Gangguan Pola Tidur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PEMBAHASAN A. DEFINISI. 1. Istirahat. Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan ketenangan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi



klien/pasien. Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang dapat beristirahat,



diantaranya yaitu : a. b. c. d. e. f.



Merasa segala sesuatu berjalan normal. Merasa diterima. Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung. Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan. Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna. Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya.



2. Tidur. Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Tidur juga sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga. Seorang ahli menyebutkan bahwa tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkanoleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur dipicu oleh sekelompok kompleks hormon yang aktif dalam utama, dan yang merespon isyarat dari tubuh sendiri dan lingkungan. Sekitar 80 persen dari tidur tanpa mimpi, dan dikenal sebagai gerakan mata non-cepat (NREM) tidur.



B. 1. 2. 3. 4.



FUNGSI ISTIRAHAT DAN TIDUR. Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis. Melepaskan stress dan ketegangan. Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron. Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan menyiapkan diri pada



5. 6. 7. 8.



waktu periode bangun. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari. Menghasilkn hormon pertumbuhan utk memperbaiki serta memperbaharui epitel dan sel



otak. 9. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh. 10. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik. C. MEKANISME TIDUR. 1. Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk. 2. Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur. 3. Para ahli neuriofisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa ngantuk. 4. Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk instink/naluri. D. TAHAP-TAHAP TIDUR. 1. NREM (Non Rapid Eye Movement). Ada 4 tahapan : a.



Tahap 1 :



1) Termasuk light sleep. 2) Berakhir hanya beberapa menit. 3)



Penurunan aktivitas fisik dimulai dengan penurunan gradual dalam tanda vital dan metabolisme.



4)



Dengan mudah dibangunkan dengan stimulus sensori seperti suara dan individu merasa seperti mimpi di siang hari.



b. Tahap 2 : 1) Merupakan periode sound sleep. 2) Kemajuan relaksasi. 3) Masih dapat dibangunkan dengan mudah. 4) Berlangsung selama 10-20 menit.



5) Fungsi tubuh berlangsung lambat. c.



Tahap 3 :



1) Tahap awal tidur dalam. 2) Lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak. 3) Otot secara total relaksasi. 4) Tanda vital mengalami kemunduran teratur. 5) Berlangsung 15-30 menit. d. Tahap 4 : 1) Tahap tidur benar-benar nyenyak. 2) Sangat sulit dibangunkan. 3) Jika tidur nyenyak telah terjadi, akan menghabiskan sepanjang malam pada tahap ini. 4) Bertanggung jawab mengistirahatkan dan memperbaiki tidur. 5) Tanda vital menurun secara signifikan. 6) Berlangsung 15-30 menit. 7) Dapat terjadi tidur berjalan dan mengompol. 2. REM (Rapid Eye Movement). a.



Periode yang sangat hidup karena mimpi penuh warna.



b. Dimulai 50-90 menit setelah tidur terjadi. c.



Tipe yang mempengaruhi respon autonom meliputi kecepatan gerak mata, fluktuasi jantung, rata-rata pernafasan dan peningkatan fluktuasi tekanan darah.



d. Kehilangan tonus otot. e.



Peningkatan sekresi gastrik.



f.



Tahap yang bertanggung jawab untuk perbaikan mental.



g. Sangat sulit untuk dibangunkan. h. Durasi dari REM meningkat setiap siklus dan rata-rata 20 menit. E. KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR PER HARI. 1. Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur rata-rata 4560 menit. 2. Bayi (s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan tidur sepanjang malam. 3. Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur sepanjang malam + tidur siang. 4. Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM. 5. Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM.



6. Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM. 7. Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM. 8. Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM. 9. Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur. 10. Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur. F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR. 1. Umur. Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur. 2. Penyakit. Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea. Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus tertentu dengan klien gangguan hipertiroid. 3. Motivasi. Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu anda untuk tidur. 4. Emosi. Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak bisa tidur atau mempertahankan tidur. 5. Lingkungan. Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan. 6. Obat – obatan. Penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid. 7. Makanan dan minimum. Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll. 8. Aktivitas. Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.



