dan pengalaman tentu akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang perawat. Tentu berdasarkan umur saja, jika seorang perawat telah mencapai umur yang lebih tua terjadi penurunan kinerja akibat dari fisik yang makin menurun. Begitupun dengan variabel-variabel lainnya. C. Cara Perhitungan Jumlah Tenaga Dalam Suatu Shift 1. Cara Rasio Menggunakna jumlah tempat tidur sebagai denomitor personal yang diperlukan, dimana metode ini hanya mengetahui jumlah personal secara tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang dibutuhkan. Cara rasio yang umunya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan MenKes R.I Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenanagaan rumah sakit, dengan standar sebagai berikut : Tipe RS



TM/TT



TPP/TT



11



TNP/TT



TNM/TT



A&B



1/(4-7)



(3-4)/2



1/3



1/1



C



1/9



1/1



1/5



3/4



D



1/15



1/2



1/6



2/4



Khusus



Disesuaikan



Keterangan : TM : tenaga medis TT: tempat tidur TPP: tempat para medis perawat TPNP: tenaga para medis non perawat TNP:tempat non medis Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dna profesional. 2. Cara Nerd Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit. 3. Cara Demand Perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yanag masuk ruang gawat darurat dibutuhkna waktu sebagai berikut: a) Untuk khusus gawat darurat : 86,31 menit b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit c) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit 4. Cara Gillies Gillies (1989) mengemukakan rumusan kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawat sebagai berikut : 12



Keterangan :



𝐴𝐴 𝑋𝑋 𝐵𝐵 𝑋𝑋 𝐶𝐶 𝐹𝐹 = = 𝐻𝐻 (𝐶𝐶 − 𝐷𝐷)𝑋𝑋 𝐸𝐸 𝐺𝐺



A:rata-rata jumlah perawatan/pasien /hari B:rata-rata jumlah pasien/hari C:jumlah hari/tahun D:jumlah hari libur masing-masing perawat E:jumlah jam kerja masing-masing perawat F:jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun G:jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H:jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut 5. Cara Swansburg (1999) 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝/𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑋𝑋 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 D. Alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Dalam setiap Shift



Alokasi adalah penentuan penggunaan sumber daya secara matematis (msl tentang tenaga kerja, mesin, dan perlengkapan) demi pencapaian hasil yang optimal. Penjadwalan merupakan langkah akhir dalam proses perencanaan yang dimulai dengan perencanaan strategi yang diteruskan sampai dengan merinci kegiatan-kegiatan perencanaan. Penjadwalan yang baik dapat menentukan produktivitas tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan, karena dapat menentukan di mana tenaga kerja harus bekerja dan beristirahat atau libur sehingga performa dan kesehatan tenaga kerja tetap terjaga. Penjadwalan tenaga kerja merupakan pengalokasian sumber daya manusia



13



pada stasiun kerja tertentu dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang telah di rencanakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan, dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dan melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien. 1. Penjadwalan perawat perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu: a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat prakualifikasinya. b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shiftshift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat. 2. Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut: a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003). b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003) c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di



14



perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003) d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan dengan



pembagian



waktu



kerja dalam shift-shift. Menurut



Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan Pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha. 3. Karakteristik Penjadwalan Perawat Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain: a. Coverage Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut. b. Quality Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal. c.



Stability Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten, seperti weekend policy, rotation policy.



d.



Flexibility Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.



e.



Fairness Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan sama.



f.



Cost Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014)



15



4. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang sangat tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada ruangan ini pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat, kendaraan ambulan, obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan. Misalkan pada ruang rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift, yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah sebagai berikut : 1. Shift pagi kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore 2. Shift sore Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam 3. Shift malam kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya. Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah mematuhi peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya batasan-batasan dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benarbenar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaranpelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan model dibagi kedalam dua jenis yaitu : a) Kendala utama Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah : Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secara berturut-turut. Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari empat hari aktif kerja berturut-turut. b) Kendala tambahan 16



Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift malam berturut-turut dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut. (Atmasari 2014) 5. Metode Goal Programming dan Linear Program linier merupakan suatu metode pendekatan terhadap masalah pengambilan keputusan yang hanya melibatkan satu tujuan (single goal). Program linier digunakan untuk mengalokasikan sumber daya langka yang ada supaya mencapai tujuan yaitu meminimumkan atau memaksimumkan suatu permasalahan. Contoh permasalahan yang harus dimaksimumkan adalah keuntungan dan penjualan produk, sedangkan contoh permasalahan meminimumkan adalah biaya dan kerugian. (USU,2015) Goal Programming atau yang dikenal dengan Program Tujuan Ganda (PTG) merupakan modifikasi atau variasi khusus dari program linier. Goal Programming bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau deviasi terhadap tujuan, target atau sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai target atau tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat-ikatan yang ada, yang membatasinya berupa sumber daya yang tersedia, teknologi yang ada, kendala tujuan, dan sebagainya .(Nasendi, 1985). Goal Programming pertama kali diperkenalkan oleh Charnes dan Coopers (1961). Charnes dan Coopers mencoba menyelesaikan persoalan program linier dengan banyak kendala dengan waktu yang bersamaan. Gagasan itu berawal dari adanya program linier yang tidak bisa diselesaikan karena memiliki tujuan ganda. Charnes dan Coopers mengatakan bahwa jika di dalam persamaan linier tersebut terdapat slack variable dan surplusvariable (variable deviasi atau penyimpangan) di dalam persamaan kendalanya, maka fungsi tujuan dari persamaan tersebut bisa dikendalikan yaitu dengan mengendalikan nilai ruas kiri dari persamaan tersebut agar sama dengan nilai ruas kanannya. Inilah yang menjadi dasar Charnes dan Coopers mengembangkan metode Goal Programming. (USU,2015) 17



Terminologi yang mendasari GP Terdiri dari Objektif yang dimana Objektif merupakan Suatu pernyataan yang menyatakan atau mempresentasikan suatu aspirasi atau kainginan untuk dapat memaksimumkan pemenuhan permintaan dan lain-lain. Tingkat aspirasi atau nilai target adalah bagian kedua dalamgoal programming yang artinya Suatu nilai yang membatasi pencapaian objektif diterima atau ditolak atau merupakan tingkat pencapaian yang diinginkan untuk setiap atribut atau objektif. Dan yang terakhir adalah Goal yang dimana goal adalah Suatu pencapaian objektif yang sesuai dengan tingkat aspirasi pengambil keputusan. Ada beberapa formulasi model goal programming yang dibentuk dari modifikasi model linear programming dengan criteria pemilihan keputusan yang memuaskan adalah yang meminimumkan masing-masing variable deviasinya. Variabel deviasi ini yang menyebabkan penyimpangan terhadap pencapaian tingkat aspirasi goal yang ditetapkan pengmbil keputusan. Berdasarkan Jurnal ’’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan Menggunakan Goal Programming’’ oleh Atmasari Setelah model matematik diformulasikan dalam bentuk Goal Programming dan selanjutnya diproses dengan menggunakan paket LINGO maka dihasilkan jadwal kerja perawat untuk Unit Gawat Darurat dalam periode satu bulan. Dari jadwal GP hasil komputasi jumlah kebutuhan minimal dan maksimal perawat untuk tiap shift dalam satu hari sudah memenuhi range yang ditentukan pihak manajemen rumah sakit. Day off dari masing-masing perawat dipenuhi dengan cara memberikan hari libur maksimal setelah perawat ditugaskan pada tiga hari aktif kerja. Dari jadwal GP hasil komputasi terlihat bahwa perawat mendapat jatah libur secara merata dan tidak ada perawat yang tidak mendapat hari libur setelah maksimal bekerja selama tiga hari. Untuk total jumlah shift perawat dalam satu periode sudah memenuhi range yang ditentukan oleh pihak manajemen rumah sakit yaitu antara 15 sampai 22 hari. Terlihat dari jadwal GP hasil komputasi bahwa tidak ada satupun perawat yang jumlah total shiftnya kurang dari 15 hari atau melebihi 22 hari. Untuk pembagian shift malam dari jadwal GP hasil komputasi setiap perawat memiliki jatah shift malam kurang lebih 30% dari jumlah shift yang ada. Untuk pelanggaran perawat ditugaskan pada dua atau lebih shift malam secara berturut- turut tidak didapati pada 18



jadwal GP hasil komputasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai yakni Dengan menggunakan model penjadwalan goal Programming, maka diperoleh penjadwalan perawat yang lebih baik dibandingkan jadwal yang dibuat secara manual. Dan Jadwal yang dihasilkan dengan model goal programming dapat memenuhi seluruh kendala utama yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang tidak boleh dilanggar, dan juga memenuhi seluruh kendala tambahan yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang dapat dilanggar. maka penggunaan metode GP ini Lebih baik dibandingkan dengan metode manual karena mengingat banyaknya kendala dan persoalan pada metode manual tersebut. E. Peningkatan kualitas pelayanan yang efektif yang sesuai standar Rumah sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tugas dan fungsi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983 tahun 1992 adalah sebagai organisasi sosial kemasyarakatan serta kesehatan keluarga dan lingkungan, sangat jelas bahwa dalam mengelola sebuah rumah sakit tidaklah mudah dan bisa dikatakan cukup rumit. Dalam mengelola rumah sakit diperlukan banyak tenaga-tenaga professional yang terdiri dari dokter, perawat, paramedik, apoteker serta operator instrument alat-alat penunjang kesehatan. Dalam mencapai tujuan yang berorientasi kepada kepuasan pasien, di samping aspek fasilitas rumah sakit, peranan dokter, paramedis dan non medis menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan menentukan persepsi dan kinerja yang dirasakan pasien terhadap pelayanan yang diberikan (Widaryanto, 2005).Kualitas pelayanan menjadi hal yang penting bagi penyedia pelayanan kesehatan, dimana proporsi yang sama besarnya juga diberikan pada praktisi pemasaran yang memberikan perhatian pada kualitas pelayanan (Barus, 2017). Strategi sebagai sebuah kesepakatan tentang penentuan tujuan dan visi jangka panjang 19



yang kemudian menjadi acuan bersama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi tidak hanya berbicara tentang proses dan hasil, namun yang tidak kalah pentingnya bahwa strategi juga membahas betapa sebuah kesepakatan telah menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan strategi. Kebijakan yang tidak disertai dengan kesepakatan diantara semua stakeholder akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses manajemen strategi (Clarke &Fullen, 2011) Kualitas Pelayanan (Service Quality) dapat di definisikan sebagai sesuatu yang didapatkan oleh konsumen dari penyedia jasa dalam hal ini perusahaan atau organisasi dengan mengacu pada indikator kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan mensyaratkan sebuah perusahaan/organisasi bisnis untuk mampu melakukan “delivery” pelayanan maksimal kepada konsumen dengan tujuan agar konsumen mendapatkan kepuasan dan pada akhirnya menjadi pelanggan yang setia atau fanatik (Ismail & Yunan. 2016). Lebih lanjut, Ismail & Yunan (2016) menyatakan bahwa kualiatas pelayanan yang bersifat nyata (tangible) seperti empati, responsif, jaminan, keandalan dan kepekaan memiliki dampak yang positif terhadap 2kepuasan konsumen dan menjadikanya konsumen yang loyal (customer loyalty) khususnya dalam dunia kesehatan. Menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan,dan gawat darurat. Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Keselamatan pasien (patient safety) pada dasarnya merupakan sebuah konsep dalam dunia medis yang terus berkembang. Menurut Rojovsky (2005) keselamatan pasien didefinisikan sebagai upaya maksimal yang dilakukan rumah sakit dalam rangka memberikan pelayanan kepada pasien melalui penerapan metode dan regulasi yang legal serta melalui standar yang terukur untuk meminimalisir kesalahan medis.Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS), terdapat 6 (enam) indikator sasaran kesalamatan pasien.



20



Keselamatan Pasien yang wajib diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Pemerintah. Keenam indikator sasaran keselamatan pasien tersebut yaitu: -



Pertama.Kepatuhan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Rawat Inap.



-



Kedua. Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Komunikasi Efektif Rumah sakit .



-



Ketiga. Kepatuhan pelaksanaan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai diruang rawat inap.



-



Keempat. Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Surgical Safety Cheklist di kamar operasi. Rumah sakit memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.Kelima. Kepatuhan pelaksanaan Cuci Tangan pada petugas.



-



Keenam. Kepatuhan Pelaksanaan Assesment Risiko Jatuh. Pemerintah mempunyai peran



yang sangat besar dalam meningkatkan



kesejahteraan masyarakat, diantaranya adalah penyediaan pelayanan kesehatan termasuk penyediaan rumah sakit. Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan dan memelihara kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan, selain merupakan tanggung jawab pemerintah juga merupakan hak bagi masyarakat untuk ikut berperan serta. Diperlukan regulasi agar peran ini dapat berjalan optimal. Aktifitas regulasi secara umum ialah pemberian izin, akreditasi dan sertifikasi. Hal tersebut merupakan tiga cara utama dalam aktifitas regulasi pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan. Akreditasi rumah sakit ialah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang disyaratkan. Akreditasi rumah sakit merupakan salah satu cara pemantauan bagi pelaksanaan pengukuran indikator kinerja rumah sakit. Pengembangan penilaian terhadap kinerja rumah sakit merupakan tugas dari pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan. Di dalam buku ”Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit” disebutkan bahwa rumah sakit diharuskan mempunyai program peningkatan mutu baik internal maupun eksternal, untuk 21



mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan bagi pasien. Program peningkatan mutu internal dapat dilakukan dengan metode dan teknik yang dipilih dan ditetapkan oleh rumah sakit. Program peningkatan mutu eksternal dapat dilakukan melalui akreditasi, sertifikasi ISO dan lain-lain. Di dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit bagian ketiga pasal 40 disebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.Program akreditasi rumah sakit di Indonesia dimulai pada tahun 1996 merupakan pelaksanaan dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pada SKN dijelaskan bahwa akreditasi rumah sakit adalah penilaian terhadap mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala yang dapat digunakan untuk penetapan kebijakan pengembangan atau peningkatan mutu. Tujuan pengembangan rumah sakit. Misi pengembangan rumah sakit ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut : 1. Melindungi masyarakat dalam bentuk akuntabilitas publik. 2. Memacu perbaikan internal rumah sakit melalui feedback ke rumah sakit dan internal benchmark; 3. Sebagai mekanisme pemberian reward dan penyediaan konsultan 4.



Menciptakan iklim transparansi dan kompetisi yang sehat dalam mencapai misi kesehatan prima



5. Tujuan benchmark antar rumah sakit. Tujuan akreditasi rumah sakit. Tujuan umum akreditasi adalah mendapat gambaran seberapa jauh rumah sakitrumah sakit di Indonesia telah memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga mutu pelayanan rumah sakit dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan tujuan khususnya meliputi: 1. memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan 2. memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas, tenaga dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya 22



3. memberikan jaminan dan kepuasan kepada customers dan masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin. Manfaat akreditasi bagi rumah sakit ialah: 1. Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultasi antara rumah sakit dengan lembaga akreditasi yang akan memberikan saran perbaikan untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit 2.



Melalui self evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada di bawah standar atau perlu ditingkatkan



3.



Penting untuk penerimaan tenaga;



4.



Menjadi alat untuk negosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan



5.



Alat untuk memasarkan (marketing) pada masyarakat.



6. Suatu saat pemerintah akan mensyaratkan akreditasi sebagai kriteria untuk memberi ijin rumah sakit yang menjadi tempat pendidikan tenaga medis/ Keperawatan 7. Meningkatkan citra dan kepercayaan pada rumah sakit. Manfaat akreditasi rumah sakit Bagi masyarakat adalah: 1. Masyarakat dapat memilih rumah sakit yang baik pelayanannya; 2.



Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di rumah sakit yang sudah diakreditasi.



Manfaat akreditasi bagi karyawan rumah sakit ialah: 1. Merasa aman karena sarana dan prasarana sesuai standar; 2. Self assessment menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan standar dan peningkatan mutu. Manfaat akreditasi bagi pemilik rumah sakit ialah pemilik dapat mengetahui rumah sakitnya dikelola secara efisien dan efektif. Terdapat 6 indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit (Nursalam, 2015). 1. Keselamatan pasien (patient safety)



Patient safety meliputi infeksi nosokomial, risiko jatuh pada pasien, dekbitus/luka tekan, pemberian obat, dan tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Joint Commission International (JCI) telah mengeluarkan 6 Goals keselamatan pasien yakni identifikasi pasien secara tepat, menggunakan komunikasi yang efektif, pemberian 23



obat yang tepat, prosedur yang tepat (sesuai indikasi), dan mencegah risiko jatuh pada pasien. 2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan



Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif agi tubuh yang akan muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk menghilangkan rangsangan nyeri. 3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan



Kepuasan pasien adalah respons evaluatif, afektif atau emosional yang terkait dengan mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit serta harapan pasien terhadap pelayanan tersebut (Mumu, 2015). Beberapa aspek terkait kepuasan pasien adalah kompetensi



klinis



tenaga



kesehatan,



empati,



kesediaan



menjawab



keluhan,



responsive, caring, komunikasi, dll. 4. Perawatan diri



Terdapat enam aktivitas yang diperhatikan dalam perawatan diri seperti makan, BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi. 5. Kecemasan pasien



Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit diobservasi. Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien dan keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa rencana begitu mulai masuk rumah sakit. 6. Perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien



Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.



24



F. Jenis Metode Penugasan Dalam Ruang Rawat 1. Metode fungsional Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. Kelebihan : a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasanyang baik b) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga. c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasiendiserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman. Kelemahan : a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat. b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja 2. Metode Team Definisi menurut ahli: a. Menurut Marquis dan Huston (2016) Metode tim adalah suatu keadaan dimana proses keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien di ruang perawatan yang terdiri atas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. b. Menurut Asmuji (2014) metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan



25



keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan ketua tim. c. Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. d. Metode tim menggunakan terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 (dua) sampai 3 (tiga) tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Suarli dan Bachtiar, 2012) Kelebihan : a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. c) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan : a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi b) tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan c) pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu ) d) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu e) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur



3.



Primary Nursing Metode penugasan Primary Nursing adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.



26



Konsep dasar metode primer : 1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat 2) Ada otonomi 3) Ketertiban pasien dan keluarga Kelebihan Primary nursing kelebihan metode penugasan perawat primer adalah: a) bersifat kontuinitas dan komprehensif. b) Metode penugasan perawat primer memberikan keuntungan terhadap klien, perawat, dokter dan rumah sakit. Keuntungan bagi perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi, pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Keuntungan bagi pasien adalah mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Keuntungan bagi dokter adalah mendapatkan informasi dari perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus mempekerjakan perawat yang berkualitas tinggi menjadi keuntungan bagi rumah sakit. c) Model praktek professional Kelemahan Primary Nursing Kelemahan metode penugasan perawat primer antara lain: a) hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.(Mendrofa & Sagala, 2019) b) Biaya lebih besar



27



4. Metode Modular Metode keperawatan modular merupakan metode modifikasi keperawatan timprimer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif. Kelebihan a) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok. b) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif. c) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan. d) Meningkatnya kepuasan pasien. e) Biaya efektif. Kelemahan a. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan. b. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim. c. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.



28



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan. Pengertian ketenagaan dalam manajemen ini adalah ketenaga kerjaan atau manpower atau human resources, Manajemen Ketenagaan adalah ilmu dan seni mengatur tenaga kerja melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian agar efisien,efektif , produktif menghasilkan sesuatu yang berkualitas dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan organisasiDilihat dari segi prosesnya manajemen merupakan suatu pendekatan kesisteman dalam mengatasi berbagai masalah B. Saran Diharapkan agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang ketenagaan dalam keperawatan agar menjadi pedoman kita sebagai perawat.



29



DAFTAR PUSTAKA



Ariani, F. K. 2009. Gambaran Kinerja Pegawai Di Instalasi Gizi RSUD Koja Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indinesia Anonim. (2017). Gajimu. Pembagian Kerja Shift . Anonim. (2015). repository.USU.ac.id. Landasan Teori Perawat , 1-21. Atmasari. (2014). diglib.its.ac.id. ’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan Menggunakan Goal Programming , 1-13. Mendrofa, H. K., & Sagala, L. (2019). Pengaruh Pelatihan Dan Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Primary Nursing Terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Kota Medan. Indonesian Trust Health Journal, 2(2), 237–245. https://doi.org/10.37104/ithj.v2i2.40 Mumu, LJ. Kandou, GD. Doda, D. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien di poliklinik penyakit dalam RSUP Kandou Manado. ejournal.unsrat.ac.id Nurcahyo, A. 2011. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada Pt. Quadra Mitra Perkasa Balik Papan ( Jurnal ). Pariwisata Politeknik Negeri Samarinda Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta https://fdokumen.com/document/metode-modular-manajemen-kep.html Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Mumu, LJ. Kandou, GD. Doda, D. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien di poliklinik penyakit dalam RSUP Kandou Manado. ejournal.unsrat.ac.id Asmuji. (2014). Manajemen keperawatan konsep & aplikasi . Yogjakarta : ArRuzz Media. Agus Suprijono. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



30



31



1



MAKALAH KETENAGAAN PERHITUNGAN PERAWAT DAN METODE PENUGASAN DI RUANG RAWAT



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3



Anjelina Kristin Nikolas



(C1814201056)



Celsy Elvira



(C1814201059)



Dewi Alpina



(C1814201063)



Fristi Christina Monalisa Pietersz



(C1814201069)



Niken



(C1814201088)



Rut Handayani Bokko



(C1814201093)



Tresya Octafiana Gala Biru



(C1814201098)



Yohana Mariana Apriliyanti Eka Putri R



(C181420102)



Yunita Firginia Kamelia Kumayas



(C1814201103)



Alowisye Gratcia Honorota Lamere



(C1714201060)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS TAHUN AJARAN 2020/2021 MAKASSAR



1



2



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena limpahan berkatnya sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan. Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada pihak yang mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. kami berharap semoga makalah ini mampu menambah ilmu bagi para pembaca. Karena keterbatasan ilmu, kami tetap banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,kami sangat berharap saran dan kritikan yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Makassar, 22 Maret 2021



Penulis



Kelompok 3



2



3



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.................................................................................. 2 DAFTAR ISI................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 4 A. Latar Belakang ..................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan................................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6 A. Perhitungan perawat............................................................................ 6 B. Metode penugasan perawat ................................................................. 9 C. Tanggung jawab Karu, Katim & Anggota tim.................................. 12 BAB III PENUTUP .................................................................................... 14 A. Kesimpulan ......................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15



3



4 BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang



Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa perawat merupakan “back bone” untuk mencapai target- target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan karena perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbesar, melayani pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin hari semakin bertambah,sehingga perawat perlu melakukan tindakan secara professional disertai dengan tanggung jawab yang besar. Menurut undang-undang No.23 1992 merupakan wujud rambu-rambu atas hak dan kewajiban tenagakesehatan termasuk para perawat dalam menjalankan tugas tugas pelayanan(Maiti & Bidinger, 2018). Salah satu tugas pelayanan adalah pendokumentasian asuhan keperawatan yang merupakan salah satu pembuktian atas perbuatanperawat selama menjalankan tugas pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral daripelayanan kesehatan di rumah sakit, yang mempunyai posisi yangsangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan danpemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenagakeperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh,juga sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan pelanggan(pasien dan keluarganya). Keperawatan adalah suatu bentukpelayanan professional yang merupakan bagian integral daripelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. ( (Maiti & Bidinger, 2018) Manajemen



keperawatan



merupakan



koordinasi



dan



integrasi



dari



sumbersumberkeperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan,obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Proses manajemendibagi lima fase yaitu : planning, organizing, staffing, directing, controling yangmerupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yangmenggunakan konsep-konsep manajemen seperti: perencanaan, pengorganisasiann,pengarahan,



pengendalian



4



dan



evaluasi.



Manajemen



asuhan



5



keperawatandilaksanakan



melalui



pendekatan



dengan



metode



proses



keperawatan



sebagaimetode pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan tentangketerlibatan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien/klien sesuai dengan kode etikdan standar praktek keperawatan. (Warsito, 2017) B. Rumusan masalah Rumusan masalah dari makalah ini yaitu: 1. Bagaimana cara perhitungan perawat? 2. Bagaimana metode penugasan diruang rawat? 3. Apa tanggung jawab kepala ruangan (KARU), ketua tim (KATIM) dan anggota tim? C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan perawat 2. Untuk mengetahui bagaimana metode penugasan diruang rawat 3. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab kepala ruangan (KARU), ketua tim (KATIM) dan anggota tim 4. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah manifestasi keperawatan



5



6



BAB II PEMBAHASAN A. PERHITUNGAN PERAWAT Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenaga keperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh, juga sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan pelanggan (pasien dan keluarganya). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Upaya penyelenggaraan menjaga kualitas kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari peran penting profesi keperawatan. Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada di tatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu karenanya perawat memegang posisi kunci dalam membangun citra rumah sakit.(agustina mayasari, 2019) Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang olehpemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Olehkarena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi



kebutuhan



tenaga



keperawatan.



Dan



perencanaan



yang



baik



mempertimbangkan :klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untukitu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakankebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit. Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapafaktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut : a) Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit 6



7



b) Kondisi atau tingkat ketergantungan klien c) Rata-rata hari perawatan klien d) Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung e) Frekuensi tindakan yang dibutuhkan f) Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung g) Pemberian cuti •



Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan



Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut: a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari 1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2) makanan dan minum dilakukan sendiri 3) ambulasi dengan pengawasan 4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift 5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil 6) perawatan luka sederhana. b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari 1)



kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu



2)



observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam



3)



ambulasi dibantu



4)



pengobatan dengan injeksi



5)



klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat



6)



klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.



c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari 1)



semua kebutuhan klien dibantu



2)



perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan



3)



makan dan minum melalui selang lambung



4)



pengobatan intravena “perdrip”



5)



dilakukan suction 7



8



6)



gelisah / disorientasi



7)



perawatan luka kompleks.



