Hadits Tentang Pendidikan Diri Dan Pendidikan Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



Hadits Tentang Pendidikan Diri dan Pendidikan Anak Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits tarbawi Dosen Pengampu Dr. H. Mukhtar, Lc, MA



Kelompok 10 : 1. Arizka Putri Wulandari



(1911101173)



2. Elisa Salsa Dila



(1911101224)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA 2021



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Hadits Tarbawi yang berjudulkan Hadits Tentang Pendidikan Diri dan Pendidikan Anak dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu saja kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah yang telah membawa risalah islam sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia maupun di akhirat. Dengan keterbatasan waktu, referensi dan kemampuan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, agar nantinya bisa lebih baik lagi. Kami juga meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan penulisan ataupun kekurangan isi.



Tenggarong, Maret 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................i DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 A. Latar Belakang .......................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................1 C. Tujuan .....................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2 A. Hadis Tentang Pendidikan diri Sendiri...................................................2 B. Pendidikan Terhadap Anak.....................................................................6 C. Mendidik Anak dengan Baik...................................................................7 D. Aspek Apek Pendidikan terhadap Anak..................................................8 E. Pendidikan Wajib dari Orang Tua terhadap Anak...................................9 BAB III PENUTUP .............................................................................................12 A. Kesimpulan  ..........................................................................................12 B. Saran .....................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Di sinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Hadist tentang Pendidikan diri? 2. Bagaimana Penjelasan dari Hadis tentang Pendidikan diri? 3. Bagaimana Hadits tentang pendidikan anak? 4. Bagaimana Penjelasan Hadits tentang pendidikan anak? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Hadist tentang Pendidikan diri. 2. Untuk mengetahui penjelasan dari hadis tentang Pendidikan diri. 3. Untuk mengetahui Hadits tentang pendidikan anak. 4. Untuk mengetahui Penjelasan Hadits tentang pendidikan anak.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Hadits Tentang Pendidikan Diri Husain bin Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:



‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬ َ ‫لع ْل ْم فَ ِر ْث‬ ِ ‫طَلَبُ ْا‬ Artinya: “Menuntut ilmu pengetahuan wajib bagi setiap orang Islam. (H.R.Bukhari) Dalam menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan, Allah menggunakan ungkapan yang bervariasi. Kadang-kadang Allah menggunakan perintah agar manusia membaca. Kegiatan membaca akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Hal ini terlihat dalam QS Al-'Alaq/96: 1-5. Kadang-kadang Allah memakai perintah mengamati fenomena alam semsesta. Pengamatan ini akan melahirkan ilmu pengetahuan pula. Ungkapan ini ditemukan antara lain dalam QS Al- Ghâsyiyah/88: 17-20. Di tempat lain, Allah menggunakan motivasi dengan ungkapan mengangkat derajat orang yang berilmu pengetahuan yang beriman. Motivasi ini akan mendorong orang untuk belajar. Pernyataan ini dapat dilihat antara lain dalam Q.S Al-Mujadilah/58: 11.1 Perintah menuntut ilmu yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. sejalan dengan perintah Allah dalam a;-quran. Dalam al-quran ditemukan ayat-ayat yang bermaksud perintah menuntut ilmu pengetahuan dan petunjukpetunjuk tentang urgensi ilmu pengetahuan itu. Di ataranya:



١-‫ق‬ َ ۚ َ‫اِ ْق َر ْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذيْ خَ ل‬ ٢-‫ق‬ َ َ‫خَ ل‬ ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ 1



Djamari arifin zainal. Islam, aqidah dan syari’ah (Jakarta: PT.Grafindo persada. 1996)



hlm, 102.



