Hasil Kali Transformasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HASIL KALI TRANSFORMASI Definisi: Andaikan F dan G dua transformasi, dengan F :V  V G :V  V



Maka produk atau komposisi dari F dan G yang ditulis sebagai G o F didefinisikan sebagai (G o F)(P) = G [F(P)], P  V . Teorema 5.1: Jika F : V  V dan G : V  V masing-masing suatu transformasi, maka hasilkali H= G o F : V  V adalah juga suatu transformasi.



Bukti : i. Harus dibuktikan bahwa H= G o F : V  V ada. 1) Jelas



adalah seluruh bidang V



2) Jelas



adalah seluruh bidang V ada sehingga H = G o F : V  V ada.



Jadi



ii. Harus dibuktikan dua hal yaitu: 1) H surjektif, 2) H injektif. 1)



Misal H(y) = (G o F)(y) = x Akan dibuktikan H(y) = x surjektif. Ambil sebarang x



V.



Karena G suatu transformasi maka G surjektif artinya x



V



z



V



G(z) = x.



Karena F suatu transformasi maka F surjektif artinya pada z



V



Jadi ada y



y V



V



z = F(y).



(G o F)(y) = H(y) = x.



Jadi H surjektif. 2)



Ambil x, y dengan x



y



H(x)



H(y)



Andaikan H(x) = H(y) maka (G o F)(x) = (G o F)(y) Karena G injektif maka F(x) = F(y). Karena F injektif maka x = y. Ini suatu kontradiksi. Jadi pengandaian salah, sehingga haruslah x



y.



Jadi H injektif. Berdasarkan i dan ii maka H= G o F : V  V adalah suatu transformasi. Catatan: 1|Hasilkali Transformasi



Hasil kali J = F o G : V  V adalah juga suatu transformasi. Bukti : i. Harus dibuktikan bahwa J = F o G : V  V ada. 1) Jelas



adalah seluruh bidang V



2) Jelas



adalah seluruh bidang V ada sehingga J = F o G : V  V ada.



Jadi



ii. Harus dibuktikan dua hal yaitu: 1). J surjektif, 2). J injektif. 1) Misal J(y) = (F o G)(y) = x. Akan dibuktikan J(y) = x surjektif. Ambil sebarang x



V.



Karena F suatu transformasi maka F surjektif artinya x



V



z



V



F(z) = x.



Karena G suatu transformasi maka G surjektif artinya pada z



V



Jadi ada y



y V



V



z = G(y).



(F o G)(y) = J(y) = x.



Jadi J surjektif. 2) Ambil x, y dengan x



y



J(x)



J(y).



Andaikan J(x) = J(y) maka (F o G)(x) = (F o G)(y) Karena F injektif maka G(x) = G(y). Karena G injektif maka x = y. Ini suatu kontradiksi dengan x



y.



Jadi pengandaian salah, sehingga haruslah x



y.



Jadi J injektif. Berdasarkan i dan ii maka J = F o G : V  V adalah suatu transformasi. Contoh: Andaikan g sebuah garis dan T sebuah transformasi T : V  V yang didefinisikan sebagai berikut. 1. Jika X



g maka T(X) = X.



2. Jika X



g maka T(X) adalah titik tengah ruas garis dari X ke g yang tegak lurus.



a. Buktikan T suatu transformasi. 1) Adb T surjektif Kasus 1: Untuk X



g



g X = T(X) Gambar 1 2|Hasilkali Transformasi



Menurut definisi maka X’= X karena T(X) = X’ = X. X’



Jadi



V



X



T(X) = X’ = X.



V



Kasus 2 : Untuk X



g



X



X ’ g Gambar 2 Ambil sebarang titik X’



V.



Menurut teorema dasar geometri Euclides: ada satu garis yang tegak lurus pada garis tertentu melalui titik di luar garis tersebut. Dengan demikian, dapat dibuat sebuah segmen garis yang tegak lurus g melalui X’. Namai



.



Menurut postulat geometri Euclides: sebuah segmen dapat diperpanjang sehingga sama dengan segmen tertentu. Jadi dapat dibuat perpanjangan segmen dengan



=



Karena



=



sepanjang segmen tersebut sehingga diperoleh titik X



. dan V bidang euclides maka ada X tunggal dengan X’ dan X’ adalah satu-satunya titik tengah



titik tengah



Dengan X’ adalah



.



Ini berarti X adalah prapeta dari X’. X’



Jadi



V



X



T(X) = X’.



V



Jadi T surjektif. 2) Adb T injektif Ambil sembarang titik X, Y



X



dengan X



Y jelas ruas garis ortogonal X ke g



Ditunjukkan X Andaikan



ruas garis ortogonal Y ke g



Y .



Maka T(X) adalah titik tengah ruas garis ortogonal Y ke g dan X ke g. T(Y) adalah titik tengah ruas garis ortogonal X ke g dan Y ke g. Ruas garis ortogonal X ke g berpotongan ruas garis ortogonal Y ke g. Jadi X = Y 3|Hasilkali Transformasi



Kontradiksi dengan X Haruslah X



Y.



Y



.



Jadi T adalah injektif. Dari 1) dan 2) didapat T adalah transformasi.



a. Apakah T suatu isometri? Penyelidikan: Ambil sebarang titik



Kasus 1: g



.



dan



dengan



P=T(P)



Q=T(Q) Gambar 3



Jelas T(P) = P’ = P



Q = Q’ = T(Q).