Adapun contoh yang diambil oleh kelompok di dalam artikel dalam perhitungan salah satu penilaiannya dengan menggunakan instrumen A yaitupedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan untuk mengetahui kualitas asuhankeperawatan yang dilaksanakan. Di dalam ketetapan di RSJD Dr Amino GondohutomoSemarang hasil yang diharapkan adalah pencapaian rata-rata lebih 86 %.Dari hasil pelaksanaan evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan diRSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang terlihat pada tabel 1.3 sebagai berikut : Tabel 1.3 Hasil Pelaksanaan Penerapan SAK Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino



No.



Aspek yang dinilai



Jumlah



Rata-rata %



1.



Pengkajian Keperawatan



907



76



2.



Diagnosa Keperawatan



1003



84



3.



Perencanaan Keperawatan



1022



85



4.



Tindakan Keperawatan



625



52



5.



Evaluasi Keperawatan



420



35



6.



Catatan Asuhan Keperawatan



1012



84



4989



416



Total Pencapaian Rata-rata %



69.3



Dari data tersebut menunjukan hasil pada semua aspek yang dinilai dan pencapaianrata-rata masih dibawah ketetapan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino GondohutomoSemarang (< 86%). Sehingga masalah pelaksanaan standar asuhan keperawatanmasih rendah. Hal ini terkait juga dengan pelaksanaan pengawasan kepala ruang yangbelum terlaksana dengan baik, karena format pengawasan melalui supervisi langsungmaupun tidak langsung belum ada.



8



9



B. METODE PENUGASAN DI RUANG RAWAT Metode Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan pasien. Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini (Rakhmawati et al., 2017) adalah sebagai berikut : a. Metode Fungsional



Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. 1. Kelebihan : -



Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasan yang baik



-



Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.



-



Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau beulm berpengalaman.



2. Kelemahan : -



Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawatt



-



Pelayanan



keperawatan



terpisah-pisah,



tidak



dapat



menerapkan



proses



keperawatan.



-



Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.



b. Metode Perawatan Tim



Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). 1. Tujuan dari Metode Tim yaitu :



9



10



1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif 2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar 3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda 2. Konsep Metode Tim : 1)



Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.



2)



Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin



3)



Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.



4)



Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang.



3. Kelebihan :



1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. 2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan 3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.



4. Kelemahan :



1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensitim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakanpada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu ) 2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.



3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur c. Metode Primer



Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. 10



11



1. Konsep dasar metode primer : a) Ada tanggungjawab dan tanggung gugat b) Ada otonomi c) Ketertiban pasien dan keluarga 2. Kelebihan: 1)



Model praktek professional



2)



Bersifat kontinuitas dan komprehensif



3)



Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil danmemungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat



4)



Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya



3. Kelemahan : 1) Hanya



dapat



danpengetahuan



dilakukan yang



direction,kemampuan



oleh



perawat



memadai



mengambil



yang



dengan keputusan



memiliki kriteria



yang



pengalaman asertif,



tepat,



self



menguasai



keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin. 2) Biaya lebih besar



d. Metode Kasus



Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care. 1. Kelebihan : 1) Perawat lebih memahami kasus per kasus 2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah 2. Kekurangan : 1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab



11



12



2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan dapat mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan prinsip pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun dalam mengembangkan metode penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.



C. Tanggung Jawab Kepala Ruangan(Karu),Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain : 1. Tanggung Jawab Karu : a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan c) Memberi



kesempatan



katim



untuk



mengembangkan



keterampilan



kepemimpinandan managemen 2. Tanggung Jawab Katim : a.



Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga



b.



Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra



c.



Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yangkonsisten



d.



Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhankeperawatan melalui konfrens



e.



Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggotatim



f.



Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan



3. Tanggung Jawab Anggota Tim : a.



Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim



b.



Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien



c.



Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat



d.



Berkontribusi terhadap perawatan



-



Observasi terus menerus 12



13



-



Ikut ronde keperawatan



-



Berinterkasi dgn pasien & keluarga



-



Berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah



BAB III PENUTUP



KESIMPULAN : 13



14



Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional keperawatan



dan



menggunakan



etika



keperawatan



sebagai



tuntutan



utama.



Dari data tersebut menunjukan hasil pada semua aspek yang dinilai dan pencapaianrata-rata masih dibawah ketetapan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino GondohutomoSemarang . Metode Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan pasien. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.



DAFTAR PUSTAKA



agustina mayasari. (2019). Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat. Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat.



14



15 http://eprints.undip.ac.id/32846/1/thesis_11.pdf Maiti, & Bidinger. (2018). wujud rambu-rambu atas hak dan kewajiban tenaga kesehatan. 1992 Merupakan1992 Merupakan Wujud Rambu-Rambu Atas Hak Dan Kewajiban Tenaga Kesehatan Termasuk Para Perawat Dalam Menjalankan Tugas Tugas Pelayanan Rakhmawati, O. W., Kp, S., & Kep, M. (2017). Metode penugasan tim dalam asuhan keperawatan. Asuhan Keperawatan, 2, 1–9. Warsito, E. B. (2017). PENGARUH PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANG TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT. PENGARUH PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANG TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT.



15



TUGAS MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN “KETENAGAAN”



YANG DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 TINGKAT 3C  BERNADET APRIANI (C1814201110)  CANTIKA W.V KEMBUAN (C1814201111)  CICILIA DORANTES PALPIALY (C1814201112)  GETRUDIS YUSRI (C1814201121)  JANET GRESILYAHEHAKAYA (C1814201125)  KRISTIANI PAKAMBANAN (C1814201128)  MERRY KRISYANTI (C1814201135)  SOFIA USVIN SUMULE (C1814201150)  VALEN PITER KEMPA (C1814201151)  YELMIDA YULIUS (C1814201155)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AJARAN 2020/2021



i



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa, Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu makalah tentang “MANAJEMAN KEPERAWATAN”. Dengan harapan semoga tugas makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin. Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dangan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya. Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.



Makassar, 20 Maret 2021



Penulis Kelompok 3



ii



DAFTAR ISI



SAMPUL .......................................................................................................................



i



KATA PENGANTAR ..................................................................................................



ii



DAFTAR ISI .................................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................



1



A. Latar Belakang .............................................................................................



1



B. Rumusan masalah ........................................................................................



1



C. Tujuan penulisan ..........................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................



3



A. Konsep dasar, prinsip dan tujuan ketenagaan ..............................................



3



B. Variabel-variabel yang mempengaruhi ketenagaan .....................................



4



C. Cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift ......................................



9



D. Alokasi dan penjadwalantenaga keperawatan setiap shift ..........................



15



E. Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi ......................................................................................................



19



F. Jenis metode penugasan dalam ruang rawat ...............................................



20



BAB III PENUTUP ......................................................................................................



25



A. Kesimpulan ..................................................................................................



25



B. Saran ............................................................................................................



25



DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................



26



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahan dalam aspek keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan. Pelayanan keperawatan harus dikelolah secara professional, karena itu perlu adanya manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelyanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Ketenagaan adalah pengaturan proses mobilisasi, proses motivasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan untuk tercapainya tujuan individu, organisasi dimana dia berkarya.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana konsep, prinsip dan tujuan ketenagaan? 2. Apa saja variable-variabel yang mempengaruhi ketenagaan? 3. Bagaimana cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift? 4. Bagaimana alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift? 5. Bagaimana Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi? 1



6. Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat?



C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui konsep, prinsip dan tujuan ketenagaan. 2. Untuk mengetahui variable-variabel yang mempengaruhi ketenagaan. 3. Untuk mengetahui cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift. 4. Untuk mengetahui alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift. 5. Untuk mengetahui Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi. 6. Untuk mengetahui jenis metode penugasan dalam ruang rawat.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. KONSEP DASAR, PRINSIP, DAN TUJUAN KETENAGAAN 1. Konsep Dasar Ketenagaan adalah organisasi yang merupakan kumpulan sekelompok orangorang untuk mewujudkan tujuan (Gillies,1996). Pada dasarnya semua metoda ataupun formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga keperawatan dirumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang bersangkutan. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan harusbetul-betul direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan berulang- ulang karena akan membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga sehingga tidak efektif dan efisien.



2. Prinsip Ketenagaan a) Prinsip partisipatif Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi menentukantujuan yang akan dicapai oleh pemimpin dalam upaya memotivasi kerja. b) Prinsip Komunikasi Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Informasi yang jelas akan membuat kerjapegawai lebih mudah dimotivasi . c) Prinsip mengakui andil bawahan Pemimpin prinsip mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil dalam berusaha pencapaian tujan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah di motivasi . d) Prinsip pendelegasian wewenang Pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang akan dilakukannya sewaktu-waktu



3



e) Tujuan Ketenagaan Adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya.



B. VARIABEL - VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KETENAGAAN Sumber



Daya



manusia



merupakan



salah



satu



unsur



terpenting



dalam



sebuah perusahaan. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan masalah Sumber Daya Manusia dengan sebaik-baiknya terutama bagaimana meningkatkan kinerja karyawannya. Perusahaan



perlu



memperhatikan



variabel-variabel



yang



mempengaruhi



kinerja



karyawannya. Variabel -variabel tersebut meliputi kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisikerja dan kerjasama. (Nurcahyo, 2011). Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. (Nursalam, 2014). Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, 1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasankerja. 3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,sistem penghargaan (reward system) Yang menjadi permasalahan adalah apakah variabel kompensasi,kepemimpinan, disiplin kerja, kerjasama, motivasi, kemampuan kerja, kondisi kerja berpengaruh secara simultan (bersama-sama). (Nurcahyo, 2011). Ariani, 2009 dalam Skripsinya mengutip dari Gibson menyampaikan Model teori kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, yaitu variabel individu, variabel psikologis, dan variabel organisasi. Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Subvariabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan demografis memiliki



4



efek tidak langsung perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri atassub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Variabel organisasi ini memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dankinerja individu.



Variabel ini digologkan pada sub variabel sumber daya,



kepemimpinan, imbalan, struktur, dan disain pekerjaan banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis ini merupakan hal yang komplek dansulit diukur. Variabel organisasi memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel ini dogolongkan pada sub variabel sumber daya,kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. 1. Variabel Individual. a. Jenis kelamin Saat ini banyak sekali diperdebatkan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan kinerja pria ketika bekerja. Sementara studi-studi psikologis menemukan bahwa



wanita



lebih



bersedia untuk



memenuhi



dan pria lebih agresif. Pria lebih besar kemungkinan dari wanita dalam



wewenang memiliki



pengharapan untuk sukses, tetai perbedaan itu kecil adanya. (Ariani, 2009)



b. Umur Hubungan umur dengan kinerja merupakan isu yang penting. Ada keyakinan bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur. Umur juga mempengaruhi produktivitas, hal ini dapat di lihat dari keterampilan individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu dan kebiasaan pekerjaanyang berlarutlarut dan kurangnya rangsangan intelektual semua menyamb ug pada berkurangnya produktivitas kemerosotan ketrampilan fisik apapunyang disebabkan umur berdampak pada produktivitas. (Ariani, 2009) c. Pendidikan Dari penelitian yang dilakukan bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja. (Ariani, 2009).



5



d. Masa kerja Pengalaman dikatkan dengan lama kerja sesorang dalam bidangnya, tapi pengalamam kerja tidak bisa dijadikan indikator yang menunjukkan kualitas kerja seseorang. Masa kerja lebih lama umumnya menjadikan pegawai leih banyak tahu dan mempunyai tindakan atau gagasan yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai yang baru bekerja/masakerjanya belum lama. (Ariani, 2009) e. Pelatihan Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja yangtidak mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan kualitas pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkanagar seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya. (Ariani, 2009).



2. Variabel Organisasi a. Supervisi Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengawasan oleh pengelola program/proyek terhadap pelaksana ditingkat administrasi yang lebih rendah, dalam rangka menetapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah untuk meningkatkan kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis dengan peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan. (Ariani, 2009). b. Imbalan Setiap



orang



membutuhkan



insentif



baik



sosial



maupun



finansial penghargaan, karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan. Penghargaan atas prestasi atau jasa seseorang ditinjau dari segikebutuhan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang menurut teori Maslow (1984) terletak pada urutan keempat yaitu kebutuhanakan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. (Ariani, 2009). Pemberian



kompensasi



seperti



gaji,



insentif,



tunjangan,



bonus,



lembur juga perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan pendapatan karyawan



yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja.



Sebaliknya apabila pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka mampu memenuhi kebutuhannya, dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja mereka. (Nurcahyo, 2011).



6



3. Variabel Psikologis a. Motivasi Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi. Baik motivasi materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja kariyawan . b. Penilaian kinerja Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ada berbagai macam teknik mendisiplinkan karyawan. Organisasi harus memilih mana yang paling tepat diterapkan diorganisasi. Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personal dalam suatu organisasi melalui instrument penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang di maksudkan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang telah dilakukan sudah sesuai atau belum dengan uraian yang telah disusun sebelumnya. Dengan begitu, seorang pemimpin dapat menjadikan uraian pekerjaan sebagai tolak ukur. Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain: 1. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan memilih perilaku yang ditentukan oleh system pekerjaan. 2. Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seseorang personal dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personal tersebut. 3. Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personal mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya. Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai 2 (dua) tujuan utama yaitu: 1. Penilaian kemampuan personal Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personal secara individual, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas manajemen sumber daya manusia.



7



2. Pengembangan personal Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personal seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi dan penyesuaian kompensasi. Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk: a. Mengenal sumber daya manusia yang perlu dilakukan pemgembangan b. Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi c. Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan d. Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia e. Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personal. Kinerja karyawan yang optimal dapat diharapkan baik apabila didukung berbagai factor seperti kompensasi yang diterima, kerjasama antar staf administrasi, disiplin kerja yang tinggi, kepemimpinan yang baik, motivasi kerja yang tinggi, kondisi kerja yang baik dan kemampuan kerja/administrasi memandai. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan analisis korelasi maka dalam penelitian (Nurcahya, 2011) tentang variable-variabel yang mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. Quadra Mitra Perkasa Balikpapan bahwa variable-variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerjasama secara parsial secara signifikan dapat berpengaruh terhadap variable kinerja. Kemudian variable-variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerjsama secara simultan berpengaruh



terhadap



kinerja.



Sedangkan



variable-variabel



kompensasi,



kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerjasama, yang merupakan factor dominan adalah kompensasi. Dalam keperawatan sendiri variabel-variabel inilah yang mempengaruhi ketenagaan dalam suatu organisasi baik itu di Rumah Sakit atau Puskesmas ataupun dalam bagian organisasi keperawatan di dalam ruangan rawat inap. Variable-variabel ini sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Diawali dari variable individu yang mendasari dan sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Perbedaan umur sampai jenis kelamin dan pengalaman tentu akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang perawat. Tentu berdasarkan umur saja, jika seorang perawat telah mencapai umur yang lebih tua terjadi penurunan kinerja akibat dari fisik yang makin menurun. Begitupun dengan variable-variabel lainnya.



8



C. CARA MENGHITUNG JUMLAH TENAGA DALAM SUATU SHIFT Dalam merencanakan tenaga keperawatan hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan. Bentuk dan beban pelayanan keperawatan bisa berupa pelayanan yang dependent, independent, interdependent, langsung maupun tidak langsung, membutuhkan waktu berapa lama, harus dikerjakan oleh perawat yang memiliki kemampuan seperti apa, dan sebagainya sehingga bisa ditentukan kategori perawat yang dibutuhkan serta berapa jumlah yang dibutuhkan. Dilanjutkan dengan proses seleksi, proses orientasi, penempatan, pembagian tenaga setiap shif dan tanggung jawab apa yang harus dijalankan oleh tenaga keperawatan tersebut. Untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu ruangan ada beberapa rumusan yaitu: 1. Metode Gillies Menentukan kebutuhan kuantitatif tenaga perawat dapat berdasarkan: a) Jumlah jam perawatan efektif klien yang dirawat setiap 24 jam b) Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun c) Penggunaan tempat tidur rata-rata (akan lebih obyektif bila menggunakan rata penggunaan tempat tidur pertahun) d) Analisa kegiatan untuk memenuhi kegiatan klien Berdasarkan perhitungan di atas, maka kebutuhan kuantitatif tenaga keperawatan dapat dihitung sebagai berikut: a. Jumlah tenaga yang diperlukan Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan klien perhari



Rata-rata X



Jumlah hari pertahun



jumlah klien



-



Hari tidak kerja



jam kerja A tau



pertahun perorang/hari Jam perawatan yang diperlukan pertahun Jam perawatan yang diberikan oleh tiap orang pertahun



9



Jumlah hari X



pertahun



X



Jumlah



Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil b. Pertimbangan cuti hamil Penghitungan



jumlah



tenaga



yang



diperlukan



juga



harus



mempertimbangkan adanya tenaga yang cuti hamil. Diasumsikan tenaga yang cuti adalah x %, dari tenaga yang dinas tiap hari, sehingga jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil adalah x % X jumlah cuti hamil X jumlah jam kerja perhari, maka diperlukan tambahan tenaga : Jumlah jam kerja hilang karena cuti hamil Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun



(Mariono,R.1978) Anda telah belajar tentang perhitungan jumlah tenaga per tahun dan selanjutnya anda pelajari bagaimana menghitung kebutuhan tenaga perawat untuk dinas setiap hari.



c. Cara perhitungan jumlah tenaga perawat yang bertugas setiap hari.



Rata-rata jumlah



X



Rata-rata jam



perawatan Klien tiap hari



tiap klien per 24



jam



Untuk



Jumlah jam kerja perhari



keperluan



penghitungan perawat yang dibutuhkan dan untuk keperluan penjadwalan dinas maka diperlukan juga perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari. d. Cara perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari Jumlah hari tidak kerja



X



Pertahun



Jumlah tenaga yang dibutuhkan pe 24



10



jam Jam hari kerja perorang pertahun



Keterangan: Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam dihiting dari tingkat ketergantungan klien atau berdasarkan kondisi klien. Jumlah jam kerja per tahun dihiting dari jumlah hari dalam tahun (365 hari) dikurangi hari tidak bekerja dalam setahun (hari minggu + Cuti tahunan + hari besar dalam setahun + Cuti sakit atau ijin).



2. Metode Dauglass Menentukan



kebutuhan



tenaga



perawat



berdasarkan



pada



tingkat



ketergantungan klien. Formula yang sering digunakan untuk menghitung jumlah tenaga perawat di ruang model Praktek Keperawatan Profesional adalah berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Pasien dengan kondisi tertentu diklasifikasikan berdasarkan tingkat ketergantungannya. Semakin pasien tidak mampu melakukan pemenuhan kebutuhan secara mandiri maka akan lebih banyak membutuhkan waktu bagi perawat untuk memberikan asuhan. Kriteria pasien berdasarkan klasifikasi Douglass. Douglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien. Adapun perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang dimaksud adalah sebagai berikut.



11



Perhitungan Kebutuhan tenaga Perawat berdasarkan Klasifikasi Klien



Jumlah



KLASIFIKASI KLIEN



klien Minimal



Parsial



Total



Pagi



Sore



Malam Pagi



Sore



Malam Pagi



Sore



Malam



1



0,17



0,14



0,07



0,27



0,15



0,10



0,36



0,30



0,20



2



0,34



0,28



0,14



0,54



0,30



0,20



0,72



0,60



0,40



3



0,51



0,42



0,21



0,81



0,45



0,30



1,08



0,90



0,60



Dst



3. Metode Swansburg Formula perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Total jam perawat /hari: =Jumlah Klien x Jumlah jam kontak perawatklien



2. Jumlah perawat yang dibutuhkan pehari: =



Total



jam



perawat/hari Jumlah jam kerja /hari



Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi :



=



Jumlah rata-rata pasien /hari x jumlah jam kontak perawat-



pasien /hari Jam kerja /hari



12



Rumus selanjutnya untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan perawat adalah satu minggu. 1. Jumlah shift perminggu:



= Jumlah perawat yang dibutuhkan /hari x jumlah shift dalam 1 minggu



2. Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu: =



Jumlah shift



/minggu Jumalh



hari



kerja



/minggu



Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999), merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari: Pagi : Siang : Malam : 47% : 36% : 17%. Keterangan: a) Jumlah hari kerja /minggu = 6 hari b) Jumlah jam kerja /hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja /minggu) : 6 hari



4. Metode Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Salah satu cara untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja diformulasikan oleh Persatuan Perawat nasional Indonesia (PPNI). Panduan penghitungan kebutuhan tenaga perawat ini telah disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit di Indonesia. Metode penghitungan ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis dapat diterima, komprehensif, realistis dan dapat diterima oleh manajer medik maupun manajer nonmedik.



13



Metode PPNI ini didasarkan pada hasil pekerjaan nyata yang dilakukan oleh masing-masing tenaga perawat. Adapun langkah-langkah penyusunan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan metode ini adalah: 1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya, 2. Menetapkan komponen yang melekat pada rumus metode penghitungan tersebut 3. Menganalisis dengan menggunakan rumus berdasarkan komponen yang ditetapkan sebelumnya 4. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung tenaga perawat berdasarkan beban kerja melalui formula PPNI diperlukan komponen yang terdiri dari: Hasil porsentase BOR rumah sakit pada satuan waktu tertentu, Jumlah jam perawatan 34 pasien selama 24 jam, jam kerja efektf serta hari kerja efektif tenaga perawat. Adapun rumus pada formula/metode hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut:



Tenaga Perawat = (A x 52 minggu) 7 Hari (TT x BOR)



+ 25%



Hari kerja efektif x total jam kerja perminggu Keterangan: a) A



= Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pasien perhari



b) 52 minggu



= 365 hari dalam setahun : 7



c) TT



= Tempat tidur



d) BOR



= Bed Occupancy Rate



e) Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut: = (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan) = 289 hari : 7 hari /minggu = 41 minggu f) Total jam kerja perminggu = 40 jam g) Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas.



14



D. ALOKASI DAN PENJADWALAN TENAGA KEPERAWATAN SETIAP SHIFT 1. Pengertian Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya yang disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia). Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masingmasing pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapainya hasil yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husein 2008 dalam Jurnal USU). Salah satu layanan dalam rumah sakit adalah layanan rawat inap. Di dalam layanan ini terdapat alur tranformasi kegiatan, mulai dari tahap penelitian terhadap pasien., diagnosis hingga tahap penyembuhan. Layanan rawat inap dalam rumah sakit tersebut membutuhkan penjadwalan yang optimal. Penentuan jadwal diperlukan peranan penting pihak management terutama kepala bidang keperawatan, dalam prosesnya menggunakan cara manual. cara seperti ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak management harus membuat penjadwalan perawat setiap unit ruang rawat inap (setiawan dkk 2014).



2. Konsep Penjadwalan Perawat Masalah penjadwalan karyawan banyak dijumpai pada industri jasa, salah satunya di rumah sakit.Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan mutu dan standar itu, rumah sakit diharuskan memiliki sistem penjadwalan yang berkualitas dikarenakan padatnya sistem pelayanan yang ada di dalamnya. Salah satu penjadwalan yang harus diperhatikan adalah penjadwalan perawat. Baik atau tidaknya sistem pelayanan yang ada di rumah sakit dapat ditentukan oleh sistem penjadwalan perawat yang ada. Pada umumnya, penjadwalan perawat di Indonesia diklasifikasikan dalam sistem penjadwalan dinas jaga atau shift, yaitu dinas jaga pagi, dinas jaga sore dan dinas jaga malam. Namun bagi sebagian perawat, tuntutan untuk bekerja di malam hari, liburan dan akhir pekan sering menimbulkan stres dan frustasi. Penjadwalan yang kaku adalah kontributor utama terhadap ketidakpuasan kerja di pihak perawat. Jika perawat tidak dapat memberikan saran terhadap jadwal kerja, semangat para 15



perawat dapat berkurang. Perasaan tidak berdaya ini berperan dalam meningkatkan rasa amarah di kalangan perawat profesional. Oleh karena itu, penjadwalan merupakan faktor yang penting dalam menentukan ketidakpuasan kerja atau kepuasan kerja. Manajer sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menyusun jadwal kerja sebaiknya secara berkala melakukan evaluasi kepuasan pegawai terhadap sistem penjadwalan yang sedang berlaku. Dengan membantu pegawai yang merasa mempunyai kendala terhadap penjadwalan dinas jaga, manajer dapat memperbaiki kepuasan kerja pegawai.(Bessie, at al, 2010). Setiap tipe penjadwalan memiliki keuntungan dan kerugian. Karena beberapa penjadwalan mengharuskan pembayaran uang lembur, hasil kepuasan perawat harus dipertimbangkan terhadap peningkatan biaya. Selain itu, perpanjangan dinas jaga dari delapan jam sampai sepuluh atau dua belas jam dapat menyebabkan peningkatan kesalahan penilaian klinis karena perawat keletihan. Untuk alasan ini, banyak organisasi membatasi jumlah hari berturut-turut seseorang perawat dapat bekerja di perpanjangan dinas jaga. Akhirnya, pemakaian perawat paruh waktu atau tambahan yang berlebihan dapat menyebabkan kontinuitas asuhan keperawatan yang buruk.



3. Penjadwalan perawat Perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit, ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu: a) Staffing Decision, yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhanakan perawat prakualifikasinya. b) Scheduling Decision, yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi kebutuhan 3 minimum tenaga perawat yang harus tersedia. c) Allocation Decision, yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.



16



4. Undang-Undang Mengenai Kerja Shift Pagi, Siang, dan Malam. Pengaturan jam kerja dalam sistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut: a) Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003). b) Jumlah jamkerja secara kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003). c) Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003). d) Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan



dengan



pembagian



waktu



kerja



dalam



shift-shift.



Menurut



Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.



5. Karakteristik Penjadwalan Perawat Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain: a) Coverage Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut. b) Quality Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal. c) Stability Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten, seperti weekend policy, rotation policy.



17



d) Flexibility Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift. e) Fairness Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan sama. f) Cost Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014).



6. Model Sederhana Penjadwalan Perawat di Ruangan Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang sangat tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada ruangan ini pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat, kendaraan ambulan, obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan. Misalkan pada ruang rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift, yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah sebagai berikut:



a) Shift pagi Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore. b) Shift sore Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam. c) Shift malam Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.



Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah mematuhi peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya batasan-batasan dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benarbenar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaran-



18



pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan model dibagi kedalam dua jenis yaitu: a) Kendala utama Kendala utama merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturanperaturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah: Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secara berturut-turut. Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari empat hari aktif kerja berturut-turut. b) Kendala tambahan Kendala tambahan merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift malam berturut-turut dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut. (Atmasari 2014).