2



٣ - ‫اِ ْق َر ْأ َو َربُّكَ ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬ ٤ – ‫الَّ ِذيْ عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬ ٥ - ‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬ Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Ayat ini dapat dijadikan sebagai alasan bahwa ilmu pengetahuan itu penting dalam kehidupan manusia. Allah memerintahkan agar manusia membaca sebelum memerintahkan melakukan pekerjaan dan ibadah yang lain. Ayat ini juga menunjukkan karunia Allah SWT. kepada manusia sebab ia dapat menemukan kemampuan belajar bahasa. Tambahan lagi, manusia juga dapat mempelajari baca tulis,



ilmu



pengetahuan,



keterampilan



yang



beragam, petunjuk dan keimanan, serta hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia sebelum diajarkan kepadanya. Selain hadis di atas ada satu hadis lagi mengenai pendidikan diri sendiri.2



(‫أَ َّدبَنِي َربِّي فَأَحْ َسنَ تَأ ِد ْيبِي )رواه العكسري عن علي‬ Artinya: Allah



telah



mendidik



kita,



maka



ia



sempurnakan



pendidikanmu. ( H.R .al-Aksary dari Ali RA) Penjelasan Hadits diatas adalah sebagai berikut: 1) al-Ta’dib Secara bahasa, kata al-ta’dib merupakan masdar dari kata “addaba’i: Bukhari Umar, HadisTarbawi: Pendidikan dalam perspektif hadis, (Jakarta: AMZAH, 2012), hlm. 7. 2



3



a. Ta’dib, berasal dari kata dasar “aduba – ya’dubu yang berarti melatih, mendisiplinkan diri untuk senantiasa membiasakan berperilaku yang baik dan sopan santun. b. Berasal dari kata “adaba – ya’dibu” yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang berbuat dan berperilaku sopan sebagaimana perilaku nabi yang mencerminkan kemulyaan. c. Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja “ta’dib” mengandung pengertian memperbaiki,melatih,memberi tindakan dan disiplin. Dalam hadist nabi disebutkan : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” ( HR. al-Askary dariAli RA). Kata pendidikan ,yang dalam bahasa inggris “Education” dalam bahasa arab disebut Tarbiyah . Dalam al-Quran di tegaskan bahwa Allah adalah Rabbal a’lamin dan juga Rabbal nas, artinya Allah adalah pendidik bagi semesta alam dan juga pendidik bagi manusia. Pengertian tersebut diambil karena kata Rabb dalam arti Tuhan dan Rabb dalam arti pendidik berasal dari akar kata yang sama. Dengan demikian menurut al-Quran tersebut bahwa alam dan manusia mempunyai sifat tumbuh dan berkembang dan yang mengatur sifat tumbuh dan berkembang hanyalah allah SWT. Jadi mendidika dan pendidikan pada hakikatnya adalah fungsi Tuhan, dan mendidik adalah mengatur serta mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan alam dan manusia sekaligus. Kenapa kenyataanya pendidikan dan mendidik itu menjadi urusanya manusia. Dalam pandangan filsafat islam ,sebagaimana ditegaskan dalam alQuran, bahwa manusia adalah khalifah Allah dialam semesta ini.3



Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: 2013, Pustaka Riski Putra), hlm. 94. 3



4



Khalifah berarti kuasa atau wakil. Dalam status manusia sebagai khlalifah ini,berarti manusia hidup di alam ini mendapat kuasa dari Allah Untuk mewakili dan sekaligus sebagai pelaksana dari peran dan fungsi allah di alam.diantara peran dan fungsi utamanya adalah : sebagai Rabb al alam yaitu mendidik dalam arti mengarahkan dan mengembangkan alam (termasuk manusia sebagian dari alam). Sebagaiman sebagai



khalifah



dimuka



kita



ketahui



bahwa manusia



bumi ini, manusia mendapat kuasa dan



wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri dan manusia pun memiliki potensi untuk melakukanya. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan hidup dan kehidupan manusia. Hal-hal tersebut merupakan problema hidup dan kehidupan manusia.jadi merupakan problema pendidikan. Menurut konsep pendidikan dalam islam (tarbiyah islamiyah) bahwa pada hakikatnya manusia dimuka bumi ini sebagai khalifah dan memiliki potensi untuk memahami, menyadari kemudian kemudian merencanakan Manusia bertanggung



problema



hidup



dan



kehidupanya.