G. MASALAH-MASALAH YANG TERJADI PADA SAAT TIDUR. 1. Insomnia. Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya, bahkan seseorang yang terbangun dari tidur tapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia (Japardi, 2002). Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang. Jenis insomnia yaitu : a. Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur. b. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat mempertahankan tidur c.



atau keadaan sering terjaga dari tidur. Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi. Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu rasa nyeri,



kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. 2. Narkolepsi. Merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba, dapat di katakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan mengantuk tersebut datang. Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat di mana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi dapat menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang. 3. Somnabulisme (tidur berjalan). Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi, 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai resiko terjadinya cidera. 4. Enuresis (ngompol). Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada



beberapa faktor yang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. 5. Nocturia. Merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil. 6. Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur. Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar bila di lewati udara pernafasan. 7. Delirium / Mengigau. 8. Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan dispneu. 9. Nightmares dan Night terrors (mimpi buruk). Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan. 10. Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse).



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami, perubahan jumlah/kualitas pola tidur dan istirahat sehubungan dengan keadaan biologis atau kebutuhan emosi. A. PENGKAJIAN. 1. Riwayat tidur. a.



kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari.



b. Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya. c.



Kebiasaan/pun saat tidur.



d. Lingkungan tidur. e.



Dengan siapa paien tidur.



f.



Obat yang di konsumsi sebelum tidur.



g. Asupan dan stimulan. h. Perasaan pasien mengenai tidurnya.



i.



Apakah ada kesulitan tidur.



j.



Apakah ada perubahan tidur.



2. Gejala Klinis. a.



Perasaan Lelah.



b. Gelisah. c.



Emosi.



d. Apetis. e.



Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak.



f.



Konjungtin merah dan mata perih.



g. Perhatian tidak fokus. h. Sakit kepala. 3. Penyimpangan Tidur. Seperti telah dijelaskan pada bab oembahasan di atas, gangguan tidur yang mungkin terjadi adalah : a.



Insomnia.



b. Somnabulisme. c.



Enuresis.



d. Narkolepsi. e.



Nightmare dan Night Terrors (mimpi buruk).



f.



Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.



B. DIAGNOSA. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola istirhat tidur diantaranya yaitu : 1.



Gangguan pola tidur b/d kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilisasi, nyeri pada kaki, takut operasi, lingkungan yang



2.



mengganggu. Cemas b/d ketidak mampuan untuk tidur, henti nafas saat tidur, (sleep apnea) dan ketidak



3. 4. 5. 6.



mampuan mengawasi prilaku. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia. Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur. Potensial cedera berhubungan dengan Semnambolisme. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur hipersomia.



C. INTERVENSI.  Tujuan : Mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.



 Rencana Tindakan : a. Lakukan identifikasi fsktor yang mempengaruhi masalah tidur. b. Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat mengganggu tidur. c. Tingkatkan aktivitas pada siang hari. d. Coba untuk memicu tidur. e. Kurangi potensial cedera selama tidur f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan. D. IMPLEMENTASI.  Tindakan keparawatan pada orang dewasa : 1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur. a. Bila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur di hubungkan dengan lingkungan rumah 1) 2) 3) 4) b. 1) 2) 3) 4) 5) c. 1) 2) 3) d. 1) 2) 3) e. 1)



sakit, maka : Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas. Berikan obat analgesik sesuai prosedur. Berikan linngkungan yang suportif. Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas. Bila faktor insomnia, maka : Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi sebelum tidur. Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada waktu siang dan sore hari. Anjurkan pasien tidur saat mengantuk. Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur. Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum tidur. Bila terjadi somnabulisme, maka : Berikan rasa aman pada diri pasien. Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan.. Cegah timbulnya cidera. Bila terjadi enuresa, maka : Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur. Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih sebelum tidur. Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil. Bila terjadi Narkolepsi, maka : Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat hidroklorida (ritalin) untuk



2. a. b. c. d. e. f. g. 3. a. b. 4. a. b. c.



mengendalikan narkolepsi. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur. Tutup pintu kamar pasien . Pasang kelambu/garden tempat tidur. Matikan pesawat telapon. Bunyikan musik yang lembut. Redupkan atau matikan lampu. Kurangi jumlah stimulus. Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok. Meningkatkan aktivitas pada siang hari. Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien. Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari. Membuat Pasien untuk memicu tidur. Anjurkan pasien mandi sebelum tidur. Anjurkan pasien minum susu hangat. Anjurkan pasien membaca buku.



d. e. f. g. 5. a. b. c. d. e.