E. PENINGKATAN



KUALITAS



KETENAGAAN



YANG



EFEKTIF



SESUAI



STANDAR AKREDITASI Salah satu aspek penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan. Pasal 11 pada undangundang Republik Indonesia, No.36 Tahun 2014 tentang kesehatan, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan salah satunya adalah tenaga keperawatan. Perawat di Indonesia banyak menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan tenaga kesehatan Indonesia khususnya perawat adalah rendahnya kualitas, seperti pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Adanya kesenjangan kualitas dan kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang tidak sejalan dengan tuntutan kerja di mana tenaga kerja yang dihasilkan tidak siap pakai. Di Indonesia sendiri, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan SDM Kesehatan (PPSDM Kesehatan) Kementrian Kesehatan Republik Indnesia (Profil Kesehatan Indonesia 2015 dalam (Kemenkes, 2016) melaporkan bahwa jumlah terbesar tenaga kesehatan Indonesia menurut rumpuan ketenagaan berdasarkan UU No.36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan adalah perawat dengan jumlah 223.910 orang atau 34,6% dari total tenaga kesehatan yang berjumlah 647.170 orang. Berdasarkan keputusan menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyar Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025, target rasio tenaga kesehatan 19



terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio perawat 180 per 100.000 penduduk. Namun secara nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target tahun 2019 yaitu 180 per 100.000 penduduk. Kualitas perawat dianggap sebagai hal yang sangat vital karena ini berkenan langsung dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan untuk masyarakat, dan tentunya untuk mendukung program-program kerja Kementrian Kesehatan RI dalam pembangunan kesehatan nasional. Pemerintah bersama-sama dengan organisasi propesi keperawatan sudah m elakukan upaya peningkatan kualitas perawat dengan melakukan uji kompetensi dan juga sejumlah pelatihan-pelatihan, namun hal tersebut dirasa belum optimal karena jumlah pesawat yang terus bertambah dan tidak terkendali. Pemerintah dalam menjalankan UU No.36 tentang Tenaga Kesehatann tahun 2014 dirasa belum optimal terutama memenuhi tanggung jawab dan wewenang dalam meningkatkan mutu tenaga kesehatan, yang salah satunya adalah tenaga keperawatan.



F. JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG RAWAT a. Fungsional Metode fungsinal dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. Kelebihan : 1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik. 2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. 3. Perawat senior menyimbukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman Kelemahan : 1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat. 2. Pelayanan



keperawatan



terpisah-pisah,



keperawatan.



20



tidak



dapat



menerapkan



proses



3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.



Sistem pemberian asuhan keperawatan Fungsional



Kepala Ruang



Perawat pengobatan



Perawat merawat luka



Perawat pengobatan



Perawat merawat luka



Pasien/klien



b. Team Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif dan kolaboratif. Tujuan metode tim : 1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif 2. Penerapan penggunaan proses keperawatan sesuai standar 3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda



Konsep Metode Tim : 1) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan 2) Pentingnya komunitas yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. 3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim 4) Peran kepala ruang penting dalam metode tim. Metode tim agar berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang. Kelebihan :



21



1. Kemungkinan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. 2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan 3. Memungkinkan komunitas antara tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan : 1. Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memperluangkan waktu) 2. Perawat yang belum terampil dan kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu 3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur



Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing”



Kepala ruang



Ketua Tim



Ketua Tim



Ketua Tim



Staf perawat



Staf perawat



Staf perawat



Pasien/klien



Pasien/klien



22



Pasien/klien



c. Primary Nursing Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuham keperawatan dimana perawat profisional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. metode ini dikembangkan sejak tahun 1970an. tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan sejak pasien masuk rumah sakit hingga dinyatakan pulamg, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet. Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan umtuk memberikan kesempatan untuk membantu asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berfokus kepadda pasien. pengkajian dan penyusunan rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primery, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan asuhan keperawatn dalam tindakan keperawatan. Kelebihan : 1. Otonomi perawat meningkat karena motivasitanggung jawab dan tanggung gugat meningkat 2. Menjamin kontiunitas asuhan keperawatan 3. Meningkatnya hubungan antara perawat pasien 4. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan 5. Metode ini mendukung pelayanan profesional 6. Terciptanya kolaborasi yang baik Kekurangan : 1. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus professional 2. Biaya yang diperlukan mahal



23



Struktur Model Asuhan Keperawatan Primery



Dokter



Kepala ruangan



SDM RS



Perawat Primery Klien



Perawat Asosiet



Perawat Asosiet



Perawat Asosiet



Pada model asuhan keperawatan primer membutuhkan kualifikasi tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat professional (register nurse) yang mengasuh pasien mulai dari pengkajian, penentuan diagnose, membuat diagnosa, membuat



rencana, melakukan implementasi



dan evaluasi. dalam



kegiatan



implementasi perawat primery dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat assosiete adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat primery akan megasuh 4-6 pasien selama 24 jam.



d. Modular Merupakan gabungan dari model primary nurse dan team dimana perorganisasian pelayanan atau asuham keperawatan yang dilakukan olehperawat professional dan non professional (perawat terampil) untuk sekelompok klien mulai dari masuk rumah sakit sampai pulang, disebut sebagai tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 pasien.



24



BAB IV PENUTUP



A. KESIMPULAN Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah sakit adalah ketersediaanya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Untuk hal ini dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat perencanaan terutama tentang ketenagaan. Perencanaan ketenagaan ini harus benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan dampak pada beban kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan menurun. Bila hal ini dibiarkan akan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat pelayanan kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun. Seorang manajer keperawatan harus mampu membuat perencanaan ketenagaan dengan baik, yaitu dengan memanfaatkan hasil perhitungan yang didasarkan pada data-data kepegawaian sesuai dengan yang ada di rumah sakit tersebut. Dalam melakukan perhitungan kebutuhan teenaga perawat di rumah sakit, kita dapat menggunakan beberapa rumus dimana tiap metode perhitungan pada prinsipnya hampir sama akan tetapi memiliki kekuasaan bagi situasi dan kondisi tertentu dari sistem pemberian layanan asuhan keperawatan kepada klien. B. SARAN Berdasarkan kekurangan yang sudah disampaikan oleh penulis, diharapkan mahasiswa, dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang manajemen keperawatan, bahkan mengembangkan metode perhitungan dalam perencanaan tenaga keperawatan yang sesuai dengan kubutuhan rumah sakit di Indonesia.



25



DAFTAR PUSTAKA Sri Mugianti (2016) Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jakarta selatan, Pusdik SDM kesehatan. Departemen Kesehatan RI (2002) Standar tenaga keperawatan Rumah sakit, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. Sitorus, Ratna. (2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta. Thona. M (2008) Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Cetakan ke18, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada https://id.scribd.com/document/362015010/Mankep-5c-kelompok-2-variabel-Variabel-YangMempengaruhi-Ketenagaan https://www.scribd.com/presentation/406990139/KONSEP-KETENAGAAN https://www.scribd.com/document/362015010/Mankep-5c-kelompok-2-variabel-VariabelYang-Mempengaruhi-Ketenagaan https://www.coursehero.com/file/50234748/KETENAGAAN-KEPERAWATANTUGAS2ppt/



26



MERENCANAKAN KETENAGAAN KEPERAWATAN SEDERHANA YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN RUANG RAWAT



KELOMPOK 3



Pengertian Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). ketenagaan dalam manajemen ini adalah ketenaga kerjaan atau manpower atau human resources, Manajemen Ketenagaan adalah ilmu dan seni mengatur tenaga kerja melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian agar efisien,efektif , produktif menghasilkan sesuatu yang berkualitas dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan organisasiDilihat dari segi prosesnya manajemen merupakan suatu pendekatan kesisteman dalam mengatasi berbagai masalah



Prinsip Dasar ketenagaan dalam Manajemen Keperawatan Agus (2010), menyatakan ketenagaan dalam manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Perlu di perhatikan beberapa prinsip dasar berikut. 1. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan 2. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. 3. Ketenagaan dalam Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. 4. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan harus terorganisasi. 5. Manajemen keperawatan menggunakan komunukasi yang efektif 6. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.



Tujuan ketenagaan Tujuan manajemen ketenagaan adalah mengelola, mendayagunakan dan / atau mengembangkan kompetensi tenaga agar mereka secara optimal dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi Competency Based Human Resource concept Kompetensi tenaga dalam hal ini meliputi :



- Kompetensi individu ( pengetahuan, ketrampilan dan sikap ) - Kompetensi kelompok ( perpaduan kompetensi individu dalam kelompok ) - Kompetensi inti ( keunggulan-keunggulan yang dimiliki organisasi dalam menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapai



Variabel Variabel Yang Mempengaruhi Ketenagaaan Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orangsebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannyadalam perusahaan. (Nursalam, 2014)



Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu :



1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.



2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasankerja. 3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,sistem penghargaan (reward system).



Cara Perhitungan Jumlah Tenaga Dalam Suatu Shift  Cara Rasio Menggunakna jumlah tempat tidur sebagai denomitor personal yang diperlukan, dimana metode ini hanya mengetahui jumlah personal secara tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang dibutuhkan.



 Cara Nerd Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit.



 Cara Demand Perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yanag masuk ruang gawat darurat dibutuhkna waktu sebagai berikut:



a) Untuk khusus gawat darurat : 86,31 menit b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit c) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit



 Cara Gillies 𝐴𝑋𝐵𝑋𝐶 𝑋𝐸



Gillies (1989) mengemukakanrumusankebutuhantenagakeperawatan di satu unit perawatsebagaiberikut : 𝐶−𝐷 Keterangan :



 A:rata-rata jumlahperawatan/pasien /hari



 B:rata-rata jumlahpasien/hari  C:jumlah hari/tahun



 D:jumlah harilibur masing-masing perawat  E:jumlah jam kerja masing-masing perawat  F:jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun  G:jumlah jam perawatan yang diberikanperawat per tahun  H:jumlah perawat yang dibutuhkanuntuk unit tersebut



𝐹



=𝐺=𝐻



Cara Swansburg (1999) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡/𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑋 ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖



Alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Dalam setiap Shift Alokasi adalah penentuan penggunaan sumber daya secara matematis (msl tentang tenaga kerja, mesin, dan perlengkapan) demi pencapaian hasil yang optimal.Untuk mencapai tujuan, dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dan melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.



• Penjadwalan perawat perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu:



a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat prakualifikasinya.



b. b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia



c. c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shiftshift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.



• Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut: a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003). b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003) c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus 15 sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003) d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan Pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha



• Karakteristik Penjadwalan Perawat a. Coverage Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut. b. Quality Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal. c. Stability Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten, seperti weekend policy, rotation policy. d. Flexibility Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift. e. Fairness Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan sama. f. Cost Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional penjadwalan.



• Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan 1. .Shift pagi kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore 2. Shift sore Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam 3. Shift malam kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.



• Metode Goal Programming dan Linear Program linier merupakan suatu metode pendekatan terhadap masalah pengambilan keputusan yang hanya melibatkan satu tujuan (single goal). Program linier digunakan untuk mengalokasikan sumber daya langka yang ada supaya mencapai tujuan yaitu meminimumkan atau memaksimumkan suatu permasalahan. Contoh permasalahan yang harus dimaksimumkan adalah keuntungan dan penjualan produk, sedangkan contoh permasalahan meminimumkan adalah biaya dan kerugian. (USU,2015)



Peningkatan kualitas pelayanan yang efektif yang sesuai standar Rumah sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya Dalam mencapai tujuan yang berorientasi kepada kepuasan pasien, di samping aspek fasilitas rumah sakit, peranan dokter, paramedis dan non medis menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan menentukan persepsi dan kinerja yang dirasakan pasien terhadap pelayanan yang diberikan (Widaryanto, 2005).Kualitas pelayanan menjadi hal yang penting bagi penyedia pelayanan kesehatan, dimana proporsi yang sama besarnya juga diberikan pada praktisi pemasaran yang memberikan perhatian pada kualitas pelayanan (Barus, 2017). Strategi sebagai sebuah kesepakatan tentang penentuan tujuan dan visi jangka panjang yang kemudian menjadi acuan bersama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan



Jenis Metode Penugasan Dalam Ruang Rawat  Metode fungsional Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. Kelebihan: a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasanyang baik b) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga. c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasiendiserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman. Kelemahan: a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.



b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja



 Metode Team Metode tim adalah suatu keadaan dimana proses keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien di ruang perawatan yang terdiri atas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. Kelebuhan:



a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.



c) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim Kelemahan:



a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi b) tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan



c) pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu ) d) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu



e) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur



 Metode primary nursing Metode penugasan Primary Nursing adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Kelebuhan:



a) bersifat kontuinitas dan komprehensif. b) Metode penugasan perawat primer memberikan keuntungan terhadap klien, perawat, dokter dan rumah sakit. Keuntungan bagi perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi, pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Keuntungan bagi pasien adalah mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Keuntungan bagi dokter adalah mendapatkan informasi dari perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus mempekerjakan perawat yang berkualitas tinggi menjadi keuntungan bagi rumah sakit Kelemahan:



a) hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu



b) b) Biaya lebih besar



• Metode modular Metode keperawatan modular merupakan metode modifikasi keperawatan timprimer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Kelebihan:



a)Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok. b) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif. c) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan. d) Meningkatnya kepuasan pasien. e) Biaya efektif Kelemahan: a)Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan. b) Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.



c.)Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.



Manajemen Keperawatan



http://www.free-powerpoint-templates-design.com



Anggota Kelompok Anjelina Kristin Nikolas Celsy Elvira Dewi Alpina Fristi Christina Monalisa Pietersz Niken Rut Handayani Bokko Tresya Octafiana Gala Biru Yohana Mariana Apriliyanti Eka Putri R Yunita Firginia Kamelia Kumayas Alowisye Gratcia Honorota Lamere



KETENAGAAN PERHITUNGAN PERAWAT DAN METODE PENUGASAN DI RUANG RAWAT



PERHITUNGAN PERAWAT



Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenaga keperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh, juga sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan pelanggan (pasien dan keluarganya). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.



Selanjutnya.. Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang olehpemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Olehkarena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan :klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untukitu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakankebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.



Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapafaktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut : 1. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit 2. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien 3. Rata-rata hari perawatan klien 4. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung 5. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan 6. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung 7. Pemberian cuti



METODE PENUGASAN DI RUANG RAWAT Metode Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan pasien. Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini (Rakhmawati et al., 2017).



1. Metode Fungsional Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. 3. Metode Primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.



2. Metode Perawatan Tim Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). 4. Metode Kasus Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.



Tanggung Jawab Kepala Ruangan(Karu),Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim



Tanggung jawab Kepala Tim:



Tanggung jawab Kepala Ruangan: 1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf 2. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan 3. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinandan managemen



1. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga 2. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra 3. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yangkonsisten 4. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhankeperawatan melalui konfrens 5. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggotatim 6. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan



Tanggung jawab Anggota Tim: 1. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim 2. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien 3. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat 4. Berkontribusi terhadap perawatan: - Observasi terus menerus - Ikut ronde keperawatan - Berinteraksi dengan pasien dan keluarga - Berkontribusi dengan KATIM/KARU bila ada masalah



D



TERIMA KASIH



D



D



KONSEP DASAR PRINSIP DAN TUJUAN KETENAGAAN KELOMPOK 3



BERNADET APRIANI CANTIKA W.V KEMBUAN CICILIA DORANTES PALPIALY GETRUDIS YUSRI JANET GRESILYAHEHAKAYA KRISTIANI PAKAMBANAN MERRY KRISYANTI SOFIA USVIN SUMULE VALEN PITER KEMPA YELMIDA YULIUS



(C1814201110) (C1814201111) (C1814201112) (C1814201121) (C1814201125) (C1814201128) (C1814201135) (C1814201150) (C1814201151) (C1814201155)



KONSEP DASAR Ketenagaan adalah organisasi yang merupakan kumpulan sekelompok orang-orang untuk mewujudkan tujuan (Gillies,1996). Pada dasarnya semua metoda ataupun formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga keperawatan dirumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang bersangkutan. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan harusbetul-betul direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan berulang- ulang karena akan membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga sehingga tidak efektif dan efisien.



PRINSIP KETENAGAAN



01 02



PARTISIPATIF



KOMUNIKASI



03 04



MENGAKUI ANDIL BAWAHAN



PENDELEGASIAN WEWENANG



adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya.



VARIABEL - VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KETENAGAAN



VARIABEL INDIVIDUA



Umur



Jenis kelamin



Masa Kerja



Pendidikan



Pelatihan



VARIABEL ORGANISASI



Supervisi Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengawasan oleh pengelola program/p royek terhadap pelaksanaan ditingkat administrasi yang lebih rendah, dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.



Imbalan Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun finansial penghargaan, karena pe nghargaan merupakan suatu keb utuhan.



VARIABEL PSIKOLOGIS



Motivasi Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.



Penilaian Kinerja Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan



CARA MENGHITUNG JUMLAH TENAGA DALAM SUATU SHIFT



METODE GILLIES Menentukan kebutuhan kuantitatif tenaga perawat dapat berdasarkan: 1. Jumlah jam perawatan efektif klien yang dirawat setiap 24 jam 2. Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun 3. Penggunaan tempat tidur rata-rata (akan lebih obyektif bila menggunakan rata penggunaan tempat tidur pertahun) 4. Analisa kegiatan untuk memenuhi kegiatan klien



a. Jumlah tenaga yang diperlukan Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan klien perhari Jumlah hari pertahun kerja



X



Rata-rata jumlah klien



X



-



Hari tidak kerja



X



pertahun



Jumlah hari pertahun Jumlah jam perorang/hari



Atau Jam perawatan yang diperlukan pertahun Jam perawatan yang diberikan oleh tiap orang pertahun Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil



b. Pertimbangan cuti hamil Penghitungan jumlah tenaga yang diperlukan juga harus mempertimbangkan adanya tenaga yang cuti hamil. Diasumsikan tenaga yang cuti adalah x %, dari tenaga yang dinas tiap hari, sehingga jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil adalah x % X jumlah cuti hamil X jumlah jam kerja perhari, maka diperlukan tambahan tenaga : Jumlah jam kerja hilang karena cuti hamil Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun (Mariono,R.1978) Anda telah belajar tentang perhitungan jumlah tenaga per tahun dan selanjutnya anda pelajari bagaimana menghitung kebutuhan tenaga perawat untuk dinas setiap hari.



c. Cara perhitungan jumlah tenaga perawat yang bertugas setiap hari. Jumlah hari tidak kerja Pertahun



X



Jumlah tenaga yang dibutuhkan pe 24 jam



Jam hari kerja perorang pertahun Untuk keperluan penghitungan perawat yang dibutuhkan dan untuk keperluan penjadwalan dinas maka diperlukan juga perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari. •



Cara perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari Rata-rata jumlah Klien tiap hari Jumlah jam kerja perhari



X



Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam



Keterangan: Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam dihiting dari tingkat ketergantungan klien atau berdasarkan kondisi klien. Jumlah jam kerja per tahun dihiting dari jumlah hari dalam tahun (365 hari) dikurangi hari tidak bekerja dalam setahun (hari minggu + Cuti tahunan + hari besar dalam setahun + Cuti sakit atau ijin).



METODE DAUGLASS Douglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien. Adapun perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang dimaksud adalah sebagai berikut.



Perhitungan Kebutuhan tenaga Perawat berdasarkan Klasifikasi Klien Juml klien



1 2 3 Dst



KLASIFIKASI KLIEN Minimal Pagi Sore 0,17 0,14 0,34 0,28 0,51 0,42



Parsial Malam Pagi 0,07 0,27 0,14 0,54 0,21 0,81



Sore 0,15 0,30 0,45



Total Malam Pagi 0,10 0,36 0,20 0,72 0,30 1,08



Sore 0,30 0,60 0,90



Malam 0,20 0,40 0,60



METODE SWANSBURG Formula perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Total jam perawat /hari: =Jumlah Klien x Jumlah jam kontak perawatklien 2. Jumlah perawat yang dibutuhkan pehari: = Total jam perawat/hari Jumlah jam kerja /hari Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi : = Jumlah rata-rata pasien /hari x jumlah jam kontak perawat-pasien /hari Jam kerja /hari



Rumus selanjutnya untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan perawat adalah satu minggu. 1. Jumlah shift perminggu: = Jumlah perawat yang dibutuhkan /hari x jumlah shift dalam 1 minggu 2. Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu: = Jumlah shift /minggu Jumalh hari kerja /minggu Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999), merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari: Pagi : Siang : Malam : 47% : 36% : 17%. Keterangan:  



Jumlah hari kerja /minggu = 6 hari Jumlah jam kerja /hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja /minggu) : 6 hari



METODE LOKAKARYA PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA (PPNI Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung tenaga perawat berdasarkan beban kerja melalui formula PPNI diperlukan komponen yang terdiri dari : Hasil porsentase BOR rumah sakit pada satuan waktu tertentu, Jumlah jam perawatan 34 pasien selama 24 jam, jam kerja efektf serta hari kerja efektif tenaga perawat. Adapun rumus pada formula/metode hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut: Tenaga Perawat = (A x 52 minggu) 7 Hari (TT x BOR) Hari kerja efektif x total jam kerja perminggu



+ 25%



Keterangan:     



 



A = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pasien perhari 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7 TT = Tempat tidur BOR = Bed Occupancy Rate Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut: = (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan) = 289 hari : 7 hari /minggu = 41 minggu Total jam kerja perminggu = 40 jam Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas.



ALOKASI DAN PENJADWALAN TENAGA KEPERAWATAN SETIAP SHIFT



Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya yang disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia). Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapainya hasil yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husein 2008 dalam Jurnal USU).



KONSEP PENJADWALAN PERAWAT Masalah penjadwalan karyawan banyak dijumpai pada industri jasa, salah satunya di rumah sakit.Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan mutu dan standar itu, rumah sakit diharuskan memiliki sistem penjadwalan yang berkualitas dikarenakan padatnya sistem pelayanan yang ada di dalamnya. Salah satu penjadwalan yang harus diperhatikan adalah penjadwalan perawat. Baik atau tidaknya sistem pelayanan yang ada di rumah sakit dapat ditentukan oleh sistem penjadwalan perawat yang ada.



PENJADWALAN PERAWAT ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu: 1. Staffing Decision, yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat prakualifikasinya. 2. Scheduling Decision, yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi kebutuhan 3 minimum tenaga perawat yang harus tersedia. 3. Allocation Decision, yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.



UNDANG-UNDANG MENGENAI KERJA SHIFT PAGI, SIANG, DAN MALAM. Pengaturan jam kerja dalam sistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut: 1. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003). 2. jamkerja secara kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003). 3. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003). 4. Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.



KARAKTERISTIK PENJADWALAN PERAWAT Coverage



Quality



Stability



Flexibility



Fairness



Cost



MODEL SEDERHANA PENJADWALAN PERAWAT DI RUANGAN Shift sore Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam.



Shift pagi Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore.



Shift malam Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.



PENINGKATAN KUALITAS KETENAGAAN YANG EFEKTIF SESUAI STANDAR AKREDITASI



Salah satu aspek penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan. Pasal 11 pada undang-undang Republik Indonesia, No.36 Tahun 2014 tentang kesehatan, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan salah satunya adalah tenaga keperawatan. Perawat di Indonesia banyak menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan tenaga kesehatan Indonesia khususnya perawat adalah rendahnya kualitas, seperti pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Adanya kesenjangan kualitas dan kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang tidak sejalan dengan tuntutan kerja di mana tenaga kerja yang dihasilkan tidak siap pakai. Di Indonesia sendiri, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan SDM Kesehatan (PPSDM Kesehatan) Kementrian Kesehatan Republik Indnesia (Profil Kesehatan Indonesia 2015 dalam (Kemenkes, 2016) melaporkan bahwa jumlah terbesar tenaga kesehatan Indonesia menurut rumpuan ketenagaan berdasarkan UU No.36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan adalah perawat dengan jumlah 223.910 orang atau 34,6% dari total tenaga kesehatan yang berjumlah 647.170 orang. Berdasarkan keputusan menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyar Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025, target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio perawat 180 per 100.000 penduduk. Namun secara nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target tahun 2019 yaitu 180 per 100.000 penduduk.



JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG RAWAT Team Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif dan kolaboratif.



Primary Nursing



Fungsional



keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuham keperawatan dimana perawat profisional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari.



Metode fungsinal dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua



Modular Merupakan gabungan dari model primary nurse dan team dimana perorganisasian pelayanan atau asuham keperawatan yang dilakukan olehperawat professional dan non professional (perawat terampil) untuk sekelompok klien mulai dari masuk rumah sakit sampai pulang, disebut sebagai tanggung jawab total atau keseluruhan



CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik and illustrations by Stories



THANKS!



APLIKASI KEGIATAN MANAJER RUANG RAWAT PADA FUNGSI PENGARAHAN” MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DOSEN PENGAMPUH : Fitrianty Patarru, Ns., M.Kep.



DI SUSUN OLEH : TINGKAT 3 A KELOMPOK IV NI PUTU FINGKY MARSELA



C1814201034



RENI



C1814201036



REZKI MENTODO



C1814201037



RISMAWATI IRMA



C1814201038



SAFERINUS LAGU



C1814201039



SAKA AGUNG LAKSONO



C1814201040



SHEILLA HATTU



C1814201041



SHERYN



C1814201042



TIARA A BATARA



C1814201043



SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STELLA MARIS MAKASSAR PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



1



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan”. Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang kelompok miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengaharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak agar bisa menjadi acuan agar bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan sampai penyelesaian makalah ini, karena makalah ini tidak akan terwujud, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan mengenai manajemen keperawatan.



