Gadar Abortus Fix-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia, tanpa mempersoalkan penyebabnya, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4% (Manuaba, 2011). Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke aborsi dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang, 90% abortus terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13% terhadap kematian maternal (Kemenkes RI, 2015). Menurut WHO, diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di ASEAN dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, 750.000–1,5 juta dilakukan di Indonesia, 155.000–750.000 dilakukan di Filiphina dan 300.000–900.000 dilakukan di Thailand. Laporan dari Australian Consortium For Indonesian Studies, bahwa hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia menunjukkan terjadi 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup (Elisa & Arulita, 2017). Menurut Derek Llewellyn & Jones mendefenisikan abortus merupakan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Menurut WHO, janin viabilitas adalah masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.



1



Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalahtepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan ditunjang oleh fasilitas yang memadai (Manuaba, 2012). B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan abortus? 2. Apa saja klasifikasi dari abortus? 3. Apa saja etiologi dari abortus? 4. agaimana patofisiologi dari abortus 5. Apa saja manifestasi klinis dari abortus? 6. Bagaimana kondisi kegawatan yang dilakukan pada abortus? 7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari abortus? 8. Bagaimana penatalaksanaan dari abortus? C. TUJUAN 1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di bidang kesehatan sebagai bahan informasi. 2. Bagi



pembaca



dapat



mengetahui



dan



memahami



mengenai



keperawatan gawat darurat tentang abortus D. MANFAAT Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk Mahasiswa a. Menambah pengetahuan tentang aborsi b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis. c. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah di dapati.



2



2. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar. b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian materi tentang abortus 3. Untuk pembaca Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang abortus.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400gram itu diangggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015). Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah (Morgan, 2011). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau janin belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Kemenkes RI, 2013). Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatukeadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usiakurang dari 20 minggu. B. Klasifikasi 1. Abortus Spontan merupakan kejadian abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau tanpa disengaja. klasifikasi abortus sepontan dibagi menjadi lima, yaitu (Cunningham, 2013):



4



a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)



Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa dianterior dan jelas bersifat ritmis: nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. b. Abortus Insipiens (Inevitable)



Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi, ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks. Keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah yang hebat. 5



Hasil USG mungkin didapatkan jantung janin masi berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah. c. Abortus Incomplete (Abortus tidak lengkap)



Pada abortus ini pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan sebelum 20 minggu, janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan irreguler (Elisa & Arulita, 2017). d. Abortus complet



Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. 6



Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan uterus kosong. e. Missed Abortion



Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih (Elisa & Arulita, 2017). f. Abortus Habitualis (Abortus Berulang) Abortus ini adalah abortus spontan yang terjadi berturut turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. 2. Abortus provokatus (Abortus yang disengaja) Yaitu menghentikan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh ibu. Abortus ini dibagi menjadi 2 yaitu (Cunningham, 2013): a. Abortus medisinalis Abortus medisinalis (abortus theraeutica) yaitu abortus karena tindakan



kita



sendiri,



dengan



alasan



bila



kehamilan



dilanjutkan,dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli



7



b. Abortus kriminalis



Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi–sembunyi oleh tenaga tradisional. C. Etiologi 1. Hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi menjadi 2: a. Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella hepatitis, infeksi bakteri misalnya streptokokus, parasit misalnya malaria b. Infeksi kronis, misalnya sifilis biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua, keracunan misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa 2. Penyebab yang bersifat lokal a. Radang pelvis kronis, endometritis b. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus c. Lingkungan yang kurang sempurna d. Kematian janin akibat kelainan bawaan (Nita Norma, Mustika Dwi. 2013).



8



D. Patofisiologi Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desiduamakin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus (Lumbanraja, 2017). E. Manifestasi Klinis 1. Abortus Iminens a. Terdapat keterlambatan datang bulan b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur



kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim, servikalis dan kanalis servikalis masih tertutup d. Dapat dirasakan konraksi otot rahim, hasil pemeriksaan tes



kehamilan masih positif



9



2. Abortus Insipens a. Perdarahan lebih banyak b. Perut mules atau sakit yang lebih hebat pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak c. Kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba 3. Abortus Inkomplet a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi d. Dapat terjadi degenerasi ganas atau kario karsinoma 4. Abortus Komplet a. Uterus telah mengecil b. Perdarahan sedikit c. Canalis servikalis telah tertutup



5. Missed Abortion a. Rahim tidak membesar, malah mengecil karena aborsi air ketuban



dan maserasi janin b. Buah dada mengecil kembali (Icesmi Sukarni & Sudarti, 2014).