Jadi P’Q’ = PQ. Kasus 2:



dan



.



Q Q’=T(Q ) g



P=T(P) Gambar 4



Jelas T(P) = P’ = P. Jelas T(Q) = Q’ dengan Q’ adalah titik tengah ruas garis ortogonal dari Q ke Q’. Jadi PQ



P’Q’= PQ’.



PR! Kasus 3 : Kasus 4 :



dan dan



, dengan Q tidak segaris . dengan



Berdasarkan kasus 1 dan kasus 2, diperoleh bahwa T bukan isometri.



b. Ambil transformasi kedua misalnya sebagai berikut: Ambil sebuah garis



h  g dan Mh adalah



refleksi pada garis h. Jadi hasilkali Mh[T(X)] = Y juga suatu transformasi sehingga Y = (Mh o T)(X). Apakah hasilkali ini isometri? h 4 | H a s i l k a l i T rXa n s f o r m a s i X’=T(X)



Y



Adb. (Mh o T)(X) = (T o Mh)(X) Bukti: Dari gambar 5, ambil garis g misalkan sebagai sumbu X suatu koordinat ortogonal dan garis h sebagai sumbu Y. Titik potong h dan g sebagai titik asal.



sb. Y y



X(x,y)



X’=T(X)



x



Mh(X) =(-x,y)



Y



O



Misalkan X = (x,y) maka T(X) = (x,



Gambar 6 1 1 y) dan Mh[T(X)] = (-x, y). 2 2



Jadi (Mh o T)(X) = Mh[T(X)] = (-x,



1 y). 2



sb. X



Jelas (T o Mh) (X) = T[Mh(X)]. Sehingga apabila X = (x,y) maka Mh(X) = (-x, y) dan T[Mh(X)] = (-x, Jadi (T o Mh)(X) = T[Mh(X)] = (-x,



1 y). 2



1 y). 2



Karena Mh[T(X)] = T[Mh(X)] maka (Mh o T)(X) = (T o Mh)(X) yang berlaku untuk setiap X  V. Jadi (Mh o T)(X) = (T o Mh)(X). Jadi hasilkali ini isometri. TETAPI SIFAT KOMUTATIF TIDAK SELALU BERLAKU Bukti: Ambil garis g dan garis h yang tidak tegak lurus pada g. 5|Hasilkali Transformasi



h X



X’=T(X)



g



> >



T[Mh(X)] Mh(X)



Mh[T(X)] Gambar 7 Jelas bahwa Mh[T(X)] Jadi (Mh o T)(X)



T[Mh(X)].



(T o Mh)(X).



Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa apabila S dan T transformasi maka S o T T o S. Buktikan bahwa pada gambar 7, Mh[T(X)]  T[Mh(X)]. Bukti: Dari gambar 7, ambillah garis g sebagai sumbu X suatu sistem koordinat ortogonal dan garis h sebagai grafik persamaan y = x . Titik potong h dan g kita ambil sebagai titik asal O. sb. Y y=x y



X(x,y)



X’=T(X)



sb. X



O



x



Mh[T(X)]



> T[M (X)] h > Mh(X)



1 1 Misalkan X = (x,y) maka T(x) = (x, y) dan Mh[T(x)] = ( y, x). 2 Gambar 28



Jadi (Mh o T)(X) = Mh[T(x)] = (



1 y, x). 2



Jelas (T o Mh) (X) = T[Mh(X)]. Apabila X = (x,y) maka Mh(X) = (y, x) dan T[Mh(X)] = (y, Oleh karena Mh[T(X)]



T[Mh(X)] maka (Mh o T)(X)



6|Hasilkali Transformasi



1 x). 2



(T o Mh)(X) yang berlaku untuk setiap X  V.



Jadi Mh[T(X)]



T[Mh(X)].



Hasil kali transformasi tidak hanya terbatas oleh dua transformasi. Andaikan T1, T2, T3 adalah transformasi. Untuk menyelesaikan masalah tersebut kita dapat menyusun terlebih dahulu hasil kali T1 o T2 kemudian kalikan dengan T3. Hasilkali transformasinya dapat kita sebagai T3(T2T1). Jadi andaikan P’ = T1(P), P” = T(P’), P”’ = T3(P”), maka [T3(T2T1)](P) = T3[T2T1(P)] = T3[T2{T1(P)}] = T3[T2(P’)] = T3(P’’) = P’’’ Selain cara di atas kita juga dapat mengalikan sebagai berikut: [(T3T2 )T1](P) = (T3T2 ) [T1(P)]



= (T3T2)(P’) = T3 [T2(P)] = T3(P’’)



= P”’ Jadi hasilkali transformasi bersifat asosiatif. Kita dapat mengatakan bahwa T3(T2T1) = (T3T2)T1 = T3T2T1.



PEMBAHASAN SOAL BAB V HASILKALI TRANSFORMASI



1). Diketahui : garis-garis g dan h dan titik-titik P,Q dan K. Lukislah : a). A = Mg[Mh(P)] b). B = Mh[Mg(P)] c). C = Mh[Mh(P)] d). D = Mg[Mh(K)] e). R sehingga Mh[Mg(R)] = Q f). Apakah Mg  Mh = Mh  Mg? Penyelesaian: a)



A = Mg[Mh(P)]



7|Hasilkali Transformasi



P



Q



g



b)



P g Mg(P) B = Mh[Mg(P)]



h



P = Mh[Mh(P)] c) g



h Mh(P) d)



P



g



K = D= Mg[Mh(K)] Q e)



R



h



P Q = Mh[M g g(R)] 8|Hasilkali Transformasi Mh(Q)



f) Tidak, sebab terlihat pada nomor (a) dan (b), diperoleh Mg[Mh(P)]  Mh[Mg(P)]. Selain itu, sifat komutatif tidak berlaku secara umum pada hasilkali transformasi. Pembuktian dapat dilihat di materi.