Makassar, Maret 2021



Kelompok IV



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



2



DAFTAR ISI SAMPUL JUDUL..................................................................................................................1 KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................4 A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4 B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................................................5 C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................6 A. KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGARAHAN ...............................................6 B. KEGIATAN MANAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN….7 C. INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK` ........................................................9 D. LANGKAH SUPERVISI RUANG RAWAT ............................................................11 E. PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN SESUAI STANDAR AKREDITASI............................................................................................................11 F. PENDELEGASIAN TUGAS ....................................................................................12 BAB III PENUTUP ...............................................................................................................21 A. KESIMPULAN ..........................................................................................................21 B. SARAN ......................................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................22



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



3



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Manajemen merupakan suatu hal yang universal dalam dunia industri modern. Tiap organisasi memerlukan pengambilan keputusan, pengkoordinasian aktifitas, penanganan manusia, evaluasi prestasi yang terarah kepada sasaran kelompok manusia. Banyak aktivitas manajerial yang masing-masing memiliki cara pendekatan sendiri pada tipe-tipe problem khusus dan di diskusikan, namun semuanya memiliki satu elemen umum yaitu ilmu manajemen. Fungsi pengarahan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen dimana fungsi adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh semua pihak dalam organisasi serta memotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Pengarahan memberi arahan atau pedoman kepada semua pihak agar semua program-program dapat dijalankan dengan baik dan benar (Mugianti, 2016). Pelayanan keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam hal ini perawat menempati proporsi terbesar dibanding tenaga kesehatan lain dan merupakan tenaga professional yang paling lama kontak dengan pasien. Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah rumah sakit. Seorang manajer menjadi pemimpin yang efektif apabila mampu untuk menentukan strategi yang tangguh, menjadi perencana yang handal, menjadi organisator dan motivator yang efektif, pengawas yang objektif dan rasional, dan penilai yang tidak berpengaruh oleh pertimbangan-pertimbangan yang subjektif dan emosional di samping keahlian pribadi. Seperti fungsi manajerial yang lain maka fungsi dari kepala ruang juga meliputi komponen-komponen yang sama yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Pengorganisasian yang dilakukan pimpinan meliputi kewenangannya, tanggung jawabnya, pendelegasian tugas termasuk pengorganisasian perawatan di tingkat ruang dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam menjalankan fungsi pengarahan, kepala ruangan akan melakukan kegiatan supervisi terhadap pelaksanaan Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



4



asuhan keperawatan, bimbingan terhadap staf, mengkoordinasi dan memotivasi staf keperawatan. Fungsi pengarahan ini merupakan fungsi dari kepemimpinan seorang kepala ruang.



B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan makalah ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan ? 2. Bagaimana kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan ? 3. Apa saja indikator pengarahan yang baik ? 4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat ? 5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruang sesuai standar akreditasi ? 6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas ?



C. TUJUAN PENULISAN Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui : 1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan. 2. Bagaimana kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan. 3. Apa saja indikator pengarahan yang baik. 4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat. 5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruang sesuai standar akreditasi . 6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas .



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



5



BAB II PEMBAHASAN



A. KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGARAHAN Pengarahan (Directing) adalah suatu proses penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan anggota kelompok untuk mencapai tujuan melalui beberapa arahan. 1. Konsep Dasar Pengarahan a. Gretting



merupakan



saat



dimana



terdapat



kesempatan



untuk



menyambut satu sama lain baik melaui salam maupun berjabat tangan. b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan komplek seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan kemudian memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau komentar. c. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan yang membantu membangaun komunitas dan memungkinkan semua orang untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group activity seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan menerapkan penguasaan diri. d. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta yang lain. 2. Tujuan Pengarahan Kegiatan pengarahan ini dilakukan untuk : a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik, efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi keasalahn akibat dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruangan. Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



6



b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri. c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiiki dan menyukai pekerjaan. d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatakan motivasi dan prestasi kerja staf Pemimpin yang baik



adalah yang mampu menciptakan



suasana lingkungan yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana. e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadi hal yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat organisasi berkembang lebih dinamis. B. KEGIATAN MANAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat.



Para



bawahan



digerakkan



supaya



mereka



bersedia



menyumbangkantenaganya untuk secara bersama-sama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat komplek karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda (Nursalam, 2018). a. Tujuan Pengarahan Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu : 1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisienKomunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik,. Efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalammenggerakkan bawahannya, misalnya Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



7



melalui supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada minimalnyakesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat bahan, alat danwaktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang. 2) Mengembangkan



kemampuan



dan



ketrampilan



stafSupervisi,



pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait denganfungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri. 3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan. 4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf. Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana lingkunganyang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis,kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikanmotivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana. 5) Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis. Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuatorganisasi berkembang lebih dinamis. b. Prinsip Pengarahan Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu: 1) (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana 2) (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan 3) (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam pulang) 4) (How)



Bagaimana



caranya



mengerjakan



dan



berapa



frequensi



seharusnyadikerjakan 5) (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan 6) (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



8



c. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan Berikut di bawah ini akan diuraikan 10 rambu-rambu kegiatan pengarahanyang penting diketahui menurut Douglas, yaitu : 1) Tentukan tujuan pengarahan yang realistis 2) Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen 3) Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain 4) Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerjadengan benar dan adil 5) Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir 6) Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikanreward and punishment yang jelas dan tegas 7) Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dandimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf 8) Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasienmaupun situasi gawat lainnya 9) Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat 10) Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitaslayanan secara teratur dan rutin



C. INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK Arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (Setiadi, 2019) : 1. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawainya akan menimbulkan keinginan untuk tidak mau menyampaikan pesan ataupun gangguan yang dialami. Umumnya para pimpinan tidak begitu memerhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Namun apabila pesan itu tidak relevan dengan tugasnya maka pesan tersebut tidak disampaikan.



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



9



2. Kepercayaan Kebanyakan para pimpinan lebih memercayai pesan yang tertulis dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dibandingkan pesan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih sering menyampaikan pesan secara tertulis sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan. 3. Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis maka pegawai merasa terbebani karena harus membaca banyak sekali surat. Kadang pegawai bahkan tidak membaca pesan tersebut. Banyak karyawan yang hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tanpa dibaca. 4. Timing Ketepatan waktu pengiriman pesan memengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan yang menguntungkan kedua pihak baik pimpinan maupun karyawan. Namun jika pesan yang dikirimkan pada waktu yang tidak tepat seperti saat tidak dibutuhkan maka mungkin akan berpengaruh pada efektifitas pekerjaannya. 5. Penyaringan Pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah diterima namun perlu dipilah terlebih dahulu mana yang paling dibutuhkan. Penyaringan pesan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan persepsi, ataupun perasaan kurang percaya pada pimpinan Selain



indikator



diatas,



ada



pula



beberapa



indikator



untuk



pengendalian mutu asuhan keperawatan, diantaranya : 1. Keselamatan pasien (patient safety) 2. Keterbatasan perawatan diri 3. Kepuasan pasien 4. Kecemasan 5. Kenyamanan 6. Pengetahuan Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



10



D. LANGKAH SUPERVISI RUANG RAWAT Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut (Oktaviani & M.Rofii, 2019) : a. Pra Supervisi 1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi. 2) Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai. b. Pelaksanaan Supervisi 1) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument yang telah disiapkan. 2) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan. 3) Supervisor memanggil PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiate) untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan. 4) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data sekunder : a) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada b) Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA c. Pasca Supervisi- 3F 1) Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair) : a) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada b) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat 2) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi) 3) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.



E. PRAKTIK



PENGARAHAN



KEPALA



RUANGAN



SESUAI



STANDAR



AKREDITASI 1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM 2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik 3. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap 4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan ASKEP pasien 5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan 6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



11



7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain 8. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal



F. PENDELEGASIAN TUGAS a. Pendelegasian Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang digunakan oleh staf dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Pada kenyataanya, sering ditemukan terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang dengan waktu yang hanya sedikit. Pada situasi tersebut, pendelegasian dan pembagian pekerjaan diperlukan. Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi. Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat meyakini bahwa mereka dapat memberikan pendelegasian dengan baik kepada staf dalam asuhan keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima pendelegasian (delegasi). b. Ketidakefektifan Dalam Pendelegasian Pendelegasian dalam praktik keperawatan profesional sering ditemukan mengalami masalah, di mana proses pendelgasian tidak dilaksanankan secara efektif. Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: 1. Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation) Manajer



keperawatan



sering



berasumsi



bahwa



jika



mereka



melakukannya sendiri, maka akan menjadi lebih baik dan lebih cepat daripada didelagasikan ke orang lain. Misalnya, manajer sering berpikir “Saya bisa mengerjakan ini lebih baik, bila staf yang mengerjakan akan memerlukan waktu yang lama”. Keadaan ini berdampak terhadap proses pendelegasian wewenang, di mana orang yang menerima tugas hanya diberikan wewenang yang sangat terbatas dan sering terjadi ketidakjelasan wewenang yang harus dilakukan, sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik.



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



12



Masalah lain adalah kekhawatiran seseorang bahwa mereka tidak mampu melakukan seperti apa yang dilakukan staf/orang yang didelegasikan, karena tanggung jawab yang diberikan hanya sedikit dan sering merasa bosan, malas, dan tidak efektif. Pendelegasian yang tepat akan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan hubungan yang kondusif antara manajer dan staf (Triana et al., 2020). 2. Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation) Pendelegasian yang berlebihan kepada staf, akan berdampak terhadap penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan manajer untuk memonitor dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf akan merasa terbebani dan sering ditemukan penyalahgunaan wewenang yang diberikan. Misalnya staf sering bertanya, “Saya tidak tahu apa yang manajer harapkan” atau “Saya lebih senang bantuan supervisi dari manajer terusmenerus”. 3. Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation) Pendelegasian menjadi tidak efektif bila diberikan kepada orang yang tidak tepat karena alasan faktor suka/tidak suka. Pendelegasian tersebut tidak akan memperoleh hasil yang baik karena adanya kecenderungan manajer menilai pekerjaan staf berdasarkan unsur subjektivitas. c. Konsep Pendelegasian Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan anatara 3 komponen utama, yaitu tanggung jawab, kemampuan, dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas. Kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas yang didelegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan kekuasaan kepada delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang dilimpahkan (Sataloff et al., 2016).



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



13



d. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif Lima konsep yang mendasari pendelegasian akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya, dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional primer, seorang perawat primer (PP) melimpahkan tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat pendamping/associate (PA). Perawat primer memberikan tanggung jawab yang penuh dalam merawat pasien yang didelegasikan. 2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang. Perawat primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk melaksanakan tujuan/rencana didelegasikan kepada staf yang sesuai atau menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian PP memberikan wewenang kepada PA untuk mengambil semua keputusan menyangkut keadaan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut harus meliputi: a. Pengkajian kebutuhan pasien; b. Identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain; c. Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan dengan aman dan kompeten; d. Proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang; e. Ketersediaan supervisi yang cukup oleh pp; f. Proses evaluasi yang terus-menerus dalam membantu seseorang; g. Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA. 3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya, mengembangkan



wewenang



yang dilimpahkan,



dan



mengembangkan



kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh: a. Intervensi keperawatan yang diperlukan; b. Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut; c. Bantuan apa yang diperlukan; d. Hasil apa yang diharapkan. Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



14



4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus menunjukkan rasa percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri. Jika masalah timbul, maka PP harus selalu menanyakan “Apa yang bisa kita lakukan?” Empowering meliputi pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan tugas, serta membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang serasi. 5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi yang dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah komunikasi antara PP dan PA.



e. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas. Pendelegasian yang jelas harus mengandung informasi mengenai tujuan spesifik, target waktu, dan pelaksanaan tindakan keperawatan. 1) Tujuan spesifik Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus jelas sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu diberikan. 2) Target waktu. Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam memberikan pendelegasian kepada PA. Pada perencanaan keperawatan kepada pasien, PP harus menuliskan target waktu yang jelas sebagai indikator keberhasilan asuhan keperawatan. 3) Pelaksanaan tindakan keperawatan. PP



harus



mengidentifikasi



dan



memberikan



petunjuk



intervensi



keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian dan pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan dilaksanakan (Maiti & Bidinger, 2020).



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



15



f. Prinsip Utama Pendelegasian Supervisi dalam praktik keperawatan profesional adalah suatu proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugastugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tugas teknis dan manajerial. Hampir semua tugas teknis dapat didelegasikan oleh supervisor kepada stafnya. Sementara, tidak semua tugas manajerial dapat didelegasikan karena memerlukan supervisi dan pemberian wewenang. Misalnya, staf dapat menyusun suatu perencanaan, anggaran pembelian, dan kegiatan yang lainnya tetapi tugas untuk membuat persetujuan, rekomendasi, pelaksanaan masih merupakan hak dan wewenang seorang supervisor.



g. Cara Pendelegasian 1. Seleksi dan susun tugas. Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada komisi yang bertanggung jawab, dan melaksanakan asuhan keperawatan dan tugas teknis lainnya. Menyusun suatu daftar secara berurutan dengan dua kriteria, yakni waktu yang diperlukan dan pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam mendelegasikan tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang secara bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu penyalahgunaan wewenang. 2. Seleksi orang yang tepat. Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya Anda memilih staf bergantung dari kemampuan manajer mengenal kinerja staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya. Hati-hati terhadap pendelegasian yang berlebihan atau yang terlalu sedikit. Jika Anda memberikan pendelegasian terlalu berlebih, maka staf tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan berdampak Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



16



terhadap kegagalan staf dalam melaksanakan tanggung jawab untuk tugas yang pertama kali diterimanya. Sebaliknya, pendelegasian yang terlalu sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk efeknya terhadap staf maupun institusi. Pendelegasian jenis ini akan menghabiskan waktu dan sering berakibat terhadap beban bagi staf. 3. Berikan arahan dan motivasi kepada staf. Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut. Jika Anda sudah siap untuk memberikan pendelegasian, maka Anda harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut? a. Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan mengapa tugas ini penting dilakukan? b. Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita? Haruskah saya menuliskan secara rinci? c. Jika jawabannya ya, dapatkah saya memberikan instruksi dan prosedur secara rinci terhadap tingkatan pemahaman staf? d. Apakah



tugas



yang



dilimpahkan



dapat



memberikan



staf



kesempatan untuk berkembang dan memotivasi staf secara tepat? e. Apakah staf Anda sudah mendapatkan latihan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tersebut? Hal penting dalam pendelegasian adalah kesepakatan antara manajer keperawatan dan staf mengenai hasil yang diharapkan. 4. Lakukan supervisi yang tepat. Anda harus bisa menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan dilakukan, dan bantuan apa yang dapat diberikan. Supervisi merupakan hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung pada bagaimana staf melihatnya. a. Overcontrol.



Kontrol



yang



berlebihan



akan



merusak



pendelegasian yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya dengan baik dan Anda hanya akan terfokus terhadap hal-hal yang tidak didelegasikan. Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



17



b. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap pendelegasian, di mana staf menjadi tidak produktif dalam melaksanakan tugas dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini juga menyebabkan



pemborosan



waktu



dan



anggaran



yang



sebenarnya dapat dihindari. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan melaksanakan tugas tersebut. Namun, berikan pula penekanan terhadap deadline, agar staf Anda akan mematuhi pola tersebut.



h. Tempat dan Waktu Pendelegasian Di bawah ini merupakan tempat dan waktu pendelegasian dapat dilaksanakan: 1. Tugas rutin. Tugas rutin seperti wawancara lamaran pekerjaan, tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang kecil, dan menyeleksi surat merupakan tugas biasa dan dapat didelegasikan kepada staf. 2. Tugas yang tidak mencukupi waktunya. Pendelegasian dapat dilaksanakan pada tugas-tugas tertentu karena manajer tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya. Tugas-tugas tersebut akan



dilaksanakan



oleh



manajer



jika



mempunyai



waktu



untuk



menyelesaikannya. 3. Penyelesaian masalah. Pendelegasian diberikan dengan tujuan memberikan pengalaman/tantangan kepada staf untuk menyelesaikannya. Staf akan termotivasi apabila mereka menerimanya sebagai suatu tantangan. Oleh karena itu, perlu perhatian dan bimbingan khusus dalam membantu staf untuk menyelesaikan tugas yang dilimpahkan kepadanya. 4. Peningkatan kemampuan. Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan tim. Dengan pengelolaan yang sesuai, pendelegasian akan menjadikan suatu latihan bagi staf untuk belajar.



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



18



5. Kapan pendelegasian tidak diperlukan. Tidak semua jenis tugas dapat didelegasikan. Seorang manajer harus berhatihati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu, yaitu: a. Tugas yang terlalu teknis, misalnya jadwal staf dan anggaran yang merupakan tugas rutin manajer, tetapi terlalu teknis dan perlu keterampilan khusus untuk dilaksanakan staf; b. Tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan, misalnya kerahasiaan suatu informasi dari institusi berhubungan dengan terjadinya perselingkuhan staf. Pendelegasian dapat mengakibatkan masalah jika tugas yang didelegasikan tidak dilaksanakan sesuai harapan. Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka manajer mempunyai tangung jawab sebagai berikut. a. Disiplin dalam pemberian wewenang; b. Bertanggung jawab terhadap pembinaan moral staf; c. Perlunya suatu kontrol; dan d. Hindari kesalahan dalam penyampaian pendelegasian i. Kegagalan Manajer dalam Pendelegasian dan Mengapa Staf Menjadi Resistan



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



19



j. Kegiatan yang Tidak Boleh Didelegasikan 1. Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama pelaksanaan. 2. Pengkajian fisik, psikologis, sosial yang memerlukan keputusan, rujukan, dan intervensi atau tindak lanjut. 3. Penyusunan dan evaluasi recana keperawatan.



k. Keberhasilan Pendelegasian Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut. 1. Komunikasi yang jelas dan lengkap. Kejelasan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang disampaikan, akurasi terhadap pesan, dan penggunaan istilah/kata-kata yang mudah dipahami oleh penerima pesan. 2. Ketersediaan sumber dan sarana. Jika PP atau Ners menghendaki perkembangan pasien dari PA, maka PP harus berada di tempat. Jika PP untuk jangka waktu yang lama tidak berada di tempat, maka laporan harus dilimpahkan kepada staf lainnya. Hal ini untuk menjaga agar pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan dengan baik. 3. Monitoring PP harus memberikan kebebasan kepada PA untuk berpikir dan menganalisis tugas yang diberikan. Jika terdapat permasalahan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya, maka PP harus mampu berperan sebagai konsultan dan membantu memberikan solusinya. 4. Pelaporan kemajuan tugas limpah Sebagai



perawat



yang



bertanggung



jawab



terhadap



asuhan



keperawatan dalam praktik keperawatan profesional kepada pasien, maka PP harus selalu meminta laporan dari PA tentang kemajuan pasien. Laporan PA diharapkan bisa disampaikan secara reguler dan sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemudian PP harus melakukan tindak lanjut atau memberikan masukan tentang laporan yang telah disampaikan.



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



20



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Fungsi pengarahan dalam



manajemen merupakan salah satu fungsi yang



sangat diperlukan karena fungsi ini memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk kepada anggota lainnya untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Peran dan fungsi manajerial harus dilakukan oleh perawat professional. Ketika fungsi pengarahan dijalankan dengan baik dalam manajemen ruang rawat maka akan meningkatkan efektifitas dan efisien terkait asuhan keperawatan yang diberikan.



B. SARAN Perawat perlu untuk meningkatkan pendidikannya agar dapat mempersiapkan diri menjadi seorang pemimpin dalam mengelola pelayanan keperawatan kepada pasien di rumah sakit ataupun di komunitas. Selain itu perawat juga disarankan untuk melakukan riset dan kajian ilmiah terhadap masalah-masalah yang ditemui serta masalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



21



DAFTAR PUSTAKA Maiti, & Bidinger. (2020). Persepsi Perawat Tentang Supervisi Klinis Pelaksanaan Edukasi Pasien Dan Keluarga. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Mugianti, S. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Nursalam. (2018). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional (4th ed.). Salemba Medika. Oktaviani & M.Rofii, 2019. (2019). Gambaran Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang Terhadap Perawat Pelaksana Dalam Keselamatan Pasien. Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan (JKMK). Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 2(1), 23. Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Setiadi. (2019). Konsep Manajemen Keperawatan. Stikes Hang Tuah Surabaya, 1–30. http://www.rsaudrefram.co.id/wpcontent/uploads/2020/04/Konsep_manajemen_Keperawatan.pdf.pdf Triana, N., Novieastari, E., & Satinah, S. (2020). Optimalisasi fungsi manajemen kepala ruangan dalam supervisi klinik menggunakan alat bantu Google form di rumah sakit di Jakarta. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(2), 264–270. https://doi.org/10.33024/hjk.v14i2.2703



Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 Manajemen Keperawatan



22



FUNGSI PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN



DI SUSUN OLEH: ANJELI PARUMPA



(C1814201057)



DEWI LIVIA PABARU’



(C1814201057)



FAUSTINO. ATBAR



(C1814201066)



GABRIELLA MASSENG



(C2824201071)



LUSIA C. L. NAMANG



(C1814201079)



MARIANA



(C1814201084)



MARIA. G. WANGAK



(C1814201083)



PUTRI MASARRANG



(C1814201092)



SURYA NATANIEL



(C1814201097)



WIWIN ASMIRANDA



(C1814201101)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji syukur, Tim penulis panjatkan keHadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah



Tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan



makalah dengan judul







FUNGSI PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Tim Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini, untuk itulah maka Tim penulis merasa bahagia terhadap upaya demi kesempurnan makalah ini, untuk mencapainya, maka Tim penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari berbagai pihak terutama dari senior dan sejawat keperawatan demi profesionalisme keperawatan di Indonesia. Dalam hal ini, penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara fisik, materi dan spiritual.



Makassar, 2021



Kelompok IV



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1 B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 1 C. TUJUAN ..................................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN ...................................................................................................... 2 B. KEGIATAN MENAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN ..... 2 C. INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK .......................................................... 3 D. LANGKA SUPERVISI RUANG RAWAT................................................................ 4 E. PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN SESUAI STANDAR AKREDITASI............................................................................................................. 5 F. PENDELEGASIAN TUGAS ..................................................................................... 6 BAB III PENUTUP KESIMPULAN ...................................................................................................................... 7 SARAN .................................................................................................................................. 7 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 8



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Manajemen adalah sebuah istilah yang sudah diperkenalkan dan digunakan dalam



lingkungan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan seiring bergantinya masa, manajemen mengalami perkembangan dan diikut sertakan dalam berbagai aspek kehidupan. Istilah kata management sendiri berdasarkan akar katanya berasal dari Bahasa Inggris tepatnya dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam makalah ini kami, Tim penulis menjelaskan tentang fungsi pengarahan dalam manajemen keperawatan. Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dan dinilai dengan mendefinisikan kepemimpinan itu sendiri. Fungsi pengarahan dan implementasi dari pada manajemen keperawatan yaitu; proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. B.



Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6.



C.



Apa dasar dan tujuan pengarahan dalam manajemen keperawatan? Apa sajakah kegiatan menejer keperawatan pada fungsi pengarahan? Bagaimana indikator pengarahan yang baik? Apa langkah supervisi ruang rawat? Bagaimana praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi? Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas?



Tujuan



Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana fungsi pengarahan dan implementasi dalam manajemen keperawatan.



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengarahan Dalam Manajemen Keperawan 1. Pengertian Manajemen Keperawatan Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staff perawat dibawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan profesional kepada pasien dan keluarganya. Manajemen adalah sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. 2. Pengertian pengarahan Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Pengarahan merupakan petunjuk untuk melaksanakan sesuatu, atau perintah resmi seseorang pimpinan kepada bawahnnya berupa petunjuk untuk melaksanakan sesuatu. Pengarahan yaitu memberi petunjuk dan menjelaskan tugas secara rinci agar dapat terselesaikan dengan baik. 3. Tujuan Pengarahan Tujuan utama pengarahan yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan. Selain itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif. B. Kegiatan Manejer Keperawatan Pada Fungsi Pengarahan Sebagai seorang manajer tentu harus memiliki kemampuan untuk bisa memengaruhi bawahannya. Langkah ini diambil ketika manajer bisa melaksanakan fungsinya untuk memberikan pengarahan kepada bawahannya. Tentunya hal ini sangat penting dilakukan agar para pekerja sebagai bawahan kita tetap bersemangat dalam bekerja atau kegiatan sehingga mampu memberikan hasil yang memuaskan. Pegarahan yang diberikan oleh manajer akan sangat berarti dan berpengaruh terhadap kinerja karyawan, oleh karena itu manajer ketika memberikan pengarahan harus memberikan penghargaan yang jelas dan tegas kepada karyawan, pastikan jika bawahan benar-benar sudah faham dan mengerti atas arahan yang manajer berikan. Dalam hal ini diperlukan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan untuk menghindari kesalahan dalam bekerja. Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan 2



mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui; saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. Fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruangan antara lain memberikan motivasi, membina komunikasi, menangani konflik, memfasilitasi kerja sama dan negosiasi (Marquis, B.L & Huston, 2010). Fungsi pengarahan dapat meningkatkan kinerja perawat. Berikut aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen keperawatan menurut Swansburg: a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien dan perawat pelaksana b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas perawat pelaksana c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan d. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana e. Memberikan perawatan yang berkesinambungan f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana g. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi h. Mempercayai anggota i. Menginterprestasikan protokol j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti k. Memberikan laporan ringkas dan jelas l. Menggunakan proses kontrol manajemen C. Indikator Pengarahan Yang Baik 1. Indikator pengarahan yang baik a. Coordination Kordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. b. Motivasi Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Memberi motivasi kepada karyawan merupakan elemen penting dalam manajemen keperawatan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang cukup maka kinerja karyawan akan optimal.



