Gejala Pemicu Pelatihan Dan Pengembangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Gejala Pemicu Pelatihan dan Pengembangan Terdapat beberapa fenomena organisasional yang dapat dikategorikan sebagai gejala pemicu munculnya kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Tidak tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu melaksanakan tugasnya, karyawan tidak produktif, tingkat penjualan menurun, tingkat keuntungan menurun adalah beberapa contoh gelaja-gejala yang umum terjadi daam organisasi. Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut menurut Blanchard and Huszczo (1986) mencontohkan terdapat tujuh gejala utama dalam organisasi yang membutuhkan penanganan yaitu : 1. Low productivity; 2. High absenteeism; 3. High turnover; 4. Low employee morale; 5. High grievances; 6. Strike; 7. Low profitability. Ketujuh gejala tersebut sangat umum dijumpai dalam organisasi yang dapat disebabkan oleh setidaknya tiga faktor yang meliputi : kegagalan dalam memotivasi karyawan, kegagalan organisasi dalam memberi sarana dan kesempatan yang tepat bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, kegagalan organisasi memberi pelatihan dan pengembangan secara efektif kepada karyawan. Pada tahap pertama organisasi memerlukan fase penilaian yang ditandai fengan satu kegiatan utama yaitu analisis kebutuhan pelatihan. Terdapat tiga situasi dimana organisasi diharuskan melakukan analisis tersebut, yaitu performance problem, new system and technology serta automatic and habitual training. 1. Situasi pertama, berkaitan dengan kinerja dimana karyawan organisasi mengalami degradasi kualitas atau kesenjangan antara unjuk kerja dengan standar kerja yang telah ditetapkan. 2. Situasi kedua, berkaitan dengan penggunaan computer, prosedur atau teknologi baru yang diadopsi untuk memperbaiki efesiensi operasional perusahaan. 3. Situasi ketiga, berkaitan dengan pelatihan yang secara tradisional dilakukan berdasarkan persyaratan-persyaratan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka terciptalah Training need analysis (TNA) atau yang diartikan dalam bahasa indonesia adalah analisis kebutuhan pelatihan. Yang berisikan tentang : a. Adanya pegawai baru, Disini memberikan orintasi pekerjaan atau tugas pokok organisasi kepada pegawai yang baru direkrut sebelum yang pegawai bersangkutan nantinya ditempatkan pada salah satu unit organisasi



b. Adanya peralatan kerja baru, Disini lebih Mempersiapkan pegawai dalam penggunaan peralatan baru dengan teknologi yang lebih baru, sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja dan bisa lebih meningkatkan efesiensi kerja c. Adanya perubahan sistem manajemen/administrasi birokrasi, Artinya Mempersipakan pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan sistem yang baru dibangun d. Adanya standar kualitas kerja yang baru, Mempersiapkan pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan sistem kualitas kerja yang diterapkan oleh perusahaan e. Adanya kebutuhan untuk menyegarkan ingatan , Memberikan nuansa baru/penyegaran ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan f. Adanya penurunan dalam hal kinerja pegawai, Meningkatkan kualitas kinerja pegawai sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis sehingga membuat nyaman pegawai saat bekerja g. Adanya rotasi/relokasi pegawai, Meningkatkan pegawai dalam menghadapi pekerjaan dan situasi kerja yang baru. Sedangkan fungsi Training Need Analysis (TNA) yaitu :  Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan attitude pekerja;  Mengumpulkan informasi tentang job description dan job specification  Medefinisikankinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yangoperasional  Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan dan persetujuan;  Memberi data untuk keperluan perencanaan



Tahapan TNA mempunyai elemen penting yaitu :  Identifikasi masalah  Identifikasi kebutuhan  Pengembangan standar kinerja  Identifikasi peserta  Pengembangan kriteria pelatihan  Perkiraan biaya  Keuntungan



2.1.6 Gejala Pemicu Diadakannya Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sebuah institusi yang perlu dibenahi adalah manusianya. Hal ini dapat dilakukan dengan dengan membangun basic mentality SDMnya sehingga akan berkembang kesadaran mutu di setiap lapisan karyawan dari manajemen puncak hingga karyawan tingkat bawah. Basic mentality adalah suatu sikap mental yang mendasari cara berfikir, cara bersikap dan cara bertindak dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari selaras dengan nilai-nilai



perusahaan (Budi Santosa, 2004). Untuk pengembangan basic mentality demi terwujudnya budaya kerja maka peran manajerial perlu dioptimalkan. Pengembangan basic mentality dapat dilakukan melalui program pelatihan dan pengembangan karyawan. Seperti yang diungkapkan oleh Pheter Sheal (2003 :29) bahwa ada 4 alasan utama mengapa program pelatihan dan pengembangan staff menjadi semakin penting: a. Perubahan-perubahan yang cepat dalam teknologi serta tugas-tugas yang diakukan oleh orang-orang b. Kurangnya ketrampilanketerampilan langsung dan keterampilan jangka panjang c. Perubahan-perubahan dalam harapanharapan dan komposisi angkatan kerja d. Kompetensi dan tekanan-tekanan pasar demi



peningkatan-peningkatan dalam kualitas produk-produk maupun jasa-jasa. Selain basic mentality yang harus dibenahi dalam sebuah orgnisasi terdapat pula Factor-faktor lain yang menjadi pemicu dibutuhkannya pelatihan dan pengembangn, seperti Tidak tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu melaksanakan tugasnya, karyawan tidak produktif, tingkat penjualan menurun, tingkat keuntungan menurun adalah beberapa contoh gelaja-gejala yang umum terjadi daam organisasi. Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut menurut Blanchard and Huszczo (1986) mencontohkan terdapat tujuh gejala utama dalam organisasi yang membutuhkan penanganan yaitu :



1) Low productivity; 2) High absenteeism; 3) High turnover; 4) Low employee morale; 5) High grievances;strike; 6) Low profitability