2). Diketahui : T dan S isometri Selidiki : a). TS sebuah isometri b). TS = ST c). Jika g sebuah garis maka g’ = (TS)(g) juga sebuah garis. d). Jika g // h dan g’ = (TS)(g), h’ = (TS)(h) maka g’ // h’ Penyelesaian : a). T dan S adalah isometri-isometri sehingga T dan S adalah suatu transformasi Berdasarkan teorema “Jika F : V  V dan G : V  V masing-masing suatu transformasi, maka hasil kali H = G  F : V  V adalah juga suatu transformasi”, maka TS juga transformasi. Adb. TS isometri. Ambil sebarang titik A, B  V. Jelas S(A) = A’,



S(B) = B’.



Karena S isometri maka AB = A’B’. Jelas T(A’) = A”,



T(B’) = B”.



Karena T suatu isometri maka A’B’ = A”B”. Diperoleh AB = A’B’ = A”B”. Jelas TS(A) = T[S(A)] = T(A’) = A” dan TS(B) = T[S(B)] = T(B’) = B”. Karena AB = A”B” maka TS sebuah isometri. Jadi TS adalah suatu isometri. b). Adb TS = ST Didefinisikan T(P) = P’ dan T(Q) = Q’. Misalkan |PQ| = |P’Q’|



|PQ| = |T(P) S(Q)|.



TS(P) = P’ dan ST(P) = P’. Karena TS(P) = ST(P) = P’ maka TS = ST = 1. Jadi TS = ST. 9|Hasilkali Transformasi



c). Apabila g sebuah garis maka g’ = TS(g) juga sebuah garis. Telah diketahui bahwa TS sebuah isometri. Berdasarkan teorema “sebuah isometri memetakan garis menjadi garis”. Maka g’ = TS(g) adalah sebuah garis. Jadi pernyataan “jika g sebuah garis maka g’ = TS(g) juga sebuah garis” benar. d). Apabila g // h dan g’ = TS(g), h’ = TS(h) maka g’// h’. Karena TS sebuah isometri, berdasarkan teorema “sebuah isometri mengawetkan kesejajaran dua garis” sehingga diperoleh g’// h’ dengan g’ = TS(g), h’ = TS(h), g // h . Jadi pernyataan “Apabila g // h dan g’ = TS(g), h’ = TS(h) maka g’// h’” benar. 3). Diketahui : garis-garis g dan h, A  g, B  h, C  h Lukislah : a). Mg[Mh(  ABC)] b). Mh[Mg(  ABC)] c). K sehingga Mg[Mh(K)] = K d). R sehingga Mh[Mg(R)] = D Penyelesaian: a).



A” C” B”



A g C B



h C’ A’



Mh(A) = A’ Mh(B) = B (karena B  h ) Mh(C) = C’ Mg(A’) = A” Mg(B’) = B” Mg(C’) = C” 10 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Jadi, Mg[Mh(ABC)] = A”B”C”. B’



b).



C’ A = A’ g C



B



h



A”



C”



B” Mg(A) = A’ = A (karena A  g ) Mg(B) = B’ Mg(C) = C’ Mh(A’) = A” Mh(B’) = B” Mh(C’) = C”



Jadi, Mh[Mg(ABC)] = A”B”C”. c). Akan dilukis K sehingga Mg[Mh(K)] = K. Mg[Mh(K)] = K  (MgMh)(K) = K. Hasil kali persamaan (MgMh)(K) = K hanya akan terjadi pada titik potong antara garis g dan garis h. Oleh karena itu K adalah titik potong garis g dan garis h. K



g



h d). Akan dilukiskan titik R sehingga Mh[Mg(R)] = D. Karena D  h maka D’ = Mh(D) = D. Diperoleh Mg(R) = D. Jadi, R adalah prapeta D oleh Mg R g 11 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i D h



4). Diketahui : garis-garis g, h, k dengan g // k Lukislah : a). g’ = Mh[Mg(g)] b). g’ = Mg[Mh(g)] c). k’ = Mg[Mh(k)] Penyelesaian: a) g’= Mh[Mg(g)] Ambil dua titik sebarang anggota garis g, misal titik P dan Q serta namai titik perpotongan garis g dan h di R . Setelah mendapatkan pencerminan P di P’, R di R dan Q di Q’, hubungkan titik P’, R, dan Q’ menjadi suatu garis yaitu garis g’. g’ P’



h



g



Q



R



k



P



b) g’= Mg[Mh(g)] Q’ anggota garis g, misal titik P dan Q. Ambil dua titik sebarang g ’



Q’’ h



P’



Q



R P’’



P



Q’



12 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



g



k



c) k’= Mg[Mh(k)] Ambil dua titik sebarang anggota garis g, misal titik A dan B. namai titik perpotongan garis h dan k di C.