3



Manajer memengang peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu manajer harus mempertimbangkan karakteristik stafnya dan berusaha memberi tugas sebangai usaha untuk memotivasi staf. Kegiatan yang harus dilakukan manajer dalam memotivasi staf yaitu: a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan harapan tersebut pada staf b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai d. Mengembangkan konsep kerja tim e. Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi f. Menunjukkan kepada staf bahwa manajer mengerti perbedaan dan keunikan setiap staf g. Meminta tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan dibuat organisasi h. Menciptakan stuasi saling percaya i. Menjadi role model bagi staf j. Memberikan dukungan yang positif c. Komunikasi Komunikasi menurut Tappen (1995) adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. Sehingga komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Menurut Potter dan Perry (1993) komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, dan public sedangkan menurut jenisnya komunikasi dibedakan menjadi komunikasi verbal, non-verbal dan komunikasi tertulis yang dapat dimanifestasikan secara terapeutik. Komunikasi antara pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan menjalin komunikasi yang baik akan menimbulkan suasana kerja yang kondusif dalam suatu lingkungan organisasi yang akan menumbuhkan kerjasama yang baik dalam berbagai kengiatan. D. Langka Supervisi Ruang Rawat Supervisi adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh manager. Sedangkan orang yang melakukan fungsi tersebut di sebut supervisior yang biasanya dilakukan oleh kepala ruangan, pengawas keperawatan atau kepala bidang wali direktur keperawatan. Tanggung jawab supervisior dalam manajemen pelayanan keperawatan yaitu: menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan, menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan, mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur



4



pelayanan keperawatan, memantapkan kemampuan perawatan dan memastikan praktik keperawatan profesional dilakukan dengan benar. Supervisi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Supervisi secara langsung yaitu dimana supervisior terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dapat memberikan pengarahan secara langsung. Sedangkan supervisi secara tidak langsung dilakukan melalui laporan dengan lisan maupun tulisan dan supervisior tidak terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. 1. Prinsip Supervisi a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan. c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar. d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana. e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang spesifik. f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas dan motivasi. g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasaan klien, perawat, dan manajer. 2. Langkah-langkah Supervisi a. Pra supervise - Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi - Supervisor menetapkan tujuan b. Supervisi - Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat ukur yang telah disiapkan. - Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan. - Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi masalah - Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder. 1) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada. 2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA c. Pasca supervisi 3F - Supervisor memberikan penilaian supervisi (– Fair). - Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi - Supervisi memberikan reinforcement dan Follow up perbaikan 4



5



E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi Berikut praktik kepala ruangan sesuai standar akreditasi : a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM b. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,keterampilan dan sikap d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan ASKEP pasien e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain h. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal. F. Pendelegasian Tugas Pendelegasian secara umum yaitu pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada staf perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas secara professional (Sugiharto, 2012). Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendelegasian, yaitu komunikasi jelas dan lengkap, ketersediaan sumber dan sarana, monitoring, dan pelaporan kemajuan tugas limpah (Nursalam, 2011).



6



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staff perawat dibawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan profesional kepada pasien dan keluarganya. Dalam manajemen keperawatan dikenal ada lima fungsi manajer dalam hal ini kepala ruangan salah satunya adalah fungsi pengarahan. Pengarahan merupakan petunjuk untuk melaksanakan sesuatu, atau perintah resmi seseorang pimpinan kepada bawahnnya berupa petunjuk untuk melaksanakan sesuatu. Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui; saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. B. Saran Dalam melaksanakan fungsi pengarahan yang memiliki banyak unsur yang perlu diperhatikan di dalamnya, tentu saja penerapannya berbeda pada setiap rumah sakit tergantung gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam rumah sakit tersebut. Namun terlepas dari itu semua semoga kita sebagai perawat dapat benar-benar memahami fungsi pengarahan ini dengan baik agar bisa di pakai untuk mendukung suatu rumah sakit dalam mencapai tujuan.



7



DAFTAR PUSTAKA



1.



Sitorus at. all. MANAJEMEN KEPERAWATAN: MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT. Sagung Seto; 2011.



2.



Nursalam. MANAJEMEN KEPERAWATAN:APLIKASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL. EDISI 3. SALEMBA MEDIKA; 2013.



3.



All SSS. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN. yayasan kita menulis; 2020.



4.



Dr.H. Agus Supinganto N a. all. PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN. Teori Dan Aplikasinya. Pantera Publishing; 2020.



8



MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN



Yang disusun Oleh: 1. Agustina Elenda Sukacita (C1814201106) 2. Anika Romode (C1814201107) 3. Elvira Manik Lumembang (C1814201115) 4. Febrianti (C1814201119) 5. Flowrencia Angelina (C1814201120) 6. Pidelvia Pasapan (C1814201138) 7. Raya Ma'tan (C1814201142) 8. Risnayanti Lomba' Kanda (C1814201144) 9. Sintia Simon (C1814201148) 10. Wahyudi Anggeng (C1814201153)



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Makalah ini takkan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Atas segala bantuan yang diberikan kami mengucapkan terima kasih dan kami memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini sehingga dengan adanya makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.



Makassar, 18 Maret 2020



Kelompok 4



i



DAFTAR ISI SAMPUL KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1 C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 A. Konsep dasar dan tujuan pengarahan .................................................... 3 B. Kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan .................... 12 C. Indikator pengarahan yang baik ......................................................... 13 D. Langkah supervisi ruang rawat .......................................................... 14 E. Praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi ............ 15 F. Pendelegasian tugas ........................................................................... 15 BAB III PENUTUP ...................................................................................... 20 A. Kesimpulan ........................................................................................ 20 B. Saran ................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya roda organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus dapat mengelola SDM agar dapat bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui fungsi penggerakan. Henry Fayol dalam Siagian (2007) menyebut penggerakan sebagai commanding atau directing, sedangkan George R Terry (1993) menggunakan istilah actuating yaitu sebagai upaya atasan untuk menggerakkan bawahan. Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan tenaganya untuk secara bersamasama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat kompleks karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbedabeda (Muninjaya, 1999). Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya dalam rangka pengarahan dan pengendalian.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan? 2. Apa saja kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan? 3. Apa saja Indikator pengarahan yang baik? 4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat? 5. Apa saja praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi? 6. Apa itu pendelegasian tugas?



C. Tujuan Penulisan 1



1. Untuk mengetahui konsep dasar dan tujuan pengarahan 2. Untuk mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan 3. Untuk mengetahui indikator pengarahan yang baik 4. Untuk mengetahui langkah supervisi ruang rawat 5. Untuk mengetahui praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi 6. Untuk mengetahui mengenai pendelegasian tugas



2



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan 1. Pengertian Pengarahan Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan. Pengarahan dilakukan oleh para pimpinan bisa secara individu maupun secara kelompok. Organisasi yang tahu manfaat pengarahan ini selalu melakukan secara rutin dengan maksud menjalin komunikasi secara vertikal maupun horizontal, sehingga dapat mendiskusikan pemecahan masalah secara efektif. 2. Makna pengarahan Apakah makna pengarahan dalam manajemen keperawatan? Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan 1 H), yaitu: a. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana b. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan c. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam pulang) d. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frekuensi seharusnya dikerjakan e. (Why) Mengapa pekerjaan itu harus dilakukan f. (Where) Dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman. 3. Fungsi Pengarahan



3



Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada tujuan. Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan keperawatan melalui pengamatan, dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala ruangan harus peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan bantuan orang lain, dan mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial. Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan setiap hari. Komunikasi membentuk inti kegiatan manajemen dan melewati semua proses manajemen. Prinsip Komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2014) adalah: a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak terpisahkan dalam organisasi. c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. d. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi secara adekuat, lengkap dan cepat. e. Manajer harus meminta umpan balik bahwa apakah komunikasi dapat diterima. f. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.



4



Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter. Manajer memiliki interaksi dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan tujuan berbeda yang menjadi sumber terjadinya konflik. Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal dapat dihindari dan jika konflik dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruangan menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang produktif. Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik. Mugianti, S. (2016) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu: a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien dan perawat pelaksana. b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas perawat pelaksana. c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan d. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana e. Memberikan perawatan yang berkesinambungan f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana. g. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,konsultasi, dan evaluasi h. Mempercayai anggota i. Menginterpretasikan protokol j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti k. Memberikan laporan ringkas dan jelas l. Menggunakan proses kontrol manajemen 4. Konsep Pengarahan Menurut Nursalam (2018), pengarahan terdiri dari 4 komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri dari: 5



a. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan. b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan kompleks seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan kemudian memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau komentar. c. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan yang membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group activity seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan menerapkan penguasaan diri. d. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta yang lain. Pengarahan yang dilakukan setiap pagi di rumah sakit ini sangat penting untuk pengembangan menuju ke arah yang lebih profesional untuk mengevaluasi pengalaman dan persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah kesehatan yang terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar perawat dan medis merupakan dampak dari perencanaan yang baik, proses belajar antar tim, rasa saling menghormati, hubungan dan dukungan untuk mengenal satu sama lain. Hal ini terbentuk melalui komunikasi yang efektif antara anggota tim saat kegiatan pengarahan berlangsung. Ciri-ciri suatu pengarahan adalah, yaitu: a. Syarat pengarahan 1) Materi



pengarahan



merupakan



bagian



dari



kebijaksanaan



atau



informasi umum. Materi atau pesan suatu pengarahan dipersiapkan secara lengkap dan objektif, sehingga unit-unit penerima pesan tidak lagi mempermasalahkan kebenaran materi atau pesan. Pengarahan tetapi mempercayakan segi teknis operasional. 6



2) Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas berikutnya 3) Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas berikutnya. 4) Proses komunikasi pengarahan hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, ringkas, dan mengandung unsur teknis. b. Isi pengarahan 1) Isi suatu pengarahan biasanya berupa policy atau kebijaksanaan tertentu 2) Penjelasan tentang posisi, peranan dan tanggung jawab tiap unit dalam suatu organisasi. 3) Penjelasan teknisi kerja tiap unit, hubungan antara unit dan pelengkap yang diperlukan. 4) Penjelasan data teknis dan fakta yang mendukung suatu kegiatan operasional. 5) Pemberian aba-aba dan tahapan waktu pelaksanaan c. Persiapan pengarahan 1) Persiapan luas lingkup dan tujuan pengarahan 2) Penyusunan sistematika penyajian 3) Penetapan sistem monitoring dan evaluasi. 4) Penentuan pihak-pihak yang perlu dilibatkan 5) Penentuan waktu, alat, dan tempat pelaksanaan Pengarahan sebagai komponen komunikasi terbagi menjadi 3 sub variabel, yaitu: a. Komunikator adalah pihak yang bertugas menyampaikan, mensosialisasikan dan juga membangun motivasi pada diri komunikan terhadap pesan atau kebijaksanaan sesuai dengan arah dan tujuan yang diharapkan. Organisasi bertindak sebagai komunikatornya dalam penelitian. Karakteristik komunikator agar dapat diterima oleh komunikan yaitu: 1) Kredibilitas



adalah



kewibawaan 7



seorang



komunikator



dihadapan



komunikan. Terdiri dari 2 faktor yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungan dengan topik yang dibicarakan. Keahlian diukur dari sejauh mana komunikan menganggap kemampuan dan pengalaman komunikator dalam mengelola perusahaan. Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikasi tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya 2) Daya



tarik



adalah



berkenaan/berhubungan



dengan



keadaan



yang



menunjukkan komunikan melihat komunikator sebagai seseorang yang menyenangkan dalam bentuk peranan yang memuaskan. Jika pihak komunikan merasa bahwa pihak komunikator mempunyai sifat-sifat yang menarik, maka akan mendorong keduanya dalam hubungan komunikasi yang menyenangkan. Dengan demikian efektifitas komunikasi yang dilaksanakan oleh pemimpin kegiatan pengarahan sebagai komunikator akan



dipengaruhi oleh kesan anggota organisasi terhadap daya tarik



pemimpin tersebut. Daya tarik terdiri dari kesamaan, keakraban, rasa suka komunikan, dan daya tarik fisik komunikator. b. Pesan kegiatan pengarahan Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang memakai perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber. Pesan memiliki 3 unsur, yaitu: 1) Struktur pesan, ditunjukkan dengan pola penyampaian pesan secara tersirat atau pun tersurat, pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu, argumentasi yang disenangi atau tidak disenangi), pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi). 2) Gaya pesan, menunjukkan adanya variasi linguistik dalam penyampaian pesan (perulangan, kemudahan dimengerti, perbendaharaan kata). 3) Daya tarik pesan, mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung dalam pesan baik secara rasional maupun emosional. c. Intensitas kegiatan 8



Intensitas kegiatan merupakan banyaknya serta jumlah waktu yang digunakan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan. Dalam hal ini intensitas kegiatan diukur dengan frekuensi dan durasi: 1) Frekuensi adalah seberapa sering karyawan mengikuti kegiatan pengarahan 2) Durasi adalah lamanya karyawan mengikuti kegiatan pengarahan dari awal sampai akhir Dalam proses pengarahan, seorang eksekutif atau pemimpin perusahaan hendaknya memperhatikan unsur-unsur dari program atau tugas yang menjadi pesan pengarahan, memahami permasalahan pokok, kebijakan-kebijakan serta hal-hal yang berhubungan dengan tugas, seperti: 1) Sifat-sifat pesan atau tugas a) Memahami ruang lingkup pesan dan tugas b) Menilai pesan atau tugas yaitu masalahnya tergolong masalahmasalah kompleks dan tunggal. c) Jika



masalahnya



kompleks,



maka



dibagi



sedemikian



rupa



sehingga menjadi masalah tunggal d) Mengumpulkan informasi, data, dan fakta dari setiap masalah 2) Batas-batas tugas a) Batas wewenang dan tanggung jawab b) Limit waktu total dan limit untuk tiap tahap c) Tersedianya fasilitas d) Jumlah tenaga operasional yang dibutuhkan 3) Deskripsi tugas a) Luas lingkup tugas yang dipercayakan kepada tiap unit dan individu pelaksana b) Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan c) Langkah-langkah kebijakan dan operasional d) Target minimum dan maksimum yang diharapkan e) Bentuk pertanggungjawaban, seperti bertanggung jawab langsung 9



kepada siapa, bagaimana bentuk pertanggung jawabannya. 4) Syarat pelaksana tugas a) Kualifikasi kemampuan fisik dan mental pelaksana b) Jenis keterampilan yang harus dimiliki pelaksana c) Luas lingkup pengalaman pelaksana d) Bentuk disiplin yang akan diterapkan 5) Situasi dan kondisi tugas a) Bentuk komunikasi internal dan eksternal sesama pelaksana dan unit kerja yang lainnya b) Pentingnya tugas yang akan diberikan Pimpinan mengharapkan adanya komunikasi timbal balik. 5. Tujuan pengarahan Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada 5, yaitu: a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik, efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang. b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan 10



prestasi kerja staf Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana lingkungan yang kondusif



dan



menciptakan



hubungan



interpersonal



yang



harmonis,



kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat organisasi berkembang lebih dinamis 6. Faktor-faktor pengarahan Arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut: a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan menyebabkan pemblokkan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi. b. Kepercayaan pada pesan tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin manual yang mahal, 11



booklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan. c. Pesan yang berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tetapi tidak dibaca. d. Timing Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat yang dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi efektifitasnya. e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada pimpinan.



B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan 10 Kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan yang penting untuk diketahui menurut Douglas, yaitu: 1. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis 2. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgent 12



3. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain 4. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja dengan benar dan adil 5. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir 6. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan reward and punishment yang jelas dan tegas 7. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf 8. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien maupun situasi gawat lainnya 9. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat 10. Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas layanan secara teratur dan rutin



C. Indikator Pengarahan yang Baik 1. Coordination Koordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manager agar terdapat suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. 2. Motivasi Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Memberi motivasi kepada karyawan merupakan elemen penting dalam manajemen keperawatan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang cukup maka kinerja karyawan akan optimal.



13



Manajer memegang peranan penting dalam motivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu manajer harus mempertimbangkan karakteristik stafnya dan berusaha memberi tugas sebagai usaha untuk memotivasi staf. Kegiatan yang harus dilakukan manajer dalam memotivasi staf yaitu: a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan harapan tersebut pada staf b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai d. Mengembangkan konsep kerja tim e. Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi f. Menunjukkan kepada staf bahwa manajer mengerti perbedaan dan keunikan setiap staf g. Meminta tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan dibuat organisasi 3. Komunikasi Komunikasi menurut Simmamoro, R. (2012) adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. Sehingga komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik sedangkan menurut jenisnya komunikasi dibedakan menjadi komunikasi verbal, non verbal dan komunikasi tertulis yang dapat dimanifestasikan secara terapeutik. Komunikasi antara para pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan menjalin komunikasi yang baik akan menimbulkan suasana kerja yang kondusif dalam suatu lingkaran organisasi yang akan menumbuhkan kerjasama yang baik dalam berbagai kegiatan.



D. Langkah Supervisi Ruang Rawat 1. Pra-supervisi 14



a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi b. Supervisor menetapkan tujuan 2. Pelaksanaan supervisi a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan. b. Supervisor mendapatkan beberapa hal yang memerlukan pembinaan. c. Supervisor memanggil Katim dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan. d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder: 1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada 2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat 3. Pasca-Supervisi - 3F f. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair) g. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi. h. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan



E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi 1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM 2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik 3. Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap 4. Menginformasikan hal-hal yang sangat penting dan berhubungan dengan ASKEP pasien 5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan 6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya 7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM yang lain 8. Mengembangkan sistem pengarahan resmi dan informal



F. Pendelegasian Tugas



15



Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer. Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya. Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya. a. Aspek penting dalam pendelegasian 1) Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi 2) Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang "berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja. 3) Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi sebagai berikut: a) Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau diinginkan pada waktu depan yang telah ditentukan (desired results). b) Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama diarahkan kepada hasil produksi.



16



c) Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin b. Alasan pentingnya pendelegasian 1) Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas sendiri. 2) Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien. 3) Agar organisasi berjalan lebih efisien 4) Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan 5) Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan 6) Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan. 7) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri. 8) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting 9) Dengan



pendelegasian,



memungkinkan



bawahan



untuk



tumbuh



dan



berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan c. Cara melakukan delegasi 1) Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah 2) Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis 3) Menyetujui standar kerja 4) Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan 5) Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan wewenang baik secara lisan maupun tulisan. 6) Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan umpan balik prestasi yang dicapai 17



7) Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan-keluhannya. 8) Bantu mereka untuk memecahkan masalah dengan memberikan ide-ide baru yang bermanfaat. 9) Memberikan 'reward' atas hasil yang dicapai 10) Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan d. Teknik pendelegasian Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas seharusnya dirangkum dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu waktu. e. Jenis pendelegasian 1) Pendelegasian Suruhan Pendelegasian suruhan berarti "kejar ini, kejar itu, kerjakan ini, kerjakan itu, dan beritahu saya ketika sudah selesai." Pendelegasian dengan cara ini banyak digunakan oleh manager karena mereka berpikir metode yang dilakukan pasti tidak akan keluar dari jalur, minim kesalahan dan sesuai dengan apa yang diinginkan. 2) Pendelegasian pengurusan Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan pada metode, memberikan secara rinci hasil yang diinginkan, bukan memberikan secara rinci apa yang harus dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan metode kepada anak buah dan membuat mereka bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian metode pengurusan memberi kepercayaan penuh kepada anak buah dan kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi dari motivasi manusia. Kepercayaan menghasilkan yang terbaik dari diri manusia. f. Penyebab gagalnya pendelegasian 1) Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan. 18



2) Atasan tidak ingin mengambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal dalam menjalankan wewenangnya 3) Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya 4) Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan 5) Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang sudah diterima. 6) Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas-tugas dengan benar dan dikatakan gagal 7) Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih besar.



19



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan. Pengarahan dilakukan oleh para pimpinan bisa secara individu maupun secara kelompok. Organisasi yang tahu manfaat pengarahan ini selalu melakukan secara rutin dengan maksud menjalin komunikasi secara vertikal maupun horizontal, sehingga dapat mendiskusikan pemecahan masalah secara efektif. Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.



B. Saran Dengan membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat mempelajari dan memahami mengenai manajemen keperawatan khusunya dalam fungsi pengarahan. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penyusun/penulis. Apabila ada kritik dan saran mohon arahannya. 20



DAFTAR PUSTAKA



Marquis, B., & Huston, C. (2012). Leadership roles & management functions in nursing: Theory & Application. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Mugianti, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Jakarta Selatan: Kemenkes RI. Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional) Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2018). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. Simamoro, R. (2012). Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC. Vienty, F. (2015). Hubungan Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kepulauan Mentawai . Jurnal Penelitian Manajemen Keperawatan, 3-20.



21



22



MANAJEMEN



APLIKASI KEGIATAN MANAJER RUANG RAWAT PADA FUNGSI PENGARAHAN



KELOMPOK 4 TINGKAT 3A



KONSEP DASAR TUJUAN PENGARAHAN



ONSEP DASAR PENGARAHAN Pengarahan (Directing) adalah suatu proses penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan anggota kelompok untuk mencapai tujuan melalui beberapa arahan. 1. Konsep Dasar Pengarahan: a. Gretting b. Sharing c. Group activity d. Newsand announcement



UJUAN PENGARAHAN Kegiatan pengarahan ini dilakukan untuk : a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatakan motivasi dan prestasi kerja staf e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis



KEGIATAN MANAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN



UJUAN PENGARAHAN Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :



1. 2. 3. 4. 5.



Menciptakan kerja sama yang lebih efisienKomunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf Supervisi, Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis



RINSIP PENGARAHAN Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu: 1. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana 2. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan 3. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam pulang) 4. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi seharusnya dikerjakan 5. (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan 6. (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing



egiatan Manajer Keperawatan Pada fungsi pengarahan • • • •



Tentukan tujuan pengarahan yang realistis Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerjadengan benar dan adil • Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir



• Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikanreward and punishment yang jelas dan tegas • Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dandimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf • Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasienmaupun situasi gawat lainnya • Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat • Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitaslayanan secara teratur dan rutin



INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK 1. 2. 3. 4. 5.



Keterbukaan Kepercayaan Pesan yang berlebihan Timing Penyaringan



Selain indikator diatas, ada pula beberapa indikator untuk pengendalian mutu asuhan keperawatan, diantaranya 1. Keselamatan pasien (patient safety) 2. Keterbatasan perawatan diri 3. Kepuasan pasien 4. Kecemasan 5. Kenyamanan 6. Pengetahuan



LANGKAH LANGKAH SUPERVISI RUANG RAWAT Pra Supervisi 1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi. 2. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai. Pelaksanaan Supervisi 1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument yang telah disiapkan. 2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan. 3. Supervisor memanggil PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiate) untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan. 4. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data sekunder : Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada , Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA



Pasca Supervisi- 3F 1. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair) : - Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada - Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat 2. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi) 3. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan



PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN SESUAI STANDAR AKREDITAS 1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM 2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik 3. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap 4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan ASKEP pasien 5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan 6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya 7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain 8. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal



PENDELEGASIAN TUGAS



ENDELEGASIAN Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi EFEKTIFAN DALAM PENDELEGASIAN Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: 1. Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation) 2. Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation) 3. Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation)



ONSEP PENDELEGASIAN



Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan anatara 3 komponen utama, yaitu 1. Tanggung jawab (responsibility) 2. Kemampuan (accountability) 3. Wewenang (authority)



ONSEP PENDELEGASIAN YANG EFEKTIF Lima konsep yang mendasari pendelegasian akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. 2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang. 3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya 4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. 5. Seorang delegasi harus terlibat aktif.



EDOMAN PELIMPAHAN WEWENANG YANG EFEKTIF Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas. 1. Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis 2. Target waktu. Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam memberikan pendelegasian kepada PA. 3. Pelaksanaan tindakan keperawatan.



RINSIP UTAMA PENDELEGASIAN Supervisi dalam praktik keperawatan profesional adalah suatu proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugastugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tugas teknis dan manajerial. . ARA PENDELEGASIAN 1. 2. 3. 4.



menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang secara bertahap. Seleksi orang yang tepat. Berikan arahan dan motivasi kepada staf. Lakukan supervisi yang tepat.



EMPAT DAN WAKTU PENDELEGASIAN 1. 2. 3. 4. 5.



Tugas rutin. Tugas yang tidak mencukupi waktunya Penyelesaian masalah Peningkatan kemampuan. Kapan pendelegasian tidak diperlukan. Seorang manajer harus berhatihati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu, yaitu: Tugas yang terlalu teknis, dan Tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan,



EGIATAN YANG TIDAK BOLEH DIDEGELASIKAN 1. 2. 3.



Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama pelaksanaan. Pengkajian fisik, psikologis, sosial yang memerlukan keputusan, rujukan, dan intervensi atau tindak lanjut. Penyusunan dan evaluasi recana keperawatan.



EBERHASILAN PENDEGELASIAN 1. 2. 3. 4.



Komunikasi yang jelas dan lengkap. Ketersediaan sumber dan sarana. Monitoring Pelaporan kemajuan tugas limpah



GUYS



FUNGSI PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN



Kelompok 4 Anjeli Parumpa Dewi Livia Pabaru Faustino Atbar Gabriella Masseng Lusia C L Namang Mariana Maria Goreti D Wangak Putri Masarrang Surya Nataniel Wiwin Asmiranda



Konsep Dasar Manajemen keperawatan Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staff perawat di bawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan profesional kepada pasien dan keluarganya. Manajemen adalah sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional



Konsep Dasar Pengarahan



Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Pengarahan merupakan petunjuk untuk melaksanakan sesuatu, atau perintah resmi seseorang pimpinan kepada bawahnnya berupa petunjuk untuk melaksanakan sesuatu. Pengarahan yaitu memberi petunjuk dan menjelaskan tugas secara rinci agar dapat terselesaikan dengan baik



Tujuan Pengarahan



Tujuan utama pengarahan yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan. Selain itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif.



Kegiatan Manajer Keperawataan Pada Fungsi Pengarahan Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui ; saling memberi motivasi, membantupemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan koaborasi dan koordinasi  Berikut aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengrahan pada manajemen keperawatan menurut Swansburg : 1. 2.



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien dan perawat pelaksana Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas perawat pelaksana Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana Memberikan perawatan yang berkesinambungan Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi Mempercayai anggota Menginterprestasikan protokol Menjelaskan prosedur yang harus diikuti Memberikan laporan ringkas dan jelas Menggunakan proses kontrol manajemen



Indikator Pengarahan yang Baik 1. Coordination



2. Motivasi 3. Komunikasi



Langkah_Langkah Supervisi Ruang Rawat Pra supervise  Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi  Supervisor menetapkan tujuan Supervisi



Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat ukur yang telah disiapkan. b. Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan. c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi masalah d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder. a.



Pasca supervisi 3F Supervisor memberikan penilaian supervisi (F – Fair). b. Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi a.



c.



Supervisi memberikan reinforcement dan Follow up perbaikan



Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi 1. Memberi pengarahan tentang peniugasan kepada ketua TIM 2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas 3.



4. 5. 6. 7. 8.



dengan baik Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,ketrampilan dan sikap Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan ASKEP pasien Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal.



