Heg Simo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PORTOFOLIO Topik



: HIPEREMESIS GRAVIDARUM DENGAN DEHIDRASI



Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di RSUD Simo Boyolali



Disusun oleh : dr. Fitria Nur Farizka



PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIMO KABUPATEN BOYOLALI 2019



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN KASUS PORTOFOLIO



HIPEREMESIS GRAVIDARUM DENGAN DEHIDRASI



Disusun oleh : dr. Fitria Nur Farizka



Telah dipresentasikan pada Tanggal, 27 Agustus 2019



Pembimbing,



dr. Yopie Ibrahim



BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIK Topik : Hiperemesis Gravidarum dengan Dehidrasi Tanggal MRS : 24 agustus 2019 Presenter : Tanggal Periksa : 24 agustus 2019 Tanggal Presentasi : 27 agustus 2019 Pendamping : Tempat Presentasi : Objektif Presentasi : □ Keilmuan



□ Keterampilan



□ Penyegaran



□ Diagnostik



□ Manajemen



□ Masalah



Laki-laki, 68 tahun dengan keluhan sesak nafas Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas. □ Kasus



Tinjauan



Pustaka □ Istimewa



□ Deskripsi : □ Tujuan : Bahan



□ Riset



□ Dewasa







□ Bayi



□ Tinjauan Pustaka



□ Remaja



dr. Yopie Ibrahim



□ Neonatus



Bahasan : Cara



□ Anak



dr. Fitria Nur F.



□ Lansia



□ Bumil



□ Audit



□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos Membahas : Data Pasien : Nama : Ny.A , 23 tahun No. Registrasi : 1506092783 Nama RS : RSUD SIMO Telp : Terdaftar sejak: Data Utama untuk Bahan Diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah dialami sejak ±1 minggu yang lalu. Pada awalnya, muntah hanya terjadi pada pagi hari namun saat ini muntah dialami tidak hanya di pagi hari. Muntah sering terjadi ketika pasien setelah makan dan minum, dengan frekuensi >8x/hari dengan volume sekitar ¾ gelas. Isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya, bercampur dengan cairan kuning yang diyakini pasien berasal dari lambung karena terasa pahit. Muntah disertai dengan sedikit darah saat sebelum ke rumah sakit satu kali. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah berat setelah makan dan minum atau saat mencium bau ikan dan berkurang saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa kering, merasa banyak air liur di dalam mulut, terjadi penurunan nafsu makan dan berat badan sekitar 2kg dalam satu minggu ini. BAB tidak lancer terkhir 2 hari yang lalu dan BAK berwarna kuning dengan frekuensi 3x dalam sehari dan jumlah yang sedikit. Keluhan disertai dengan sakit ulu hati.



2. Riwayat Pengobatan : minum obat magh dari apotek 3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat DM (-). Riwayat Hipertensi (-), riwayat jantung (-), riwayat merokok (+), riwayat TB (-), riwayat gastritis (+) 4. Riwayat Keluarga : Riwayat DM (-), Riwayat hipertensi di keluarga (-) 5. Riwayat Pekerjaan : Pasien tidak bekerja 6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Status ekonomi keluarga pasien termasuk dalam golongan menengah keatas 7. Lain-lain : Sosial ekonomi cukup, pasien menggunakan fasilitas BPJS Daftar Pustaka 1. Mochtar, Rustam, , Sinopsis Obsetri, Jilid I, 2001.Jakarta; EGC. 2. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC. 2005. hal 1424-1425. 3. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002; hal. 275-280. 4. Ogunyemi DA, Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. 2012 5. Verberg MFG, Gillott DJ dan Grudzinskas JG. 2005. Hyperemesis Gravidarum, a literature review. Human Reproduction Update.vol 11. No.5. pp. 527-539. 6. Goldberg D, Szilagyi A, Graves L: Hyperemesis gravidarum and Helicobacter pylori infection: a systematic review. Obstet Gynecol 2007, 110:695-703. 7. Sheehan P. Hyperemesis gravidarum assessment and management. Aust Fam Physician 2007,36:698-701. 8. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of Midwifery, May 2008, Vol 16, No. 5. 9. Asih, Kampono dan Prihartono. Hubungan pajanan infeksi Helicobacter pylori dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majlah Obstetri Ginekologi Indonesia. Vol 33, no 3 Juli 2009. 10. Einarson A, Maltepe C, Bukovic R, Koren G. Treatment of nausea and vomiting in



pregnancy: an updated algorithm. Can Fam Physician 2007, 53 (12):2109-2111. Hasil Pembelajaran : 1. Hiperemesis Gravidarum , Dehidrasi 2. Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dan dehidrasi 3. Tatalaksana kasus HEG disertai dehidrasi I.