jawab untuk memecahkan problema hidup dan



kehidupanya sendiri. Dengan kata lain islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertanggungjawab, sebagaiman ayat al-qur’an surah al-baqarah ayat 31 :



ۤ ‫ُٔوْ نِ ْي بِا َ ْس َم ۤا ِء‬Žُ‫ال اَ ۢ ْنبِٔـ‬ َ َ‫ َك ِة فَق‬Žِ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕٕى‬ َ ‫َو َعلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬ ٰ ‫ٰهٓؤُاَل ۤ ِء اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬ َ‫ص ِدقِ ْين‬ Artinya : “..dan dia(Allah) mengajarkan kepada adam (bendabenda)seluruhnya,kemudian mengemukakan kepada para malaikat.” (Q.S al-Baqarah:31)



5



B. Pendidikan Anak



ُّ ‫َان أَ ْخبَ َرنَا َع ْب ُد هَّللا ِ أَ ْخبَ َرنَا يُونُسُ ع َْن‬ ُ ‫َح َّدثَنَا َع ْبد‬ ‫الز ْه ِريِّ أَ ْخبَ َرنِي أَبُو َسلَ َمةَ ب ُْن َع ْب ِد‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َما ِم ْن‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ق‬ ِ ‫الرَّحْ َم ِن أَ َّن أَبَا هُ َري َْرةَ َر‬ ْ ِ‫َموْ لُو ٍد إِاَّل يُولَ ُد َعلَى ْالف‬ ُ‫ه أَوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه َك َما تُ ْنتَ ُج ْالبَ ِهي َمة‬Žِ ِ‫ط َر ِة فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه َويُنَصِّ َران‬ ْ ِ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ [ ف‬ َ‫ط َرة‬ ِ ‫بَ ِهي َمةً َج ْم َعا َء هَلْ تُ ِحسُّونَ فِيهَا ِم ْن َج ْدعَا َء ثُ َّم يَقُو ُل أَبُو هُ َر ْي َرةَ َر‬ ْ ِ‫يل ل‬ ُ ‫ك الد‬ ]‫ِّين ْالقَيِّم‬ َ ِ‫ق هَّللا ِ َذل‬ َ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد‬ َ َّ‫ُ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ َر الن‬ ِ ‫خَل‬ Artinya: Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua orang tua nyalah yang akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi sebagaimana binatang melahirkan binatang dalam keadaan sempurna. Adakah kamu merasa kekurangan padanya. Kemudian abu hurairah ra. berkata : “fitrah Allah dimana manusia telah diciptakan tak ada perubahan pada fitrah Allah itu. Itulah agama yang lurus” (HR al-Bukhari dalam kitab jenazah) Pada dasarnya semenjak lahir manusia sudah dianugerahi fithrah atau potensi untuk menjadi baik dan jahat, akan tetapi anak yang baru lahir berada dalam keadaan suci tanpa noda dan dosa. Oleh karena, apabila dikemudian hari dalam perkembangannya anak menjadi besar dan dewasa dengan sifat-sifat yang buruk, maka hal itu merupakan akibat dari pendidikan keluarga, lingkungan dan kawan- kawan sepermainannya yang notabene mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya sifat-sifat buru tersebut.4 Demikian



pula



jika



diajarkan



kepadanya



ajaran



agama



Nasrani dia akan menjadi Nasrani, dan begitu seterusnya.



4



Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hal. 1-8.



6



C. Mendidik Anak dengan Baik Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di hadapanNya, anak memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua. Pendidikan ini bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun hukum islam. selain itu pendidikan tidak hanya dapat dijalankan di sekolah, tetapi juga di rumah. Seperti hadis yang diriwayatkan dari Abu Dawud :



‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه‬ ٍ ‫َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ب َع ْن أَبِي ِه َع ْن َج ِّد ِه ق‬ ‫ين َواضْ ِربُوهُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم‬ َ ِ‫َو َسلَّ َم ُمرُوا أَ ْوال َد ُك ْم بِالصَّال ِة َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسن‬ ‫اج ِع‬ َ ‫*أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر َوفَرِّ قُوا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬ ِ ‫ض‬ (‫)أخرجه ابوداود في كتاب الصالة‬ Artinya : Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". (HR. Abu Dawud). Pendidikan di sekolah hanya dilakukan jika anak sudah cukup umur. Sedang pendidikan di rumah dimulai sejak masih kecil sampai beranjak dewasa. Rosulullah



mengajarkan



bahwa jika



anak



sudah mendekati



masa baligh, hendaknya dipisahkan antara tempat tidur anak laki- laki dengan anak perempuan. Begitu pula dengan tempat tidur dengan orang tuanya. Setelah anak berusia tujuh tahun, hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat dan puasa sebagai wahana pemberdayaan. Orang tua diperkenankan menghukum pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai menunaikan kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat menyakiti atau menimbulkan cacat.



7



Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan, sulit untuk dipatuhi anak. Sebab kecenderungan anak akan meniru orang tua. D. Aspek-Aspek Pendidikan terhadap Anak Berdasarkan hakikat manusia, maka kita dapati berbagai segi atau aspek pendidikan. Diantara aspek-aspek pendidikan yang sangat penting ialah: a. Pendidikan Akhlak atau Budi Pekerti Budi pekerti atau akhlak adalah aspek yang sangat fundamental dalam kehidupan, baik kehidupan sebagai individu maupun kehidupan bermasyarakat dan bangsa. Tujuan dari pendidikan budi pekerti adalah mendidik anak agar dapat membedakan antara baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, terpuji dan tercela. b. Pendidikan Kecerdasan Pendidikan kecerdasan merupakan tugas pokok dari sekolah. Tujuan dari pendidikan kecerdasan adalah mendidik anak agar dapat berfikir secara kritis, logis, kreatif dan reflektif. -



Berfikir secara kritis berarti dengan cepat anak melihat halhal yang benar dan hal-hal yang tidak benar.



-



Berfikir secara logis berarti dengan cepat dapat melihat hubungan masalah yang satu menghubung-hubungkan



dari



dengan



yang



beberapa



lain,



masalah,



membandingkan, kemudian menmenarik kesimpulan. -



Berfikir secara kreatif dari apa yang telah di selidiki, melakukan percobaan, serta pengamatan yang dilakukan dapat menemukan sesuatu yang dianggap baru.



-



Berfikir



secara



reflektif



berarti



anak



dapat



memecahkan berbagai persoalan dengan tepat. -



8



c. Pendidikan Sosial atau Kemasyarakatan Pendidikan ini berhubungan dengan pergaulan anak didik



dan



proses adaptasi lingkungan. Pendidikan sosial



bertujuan untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat berpartisipasi secara aktif di dalamnya. d. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan tentang pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan.5 Selain keempat aspek di atas, dalam sebuah hadis dari Abi Rafi’ disebutkan bahwa aspek-aspek pendidikan yang harus diajarkan orang tua terhadap anak adalah menulis, berenang, memanah, mewariskan, dan mecari rizki yang halal. E. Pendidikan Wajib dari Orang Tua terhadap Anak Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis yang merintahkan para orang tua untuk menyuruh atau mengajarkan anak-anaknya melaksanakan shalat. Hal ini terdapat dalam Q.S. al-Luqman ayat 17 yang berbunyi:6



‫ف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َواصْ بِرْ َع ٰلى َمٓا‬ ِ ‫ي اَقِ ِم الص َّٰلوةَ َو ْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعر ُْو‬ َّ َ‫ٰيبُن‬ ‫ك ِم ْن َع ْز ِم ااْل ُ ُم ْو ِر‬ َ ِ‫ك اِ َّن ٰذل‬ َ ۗ َ‫صاب‬ َ َ‫ا‬ Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S al-Luqman:17) Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: 2012, AMZAH), hal. 168. Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA, 2008), hlm 91-92. 5 6



9



Didalam Al-Qur’an Surat al-Luqman ayat 17 dijelaskan bahwa Lukman (orang salih yang nama dan ajarannya diabadikan dalam Al-Qur’an ) menyuruh anaknya untuk mendirikan shalat. Kemudian didalam hadis pun dijelaskan bahwa anak yang sudah mampu membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri maka dilatih atau di ajarkan untuk shalat.