Pendelegasian Tugas Pendelegasian secara umum yaitu pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada staf perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas secara profesional (Sugiharto, 2012). Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan dalam



pendelegasian, yaitu: komunikasi jelas dan lengkap, ketersediaan sumber dan sarana, monitoring, dan pelaporan kemajuan tugas limpah(Nursalam, 2011).



TERIMA KASIH



MANAJEMEN KEPERAWATAN Agustina Elenda Sukacita (C1814201106) Anika Romode (C1814201107) Elvira Manik Lumembang (C1814201115) Febrianti (C1814201119) Flowrencia Angelina (C1814201120) Pidelvia Pasapan (C1814201138) Raya Ma'tan (C1814201142) Risnayanti Lomba' Kanda (C1814201144) Sintia Simon (C1814201148)



Wahyudi Anggeng (C1814201153)



A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan



B. Kegiatan Manager Keperawatan pada Fungsi Pengarahan



C. Indikator Pengarahan yang Baik



D. Langkah Supervisi Ruang Rawat



E. Praktik Pengarahan Kepala



F. Pendelegasian Tugas



A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan • Pengertian Pengarahan • Makna pengarahan • Fungsi Pengarahan • Konsep Pengarahan • Tujuan pengarahan • Faktor – faktor pengarahan



Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.



Apakah makna pengarahan dalam manajemen keperawatan? 1.



(What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat / perawat pelaksana



2.



(Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan



3.



(When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam pulang)



4.



(How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frekuensi seharusnya dikerjakan



5.



(Why) Mengapa pekerjaan itu harus dilakukan



6.



(Where) Dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing



• Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan pencapaian tujuan yang telah ditentukan.



• Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan setiap hari. • Manajer memiliki interaksi dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan tujuan berbeda yang menjadi sumber terjadinya konflik. • Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal dapat dihindari dan jika konflik dikelola dengan baik, maka dapat menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas.



Menurut Nursalam (2018), pengarahan terdiri dari 4 komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri dari: a.



Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.



b.



Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan kompleks seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas topik.



c.



Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan yang membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri.



d.



Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta yang lain.



Lanjutan..



• Komunikator  Pihak yang bertugas menyampaikan, mensosialisasikan dan juga membangun motivasi pada diri komunikan terhadap pesan atau kebijaksanaan sesuai dengan arah dan tujuan yang diharapkan. • Pesan kegiatan pengarahan  Informasi yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima (simbol verbal atau nonverbal yang memakai perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber). • Intensitas kegiatan  Banyaknya serta jumlah waktu yang digunakan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan.



Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada 5, yaitu: • Menciptakan kerja sama yang lebih efisien • Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf • Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan • Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan • prestasi kerja staf • Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis



Menurut Douglas ada 10 kegiatan, yaitu : 1. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis 2. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgent 3. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain 4. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja dengan benar dan adil 5. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir 6. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan reward and punishment yang jelas dan tegas 7. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf 8. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien maupun situasi gawat lainnya 9. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat 10.Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas layanan secara teratur dan rutin



 Coordination  Fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manager agar terdapat suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.  Motivasi  Faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan.  Komunikasi  Menurut Simmamoro, R. (2012) adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. Sehingga komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.



1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM 2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik 3. Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap 4. Menginformasikan hal – hal yang sangat penting dan berhubungan dengan ASKEP pasien 5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan 6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya 7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM yang lain 8. Mengembangkan sistem pengarahan resmi dan informal



• Aspek penting dalam pendelegasian



• Alasan pentingnya pendelegasian • Cara melakukan delegasi • Teknik pendelegasian • Jenis pendelegasian • Penyebab gagalnya pendelegasian



• Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer. • Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya. • Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.



a. Aspek Penting dalam Pendelegasian



1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya menggapai sasaran / tujuan akhir dari organisasi 2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang "berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja. 3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan – harapan yang meliputi sebagai berikut: a. Menekankan pada tercapainya hasil – hasil yang didambakan atau diinginkan pada waktu depan yang telah ditentukan (desired results). b. Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama diarahkan kepada hasil produksi. c. Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban membuat / memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin



b. Alasan Pentingnya Pendelegasian • Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas sendiri. • Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien. • Agar organisasi berjalan lebih efisien • Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan • Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan • Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan. • Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri. • Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting • Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan



c. Cara Melakukan Delegasi



• Manajer perawat / bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas – tugas yang dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai perawat / bidan klinis. • Delegasi mencakup kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas – tugas seharusnya dirangkum dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu waktu.



1. Pendelegasian Suruhan Pendelegasian suruhan berarti "kejar ini, kejar itu, kerjakan ini, kerjakan itu, dan beritahu saya ketika sudah selesai." Pendelegasian dengan cara ini banyak digunakan oleh manager karena mereka berpikir metode yang dilakukan pasti tidak akan keluar dari jalur, minim kesalahan dan sesuai dengan apa yang diinginkan. 2. Pendelegasian pengurusan Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan pada metode, memberikan secara rinci hasil yang diinginkan, bukan memberikan secara rinci apa yang harus dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan metode kepada anak buah dan membuat mereka bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian metode pengurusan memberi kepercayaan penuh kepada anak buah dan kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi dari motivasi manusia. Kepercayaan menghasilkan yang terbaik dari diri manusia.



• Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan • Atasan tidak ingin mengambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal dalam menjalankan wewenangnya • Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya • Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan • Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang sudah diterima • Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas-tugas dengan benar dan dikatakan gagal



MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN “Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan”



DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 TINGKAT III A : TISA PAULA DEBRINA AOME



C1814201044



VITALIA PALLUNAN



C1814201045



WEWEN TARANDA



C1814201046



YENI DOYAWILDA



C1814201047



YOHANES LEONARDO MAHON AMURDI



C1814201049



YUDA FRANTINO RA’BA



C1814201050



YUSTINA CICI FAUDIN



C1814201051



YUSTINA RANDA BALUDUNG



C1814201052



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AKADEMIK 2020/2021



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



1



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan”. Semoga makalah yang kami buat ini dapat berguna bagi kami sendiri dan orang lain, guna memperluas wawasan ilmu dan meningkatkan prestasi dalam belajar. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Akhir kata tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk bisa jadi evaluasi yang berguna sehingga dapat belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.



Makassar, Maret 2021 Kelompok 5



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



2



DAFTAR ISI SAMPUL JUDUL KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 6 C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 7 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 8 A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian ............................................................ 8 B. Indikator Mutu Asuhan Keperawatan ................................................................ 14 C. Jenis Pengendalian Ruang Rawat ...................................................................... 18 D. Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat ......................... 20 BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 31 A. Kesimpulan ......................................................................................................... 31 B. Saran ................................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi, pasar bebas dunia, peningkatan pendapatan ekonomi per kapita, perubahan suhu politik dalam maupun luar negeri, kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan akses terhadap media menyebabkan masyarakat dapat memperluas wawasan dan persepsi mereka tentang pelayanan kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan kesehatan membuat kemampuan masyarakat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar terhadap profesionalisme



profesinya



ketika



masyarakat



menggunakan



dan



memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki pelayanan yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna. Menurut Azrul Azwar (1988), dalam upaya mencapai pelayanan yang paripurna tersebut maka Rumah Sakit perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain: (1) mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan perubahan dan kebutuhan yang spesifik, (2) menerapkan manajemen strategis secara



konkrit, (3)



mendayagunakan dan mengembangkan



pengetahuan dan kemampuan tenaganya, termasuk tenaga keperawatan dan (4) memanfaatkan pendapatan sendiri untuk memperoleh kemandirian dan kesinambungan (Azwar, 1988). Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pelayanan kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang paripurna bersifat komprehensif dan holistik. Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



4



peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media berpotensi memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang mereka harapkan tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi harapan dan tuntutan publik. Menanggapi dan mensikapi perubahan wawasan, persepsi dan tuntutan masyarakat ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan harus berbenah untuk mengantisipasi meningginya tuntutan serta harapan dari masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan. Menurut UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan



ditujukan



kepada



individu,



keluarga,



kelompok,



atau



masyarakat, baik sehat maupun sakit. Menurut Gilles (1994), keberadaan perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Menurut Nursalam (2008), keperawatan sebagai pelayanan yang professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



5



dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008). Pelayanan keperawatan selalu berusaha menciptakan pelayanan asuhan keperawatan yang baik serta mampu menghadapi berbagai macam perubahan serta tuntutan masyarakat. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang paripurna memerlukan manajemen bangsal yang baik dan terencana. Salah satu perencanaan manajemen bangsal adalah dengan adanya penambahan tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Namun, penambahan jumlah dari tenaga keperawatan akan berbanding lurus dengan cost yang harus dikeluarkan Rumah Sakit untuk anggaran kesejahteraan dan operasional pelaksanaan. Keadaan seperti ini dibutuhkan upaya penjaminan mutu berupa adanya standar pelayanan keperawatan untuk mengatur agar semua pemberian pelayanan keperawatan tetap sesuai harapan dan tuntutan masyarakat. Dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan, intervensi yang diberikan mungkin akan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan. Namun, sisi profesionalisme pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap pemberian pelayanan, tidak tergantung kelas pelayanan untuk itulah diperlukan adanya suatu standar yang menjamin perlakuan tindakan keperawatan tetap terjaga mutunya walaupun berbeda kelas pelayanan. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam disiplin keperawatan kurang diterapkan dalam praktik keperawatan untuk menjamin mutu. Padahal semua menyadari bahwa hasil-hasil penelitian yang ada dapat dijadikan sebagai suatu rujukan standar mutu sehingga dapat menjamin kualitas pelayanan.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian ?



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



6



2. Bagaimana Indikator Mutu Asuhan Keperawatan ? 3. Bagaimana Jenis Pengendalian Ruang Rawat ? 4. Bagaimana Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat?



C. Tujuan Penulisan Diharapkan setelah membaca makalah kami, pembaca dapat : 1. Memahami Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian. 2. Memahami Indikator Mutu Asuhan Keperawatan. 3. Memahami Jenis Pengendalian Ruang Rawat. 4. Memahami Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat.



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



7



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan sistem pengendalian manajemen meliputi: 1. Komponen Operasi Yang Terpasang Secara Terus Menerus Pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian manajemen bukanlah suatu sistem terpisah dalam suatu organisasi, melainkan harus dianggap sebagai bagian integral dari setiap sistem yang dipakai manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya. Pengendalian intern dapat disebut pula pengendalian manajemen yang terpasang dalam organisasi sebagai bagian dari sarana prasarana organisasi guna membantu manajemen menjalankan organisasi dan mencapai tujuannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa penerapan mekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya pemodifikasian sistem pengendaliannya yang berjalan secara terus menerus. 2. Pengendalian Manajemen Dipengaruhi Oleh Manusia Dalam kenyataan sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki pedoman (manual) sistem pengendalian manajemen yang baik, namun tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga pengendalian manajemen yang telah dirancang tersebut tidak memberikan kontribusi positif bagi organisasi. “A man behind the gun” adalah istilah yang cocok dengan faktor ini. Sistem pengendalian manajemen dapat berjalan efektif



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



8



jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh manusia. Tanggung jawab berjalannya sistem pengendalian manajemen sangat tergantung pada manajemen. Manajemen menetapkan tujuan, merancang dan



melaksanakan



mekanisme



pengendalian,



memantau



serta



mengevaluasi pengendalian. Dengan demikian, seluruh pegawai dalam organisasi memegang peranan penting untuk mencapai dilaksanakannya sistem pengendalian manajemen secara efektif. Karakter dan motivasi manusia memegang peranan penting dalam membangun suatu sistem pengendalian manajemen yang efektif. 3. Memberikan Keyakinan Yang Memadai, Bukan Keyakinan Yang Mutlak Perancangan suatu sistem pengendalian manajemen didasarkan pada pertimbangan biaya–manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan dan pengoperasian suatu pengendalian manajemen dalam suatu organisasi, sistem itu tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak agar tujuan



organisasi



dapat



tercapai.



Faktor-faktor



dari



luar



yang



mempengaruhi manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam mencapai tujuannya. Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, dan adanya kolusi adalah contoh faktor–faktor yang dapat menghalangi pencapaian tujuan organisasi sebagaimana yang diinginkan. Dengan demikian, pengendalian manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai, tidak mutlak dalam mencapai tujuan organisasi. 4. Konsep Dasar Pengendalian a. Pengertian Pengendalian Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan pengontrolan adalah “Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



9



prinsip-prinsip yang ditentukan”. Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspons dengan cepat dengan cara duduk bersama. Menurut Mockler (1984), pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan. Fungsi Pengendalian dalam manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan



dan



berfungsi



untuk



menjamin



kualitas



serta



mengevaluasi penampilan kerja. Hal ini selaras dengan besarnya beban tanggung jawab seorang manajer puncak mendapat porsi beban yang sama besar antara fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian. Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja.



b. Prinsip Pengawasan Dan Pengendalian Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan pengembangan fungsi pengawasan : 1) Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



10



dimengerti oleh staf, Hasilnya dapat diukur 2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting untuk meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai dengan baik 3) Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan kepada semua staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer sebagai bahan pertimbangan memberikan reward kepada mereka yang mampu bekerja professional



c. Manfaat Pengawasan Manfaat pengawasan dalam manajemen yaitu : 1) Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf dalam kurun waktu tertentu 2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang melaksanakan tugas 3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah digunakan dengan tepat dan efisien 4) Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan 5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)



d. Karakteristik Pengawasan Yang Baik Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan berhasil bila mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini: 1) Menggambarkan kegiatan sebenarnya 2) Melaporkan kesalahan dengan tepat 3) Berpandangan ke depan 4) Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting 5) Bersifat obyektif



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



11



6) Bersifat fleksibel 7) Menggambarkan pola kegiatan organisasi 8) Bersifat ekonomis 9) Bersifat mudah dimengerti 10) Menunjukkan kegiatan perbaikan.



e. Langkah-Langkah Pengendalian/Pengontrolan Supaya kegiatan pengendalian/pengontrolan dapat berjalan secara efektif, seorang manajer harus memperhatikan langkah-langkah pengendalian. Berikut ini adalah langkah-langkah pengendalian atau pengontrolan : 1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja 2) Melakukan pengukuran prestasi kerja 3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar 4) Mengambil tindakan korektif



5. Tujuan Pengendalian Secara singkat fungsi pengendalian untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan di bandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik. Untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup pencegahan pengendalian manajemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa perancangan suatu sistem pengendalian maupun pengendalian yang bersifat pendeteksian. a. Diperolehnya keterandalan dan integritas informasi Di era globalisasi ini sistem informasi menjadi begitu penting



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



12



bagi organisasi dalam rangka menyikapi perubahan yang serba cepat atas perubahan kondisi dan lingkungan yang ada dan meningkatnya kecanggihan sarana teknologi informasi. Tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk mempertahankan keterandalan dan integritas sistem informasih yang penting dalam pengambilan keputusan b. Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang berlaku Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peratuan dan ketentuan yang berlaku dapat dicapai melalui sistem pengendalian manajemen. Kegagalan ketaatan pada kebijakan dan ketentuan yang berlaku dapat membahayakan usaha koordinasi yang dirancang dalam suatu sistem pengendalian c. Melindungi aset organisasi Pada



umumnya



diimplementasikam



pengendalian



dirancang



dan



untuk melindungi aset organisasi. Contoh



pengendalian tersebut adalah dikuncinya pintu gudang penyimpanan barang,



digunakannya



pasword



computer,



dibagunnya



pagar,



ditempatkannya aset berharga pada tempat yang tidak mudah diakses orang yang tidak berhak/berwenang. d. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong organisasi menerapkan prinsip ekonomis dan efisiensi. Prinsip yang diterapkan bagi manajemen organisasi adalah memperoleh keluaran atau hasil yang maksimal dengan pengeluaran tertentu atau mencapai hasil tertentu dengan biaya yang minimal. Standar operasi seharusnya memberikan kriteria pengkuran untuk menilai tingkat perekonomian den efisiensi. Tujuan pengendalian dapat dikategorikan bagi kepentingan pihak manajemen dan pegawai organisasi. oleh karena



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



13



manajemen organisasi berusaha mencapai visi dan misi organisasninya dan memberikan akuntanbilitas atas kegiatan yang telah dilaksanakan, maka



manajemen



perlu



secara



terus



menerus



menilaindan



mengevaluasi sistem pengendalian telah dirancang dan beroperasi secara baik, dimutakhirkan secara tepat untuk mengantisipasi perubahan kondisi dan lingkungan, dan pada akhirnya untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi.



B. Indikator Mutu Asuhan Keperawatan 1. Indikator mutu pelayanan keperawatan : a. Keselamatan Pasien (Patien Safety) Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain. b. Keterbatasan Perawatan Diri Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk. c. Kepuasan Pasien Salah



satu



indikator



penting



lainnya



dari



pelayanan



keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya



kebutuhan



pasien/keluarga



terhadap



pelayanan



keperawatan yang diharapkan. d. Kecemasan



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



14



Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang masih ada setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik. e. Kenyamanan Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan menyakitkan. f. Pengetahuan Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya diimplementasikan dalam program discharge planning. Discharge planing adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain diluar rumah sakit.



2. Indikator Mutu Asuhan Keperawatan : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan "Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit". Standar Asuhan Keperawatan menurut Departemen Kesehatan meliputi enam standar yaitu: a. Pengkajian keperawatan, b. Diagnosa keperawatan, c. Perencanaan keperawatan, d. Intervensi keperawatan,



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



15



e. Evaluasi keperawatan, dan f. Catatan asuhan keperawatan. Dalam melaksanakan intervensi keperawatan terdapat 14 kebutuhan pasien yang harus mendapat perhatian perawat yaitu : a. Memenuhi kebutuhan oksigen b. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangan cairan serta elektrolit c. Memenuhi kebutuhan eliminasi d. Memenuhi kebutuhan keamanan e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan f. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur g. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani h. Memenuhi kebutuhan spiritual i. Memenuhi kebutuhan emosional j. Memenuhi kebutuhan komunikasi k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan n. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi. Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses dan outcome system pelayanan rumah sakit tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS. a. Aspek struktur (input) Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi : 1) M1 (tenaga),



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



16



2) M2 (sarana prasarana), 3) M3 (metode asuhan keperawatan), 4) M4 (dana), 5) M5 (pemasaran), dan lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur system RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelyanaan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen struktur. b. Proses Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang mengadakan interkasi secara profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan. c. Outcome Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain terhdaap pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi : 1) Angka infeki nosokomial : 1-2% 2) Angka kematian kasar: 3-4% 3) Kematian pasca bedah: 1-2% 4) Kematian ibu melahirkan: 1-2% 5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000 6) NDR (Net Death Rate): 2,5% 7) ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal: 1/5000 8) PODR (Post-Operation Death Rate) : 1% 9) POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



17



Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS : 1) Biaya per unit untuk rawat jalan 2) Jumlah penderita yang mengalami decubitus 3) Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur 4) BOR (Bed Occupancy Ratio) : 70-85% Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus : (jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100% (jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode) 5) BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/tahun 6) TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong 7) LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosokomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien) 8) Normal tissue removal rate: 10%



C. Jenis Pengendalian Ruang Rawat Jenis-Jenis Pengendalian : 1. Pengendalian Pencegahan (Preventive Controls) Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu terjadi. Pengendalian pencegahan



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



18



berjalan efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan perannya. Contoh pengendalian pencegahan meliputi: kejujuran, personel yang kompeten, pemisahan fungsi, review pengawas dan pengendalian ganda. Pengendalian pencegahan jauh lebih murah biayanya dari pada pengendalian pendeteksian atau korektif. Ketika dirancang ke dalam sistem, pengendalian pencegahan memperkirakan kesalahan yang mungkin terjadi sehingga mengurangi biaya perbaikannya. Namun demikian, pengendalian pencegahan tidak dapat menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kecurangan sehingga masih dibutuhkan pengendalian lain untuk melengkapinya. 2. Pengendalian Deteksi (Detective Controls) Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi. Pengendalian deteksi biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap dibutuhkan dengan alasan: Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur efektivitas pengendalian pencegahan. Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan sehingga harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika kesalahan tersebut terjadi. Pengendalian deteksi meliputi reviu dan pembandingan. 3. Pengendalian Koreksi (Corrective Controls) Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Masalah atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh auditor. Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor, maka wujud pengendalian koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari rekomendasi auditor. 4. Pengendalian Pengarahan (Directive Controls)



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



19



Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku. Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor terhadap aktivitas pekerja. 5. Pengendalian Kompensatif (Compensating Controls) Pengendalian pengendalian



kompensatif



karena



dimaksudkan



terabaikannya



suatu



untuk



memperkuat



aktivitas



pengendalian.



Pengawasan langsung pemilik usaha terhadap kegiatan pegawainya pada usaha kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi merupakan contoh pengendalian kompensatif.



D. Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat 1. Audit Audit merupakan penilaian/evaluasi dari pekerjaan yang telah dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. Peralatan atau instrumen yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan bukti dan untuk mengevaluasi apakah standar yang telah ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik atau belum. Terdapat tiga kategori audit keperawatan, berikut ini uraian dari ketiga kategori tersebut : a. Audit Struktur adalah audit yang berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan (termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medic); serta pelanggan (internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan menggunakan cek list. b. Audit



Proses



merupakan



pengukuran



pelaksanaan



pelayanan



keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan telah



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



20



tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat restropektif, concurrent, atau peer review. Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Preview adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan. c. Audit Hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum dapat berupa BOR, aLOS, TOI, angka infeksi nosokomial (NI) dan angka dekubitus. Pada ruang perawatan yang menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP), pengendalian dapat diukur dalam bentuk kegiatan pengukuran yang menggunakan indikator umum, indikator mutu pelayanan, indikator pasien dan SDM seperti berikut ini : 1) Indikator mutu umum : a) Penghitungan lama hari rawat (BOR) b) Penghitungan rata-rata lama di rawat (ALOS) c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI) 2) Indikator mutu pelayanan keperawatan : a) Keselamatan pasien (patien safety) b) Keterbatasan perawatan diri. c) Kepuasan pasien d) Kecemasan e) Kenyamanan f) Pengetahuan 3) Kondisi Pasien :



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



21



a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan b) Survey masalah baru c) Kepuasan pasien dan keluarga d) Penilaian kemampuan pasien dan keluarga 4) Kondisi SDM : a) Kepuasan tenaga kesehatan : perawat, dokter b) Penilaian kinerja perawat



2. Pelayanan Keperawatan Menurut Undang-undang No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi (Craven & Hirnle, 2000). Pelayanan



keperawatan



prima



adalah



pelayanan



keperawatan



profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



22



kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi. Pada proses pngembangan budaya pelayanan keperawatan prima, Gultom (2006) mengembangkan pelayanan keperawatan prima dengan menyelaraskan faktor-faktor. Ability (kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan), Attention (perhatian), Action (tindakan), Accountability (tanggung jawab). a. Kemampuan (Ability) Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang keperawatan yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan dengan tenaga kesehatan lain. Perawat harus mempunyai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih lagi pada saat ini ketika perawat dituntut untuk menjadi seorang profesional. Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan hanya sebatas bidang keperawatan tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas dari perawat sangat berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional. Menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil apabila telah dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan benarnya



perawat



dalam



memberikan



pelayanan



keperawatan



mengacu pada dasar pendidikannya dan standar keperawatan. Akan tetapi, keterampilan seorang perawat bukan hanya tergantung dari tingginya pendidikan yang diterimanya, tapi pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan juga sangat berpengaruh (Zulkifli, 1999).



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



23



b. Sikap (Attitude) Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien. Pada proses memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap sebagai media penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif, penuh kesabaran dan tidak mengada-ada dan tepat waktu. Pada proses memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut harus dimiliki oleh seorang perawat karena sikaf perawat juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap perawat.



c. Penampilan (Appearance) Penampilan perawat baik berupa fisik maupun nonfisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Penampilan seseorang merupakn salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat dapat



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



24



mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mecerminkan kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi citra pasien.



d. Perhatian (Attention) Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi orang lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat proses penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan sembuhnya kejiwaan maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.



e. Tindakan (Action) Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta



sesuai



dengan kompetensi



dan



kewenangan yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan keperawatan, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



25



diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai dengan standar keperawatan dapat menjamin bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga berkualitas.



f. Tanggung jawab (Accountability) Tanggung jawab adalah suatu sikaf keberpihakan kepada pasien sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan



kerugian



atau



ketidakpuasan



pasien.



Perawat



merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan berinteraksi langsung dengan pasien, baik itu klien sebagai individu, keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik keperawatan itu sendiri., yaitu: perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman.



3. Standar Mutu Pelayanan Keperawatan Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsur pelayanan kesehatan, standar dalam program menjaga mutu secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



26



a. Standar Pelayanan Minimal Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar persyaratan minimal terdiri dari : 1) Standar Masukan (stuktur) Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan



yang



diperlukan



untuk



dapat



menyelenggarakan



pelayanan kesehatan yang bermutu terdiri dari : a) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana; b) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana; c) Jumlah dana (modal); Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika standar masukan merujuk pada sarana dikenal dengan nama standar sarana (standard of facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, standar masukan tersebut haruslah dapat ditetapkan. 2) Standar Lingkungan Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang diperlukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari : a) Garis-garis besar kebijakan (policy); b) Pola organisasi (organization); c) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan; Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar organisasi



dan



manajemen



(standard



organization



and



management). Sama halnya dengan masukan, untuk dapat



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



27



menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, maka standar lingkungan harus ditetapkan. 3) Standar Proses Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari : a) Tindakan medis; b) Tindakan non medis; Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar of conduct). Pada dasarnya baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya standar proses. b. Standar Penampilan Minimal Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan layanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran, atau populer dengan sebutan standar penampilan (standar of performance). Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasi atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.



Standar



keluaran



berupa



penampilan



aspek



medis



dan penampilan aspek non medis. Mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas kewajaran dapat diketahui dengan membandingkan pada standar keluaran yang ditetapkan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



28



kesehatan maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara



obyektif



serta



berkesinambungan.