Anjurkan pasien menonton televisi. Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur. Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur. Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur. Mengurangi potensial cedera sebelum tidur. Gunakan cahaya lampu malam. Posisikan tempat tidur yang rendah. Letakkan bel dekat pasien. Ajarkan pasien untuk meminta bantuan. Gantungkan selang drainase di tempat tidur dan cara memindahkannya bila pasien



memekainnya. 6. Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan. a. Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah. b. Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam. c. Penerangan tentang efek samping obat hipnotik. d. Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.  Tindakan Keperawatan Pada Anak : 1. Masa Neonatus dan bayi. a. Beri sprei kering dan tebal untuk menutupi perlak. b. Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak. c. Atur suhu ruangan menjadi 18˚-21˚C pada malam dan 15,5˚-18˚C pada siang. d. Berikan cahaya lampu yang lembut. e. Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering. f. Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi. 2. Masa Anak. a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten. b. Tempel jadwal tidur c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur. d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita. 3. Masa Sebelum Sekolah. a. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten. b. Tempel jadwal tidur. c. Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur. d. Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita. e. Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur. f. Berikan rasa aman dan nyaman. g. Nyalakan lampu agak terang. 4. Masa Sekolah. a. Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya banyak beraktivitas. 5. Masa Remaja. a. Usia ini sering memrlukan waktu sebelum tidur cukup lama untuk berias dan membersihkan diri 6. Masa Dewasa (Muda, Paruah Baya, dan Tua). a. Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur.  Berikan hiburan.  Kurangi rasa nyeri.  Bersihkan tempat tidur. b. Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat.  Berikan selimut sehingga tidak kedinginan.



   



Anjurkan pasien latihan relaksasi. Berikan makan ringan atau susu hangnt sebelum tidur. Berikan obat sedaktif sesuai program terapi kolaboratif. Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman.



E. EVALUASI. 1. Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi tidur dengan 2.



meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur. Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari dengan meminta klien



melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur. 3. Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam 4 minggu dengan mengobservasi ekspresi dan prilaku nonverbal pada saat klien terjaga. 4. Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi, masa sekolah 10 jam/hari terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.



DAFTAR PUSTAKA Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.



Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta. Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika Jakarta. Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta. Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta.



Askep dengan gangguan pola tidur ASUHAN KEPERAWATAN NO



Data



1.



DS



- klien mengatakan bahwa mual, lemas



Masalah



Etiologi



Dia



Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari



Faktor biologi (demam, mual)



Ket nut



- klien mengatakan badan terasa panas



kebutuhan tubuh



keb ber fak den me lem pan ma mu ker lem



- klien mengatakan kurang nafsu makan DO - suhu : 40 C - mukosa bibir terlihat kering - klien terlihat lemah



Gangguan pola tidur 2.



DS



- Suhu Tubuh meningkat



- klien mengatakan 5 hari tidak bisa tidur - klien mengatakan badan terasa lemas dan panas DO



- klien mengatakan biasanya tidur jam 21.00



- suhu 40 C - TD 130/90 mmHg - Nadi 80 kali/menit - klien terlihat lemas



Prioritas Diagnosa: 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologi ditandai dengan klien mengatakan mual, lemas, badan terasa



-G ber suh dita me bisa lem 40 nad terl



panas, kurang nafsu makan, suhu 40 C, mukosa bibir terlihat kering, klien terlihat lemah. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu tubuh meningkat ditandai dengan klien mengatakan 5 hari tidak bisa tidur, badan berasa lemas dan panas, suhu 40 C, TD 130/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, klien terlihat lemas. DX



NOC



1.