َّ ‫ُمر ُْوا أَ ْواَل َد ُك ْم بِال‬ ‫ َواضْ ِرب ُْوهُ ْم‬، ‫صاَل ِة َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِي َْن‬ ‫اج ِع‬ َ ‫ َوفَرِّ قُ ْوا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬، ‫َعلَ ْيهَا َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ِر ِسنِي َْن‬ ِ ‫ض‬ Artinya: “Dari ‘Amar bin Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)!”. (HR.Abu Daud dalam kitab sholat)”.



Pada usia tujuh tahun anak diperintahkan untuk shalat agar mereka terbiasa dan merasa nyaman melakukan shalat. Setelah sampai usia sepuluh tahun orang tua boleh memukul ketika anak meninggalkan shalat karena mereka sudah baligh atau mendekati baligh. Adapun diperbolehkannya memukul terhadap anak usia sepuluh tahun karena pada usia tersebut merupakan batas usia seorang anak sudah bisa atau tahan menerima pukulan. Pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang tidak menyakitkan dan menghindari wajah. Syarat diperbolehkannya memukul anak kecil: a. Hendaklah pukulan itu tidak terfokus pada satu anggota badan b. Hendaknya ada jeda waktu di antara dua pukulan, sehingga dapat meringankan rasa sakit yang ditimbulkan c. Hendaknya orang yang memukul tidak meninggikan tangannya sehingga pukulannya tidak terlalu menyakiti d. Hendaklah para pendidik tidak memukul ketika dirinya dalam keadaan marah e. Tidak memukul ketika sang anak menyebut nama Allah



10



f. Tidak memukul sebelum anak mencapai usia sepuluh tahun. Syarat dalam memukul adalah bertujuan mendidik, bukan karena marah, dendam, atau kebencian dan hendaklah hal itu merupakan bagian dari sebuah pendidikan.7



7



Muhammad Nabil Kazhim, Sukses mendidik anak, (Solo: 2011, Pustaka Arafah), hal.



33.



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan hadis yang telah pemakalah paparkan di atas maka, secara umum dapat disimpulkan, bahwa agama islam merupakan agama yang universal, yang tidak hanya mengajarkan kepada kita untuk sholat, puasa, baca al-Quran, tetapi islam juga mewajibkan kepada kita untuk berilmu pengetahuan dan berteknologi. Anak adalah nikmat Allah SWT. yang tak ternilai dan pemberian yang tak terhingga. Tidak ada yang lebih tau besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah bagi



kedua



orang



tuanya,



yang



jawabannya,apakah keduanya telah



kelak



akan



menjaganya



dimintai atau



pertangung



justru



menyia-



nyiakannya. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang iman adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang lakilaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya. Inilah sekelumit makalah yang kami sampaikan tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya. B. Saran Demikian makalah yang dapat kami selesaikan, semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal mendidik anak. Selain itu, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca terkhusus untuk para pemakalah sendiri. Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh mendekati kesempurnaan, untuk itu kritik saran yang membangun sangat kami tunggu untuk perbaikan dalam pembuatan makalah kami selanjutnya.



12



DAFTAR PUSTAKA Zainal, Djamari Arifi. 1996. Islam, aqidah dan syari’ah (Jakarta: PT.Grafindo persada. Umar, Bukhari . 2012. Hadis Tarbawi: Pendidikan



dalam perspektif hadis,



(Jakarta: AMZAH) Baqir, Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Mizan, 2005. Uhbiyati, Nur. 2013.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Riski Putra. Juwariyah, 2010Hadist Tarbawi,.Yogyakarta: Teras. Jauhari, Heri Muchtar, 2008 Fikih Pendidikan, (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA). Kazhim, Muhammad Nabil. 2011, Sukses.



13