Bila



ditemukan



penyimpangan,perlu segera diperbaiki. Pada proses pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas. Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator yang sesuai, yang secara umum dapat dibedakan pula atas empat macam yaitu indikator masukan, proses, lingkungan serta keluaran. Dalam praktik sehari-hari, sekalipun indikator mutu pelayanan kesehatan sebenarnya hanya merujuk pada indikator keluaran, namun karena pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur lingkungan



dan proses,



menyebabkan ukuran pelayanan kesehaatan bermutu sering dikaitkan pula dengan ketiga indikator tersebut. Dengan perkataan lain, indikator masukan, proses, serta lingkungan yng sebenarnya lebih merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, turut diperhitungkan pada waktu membicarakan mutu pelayanan kesehatan. Kegiatan



dalam



mendukung



pencapaian



mutu



pelayanan



kesehatan, keperawatan sebagai bagian yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan juga memiliki andil dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu. Upaya pemantauan yang berkesinambungan diperlukan untuk menilai mutu pelayanan keperawatan di sarana kesehatan. Program pengendalian mutu yang menunjang tercapainya pelayanan keperawatan yang efisien dan efektif di sarana kesehatan . Sehingga diperlukan standar mutu dalam pelayanan keperawatan yang terdiri dari : 1) Struktur a) Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



29



keperawatan di sarana kesehatan. b) Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan. c) Adanya standar pelayanan keperawatan. d) Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu. e) Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan. f) Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan kualitas. 2) Proses a) Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang dipilih. b) Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit keperawatan/ supervise keperawatan, Gugus Kendali Mutu, survey kepuasan pasien, keluarga/petugas, presentasi kasusdan ronde keperawatan. c) Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi pengendalian mutu. d) Menyusun upaya tindak lanjut. 3) Hasil a) Adanya dokumen hasil pengendalian mutu. b) Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut. c) Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan petugas. d) Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan. e) Menurunya



angka



kejadian



komplikasi



sebagai



akibat



pmberian asuhan keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumia, pneumia orthostatic, infeksi nasokomial, drop foot.



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



30



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja. Pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi.



B. Saran Apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan mohon dimaafkan, kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dari pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya dan kami ucapkan terima kasih.



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



31



DAFTAR PUSTAKA



Rogers, K.A. (2000). Transition Management as an Intervention for Survivor Syndrome.



Canadian



Journal



of



Nursing



Leadership;



Nov/Dec:



13



(4)



[http://www.nursingleadership.net/NL134/NL134KRogers.html] Astuti, Endri. Jenis Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan. Diakses tanggal 22 Maret 2021. http://mutupelayanankesehatan.net/publikasi/artikel/19-headline/1272jenis-jenis-indikator-mutu-pelayanankeperawatan Nursalam, 2011. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional, ed.3, Jakarta: Salemba Medika . Basuki, Duwi. 2018. Buku Ajar Manajemen Keperawatan Untuk Mahasiswa Dan Praktisi. Edisi Pertama, Sidoarjo : Indomedia Pustaka. Mugianti, Sri. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Cetakan Pertama, Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK. Priyono. 2014. Pengantar Manajemen. Sidoarjo : Zifatama Publisher. Indartono, Setyabudi. 2016. Pengantar Manajemen : Character Inside. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta. Sarinah & Mardalena. 2017. Pengantar Manajemen. Cetakan Pertama, Yogyakarta : Deepublish (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA). https://saidnazulfikar.files.wordpress.com/2011/10/system-pengendalian-manajemenbpkp_spm_.pdf Diakses Pada Tanggal 22 Maret 2021 Pukul 09.00 WITA.



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



32



Nursalam, 2014. Manajeman Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi Ke 4 Penerbit : Salemba Medika. Jakarta UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. UU No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Satrianegara, M. Fais. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika. Wijono, Dj. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan Aplikasi. Volume 2. Cetakan Kedua. Surabaya. Airlangga Unniversity Press. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993.



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



33



ASUHAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN



DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 TINGKAT 3B : 1. ELISABET GANUR



( C1814201065 )



2. HABRIELA SANDA NARI



( C1814201070 )



3. GRESELA ANJELI PATTIKAYHATU



( C1814201072 )



4. LITVINDA DIS



( C1814201077 )



5. MARGARET KRISTIANTI BR. SILABAN ( C1814201080 ) 6. MARIA C.F YAMLEAN



( C1814201082 )



7. MEYLINDA PAEMBONAN



( C1814201086 )



8. PRICILIA LEKATOMPESSY



( C1814201091 )



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul ” Asuhan dan pelayanan keperawatan” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas dari dosen pengampuh pada mata kuliah Manajemen keperawatan. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan Tentang Asuhan dan pelayanan keperawatan bagi para pembaca dan juga penulis.



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Masalah BAB II PEMBAHASAN A. konsep dasar dan tujuan pengendalian B. Indicator mutu asuhan keperawatan C. Jenis pengendalian ruang rawat D. Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan tidak terlepas dari andil sebuah rumah sakit sebagai institusi yang ditunjuk sebagai wadah yang melayani atau memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang sangat kompleks, karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja, terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian. Rumah Sakit (RS) adalah salah satu bentuk organisasi yang kegiatannya memberikan pelayanan yang baik, berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. (Suryadi,1999). Pelayanan keperawatan merupakan inti dari suatu pelayanan kesehatan termasuk di Rumah Sakit. Gillies (1998), menjelaskan bahwa 40-60% pelayanan di Rumah Sakit merupakan pelayanan keperawatan. Sebagai pelaksana dan pengelola pelayanan, perawat harus mampu mengembangkan bentuk pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya secara berkesinambungan. Perawat adalah salah satu unsur vital dalam rumah sakit, perawat, dokter dan pasien merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Perawat sebagai bagian yang penting dari Rumah Sakit, dituntut memberikan perilaku membantu, dalam rangka membantu pasien untuk mencapai kesembuhan. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien akan terabaikan, karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien. Asuhan keperawatan harus diberikan kepada klien secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang baik dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan profesional yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien diperlukan perawat yang kompeten dalam bidang tersebut. Kompetensi itu menunjukkan bahwa perawat profesional memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan. Bentuk asuhan keperawatan tersebut harus memenuhi beberapa fungsi seperti caregiver, advocate, teacher, communicator/counselor, scholar, collaborator, ethicist, researcher, manager, facilitator, decision maker dan user of technology.



Proses keperawatan ini membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi yang baik. Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses keperawatan seseorang perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal, teknis dan kolaborasi dengan profesi lain. Langkah-langkah kegiatan pada proses keperawatan yang digambarkan oleh Gillies (1998) mirip dengan langkah-langkah yang dilakukan pada proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan memerlukan penanganan yang berbeda-beda dengan demikian bila proses keperawatan dilakukan dengan baik, maka akan mengatasi sebagian masalah manajemen pada ruang rawat inap.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengendalian ? 2. Indicator mutu asuhan keperawatan 3. Jenis pengendalian ruang rawat 4. Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat



C. Tujuan masalah 1. Untuk mengetahui Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengendalian ! 2. Untuk mengetahui Indicator mutu asuhan keperawatan! 3. Untuk mengetahui Jenis pengendalian ruang rawat ! 4. Untuk mengetahui Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat!



BAB 11 PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian



1. Konsep Dasar Pengendalian Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan system pengendalian manajemen meliputi :



a) Komponen operasi yang terpasang terus menerus Pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian manajemen bukanlah suatu system terpisah dalam suatu organisasi, melainkan dianggap sebagai bagian integral setiap system yang dipakai manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya. Pengendalian intern dapat disebut pula pengendalian manajemen yang terpasang dalam organisasi sebagai bagian dari sarana prasarana organisasi guna membantu manajemen



menjalankan



organisasi



dan



mencapai



tujuan.



Dengan



demikian



perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa penerapan mekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya pemodifikasikan system pengendaliannya yang berjalan secara terus menerus. b) Pengendalian manajemen dipengaruhi oleh manusia Dalam kenyataan sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki pedoman (manual) system pengendalian manajemen yang baik, namun tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Sehingga pengendalian manajemen yang telah dirancang tersebut tidak memberikan kontribusi positif bagi organisasi. “A man behind the gun” adalah



istilah yang cocok dengan faktor ini. System pengendalian manajemen dapat berjalan efektif jika dilaksanakan dengan sunguh-sunguh oleh manusia. Tanggung jawab berjalannya system pengendalian manajemen sangat tergantung pada manajemen. Manajemen menetapkan tujuan, merancang dana melaksanakan mekanisme pengendalian, memantua serta mengevalsuasi pengendalian. Dengan demikian, seluruh pegawai dalam organisasi memegang peran penting untuk mecapai system pengendalian manajemen yang efektif. Karakter dan motivasi manusia memegang peran penting dalam membangun suatu system pengendalian manajemen yang efektif. c) Memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang mutlak. Perancangan suatu system pengendalian manajemen didasrkan pada pertimbangan biaya-manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan dan pengoperasian suatu pengendalian manajemen dalam suatu organisasi, system ini tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak agar tujuan organisasi dapat tercapai. Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam mencapai tujuannya. Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, adalah contoh faktor-faktor yang dapat menghalangi pencapaian tujuan organisasi sebagimana yang diinginkan. Dengan demikian, pengendalian manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai, tidak mutlak dan dapat mencapai tujuan organisasi. 2. Tujuan Pengendalian Secara singkat fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup usaha pencagahan pengendalian terjadinya suatu deviasi atau penyimpangan. System pengendalian manajemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa perencangan suatu system maupun pengendalian yang bersifat pendektesian.



a) Diperolehnya integarasi informasi



Di era globalisasi ini, system informasi menjadi begitu penting bagi organisasi dalam rangka mensikapi perubahan yang serba cepat atas perubahn kondisi dan lingkungan yang ada dan meningkatnya kecanggihan sarana teknologi informasi. tujuan dari pengendalian manajemen adalh untuk mempertahankan integritas system informasi yang penting dalam pengambilan keputusan. b) Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan yang berlaku Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peratura, dan ketentuan yang berlaku dapat dicapai melalui system pengendalian manajemen. Kegagalan ketaatan pada kebijakan dan ketentuan yang berlaku dapat membahayakan usaha koordinasi yang dirancang dalam suatu system pengendalian.



c) Melindungi aset organisasi Pada umumnya pengendalian dirancang dan diimlementasikan untuk melindungi aset organisasi. Contoh pengendalian tersebut adalah dikuncinya pintu gedung penyimpanan



barang,



direkrutnya



satpam,



digunakannya



password



computer,



dibangunnya pagar, ditempatkannya aset berharga pada tempat yang tidak mudah diakses orang yang tidak berhak/berwenang.



d) Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong organisasi menerapkan prinsip ekonomis dan efisien. Prinsip yang diterapkan bagi manajemen organisasi adalah memperoleh keluaran atau hasil tertentu dengan biaya yang minimal. Standar operasi seharusnya memberikan kriteria pengukuran untuk menilai tingkat keekonomian dan eisiensi. Tujuan pengendalian dapat dikategorikan bagi kepentingan pihak manajemen dan pegawai organisasi. Oleh karena manajeman organisasi berusaha mencapai visi dan misi organisasinya dan memberikan akutabilitas atas kegiatan yang telah dilaksankannya, maka manajemen perlu secra terus menerus menilai dan mengevaluasi system pengendalian manajemen untuk memastikan bahwa system pengendalian telah dirancang dan beroperasi



secara baik, dimutakhirkan secara tepat untuk mengantisipasi perubahan kondisi dan lingkungan, dan pada akhirnya untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi.



B. Indikator Pengarahan Yang Baik Dan Indikator Pengendalian Mutu Asuhan Keperawatan



1. Indikator Pengarahan yang baik: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut :



a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalahmasalah organisasi. b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal, buklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan. c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman,



majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak dibaca. d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektifitasnya. e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada pimpinan. 2. Indikator Pengendalian Mutu Asuhan Keperawatan a. Keselamatan pasien (patien safety) Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain. b. Keterbatasan perawatan diri. Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk. c. Kepuasan pasien Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan



tercapai



bila



terpenuhinya



kebutuhan



pasien/keluarga



terhadap



pelayanan



keperawatan yang diharapkan. d. Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang masih ada setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik. e. Kenyamanan Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan menyakitkan f. Pengetahuan Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya diimplementasikan dalam program discharge planning. Discharge planing adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain diluar rumah sakit.



C. Pengendalian Keperawatan Di Ruang Inap Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan. Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Setiadi, 2019) Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manajer keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian : 1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.



2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf. Dalam melaksanakan penilaian kinerja, manajer perlu menetapkan orang yang bertanggung jawab mengevaluasi setiap staf. Idealnya supervisor mengevaluasi rekan terdekatnya, dimana satu orang mengevaluasi kerja rekannya secara akurat. Staf harus dilibatkan dalam proses penilaian kinerja dan memandang penilaian ini sebagai hal yang akurat dan adil. D. Mutu Pelayanan Keperawatan a. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan dengan menyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman, dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen (Morgan, 2007). Menurut Depkes RI (2010), mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk kebutuhan dan keinginan pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif, dan menghasilkan customer responsiveness. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pasien walaupun merupakan nilai subyektif, tetapi tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan. Khususnya mengenai penilaian performance pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal ini berhubungan dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan dan kepercayaan dengan memperhatikan



privacy pasien (Foster, 2005). b. Dimensi Mutu Pelayanan Menurut Lebouf (2007), ada lima dimensi mutu pokok yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan tentang mutu pelayanan yang meliputi: 1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. 2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan/ pasien. 3. Assurance (keyakinan/ jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap produk/ jasa secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, ketrampilan dalam memberikan informasi, kemampuan di dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan di dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi: a) Kompetensi, artinya ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan. b) Kesopanan,



yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para



karyawan. c) Kredibilitas, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya. 4. Emphaty (empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi: a. Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan.



b. Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. c. Pemahaman



kepada



pelanggan,



meliputi



usaha



perusahaan



untuk



mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan 5. Tangibles (Berwujud), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan yaitu (Wijono, 2008): 1. Perilaku tenaga medis dalam melakukan pelayanan kesehatan 2. Fungsi terapi a) Konsultasi/ pemberian keterangan tentang penyakit yang diderita b) Pencegahan c) Tenggang rasa d) Perawatan lebih lanjut e) Kebijakan manajemen 3. Fungsi perawatan a. Nyaman dan menyenangkan b. Adanya perhatian yang baik c. Bersikap sopan d. Tanggap terhadap keluhan pasien e. Kebijakan manajemen 4. Sarana dan prasarana



a. Adanya tempat perawatan b. Mempunyai tenaga dokter spesialis c. Mempunyai tenaga dokter d. Fasilitas perkantoran yang lengkap Sedangkan menurut Leboeuf (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan ialah: 1) Kompetensi/ kemampuan yang terkait dengan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan pemberi pelayanan 2) Akses atau keterjangkauan pelayanan 3) Efektivitas 4) Hubungan antar manusia, merupakan interaksi pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien atau antar sesama tenaga kesehatan / hubungan atasan- bawahan yang menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas memberi perhatian 5) Efisiensi 6) Kesinambungan pelayanan kesehatan 7) Keamanan 8) Kenyamanan dan kenikmatan 9) Informasi 10) Ketepatan waktu 11) Keandalan yang mencakup dua hal pokok yaitu: konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya 12) Daya tanggap, yaitu suatu sikap tanggap para karyawan melayani saat dibutuhkan pasien 13) Kemampuan, yaitu memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu 14) Mudah dihubungi dan ditemui 15) Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dengan bahasa



yang dapat mereka pahami serta selalu mendengarkan keluhan pelanggan. d. Mutu Asuhan Keperawatan Rawat Inap Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan khusus pasien. Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi: mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang optimal, apabila kondisinya berubah kualitas tindakan keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke keadaan normal (Nursalam, 2006). Mutu



pelayanan



asuhan



keperawatan



sebenarnya



merujuk



kepada



penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna pula mutu/kualitasnya (Bacal, 2007). Schroder



menyatakan



bahwa



saat mendefinisikan



kualitas



asuhan



keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para perawat, serta cara mereka mengorganisasi asuhan keperawatan tersebut. Intinya, latar belakang pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang berlatar belakang pemberian keperawatan primer. (Marr, 2011). Menurut Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara lain: 1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan 2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif 3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan 4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan 5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan tata nilai masyarakat.



BAB 111 PENUTUP A. Kesimpulan Pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian manajemen bukanlah suatu system terpisah dalam suatu organisasi, melainkan dianggap sebagai bagian integral setiap system yang dipakai manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa penerapan mekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya pemodifikasikan system pengendaliannya yang berjalan secara terus menerus. Keselamatan pasien (patien safety) Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus



dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain. Keterbatasan



perawatan diri. Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk. Kepuasan pasien Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan. Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang masih ada setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik. Kenyamanan, Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan menyakitkan PengetahuanIndikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya diimplementasikan dalam program discharge planning.



B. Saran Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang asuhan dan pelayanan keperawatan agar menjadi pedoman kita sebagai perawat.



DAFTAR PUSTAKA



1. https://www.academia.edu/36072805/konsep_konsep_dasar_sistem_pengendalian_m anajemen Diakses Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 08:43 WIB 2. https://saidnazulfikar.files.worrdpress.com/2011/10/system-pengendalianmanajemen-bpkp_spm_pdfDiakes Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 09.00 WIB 3. https://www.academia.edu/37748594/Pengarahan_dan_Pengendalian_dalam_Manaje men_Keperawatan 4. Setiadi. (2019). Konsep Manajemen Keperawatan. Stikes Hang Tuah Surabaya, 1–30. http://www.rsaudrefram.co.id/wpcontent/uploads/2020/04/Konsep_manajemen_Keperawatan.pdf.pdf 5. Depkes Ri (2010). Profil kesehatan indonesia tahun 2009. Jakarta:Kementrian kesehatan RI



1.



Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan



DISUSUN OLEH: 1. Agatha Elmas



(C1814201105)



2. Dessy Natalia Latumenase



(C1814201113)



3. Erpin Randa



(C1814201116)



4. Min Luhulima



(C1814201136)



5. Odelia Flaviana Ezrom



(C1814201137)



6. Ratna Sari



(C1814201140)



7. Ratna Titha Nanggali



(C1814201141)



8. Rizha Septriwanti



(C1814201145)



9. Yohanes W Ekpit



(C1814201156)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIK STELLA MARIS TAHUN AJARAN 2020/2021 i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah - makalah selanjutnya.



Makassar, 22 Maret 2021



ii



DAFTAR ISI SAMPUL........................................................................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4 B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 6 C. TUJUAN .............................................................................................................. 6 BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR PENGENDALIAN ........................................................................ 7 B. TUJUAN PENGENDALIAN .................................................................................... 8 C. INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 9 D. PENGENDALIAN RUANG RAWAT ........................................................................ 13 E. JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT ............................................................... 13 F. PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT ................................................ 17 BAB III PENUTUP A. SIMPULAN ........................................................................................................... 23 B. SARAN ................................................................................................................. 23



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24



iii



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi, peningkatan pendapatan ekonomi, perubahan suhu politik dalam maupun luar negeri, kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan akses terhadap media menyebabkan masyarakat dapat memperluas wawasan dan persepsi mereka tentang pelayanan kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan kesehatan membuat kemampuan masyarakat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar terhadap profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki pelayanan yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna. Menurut Azrul Azwar (1988) dalam upaya pelayanan yang paripurna maka rumah sakit perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain: (1) Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tentutan perubahan dan kebutuhan yang spesifik, (2) Menerapkan manejemen strategis secara konkrit, (3) Mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya, termasuk tenaga keperawatan, (4) Memanfaatkan pendapatan sendiri untuk memperoleh kemandirian dan kesinambungan. Menurut UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pelayanan kesehatan yang paripurna bersifat komprehensif dan holistic. Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media berpotensi memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang mereka harapkan tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi harapan dan tuntutan public. 4



Menanggapi dan menyikapi perubahan wawasan, persepsi dan tuntutan masyarakat ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan harus berbenah untuk mengantisipasi meningginya tuntutan serta harapan dari masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan. Menurut UU No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Menurut Gilles (1994) keberadaan perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Keperawatan professional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008). Pelayanan keperawatan selalu berusaha menciptakan pelayanan asuhan keperawatan yang baik serta mampu menghadapi berbagai macam perubahan serta tuntutan masyarakat. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang paripurna memerlukan manejemen bangsal adalah dengan adanya penambahan tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Namun, penambahan jumlah dari tenaga keperawatan akan berbanding lurus dengan cost yang harus dikeluarkan rumah sakit untuk anggaran kesejahteraan dan operasionalpelaksanaan. Keadaan seperti ini dibutuhkan upaya penjaminan mutu berupa adanya standar pelayanan keperawatan untuk mengatur agar semua pemberian pelayanan keperawatan tetap sesuai harapan dan tuntutan masyarakat. Dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan, intervensi yang diberikan mungkin akan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan. Namun, sisi profesionalisme pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap pemberian pelayanan, tidak tergantung kelas pelayanan, untuk itulah diperlukan adanya suatu standar yang menjamin perlakuan tibndakan keperawatan tetap terjaga mutunya walaupun berbeda kelas pelayanan. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa hasil penelitian 5



yang dilakukan dalam disiplin keperawatan kurang diterapkan dalam praktik keperawatan untuk menjamin mutu. Padahal semua menyadari bahwa hasil-hasil penelitian yang ada dapat dijadikan sebagai suatu rujukan standar mutu sehingga dapat menjamin kualitas pelayanan. Dari fakta dan fenomena di atas kelompok tertarik untuk Menyusun sebuah makalah dengan judul “Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan”. Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca khususnya disiplin ilmu keperawatan untuk memahami mengenai konsep pengendalian mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik ke depannya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari konsep dasar pengendalian? 2. Apa tujuan pengendalian? 3. Apa indikator mutu asuhan keperawatan? 4. Apa pengertian pengendalian ruang rawat? 5. Apa jenis pengendalian ruang rawat? 6. Bagaimana proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar pengendalian. 2. Untuk mengetahui tujuan pengendalian. 3. Untuk mengetahui indikator mutu asuhan keperawatan. 4. Untuk mengetahui jenis pengendalian ruang rawat. 5. Untuk mengetahui proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat.



6



BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR PENGENDALIAN Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan sistem pengendalian manajemen meliputi: 1. Komponen Operasi yang Terpasang Secara Terus Menerus Pengendalian manejemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian manejemen bukanlah suatu sistem terpisah dalam suatu organisasi melainkan harus dianggap sebagai bagian integral dari setiap sistem yang dipakai manejemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya. Pengendalian intern dapat disebut pula pengendalian manajemenyang terpasang dalam organisasi sebagai bagian dari sarana prasarana organisasi guna membantu manajemen menjalankan organisasi danmencapai tujuannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan teknologi



yang



menghasilkan



timbulnya



gagasan



baru



berupa



penerapanmekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya pemodifikasian sistem pengendaliannya yang berjalan secara terus menerus. 2. Pengendalian Manejemen Dipengaruhi Oleh Manusia Dalam kenyataan sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki pedoman (manual) sistem pengendalian manajemen yang baik, namun tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga pengendalian manajemen yang telah dirancang tersebut tidak memberikan kontribusi positif bagi organisasi. “A Man Behind the Gun” adalah istilah yang cocok dengan faktor ini. Sistem pengendalian manajemen dapat berjalan efektif jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh manusia. Tanggung jawab berjalannya sistem pengendalian manajemen sangat tergantung pada manajemen. Manajemen menetapkan tujuan, merancangdan melaksanakan mekanisme pengendalian, memantau sertameng evaluasi pengendalian. Dengan demikian, seluruh pegawai dalam organisasi memegang peranan penting untuk mencapai dilaksanakannya sistem 7



pengendalian manajemen secara efektif. Karakter dan motivasi manusia memegang peranan penting dalam membangun suatu sistem pengendalian manajemen yang efektif. 3. Memberi Keyakinan yang Memadai Bukan Keyakinan yang Mutlak Perancangan suatu sistem pengendalian manajemen didasarkan pada pertimbangan biaya manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan dan pengoperasian suatu pengendalian manajemen dalam suatu organisasi, sistem itu tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak agar tujuan organisasi dapat tercapai. Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasidalam mencapai tujuannya. Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, dan adanya kolusi adalah contoh faktor-faktor yang dapat menghalangi pencapaian tujuan organisasi sebagaimana yang diinginkan. Dengan demikian, pengendalian manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai,tidak mutlak dalam mencapai tujuan organisasi. B. TUJUAN PENGENDALIAN Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup usaha pencegahan kemungkinan terjadinya suatu deviasi atau penyimpangan sistem pengendalian. Manejemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa perancangan suatu sistem pengendalian maupun pengendalian yang bersifat pendeteksian. 1. Diperolehnya Keterandalan dan Integritas Informasi Di era globalisasi ini, sistem informasi menjadi begitu penting bagiorganisasi dalam rangka mensikapi perubahan yang serba cepat atas perubahan kondisi dan lingkungan yang ada dan meningkatnya kecanggihan sarana teknologi informasi.