B’’



A’’ h



g k’ A’



k B



C A



B’ 5). Diketahui : dua garis g dan h yang berpotongan Lukislah : a). k sehingga Mg[Mh(k)] = g b). m sehingga Mh[Mg(m)] = g c). n sehingga Mh[Mg(n)] membagi sama besar sudut lancip antara g dan h Penyelesaian: a)



k sehingga Mg[Mh(k)] = g Mg[Mh(k)] berarti k dicerminkan terlebih dulu terhadap garis h kemudian hasilnya dicerminkan terhadap garis g. Karena hasil pencerminan terhadap garis g adalah g maka (Mh(k)) = g.



g



h k 13 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



b) m sehingga Mh[Mg(m)] = g Mh[Mg(m)] berarti m dicerminkan terhadap garis g terlebih dulu kemudian hasilnya dicerminkan terhadap garis h. Misalkan Mg(m) = i. Karena hasil pencerminan terhadap garis h adalah g berarti Mh[Mg(m)] = Mh(i) = g. Karena hasil pencerminan Mg(m) = i maka g merupakan sumbu antara i dan m. i m h



g



c) n sehingga Mh[Mg(n)] membagi sama besar sudut lancip antara g dan h. Misalkan Mh[Mg(n)] = l sehingga l membagi sama besar sudut lancip antara g dan h, serta Mg(n) = k. Karena hasil pencerminan terhadap garis h adalah l berarti Mh[Mg(n)] = Mh(k) = l. Karena hasil pencerminan Mg(n) =k maka g merupakan sumbu antara k dan m. n



g



l



h 6). Diketahui : padanan S dan T sebagai berikut



k



Daerah asal S adalah g, S(X) adalah titik tengah AX Daerah asal T adalah daerah di luar lingkaran l dan T(X) = BX  l 14 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Ditanyakan : a). TS(P) b). Daerah asal dan daerah nilai TS c). R sehingga (TS)(R) = Q dengan Q  l d). Apakah ST ada? Jika ya, tentukan daerah asal dan daerah nilainya Penyelesaian: a). Ambil P  g sehingga S(P) pertengahan AP . TS(P) = T[S(P)]. TS(P) perpotongan lingkaran l dengan S(P) B . A B



l



TS(P)



S(P)



g



P



b). Karena TS(X) = T[S(X)] berarti daerah asal T adalah S, sementara daerah asal S adalah g. Jadi, daerah asal TS di g. Daerah nilai S adalah S(X) yaitu pertengahan AX . Daerah nilai T(X) adalah BX  l , dan untuk TS(X) maka BS(X)  l  l Jadi, daerah nilai TS adalah pada lingkaran l. c). R sehingga (TS)(R) = Q dengan Q  l



A Q



B



l



S(R)



R



d). Ambil sebarang titik P Maka T(P) di l karena daerah hasil T di l. S[T(P)] tidak ada karena T(P)  l , sementara daerah asal S di g. Jadi, ST tidak ada. 15 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



g



7). Diketahui : garis g adalah sumbu X sebuah sumbu ortogonal dan h  x, y  y  x. Ditanyakan : a). Persamaan garis Mh[Mg(g)] b). P” = Mh[Mg(P)] dengan P = (0,3) c). Q” = Mg[Mh(Q)] dengan Q = (3,-1) d). R” = Mg[Mh(R)] dengan R = (x, y) e). Besarnya  ROR” apabila O titik asal Penyelesaian: a). Mh[Mg(g)] = Mh(g) = Mh x,0, x  R Ingat! misalkan diketahui titik A (a, b), maka penerminan A terhadap garis y = x adalah A’ (b, a). Jadi Mh[Mg(g)] = 0, x , x  R. Jadi, diperoleh Mh[Mg(g)] adalah sumbu-Y sebuah sistem sumbu ortogonal. Jadi persamaan garis Mh[Mg(g)] adalah x = 0. b). Akan ditentukan P” = Mh[Mg(P)] dengan P = (0,3) Mh[Mg(P)] = Mh[Mg(0,3)] = Mh[(0,-3)] = (-3,0) Jadi P” = (-3,0). c). Akan ditentukan Q” = Mg[Mh(Q)] dengan Q = (3,-1) Mh(Q) = Mh(3,-1) = (-1,3) Diperoleh Q” = Mg[Mh(Q)] = Mg(-1,3) = (-1,-3) Jadi Q” = (-1,-3). d). Akan ditentukan R” = Mg[Mh(R)] dengan R = (x, y) R” = Mg[Mh(R)] = Mg[Mh(x, y)] = Mg(y, x) = (y,-x) Jadi R” = (y,-x). e). m(  ROR”) = ...? Cara 1 R(x,y) 16 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i O(0,0) α) R”(y,-x)



Misalkan m(  ROR”) = α 2



2



2



RR"  OR  OR"  2 OR OR" cos α















 x  y    y  x   x 2  y 2  y 2   x   2 x 2  y 2 y 2   x  cos α 2



2



2







2







 x 2  2 xy  y 2  y 2  2 xy  x 2  x 2  y 2  y 2  x 2  2 x 2  y 2 cos α











Jadi, m(  ROR”) = 90



 2 x  y cos α  0  cos α  0 2



2



 α  90 atau α  270 Cara 2 Menentukan besar  ROR” dengan O adalah titik asal R(x, y) dan R’’(y, -x). R dicerminkan dulu terhadap garis g = sumbu X, dilanjutkan dicerminkan terhadap garis h. Persamaan garis yang melalui O dan R adalah



y y0 x0  y R x y R  0 xR  0 xR Persamaan garis yang melalui O dan R’’ adalah



y y0 x0   y  R '' x y R ''  0 x R ''  0 x R '' Karena y R ''   x dan x R ''  y maka diperoleh OR  OR' ' . Jadi  ROR” = 90.