F. Kondisi Kegawatan Yang Dilakukan Menurut jurnal dari Hyteroscopy Management of Life Threatening Post Abortion Hemorrhage (2016), kondisi kegawatdaruratan pada abortus dimana saat terjadi syok hemorogik dimana kondisi kegagalan sirkulasi akibat volume darah yang rendah sehingga jantung tidak memompa keseluruh bagian tubuh, sehingga tidak mencukupi kebutuhan organ-organ dan bagian tubuh vital. Kondisi ini terjadi akibat pendarahan dan pasokan darah yang di pompa jantung berkurang sehingga bagian tubuh lainnya tidak mendapat pergantian asupan nutrisi dan oksigen untuk bertahan hidup.



10



PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN 1. Pengkajian Airway Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas.Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar.Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain : a) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebas? b) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain: 1) Adanya snoring atau gurgling 2) Stridor atau suara napas tidak normal 3) Agitasi (hipoksia) 4) Penggunaan



otot



bantu



pernafasan/paradoxical



chest



movements 5) Sianosis c) Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab obstruksi: 1) Muntahan 2) Perdarahan 3) Gigi lepas atau hilang 4) Gigi palsu 5) Trauma wajah d) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka. e) Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.



11



f) Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi: 1) Chin lift/jaw thrust 2) Lakukan suction (jika tersedia) 3) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway 4) Lakukan intubasi



2. Pengkajian Breathing (Pernafasan) Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan.Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain : a) Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien. 1) Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut :cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan. 2) Palpasi untuk adanya: pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks. 3) Auskultasi untuk adanya: suara abnormal pada dada. b) Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu. c) Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien. d) Penilaian kembali status mental pasien. e) Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan



12



f) Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi: 1) Pemberian terapi oksigen 2) Bag-Valve Masker 3) Intubasi



(endotrakeal



atau



nasal



dengan



konfirmasi



penempatan yang benar), jika diindikasikan 4) Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures g) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai kebutuhan.



3. Pengkajian Circulation Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik. Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain: a) Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan. b) CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan. c) Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung. d) Palpasi nadi radial jika diperlukan: 1) Menentukan ada atau tidaknya 2) Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah) 3) Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat) 4) Regularity



13



e) Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill). f) Lakukan treatment terhadap hipoperfusi. Hiteroskopi Untuk memanagemen pendarahan. Dimana tindakan ini digunakan untuk menemukan penyebab rasa sakit pada pelvis, keguguran rahim, pendarahan abnormal.Hiteroskopi dilakukan untuk mengangkat sisa-sisa kehamilan di rahim setelah keguguran atau kelahiran, mengangkat polip atau fibroid disaluran serviks atau rongga rahim (Nur Djannah, 2018). G. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a. Darah Lengkap 



Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;







LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.



b. Tes Kehamilan Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara



prediktif.



Hasil



positif



menunjukkan



terjadinya



kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik). 2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion 4. Pemeriksaan ginekologi: a. Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva b. Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.



14



c. Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri (Dr. Ratna, 2018). H. Penatalaksanaan Tatalaksana Umum (Dr. Ratna, 2018). 1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu). 2. Periksa tanda-tanda shock (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik 8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang. 4. Abortus komplit a. Tidak diperlukan evakuasi lagi. b. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca keguguran. c. Observasi keadaan ibu. d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah. e. Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu. 5. Missed abortion a. Lakukan konseling. b. Jika usia kehamilan 12 minggu namun 8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram.Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas.Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr. Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik.Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus  buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik B. Saran Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki makalah selanjutnya.



19



DAFTAR PUSTAKA Elisa D. P, Arulita. 2017. Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan. Journal Of Publik Health Research Develoment. Vol 01. No 03. Hal 84-94. Lumbanraja, S. N. 2017. Kegawatdaruratan Obstetri. Medan: Usu Press. Nita Norma, Dwi Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika. Nurarif, A. H dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Sukarni Icesmi, Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas Dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika. Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2. Jakarta: EGC. Nur D. Ssit. M.Kes, Dr. Yuni. Sst. Mph, Dwiana Estiwidani, Sst, Mph. 2018. Modul Praktik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Yogyakarta: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Dr. Ratna D, Dr. Arif Y. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1. 2018. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.



20