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan criteria hasil :



Nutrition management



- klien dapat makan secara oral (5)



2. kolaborasi dengan ahli gizi



- mukosa bibir lembab (4)



3. yakinkan klien mengkonsumsi serat agar mencegah konstipasi



- TTV klien normal (4) - klien memahami pentingnya nutrisi bagi tubuh (5)



NIC



1. kaji tanda-tanda vital



4. lakukan edukasi mengenai pent nutrisi bagi tubuh



5. ajarkan makan sedikit, tapi serin



Nutrition Monitoring



1. memonitor tipe dan aktivitas yan 2. kaji makanan kesukaan



3. jadwalkan pengobatan dan ti makan 4. monitor mual, muntah



5. monitor kalori dan intake makan



6. monitor adanya penurunan bera



7. monitor lingkungan selama mak



DX



NOC



NIC



2.



Setelah dilakukan intervensi selama 2 x24 jam, diharapkan kebutuhan tidur klien terpenuhi dan kembali normal, dengan kriteria hasil:



Sleep Enchancement



- jam tidur kembali normal seperti biasa (4)



2. kaji pola tidur klien



- klien mengatakan kwalitas tidur baik (3)



3. identifikasi kemungkinan efek tidur



- bangun tidur klien merasa segar (3)



1. batasi aktivitas sebelum tidur



4. minitor pola tidur dan jam tidur k



5. diskusikan pada klien kemungkin menyebabkan gangguan pola tidur 6. monitor waktu pemberian obat jam tidur 7. monitor kenyamanan sebelum tidur



lingku



8. ajarkan klien tehnik relaksasi 9. kolaborasi pemberian obat 10. observasi tanda-tanda vital



CATATAN PERKEMBANGAN Tgl/jam



No.DX



Implementasi



Respon



31/10/2012



1



1. memonitor TTV



1. TD : 130/70 mmHg, na 38 C



2. memonitor mual, intake makanan



11.30



muntah



3. kolaborasi dengan ahli gizi



dan



2. klien mengatakan mas makan



3. diberikan diet TKTP, ek 2 1. memonitor TTV 2. kaji pola tidur klien



1. TD : 130/70 mmHg, na 38 C



01/11/2012



3. diskusikan faktor lain penyebab tidak bisa tidur



2. pola tidur biasanya jarang tidur siang



4. ajarkan dalam



3. badan panas, keletihan



tehnik



relaksasi



nafas



4. klien memahami dan tehnik relaksasi



1



11.30



1. memonitor TTV 2. jadwalkan pengobatan dan tindakan diluar jam makan



1. TD 120/80 mmHg, na 40 C



3. kaji makanan kesukaan



2. jadwal pengobatan da atau sesudah jam makan



4. memonitor mual



3. klien mengatakan semua jenis makanan



5. memonitor intake makanan 6. kolaborasi pemberian obat



4. klien masih berkurang



1. memonitor TTV



5. klien mampu menghab



2. identifikasi obat terhadap pola tidur



6. pemberian obat mengu



2



sedikit



3. memonitor jam tidur



1. 1. TD 120/80 mmHg, n 40 C



2. pemberian obat yang b



3. jam tidur klien di ma mudah terbangun



EVALUASI TGL 31/10/2012



No.DX 1



Evaluasi



S : klien mengatakan bahwa ma



O : klien terlihat lemah, mukosa TD : 130/70 mmHg, nadi 104 x/m A : masalah belum teratasi



P : lanjutkan intervensi



2



S : klien mengatakan bahwa panas sehingga sulit untuk tidur



O : klien terlihat lemah, TD : 130 x/menit, suhu 38 C A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi



S : klien mengatakan masih sed dapat mengkonsumsi makan membaik 01/11/2012



1



O : mukosa bibir sudah Nampa TD 120/80 mmHg, nadi 104x/me A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi



S : klien mengataakan bahwa su masih mudah terbangun 2



O : 1. TD 120/80 mmHg, nadi 10 A : masalah teratasi sebagian



P : pertahankan dan lanjutkan i