8). Diketahui : dua garis g dan h yang berbeda berpotongan di P Buktikan : Mg[Mh(A)] = P jika dan hanya jika A = P Bukti : Garis g dan h berpotongan di titik P, maka P  g dan P  h



 Diketahui Mg[Mh(A)] = P ..........(i) Akan dibuktikan jika Mg[Mh(A)] = P maka A = P Karena P  g , menurut definisi pencerminan, Mg(P) = P ..........(ii) Dari (i) dan (ii) diperoleh Mg[Mh(A)] = P = Mg(P)  Mh(A) = P ..........(iii) Karena P  h, menurut definisi pencerminan, Mh(P) = P ..........(iv) 17 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Dari (iii) dan (iv) diperoleh Mh(A) = P = Mh(P)  A = P Jadi, jika Mg[Mh(A)] = P maka A = P (terbukti)



 Diketahui A = P Akan dibuktikan jika A = P maka Mg[Mh(A)] = P Karena A = P dan P  h, menurut definisi pencerminan, Mh(A) = Mh(P) = P Karena P  g , menurut definisi pencerminan, Mg(P) = P = Mg[Mh(A)] sehingga Mg[Mh(A)] = P Jadi, jika A = P maka Mg[Mh(A)] = P (terbukti) Dari   dan  diperoleh : Jika dua garis g dan h yang berbeda berpotongan di P, maka Mg[Mh(A)] = P jika dan hanya jika A = P (terbukti).



9). Diketahui : andaikan g sumbu X dan h =



x, y  y  x



S adalah padanan yang didefinisikan sebagai berikut : Jika P  g maka S(P) = P, jika P  g maka S(P) adalah titik tengah ruas garis tegak lurus dari P pada g Ditanyakan : a). Buktikan S suatu transformasi! b). Jika P = (x,y) sebuah titik sembarang, tentukan koordinat-koordinat titik S[Mg(P)]! c). Selidiki apakah S Mg = Mg S? d). Selidiki apakah S Mh = Mh S? Penyelesaian: a). Akan dibuktikan S suatu transformasi. S:VV Akan dibuktikan S bijektif. (i). Akan dibuktikan S surjektif. (1). Untuk P  g . Ambil sebarang P  V. Jelas prapeta P = P sebab S(P) = P. (2). Untuk P  g . Oleh karena V bidang euclide maka terdapat dengan tunggal P. dengan P  PT dimana T  g dan PT  g. 18 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Sehingga PX = XT. Karena PX = XT maka X merupakan titik tengah PT . Jadi, X adalah titik tengah ruas garis tegak lurus dari P pada g atau X = S(P), karena X = S(P) maka P prapeta dari X. Dari (1) dan (2) diperoleh S surjektif. (ii). Akan dibuktikan S injektif. Ambil sebarang P, Q  V dengan P  Q. (1). Untuk P, Q  g . Jelas S(P) = P dan S(Q) = Q. Karena P  Q maka S(P)  S(Q). (2). Untuk P  g dan Q  g . Jelas S(P) = P dan S(Q) = X, dimana X titik tengah ruas garis tegak lurus dari Q pada g, maka X  g . Karena P  g dan X  g maka P  X atau S(P)  S(Q). (3). Untuk P, Q  g . Jelas S(P) = Y, dimana Y titik tengah ruas garis tegak lurus dari P pada g dan S(Q) = X titik tengah ruas garis tegak lurus dari Q pada g. Andaikan S(P) = S(Q) atau Y = X. Karena Y titik tengah ruas garis tegak lurus dari P pada g, misalkan ruas garis tersebut dinamakan PT dimana T  g . Maka Y  PT dan PY = YT Karena X = Y maka X  PT dan PX = XT ..........(*) Karena S(Q) = X maka X titik tengah ruas garis tegak lurus dari Q pada g, maka X  UQ dan QX = XU ..........(**) Dari (*) dan (**) diperoleh PT dan UQ berimpit. Karena T  g dan U  g maka T = U dan P = Q, hal ini kontradiksi dengan P  Q. b). Diketahui P = (x, y). (i). Untuk P  g . Mg(P) = P maka S[Mg(P)] = P. (ii). Untuk P  g . Mg(P) = (x,-y). S[Mg(P)] = ( x,



1 y) . 2



c). Akan diselidiki apakah S Mg = Mg S. 19 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Ambil sebarang P = (x, y). (i). Untuk P  g . M g (P)  P maka S [M g (P)]  S(P)  P    S [M g (P)]  M g [S(P)] S(P)  P maka M g [S(P)]  M g (P)  P 



(ii). Untuk P  g .



1  y)  2   S [M g (P)]  M g [S(P)] 1 1 S(P)  ( x, y ) maka M g [S(P)]  M g ( x, y )   2 2  M g (P)  ( x, y ) maka S [M g (P)]  S(P)  ( x,



Berdasarkan (i) dan (ii) diperoleh S [Mg (P)]  Mg [S(P)] atau S Mg = Mg S. d). Akan diselidiki apakah S Mh = Mh S. Ambil sebarang P = (x, y). (i). Untuk P  g .