Tujuan



dari



pengendalian



manajemen



adalah



untuk



mempertahankan keterandalan dan integritas sistem informasi yang penting dalam suatu sistem pengendalian. 8



2. Kepatuhan pada Kebijakan, Rencana, Prosedur, Peraturan dan Ketentuan yang Berlaku Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang berlaku dapat dicapai melalui sistem pengendalian manajemen.Kegagalan ketaatan pada kebijakan dan ketentuan yang berlaku dapat membahayakan usaha koordinasi yang di rancang dalam suatu sistem pengendalian. 3. Melindungi Aset Organisasi Pada umumnya pengendalian dirancang dan diimplementasikan untuk melindungi aset organisasi. Contoh pengendalian tersebut adalah dikuncinya pintu gudang penyimpanan barang, direkrutnya satpam,digunakannya password komputer, dibangunnya pagar, ditempatkannya aset berharga pada tempat yang tidak mudah diakses orang yang tidak berhak atau berwenang. 4. Pencapaian Kegiatan yang Ekonomis dan Efisien Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong organisasi menerapkan prinsip ekonomis dan efisiensi. Prinsip yang diterapkan bagi manajemen organisasi adalah memperoleh keluaran atau hasil yang maksimal dengan pengeluaran tertentu atau mencapai hasil tertentu dengan biaya yang minimal. Standar operasi seharusnya memberikan kriteria pengukuran untuk menilai tingkat ke ekonomisan dan efisiensi. Tujuan pengendalian dapat dikategorikan bagi kepentingan pihak menejemen dan pegawai organisasi. oleh karena menajemen organisasi berusaha mencapai visi dan misi organisasinya dan memberikan akuntabilitas atas kegiatan yang telah dilaksanakannya, makamanajemen perlu secara terus menerus menilai dan mengevaluasi sistem pengendalian manajemen untuk memastikan bahwa sistem pengendalian telah dirancang dan beroperasi secara baik, dimutakhirkansecara tepat untuk mengantisipasi perubahan kondisi dan lingkungan dan pada akhirnya untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi. C. INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu 9



adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan. Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu pelayanan dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat terwujud apabila didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai dengan profesi. Setiap profesi kesehatan juga harus mengedepankan mutu dengan memberikan pelayanan yang optimal kepada semua pasien. Suatu asuhan keperawatan dapat dikatakan baik apabila dalam pemenuhan kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari asuhan yang baik tersebut maka akan menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua pasien. Dan akan tercapainya tingkat kepuasan pasien pada standar yang setinggi-tingginya. Mutu asuhan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan di masyarakat. Di karenakan keperawatan merupakan salah satu profesi dengan jumlah terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan puas atau tidak puas (Nursalam, 2011). Fedoroff (2006, Servqual - Zeithmal, Parasuraman, Berry dan Irawan (2006) merumuskan lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk mengukur kepuasan, yaitu: a. Tangible (Bukti Langsung) Meliputi fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi yang dapat dirasakan langsung oleh pelanggan. Dan untuk mengukur dimensi mutu ini perlu menggunakan indera penglihatan. b. Reliability (Keandalan) Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan terpercaya. Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten. Sehingga reliability mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan memberikan pelayanan seperti



10



yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu memberikan pelayanan yang tepat atau akurat. c. Responsiveness (Ketanggapan) Yaitu kesediaan/kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat. Dengan kata lain bahwa pemberi pelayanan harus responsif terhadap kebutuhan pelanggan. Responsiveness juga didasarkan pada persepsi pelanggan sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pelanggan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. d. Assurance (Jaminan Kepastian) Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuannya untuk memberikan rasa percaya dan keyakinan atas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Dan komponen dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, dan keamanan. e. Emphaty (Empati) Yaitu membina hubungan dan memberikan pelayanan serta perhatian secara individual pada pelanggannya. Indikator keperawatan dapat mengambarkan keselamatan, efektifitas dan perhatian dalam pelayanan keperawatan, yaitu: 1. Safety Kegagalan penyelamatan (kematian pada pasien dengan komplikasi pengobatan), seperti: jatuh, hospital acquired infections, hospital acquired pneumonia, dan dekubitus. 2. Effectiveness Pola dan level perawat, sepert: kepuasan perawat, dan persepsi perawat terhadap lingkungan kerja. 3. Compassion Pengalaman pasien selama dirawat, dan pengalaman pasien dalam komunikasi. Menurut Nursalam (2013) suatu asuhan keperawatan harus memiliki mutu yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah: 1. Caring 11



Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya. Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang siap tanggap dan perawat mudah dihubungi pada saat pasien membutuhkan perawatan. 2. Collaboration Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis lainnya, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Di sini perawat juga bertanggung jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien. 3. Kecepatan Suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan keperawatan. Di mana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak acuh, tetapi akan memberikan sikap baik kepada pasien. 4. Empati Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien. Tetapi perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing kepercayaan pasien. 5. Courtesy Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap netral kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga akan menghargai pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal kebaikan dan kemajuan pasien. 6. Sincerity Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat akan bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien. 7. Komunikasi Teraupetik Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka dengan perawat. 12



Mutu asuhan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat professional harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan interpersonal, melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan etik legal (Syahrudin et al, 2014). D. PENGENDALIAN RUANG RAWAT Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan (Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004). Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah: 1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur 2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi 3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf. Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk mencapai dan mempertahankan kualitas. pengendalian sebagai pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. E. JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT 13



Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan korektif. Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu nlai dokumentasi keperawatan, tingkat kepuasan pasien, tingkat kepuasan perawat. Untuk kegiatan mutu yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan yaitu audit dokumentasi proses keperawatan setiap dua bulan sekali, survey kepuasan pasien, survey kepuasan perawat setiap enam bulan sekali, perhitungan lama hari rawat serta melakukan langkah-langkah perbaikan dengan memperhitungkan standar yang telah ditetapkan. 1. Penetapan Standar Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan "Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit". Standar Asuhan Keperawatan menurut Departemen Kesehatan meliputi enam standar yaitu: (1) Pengkajian Keperawatan, (2) Diagnosa Keperawatan, (3) Perencanaan Keperawatan, (4) Intervensi Keperawatan, (5) Evaluasi Keperawatan, dan (6) Catatan Asuhan Keperawatan. Standar Nasional American Nurses Association (ANA) dalam mengukur mutu perawatan, sebagai berikut:



14



2. Pengukuran Kinerja Perawat a. Definisi Kinerja Penilaian kinerja perawat dilakukan untuk mengetahui kualitas kinerja perawat dalam rangka upaya mengoptimalkan kinerja perawat. Penilaian kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai secara sistematis yang bertujuan untuk pengenbangan kinerja pegawai tersebut (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut Sitohang (2007) penilaian kinerja adalah suatu proses dimana organisasi menilai prestasi kerja dari para pegawainya. b. Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Wolo (2015) kinerja pegawai sangat tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondsi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta perilaku lainnya. Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: -



Faktor individu, yang terdiri dari kemampuan, latar belakang dan demografi



-



Faktor psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, personaliti, pembelajaran dan motivasi



-



Faktor organisasi, yaitu sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan desain pekerjaan.



c. Penilaian Kinerja Perawat Penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan secara rasional dan objektif. pentingnya penilaian kinerja ini sangat bermanfaat baik untuk kepentingan pegawai dan kepentingan organisasi. Bagi pegawai penilaian ini berperan sebagai umpan balik



dari



kemampuan,



ketelitian,



kekurangan



dan



potensi



serta



pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi hasil penilaian ini sangat berperan dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutman, penempatan, sistem imbalan dan berbagai aspek lainnya (Siagian, 2008). 15



Depkes RI (2005) dalam penilaian kinerja perawat didasarkan pada standar praktik keperawatan profesional dalam pemberian asuhan keperawatan yang terdiri dari: -



Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan yang dibagi menjadi dua proses yaitu pengkajian primer dan pengkajian sekunder.



Pengkajian



primer



adalah



pengkajian



cepat



untuk



mengidentifikasi massalah aktual atau resiko tinggi ynag berdampak pada kemampuan pasien unuk mempertahankan hidup. Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah primer terpenuhi, yang mencakup pengkajian menyeluruh dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) yang bertujuan mengenali masalah yang belum teridentifikasi pada pengkajian primer, dapat berupa riwayat penyakit sekaramg, Riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan dahulu dan riwayat penyakit keluarga. -



Diagnosa Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan hasil analisi data yang ditemukan pada pengkajian yang penulisannya berdasarkan kaidah yang terdiri dari problem, etiology, symptoms (PES).



-



Intervensi Disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, komponennya berdasarkan prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan yang meliputi rencana tindakan mandiri dan kolaborasi yang disusun oleh perawat berdasarkan ilmu keperawatan.



-



Implementasi Pelaksanaan tindakan yang ditentukan agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga pasien dan berorientasi pada 14 komponen keperawatan.



-



Evaluasi Merupakan tindakan untuk menilai hasil implementasi keperawatan, bila tindakan belum teratasi maka perlu dilakukan pengkajian ulang yang kemudian dilakukan analisis kenapa belum teratasi, kemudian dilakukan 16



rencana ulang, implementasi dan evaluasi kembali yang terdokumentasi dengan baik. 3. Pengambilan Tindakan Korektif F. PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT 1. Pengertian Program Menjaga Mutu Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan; menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia; serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan. Beberapa istilah yang sama penggunaannya tentang program menjaga mutu atau program jaminan mutu (PJM) yang sudah dikenal banyak pakar adalah sebagai berikut: a. Program pengawasan mutu (PPM) atau quality control program b. Program peningkatan mutu (PPM) atau quality improvement program c. Manajemen mutu terpadu (MMT) atau total quality management d. Peningkatan mutu berkesinambungan (PMB) atau continuous quality improvement (Sataloff et al., 2016) 2. Tujuan Program Menjaga Mutu a. Tujuan Antara Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah mutu berhasil ditetapkan. b. Tujuan Akhir Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin meningkatnya mutu pelayanan. Sesuai dengan kegiatan program menjaga mutu, peningkatan mutu yang dimaksudkan di sini akan dapat dicapai apabila program penyelesaian masalah berhasil dilaksanakan. 3. Sasaran Program Menjaga Mutu



17



Sasaran program menjaga mutu adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Setiap pelayanan kesehatan terdapat empat unsur yang bersifat pokok yakni unsur masukan (input), unsur proses (process), unsur lingkungan (environment) serta unsur keluaran (output), maka mudah dipahami dalam praktek sehari-hari jika menyebut sasaran program menjaga mutu. Uraian dari masing-masing unsur atau sasaran tersebut adalah sebagai berikut: a. Unsur Masukan Yang dimaksud dengan unsur masukan ialah semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan. Unsur masukan ini banyak macamnya dan yang terpenting adalah tenaga (man), dana (money), dan sarana (material). Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitasnya) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of personnels and fasilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulit diharapkan akan tercapainya mutu pelayanan yang baik. b. Unsur Lingkungan Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan (policy), organisasi (organization) dan manajemen (management). Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi, dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar atau tidak bersifat mendukung maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan. c. Unsur Proses Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni tindakan medis (medical procedures) dan tindakan non medis (non-medical procedures). Secara umum disebutkan, apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of conduct) maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan. 18



Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian proses ini mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi, tindakan, sarana kegiatan dokter, kegiatan perawatan, dan penanganan kasus. Baik tidaknya proses dapat diukur dari: -



Relevan tidaknya proses itu bagi pasien



-



Fleksibel dan efektif



-



Mutu proses sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.



-



Kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan)



d. Unsur Keluaran Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah sesuatu yang menunjuk pada



penampilan



pelayanan



kesehatan



yang



diselenggarakan



(performance). Penampilan yang dimaksud di sini banyak macamnya dan secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penampilan aspek medis (medical performance) dan penampilan aspek non medis (nonmedical performance). Secara umum disebutkan, apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of performance) maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan yang bermutu. Kedua unsur pelayanan ini saling terkait dan mempengaruhi. Keluaran sering juga disebut dengan istilah outcome. Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien. Penilaian terhadap outcome adalah hasil akhir dari pelayanan kesehatan atau kepuasan. Outcome jangka pendek contohnya adalah sembuh dari sakit, cacat dan lain-lain. Sedangkan outcome jangka panjang contohnya adalah kemungkinan-kemungkinan kambuh penyakitnya atau kemungkinan sembuh di masa datang. e. Manfaat Program Menjaga Mutu Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh. Secara umum manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut:



19



-



Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan. Peningkatan efektivitas yang dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan mengatasi masalah kesehatan secara tepat dan benar. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan benar-benar sesuai dengan masalah yang ditemukan.



-



Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Peningkatan efisiensi yang dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan mencegah tindakan/penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan dan/atau yang di bawah standar. Biaya tambahan yang disebabkan pelayanan yang berlebihan atau karena efek samping akibat pelayanan yang di bawah standar akan dapat dicegah.



-



Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Peningkatan penerimaan berhubungan erat dengan kesesuaian antara pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.



-



Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum. Pada saat ini, sebagai akibat dari meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi penduduk, kesadaran hukum masyarakat juga tampak semakin meningkat. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya.



4. Penerapan Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Strategi Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Strategi program menjaga mutu pelayanan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut: a. Memastikan indikator mutu yang dipakai, baik indikator input, indikator proses, maupun indikator output ataupun indikator outcome. 20



b. Program jaminan mutu yang dipilih harus bersifat dinamik dan fleksibel, dikembangkan sesuai masalah spesifik pada masing-masing bidang pelayanan kesehatan. c. Peningkatan motivasi pelaksana pelayanan kesehatan. d. Program difokuskan pada aspek mutu bukan pada kuantitas. e. Pengukuran mutu lebih ditekankan pada kontak layanan kesehatan antara pemberi layanan kesehatan dengan pasien 5. Mutu Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap Asuhan keperawatan menggunakan metodee proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan khusus pasien. Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi: mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang optimal, apabila kondisinya berubah kualitas Tindakan keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke keadaan normal (Nursalam, 2006). Mutu asuhan keperawatan merujuk kepada penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna juga mutu/kualitasnya (Bacal, 2007). Schroder



menyatakan



bahwa



saat



mendefinisikan



kualitas



asuhan



keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para perawatan, serta cara mereka mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut. Menurut Muninjaya (2007), ciri-cirinasuhan keperawatan yang berkualitas antara lain: -



Memenuhi standar profesinyang di tetapkan



-



Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawataan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif



-



Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan



21



-



Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat (Kemenkes RI, 2010)



6. Kendali Mutu Sebagai Proses Pengukuran mutu asuhan Kesehatan merupakan hal yang kompleks, dan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif mengharuskan penggunaan proses yang spesifik dan sistematis. Proses ini jika dilihat secara sederhana, dapat dibagi menjadi: -



Menetapkan kriteria control



-



Mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria



-



Menentukan cara mengumpulkan informasi



-



Mengumpulkan dan menganalisis informasi



-



Membandingkan informasi tersebut dengan kriteri yang telah ditetapkan



-



Membuat penilaian tentang kualitas



-



Menyediakan informasi dan jika perlu, membuat perbaikan tentang temuan ke sumber-sumber yang tepat



-



Menetapkan langkah untuk mengumpulkan informasi (Marquis & Huston, 2013)



22



BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Pengendalian merupakan proses akhir dari proses manajemen, dimana sangat berkaitan dengan masing-masing proses manajemen lainnya, karena pada prosesnya dilakukan evaluasi yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Dengan demikian pengendalian dalam prosesnya mencakup penilaian kinerja staf keperawatan, proses manajemen mutu. Dimana untuk mencapai kualitas pelayanan yang baik, perlu diupayakan peningkatan kualitas yang terus menerus dan mempertahankan segala sesuatu yang baik berjalan dengan baik. B. SARAN Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan da kurangnya rujukan atau referensi yang ada. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca yang budiman pada umumnya.



23



DAFTAR PUSTAKA 1. KEMENKES RI. 2010. Mutu Pelayanan Keperawatan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53 (9), 1689-1699 2. Marquis, B. L., &Huston, C. J. 203. Kepemimpinan dan Manejemen Keperawatan: Teori & Aplikasi (4th ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC 3. Nursalam, (2009). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan profesional Edisi kedua, Jakarta: Salemba Medika 4. Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. 2016. Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. Kemenkes RI 5. Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa



Samba.Suharyati, 2000, Pengantar



kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, EGC, Jakarta. 6. Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin, 2001, Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM, EGC, Jakarta. 7. Tappen, R.M. 1995. Nursing Leadership and management Concepts and Practice. Philadelphia: F.A. Davis Company



24



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan KELOMPOK 5



Kelompok 5 : • • • • • • • •



TISA PAULA DAEBRINA AOME VITALIA PALLUNAN WEWEN TARANDA YENI DOYAWILDA YOHANES LEONARDO M. A. YUDA FRANTINO RA’BA YUSTINA CICI FAUDIN YUSTINA RANDA BALUDUNG



C1814201044 C1814201045 C1814201046 C1814201047 C1814201049 C1814201050 C1814201051 C1814201052



Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan



Pembahasan : KONSEP DASAR DAN 01 TUJUAN PENGENDALIAN



02 INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN



03 JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT



04 PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT



KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGENDALIAN KONSEP DASAR PENGENDALIAN



• Komponen Operasi Yang Terpasang Terus Menerus • Pengendalian Manajemen Dipengaruhi Oleh Manusi • Memberikan Keyakinan Yang Memadai, Bukan Keyakinan Yang Mutlak



PRINSIP PENGAWASAN & PENGENDALIAN • Dapat atau mudah dimengerti oleh staf karyawan dan hasilnya dapat diukur • Memastikan tujuan organisasi tercapai dengan baik • Standar untuk kinerja / Insentif



PENGERTIAN PENGENDALIAN



Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja.



Controll



MANFAAT PENGAWASAN • Mengetahui kegiatan program yang telah dilaksanakan • Mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf • Mengetahui efektivitas dan efisiensi kinerja dari staf-staf • Mengetahui faktor penyebab penyimpangan • Mengetahui staf yang perlu diberi reward



KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGENDALIAN KARAKTERISTIK PENGAWASAN



TUJUAN PENGENDALIAN



• • • • •



Menggambarkan kegiatan & pola Melaporkan kesalahan Berpandangan ke depan Menunjukkan kesalahan Objektif, Fleksibel, Ekonomis, Mudah dimengerti • Menunjukkan kegiatan perbaikan LANGKAH-LANGKAH PENGENDALIAN



• • • •



Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja Pengukuran prestasi Prestasi kerja sesuai standar Tindakan korektif



Diperolehnya keterandalan dan integritas informasi Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang berlaku



Controll



Melindungi aset organisasi Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien dll



INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN • KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) • KETERBATASAN PERAWATAN DIRI • KEPUASAN PASIEN



• KECEMASAN • KENYAMANAN



INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN • STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN • PENGKAJIAN • DIAGNOSA • PERENCANAAN • IMPLEMENTASI • EVALUASI • DOKUMENTASI



• PENGETAHUAN • 14 KEBUTUHAN PASIEN : 1. OKSIGEN 2. NUTRISI DAN CAIRAN 3. ELIMINASI 4. KEAMANAN 5. KEBERSIHAN DAN KENYAMANAN 6. ISTIRAHAT DAN TIDUR 7. MOBILISASI 8. SPIRITUAL 9. EMOSIONAL 10.KOMUNIKASI 11.MENCEGAH DAN MENGATASI REAKSI FISIOLOGIS 12.PENGOBATAN DAN MEMBANTU PROSES PENYEMBUHAN 13.PENYULUHAN 14.REHABILITASI



INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN



INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses dan outcome sistem pelayanan rumah



sakit tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyrakat,



mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS : • Aspek Struktur (Input)



• Proses • Outcome



INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN



JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT



PENGENDALIAN PENCEGAHAN (PREVENTIVE CONTROLS)



PENGENDALIAN DETEKSI (DETECTIVE CONTROLS)



05



04 03



02 01



PENGENDALIAN KOREKSI (CORRECTIVE CONTROLS)



PENGENDALIAN PENGARAHAN (DIRECTIVE CONTROLS)



PENGENDALIAN KOMPENSATIF (COMPENSATIVE CONTROLS)



PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT Audit merupakan penilaian/evaluasi dari pekerjaan yang telah dilakukan dengan



Terdapat tiga kategori audit



menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. Peralatan atau instrumen yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan bukti dan



untuk mengevaluasi apakah standar yang telah ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik atau belum.



keperawatan,



AUDIT



berikut



ini



uraian dari ketiga kategori tersebut : •



Audit Struktur







Audit Proses







Audit Hasil



PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT Menurut Undang-undang



Pada



No.38 Tahun 2014 tentang



prima,



keperawatan adalah suatu



keperawatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat



keperawatan ditujukan kepada



Gultom



mengembangkan



bentuk pelayanan professional



integral dari pelayanan



pngembangan



budaya pelayanan keperawatan



Keperawatan, Pelayanan



yang merupakan bagian



proses



PELAYANAN KEPERAWATAN



keperawatan



(2006)



pelayanan



prima



dengan



menyelaraskan faktor-faktor :



1. Ability (kemampuan), 2. Attitude (sikap),



3. Appearance (penampilan), 4. Attention (perhatian),



individu, keluarga, kelompok



5. Action (tindakan),



atau masyarakat, baik sehat



6. Accountability (tanggung



maupun sakit.



jawab).



PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT 1.



Standar Pelayanan Minimal Standar persyaratan minimal



adalah keadaan minimal yang



Sesuai dengan peranan yang



dimiliki oleh masing-masing unsur pelayanan kesehatan, standar



dalam



program



menjaga mutu secara umum dapat



dibedakan



macam yakni :



atas



dua



STANDAR MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN



harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya



pelayanan kesehatan yang bermutu. 2.



Standar Penampilan Minimal. Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan



layanan kesehatan yang masih dapat diterima.



THANK YOU DO YOU HAVE ANY QUESTIONS ??



ASUHAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN Kelompok 5



Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan system pengendalian manajemen meliputi : 1. Komponen operasi yang terpasang terus menerus 2. Pengendalian manajemen dipengaruhi oleh manusia 3. Memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang mutlak



System pengendalian manajemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa perencangan suatu system maupun pengendalian yang bersifat pendektesian. 1. Diperolehnya integarasi informasi 2. Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang berlaku 3. Melindungi aset organisasi 4. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut : 1. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam pesan. 2. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. 3. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memomemo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai.



1. 2. 3.



4. 5.



6.



Keselamatan pasien Keterbatasan keperawatan diri Kepuasan pasien Kecemasan Kenyamanan pengetahuan



Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manajer keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian : 1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur. 2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.



Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan dengan menyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman, dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen (Morgan, 2007).



Menurut Lebouf (2007), ada lima dimensi mutu pokok yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan tentang mutu pelayanan yang meliputi: 1. Reliability (kehandalan) 2. Responsiveness (daya tanggap) 3. Assurance (keyakinan/jaminan) 4. Emphaty (empati) 5. Tangibles (berwujud)



Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan yaitu (Wijono, 2008): 1. Perilaku tenaga medis dalam melakukan pelayanan kesehatan 2. Fungsi terapi 3. Fungsi perawatan 4. Sarana dan prasarana



Mutu pelayanan asuhan keperawatan sebenarnya merujuk kepada penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna pula mutu/kualitasnya (Bacal, 2007). Menurut Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara lain: 1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan 2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif 3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan 4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan 5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan tata nilai masyarakat.



MANAJEMEN KEPERAWATAN KELOMPOK 5



KONSEP DASAR Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan sistem pengendalian manajemen meliputi:  Komponen Operasi yang Terpasang Secara Terus Menerus  Pengendalian Manejemen Dipengaruhi Oleh Manusia  Memberi Keyakinan yang Memadai Bukan Keyakinan yang Mutlak



TUJUAN PENGENDALIAN Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi.  Diperolehnya Keterandalan dan Integritas Informasi  Kepatuhan pada Kebijakan, Rencana, Prosedur, Peraturan dan Ketentuan yang Berlaku  Melindungi Aset Organisasi  Pencapaian Kegiatan yang Ekonomis dan Efisien



INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN Mutu asuhan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan di masyarakat. Mutu pelayanan keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan puas atau tidak puas (Nursalam, 2011).



Next....... Menurut Fedoroff (2006, Servqual - Zeithmal, Parasuraman, Berry dan Irawan (2006) merumuskan lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk mengukur kepuasan, yaitu:  Tangible (Bukti Langsung)  Reliability (Keandalan)  Responsiveness (Ketanggapan)  Assurance (Jaminan Kepastian)  Emphaty (Empati)



Indikator keperawatan dapat mengambarkan keselamatan, efektifitas dan perhatian dalam pelayanan keperawatan, yaitu:  Safety  Effectiveness  Compassion



Menurut Nursalam (2013) suatu asuhan keperawatan harus memiliki mutu yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:  Caring  Collaboration  Kecepatan  Empati  Courtesy  Sincerity  Komunikasi Teraupetik



JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004). Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:  Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur  Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi  Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.



JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan korektif. Sementara itu, Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu nilai dokumentasi keperawatan, tingkat kepuasan pasien, tingkat kepuasan perawat.



 Penetapan Standar Pelayanan Keperawatan



Standar Asuhan Keperawatan menurut Departemen Kesehatan meliputi enam standar yaitu: (1) Pengkajian Keperawatan, (2) Diagnosa Keperawatan, (3) Perencanaan Keperawatan, (4) Intervensi Keperawatan, (5) Evaluasi Keperawatan, dan (6) Catatan Asuhan Keperawatan.



 Pengukuran Kinerja Perawat



Definisi Kinerja 2. Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat (Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor individu, faktor psikologis, dan faktor organisasi). 3. Penilaian Kinerja Perawat (Depkes RI (2005) dalam penilaian kinerja perawat didasarkan pada standar praktik keperawatan profesional dalam pemberian asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi )  Pengambilan Tindakan Korektif 1.



PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT  Pengertian Program Menjaga Mutu Program



Menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan; menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia; serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan. 1. PPM 2. PPM 3. MMT 4. PMB



 Tujuan Program Menjaga Mutu



Tujuan Antara 2. Tujuan Akhir  Sasaran Program Menjaga Mutu 1. unsur masukan (input) 2. unsur lingkungan (environment) 3. unsur proses (process) 4. unsur keluaran (output) 1.



 Manfaat Program Menjaga Mutu



Secara umum manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan 2. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan 3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan 4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum



 Penerapan Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan 1.



2. 3. 4. 5.



Memastikan indikator mutu yang dipakai Program jaminan mutu yang dipilih harus bersifat dinamik dan fleksibel Peningkatan motivasi pelaksana pelayanan kesehatan Program difokuskan pada aspek mutu bukan pada kuantitas Pengukuran mutu lebih ditekankan pada kontak layanan kesehatan antara pemberi layanan kesehatan dengan pasien



 Mutu Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap



Yura dan Walsh menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi; mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang optimal, apabila kondisinya berubah kualitas Tindakan keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke keadaan normal (Nursalam, 2006). Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara lain: 1. Memenuhi standar profesi yang di tetapkan 2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawataan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif 3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan 4. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat (Kemenkes RI, 2010)



 Kendali Mutu Sebagai Proses



Proses ini dibagi dalam beberapa bagian, yakni : 1. Menetapkan kriteria control 2. Mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria 3. Menentukan cara mengumpulkan informasi 4. Mengumpulkan dan menganalisis informasi 5. Membandingkan informasi tersebut dengan kriteri yang telah ditetapkan 6. Membuat penilaian tentang kualitas 7. Menyediakan informasi dan jika perlu, membuat perbaikan tentang temuan ke sumber-sumber yang tepat 8. Menetapkan langkah untuk mengumpulkan informasi (Marquis & Huston,



TERIMA KASIH