1  M h (P)  (0, x) maka S [M h (P)]  (0, x) 2  M h [S(P)]  S [M h (P)]  S(P)  ( x, 0) maka M h [S(P)]  (0, x)  (ii). Untuk P  g .



1  M h (P)  ( y, x) maka S [M h (P)]  ( y, x) 2  M [S(P)]  S [M (P)]  h h 1 1 S(P)  ( x, y ) maka M h [S(P)]  ( y, x)  2 2  Berdasarkan (i) dan (ii) diperoleh M h [S(P)]  S [M h (P)] atau S Mh  Mh S.



10). Diketahui : g =



x, y  y  0 dan h = x, y  y  x



S transfomasi (yang didefinisikan seperti nomor 9) A = (2,-8) dan P = (x, y)



Tentukan koordinat-koordinat titik-titik berikut : a). Mh Mg S(A)



d). Mh S Mg(P)



b). Mg S Mh(A)



e). S2 Mh(P)



c). S Mh S(A)



f). S M2g(P)



Penyelesaian: a). A = (2, -8) A’ = S(A)



20 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Sesuai definisi S (jika P  g maka S(P) adalah titik tengah ruas garis tegak lurus dari P pada g) maka A’ adalah titik tengah garis yang melalui A dan  g. A’ = (



2  2 0  (8) , )  (2,4) . 2 2



Jadi, S(A) = (2,-4). A” = MgS(A) = Mg(2,-4) Sesuai definisi pencerminan, maka garis g adalah garis sumbu titik (2, -4) dan A”. Misal: A” = (a, b), maka: (2,0)  (



2a 4b a b , )  (2,0)  (1  ,  2)  a  2, b  4 2 2 2 2



Jadi, A” = MgS(A) = Mg(2,4) = (4,2) Selanjutnya A” (4,2) dicerminkan terhadap garis h =



x, y  y  x diperoleh A’” (2,4).



Jadi koordinat titik Mh Mg S(A) adalah A’” (2,4).



b). Diketahui A(2,-8) dicerminkan terhadap garis h =



x, y  y  x.



diperoleh A’ (-8,2) Selanjutnya A’ ditransformasikan terhadap S. Karena A’  g , maka hasil transformasinya merupakan titik tengah garis yang melalui A’ dan  g. Titik potong garis yang melalui A’ dan  g adalah P(-8,0). Diperoleh titik A’(-8,2) dan P(-8,0). Jelas x1 = -8 dan y1 = 2, x2 = -8 dan y2 = 0 sehingga jarak antara A’ dan P adalah



Diperoleh



= y = 2.



Jadi hasil transformasi A’ terhadap S adalah A” (x, y) = A” (-8, .2) = A” (-8,1). Kemudian A” (-8,1) dicerminkan terhadap garis g =



x, y  y  0 diperoleh A’” (-8,-1).



Jadi koordinat titik Mg S Mh(A) adalah A’” (-8,-1). c). Diketahui A(2,-8) ditransformasikan terhadap S. Karena A  g , maka hasil transformasinya merupakan titik tengah garis yang melalui A dan  g. 21 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Titik potong garis yang melalui A dan  g adalah P(2,0). Diperoleh titik A(2,-8) dan P(2,0). Jelas x1 = 2 dan y1 = -8, x2 = 2 dan y2 = 0 sehingga jarak antara A dan P adalah



Diperoleh



= y = 8.



Jadi hasil transformasi A terhadap S adalah A’ (x, y) = A’ (2, .8) = A’ (2,4). Selanjutnya A’(2,4) dicerminkan terhadap garis h =



x, y  y  x diperoleh A”(4,2).



Kemudian A”(4,2) ditransformasikan terhadap S. Karena A”  g , maka hasil transformasinya merupakan titik tengah garis yang melalui A” dan  g. Titik potong garis yang melalui A” dan  g adalah P(4,0). Diperoleh titik A”(4,2) dan P(4,0). Jelas x1 = 4 dan y1 = 2, x2 = 4 dan y2 = 0 sehingga jarak antara A” dan P adalah



Diperoleh



= y = 2.



Jadi hasil transformasi A” terhadap S adalah A”’ (x, y) = A’” (4, .2) = A’” (4,1). Jadi koordinat titik S Mh S(A) adalah A’” (4,1). d). Diketahui titik P (x, y). Titik P (x, y) dicerminkan terhadap garis g =



x, y  y  0 diperoleh P’ (x, -y).



Selanjutnya P’(x, -y) ditransformasikan terhadap S. (i) Untuk P’  g . Diperoleh P’’(x, -y) = P’(x, -y). Kemudian P’’(x, -y) dicerminkan terhadap garis h = Jadi koordinat titik Mh S Mg(P) adalah P”’(- y, x).



22 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



x, y  y  x diperoleh P”’(-y, x).



(ii) Untuk P’  g ,. Jelas hasil transformasinya merupakan titik tengah garis yang melalui P’ dan  g. Titik potong garis yang melalui P’ dan  g adalah Q (x, 0). Diperoleh titik P’(x, -y) dan Q (x, 0). Jelas x1 = x dan y1 = -y, x2 = x dan y2 = 0 sehingga jarak antara P’ dan Q adalah



Diperoleh



= y.



Jadi hasil transformasi P’ terhadap S adalah P” (x, y). Kemudian P”(x, y) dicerminkan terhadap garis h =



x, y  y  x diperoleh P”’(



y, x).



Jadi koordinat titik Mh S Mg(P) adalah P”’( y, x).



e). Diketahui P(x, y). Titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis h =



x, y  y  xdiperoleh P’(y, x).



Selanjutnya P’(y, x) ditransformasikan terhadap S. Jelas hasil transformasinya merupakan titik tengah garis yang melalui P’ dan  g. Titik potong garis yang melalui P’ dan  g adalah Q (y, 0). Diperoleh titik P’(y, x) dan Q (y, 0). Jelas x1 = y dan y1 = x, x2 = y dan y2 = 0 sehingga jarak antara P’ dan Q adalah



Diperoleh



= x.



Jadi hasil transformasi P’ terhadap S adalah P” (y, x). Kemudian P” (y,



x) ditransformasikan terhadap S. Jelas hasil transformasinya merupakan titik



tengah garis yang melalui P” dan  g. Titik potong garis yang melalui P” dan  g adalah Q (y, 0).



23 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Diperoleh titik P” (y, x) dan Q (y, 0). Jelas x1 = y dan y1 = x, x2 = y dan y2 = 0 sehingga jarak antara P’ dan Q adalah



Diperoleh



.



Jadi hasil transformasi P” terhadap S adalah P”’ (y, Jadi koordinat titik S2 Mh(P) adalah P”’ (y,



f).



x).



x).



Diketahui titik P(x, y).



x, y  y  0 diperoleh P’(x, -y). Selanjutnya P’(x, -y) dicerminkan terhadap garis g = x, y  y  0 diperoleh P’’(x, y). Titik P(x, y) dicerminkan terhadap garis g =



Kemudian P’’(x, y) ditransformasikan terhadap S. (i) Untuk P’’  g . Diperoleh P’’’(x, y) = P’’(x, y). Jadi koordinat titik S M2g(P) adalah P’’’(x, y). (ii) Untuk P’’  g ,. Jelas hasil transformasinya merupakan titik tengah garis yang melalui P’’ dan  g. Titik potong garis yang melalui P’’ dan  g adalah Q (x, 0). Diperoleh titik P’’(x, y) dan Q (x, 0). Jelas x1 = x dan y1 = y, x2 = x dan y2 = 0 sehingga jarak antara P’ dan Q adalah



Diperoleh



= y.



Jadi hasil transformasi P’’ terhadap S adalah P”’ (x, y). 24 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Jadi koordinat titik S M2g(P)adalah P”’ (x, y). 11). Diketahui : andaikan g dan h dua garis yang tegak lurus A, B, C adalah tiga buah titik, sehingga Mg(A) = B dan Mh(A) = C Ditanyakan : tentukan titik-titik a). M3g(A)



c). MhMgMhMhMg(A)



b). MhMgMh(A)



d). M2gM3h(A)



Penyelesaian:



A(-x,y)



g



B(x,y)



Misalkan seperti gambar berikut: h



a). M3g(A) = (MgMgMg)(A)



c). MhMgMhMhMgD(x,-y) (A) C(-x,-y) = (MhMgM2h)[Mg(A)]



= (MgMg)[Mg(A)] = (MgMg)(B)



= (MhMgM2h)(B)



= Mg[Mg(A)]



= (MhMg)[M2h(B)]



= Mg(A)



= (MhMg)(B)



=B



= Mh[Mg(B)] = Mh(A) =C



b). (MhMgMh)(A)= (MhMg)[Mh(A)]



d). M2gM3h(A) = (M2gMh)[M2h (A)]



= (MhMg)(C)



= (M2gMh)(A)



= Mh[Mg(C)]



= M2g[Mh(A)]



= Mh(D)



= M2g(C)



=B



=C



12). Diketahui : dua garis, g // h, titik-titik P dan Q, P  g dan P  h Ditanyakan : a). Lukislah P” = MgMh(P) dan Q” = MgMh(Q)! b). Berbentuk apakah segiempat PP”QQ”? c). Buktikan pendapat anda! Penyelesaian: a).



g



h



MgMh(Q) = Q” 25 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



Q’ = Mh(Q) Q



b). Segiempat PP”Q”Q berbentuk jajargenjang c). g // h, P” = MgMh(P), dan Q” = MgMh(Q) Jadi, P" Q" = MgMh( PQ ) Karena pencerminan suatu isometri, maka P" Q" // PQ dan



P" Q" = PQ , dengan demikian



segiempat PP”Q”Q suatu jajargenjang (berdasarkan teorema “segiempat yang memiliki sepasang sisi yang sejajar dan sama panjang adalah jajargenjang”).



13). Diketahui : g =



x, y  y  3, h = x, y  y  1, dan k sebuah garis yang melalui A = (1,4) dan B = (-



1,-2) Tentukanlah : a). Persamaan k’ = MgMh(k) b). Luas segiempat AA”BB” apabila A” = MgMh(A) dan B” = MgMh(B) c). Koordinat P” = MgMh(P), P” = MgMh(P) apabila P = (x, y) d). Nilai  dalam persamaan garis h  x, y  y  α apabila g  x, y  x  2, A = (5,1), dan A” = MhMg(A) = (-3,1) Penyelesaian: a). k’ = MgMh(k) Karena A(1,4)  k dan B(-1,-2)  k , sehingga A”=MgMh(A)  k dan B”=MgMh(B)  k . Diperoleh A” = MgMh(A) = Mg[Mh(1,4)] = Mg (1,-6) = (1,12), dan B” = MgMh(B) = Mg[Mh(-1,-2)] = Mg (-1,0) = (-1,6). Misal A” = ( x1 , y1 ) dan B” = ( x2 , y 2 ) sehingga x1 = 1 dan y1 = 12, x2 = -1 dan y2 = 6 Persamaan garis k’:



y  y1 x  x1 y  12 x 1    y 2  y1 x2  x1 6  12  1  1



26 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



y  12 x  1  6 2  y  12  3 ( x  1) 



 y  12  3 x  3  y  3x  9



Jadi, persamaan garis k ': y  3x  9



A”(1,12)



12



B”(-1,6)



6



A(1,4)



4



-1



1



B(-1,-2) -2 b). Dari gambar dapat dilihat bahwa AA”B”B membentuk bangun jajargenjang dengan alas(a) = 2 dan tinggi(t) = 8. Diperoleh luas jajargenjang = a x t = 2 x 8 = 16 Jadi, luas AA”B”B = 16 satuan luas. c). Diketahui titik P ( x, y) . Pencerminan titik P terhadap garis h = Karena garis h =



x, y  y  1,  Mh(P) = P’ ( x' , y' )



x, y  y  1, merupakan sumbu PP’, sehingga -1 merupakan titik tengah dari



dan y’:



y  y'  1  y  y'  2  y'   y  2 dan x'  x 2 Jadi, koordinat titik P’(x, -y – 2). Pencerminan titik P’ terhadap garis g =



27 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



x, y  y  3,  Mg[Mh(P)] = P” ( x", y")



y



Karena garis g =



x, y  y  3,



merupakan sumbu P’P”, sehingga 3 merupakan titik tengah dari y’



dan y”: y'  y"  3  y'  y"  6  y"  6  y'  y"  6  ( y  2)  y"  y  8 2



Dan x"  x'  x Jadi, koordinat titik P”(x, y + 8). d). h  x, y  y  α, g  x, y  x  2, A = (5,1), dan A” = MhMg(A) = (-3,1), berapa ? Pencerminan titik A terhadap garis g  x, y  x  2: Mg(A) = A’ ( x' , y' ) Karena garis g  x, y  x  2 merupakan sumbu AA’ (dari definisi pencerminan), sehingga x = 2 merupakan titik tengah 5 dan x’ sedangkan y’ = 1 (tetap). 5  x'  2  5  x'  4  x'  1 2



Jadi, A’ = Mg(5,1) = (-1,1) Pencerminan titik A’ terhadap garis h  x, y  y  α: A” = Mh(A’) = Mh(-1,1) = (-3,1) Karena garis h  x, y  y  α merupakan sumbu A’A” (dari definisi pencerminan), sehingga x =  merupakan titik tengah -1 dan -3 sedangkan y” = y = 1.  1  (3)  α  α  2 2



Jadi, α  2 . Jadi, persamaan garis h  x, y  y  2



14). Diketahui : dua garis, g  h, Q  g  h, dan sebuah titik P  g , dan P  h Ditanyakan : a). Lukislah A = MgMh(P) b). Selidiki apakah Q titik tengah AP ? c). Lukislah B = MhMg(P) Penyelesaian: a). A = MgMh(P) g Mh(P)=P’



S



A



R Q 28 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i P



h



b). Misalkan Mh(P) = P’ Maka PP' memotong h di titik R dan P' A memotong g di titik S. Karena P’ adalah pencerminan dari P maka PR = RP’ dan PP'  h. Karena A adalah pencerminan dari P’ maka P’S = SA dan P' A  g. Karena PP'  h dan g  h maka PP' // g sehingga RP’ = QS. Karena P' A g dan g  h maka P' A // h sehingga P’S = RQ. Perhatikan PRQ dan QSA PR = RP’ dan RP’ = QS maka PR = QS m(PRQ) = m(QSA) = 90 RQ = P’S dan P’S = SA maka RQ = SA Jadi berlaku aturan S Sd S. Berdasarkan sistem aksioma kekongruenan maka PRQ  QSA. Akibatnya PQ = QA. Karena PQ = QA dan PQ  PA dan QA  PA maka Q tengah-tengah PA . Jadi, titik Q pada pertengahan PA . c). B = MhMg(P) g



B



h



P



Mg(P)



15). Diketahui : h adalah sumbu-X dan g sumbu-Y sebuah sistem sumbu ortogonal A = (4,-3) dan P = (x,y) Tentukanlah : a). Koordinat-koordinat MhMg(A) dan MgMh(A) b). Koordinat-koordinat MhMg(P) c). Apakah MhMg dan MgMh? Penyelesaian: 29 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i



a). MhMg(A) = Mh[Mg(A)] = Mh[Mg(4,-3)] = Mh(-4,-3) = (-4,3) MgMh(A) = Mg[Mh(A)] = Mg[Mh(4,-3)] = Mg(4,3) = (-4,3) b). MhMg(P) = Mh[Mg(x, y)] = Mh(-x, y) = (-x,-y) c). MgMh(P) = Mg[Mh(x, y)] = Mg(x,-y) = (-x, -y) Ternyata MhMg(P) = (-x,-y) = MgMh(P). Jadi, MhMg(P) = MgMh(P).



30 | H a s i l k a l i T r a n s f o r m a s i