IDENTITAS PASIEN Nama



: Ny. A



Umur



: 23 tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Pendidikan Terakhir



: SMA



Alamat



: Karang gayam 05/01 Sumber Simo



Tanggal masuk



: 24 Agustus 2019



No. CM



: 1506092783



Biaya pengobatan



: BPJS



Nama Suami



: Tn. AS



Umur



: 25 tahun



Alamat



: Karang gayam 05/01 Sumber Simo



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Wiraswasta



Pendidikan Terakhir



: Sarjana



II. ANAMNESIS Anamnesis dailakukan tanggal 24 Agustus 2019 pukul 19.00 WIB di bangsal IGD RSUD Simo Boyolali. Keluhan utama: Muntah Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah dialami sejak ±1 minggu yang lalu. Pada awalnya, muntah hanya terjadi pada pagi hari namun



saat ini muntah dialami tidak hanya di pagi hari. Muntah sering terjadi ketika pasien setelah makan dan minum, dengan frekuensi >10x/hari dengan volume sekitar ½ gelas. Isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya, hari ini muntahan bercampur dengan cairan warna kuning yang terasa pahit. Muntah disertai dengan sedikit darah saat sebelum ke rumah sakit satu kali. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah berat setelah makan dan minum atau saat mencium bau ikan dan berkurang saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa kering, merasa banyak air liur di dalam mulut, terjadi penurunan nafsu makan dan berat badan sekitar 2kg dalam satu minggu ini. Berat badan sebelum sakit 47kg. BAB tidak lancer terkhir 2 hari yang lalu dan BAK berwarna kuning dengan frekuensi 3x dalam sehari dan jumlah yang sedikit. Keluhan disertai dengan sakit ulu hati. HPHT : 20 Juni 2019 HPL : 27 Maret 2020 Riwayat Haid - Menarche



: 12 tahun.



- Lama haid



: 6-7 hari



- Siklus haid



: 28 hari



Riwayat Menikah Pernikahan pertama, lama pernikahan 8 bulan. Riwayat Obstetri Kehamilan ini merupakan hamil pertama Riwayat KB Disangkal Riwayat Ante Natal Care (ANC) :



Pasien memeriksakan kehamilannya di bidan 1 kali, sudah mendapatkan imunisasi TT 1 (+) , belum pernah USG Perilaku Kesehatan  Merokok



: disangkal



 Minum minuman beralkohol



: disangkal



 Kebersihan daerah reproduksi



: diakui baik



Riwayat Penyakit Dahulu  Riwayat Asma



: disangkal



 Riwayat Hipertensi



: disangkal



 Riwayat Diabetes melitus



: disangkal



 Riwayat Penyakit jantung



: disangkal



 Riwayat Alergi



: disangkal



 Riwayat Gastritis



: diakui



 Riwayat Trauma



: disangkal



Riwayat Penyakit Keluarga  Asma



: disangkal



 Hipertensi



: disangkal



 Riwayat Diabetes melitus



: disangkal



 Penyakit Jantung



: disangkal



 Alergi



: disangkal



Riwayat Sosial Ekonomi Pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama suami dan orang tuanya. Biaya pengobatan menggunakan BPJS.



A. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum



: Tampak lemas



b. Kesadaran



: Compos mentis, GCS 15



c. Vital sign



: TD : 97/63 mmHg Nadi: 71 x/menit, isi & tegangan cukup RR : 20 x/menit T



: 37,6C (axiler)



SpO2 : 98 % d. Tinggi badan



: 148 cm



e. Berat badan sekarang : 44 kg f. Status Gizi



: 20,08 kg/m2 (normoweight)



g. Kepala



: Mesocephal, distribusi rambut merata



h. Mata



: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3mm/3mm, reflek cahaya direk (+/+), reflek cahaya indirek (+/+),Mata



(facies cholerica) cekung -/i. Hidung



: Deformitas (-),napas cuping hidung(-), sekret(-)



j. Telinga



: Discharge (-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi pendengaran(-/-).



k. Mulut



: bibir kering (-),sianosis (-), lidah kotor (-), bibir



kering (+) l. Kulit



: hipopigmentasi(-), hiperpigmentasi (-)



m. Leher



: pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-), peningkatan JVP



Thoraks Jantung  Inspeksi



: ictus codis tak nampak







: ictus cordis tidak melebar, tidak kuat angkat,



Palpasi



pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-), thrill (-)  Perkusi Atas jantung



: ICS 2 linea parasternal sinistra



Pinggang jantung



: ICS 2 linea sternalis sinistra



Kiri bawah jantung



: ICS 6 2cm ke lateral



linea



midclavikula sinistra Kanan bawah jantung



: ICS 5 linea parasternalis dextra



Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)



Paru-paru (Pulmo) 



Inspeksi



: normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada saat



statis dan dinamis 



Palpasi



: sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-)







Perkusi



: sonor +/+







Auskultasi



: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-



Abdomen •



Inspeksi



: tampak datar







Auskultasi



: bising usus (+) normal







Perkusi



: timpani diseluruh lapang abdomen







Palpasi



: supel, nyeri tekan epigastrium (+) >>, turgor 10 kali Menurun >100 x/mnt Menurun Cekung



apatis Apatis ++ Sering Menurun Meningkat Menurun Cekung,



Somnolen ++ Berhenti Menurun Meningkat Menurun + Cekung,



+



ikterus ikterus Normal Oligouria Oligouria-anuria -/+ > +2 Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum



BAK Keton urin E. Gejala Klinik.



Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva



yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit.1,2,3 Batas jelas antara mual dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis gravidarum tidak ada. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah; akan tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.1, Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan: Tingkat I. Ringan Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.1,2,3



Tingkat II. Sedang Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Dapat pula tercium aseton dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.1,2,3 Tingkat III. Berat



Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.1,2,3 Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental.1,3 Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.1 Literatur lain menyebutkan Wernicke encephalopathy dari defisiensi tiamin diikuti tandatanda dari keterlibatan sistem saraf pusat., meliputi bingung, gangguan penglihatan, ataksia, and nistagmus. Komplikasi ini ditemukan melalui pemeriksaan penunjang MRI.8 F. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan jika perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.4 Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit gastritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.1,4 Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:1,2 a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu. b) Tanda vital: nadi meningkat, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran. c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.



d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola hidatidosa. e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan proteinuria. Kriteria Diagnosis:5 a. Sering muntah (lebih dari 10 kali per 24 jam) b. Tenggorokan terasa kering dan terus-menerus merasa haus c. Kulit menjadi keriput (dehidrasi) d. Berat badan mengalami penyusutan e. Pada keadaan yang berat dapat terjadi ikterus sampai dengan gangguan syaraf/kesadaran. Hiperemesis



gravidarum



yang



terus-menerus



dapat



menyebabkan



kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.1 G. Diagnosis Banding Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara lain: a) Appendicitis akut. Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tandatanda defance musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut. b) Ketoasidosis diabetes. Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil



apalagi disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah. c) Gastritis dan ulkus peptikum. Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan NSAID. Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntahmuntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare. d) Hepatitis. Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis. e) Pankreatitis akut Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat membantu menegakkan diagnosis. f) Tumor serebri.



Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin. H. Komplikasi 1 a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera



ditangani



akan



terjadi



psikosis



korsakoff



(amnesia,



menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otototot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung. b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).



I. Pencegahan Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadangkadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.1,2,3 J. Penatalaksanaan 1-4



1. Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistaminika juga dianjurkan seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti metoklopramide, disiklomin



hidrokhloride



atau



khlorpromazin.1,2



Penanganan



hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.1 Apabila muntah terus berlangsung perlu diambil langkahlangkah yang sesuai untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit lain, misalnya gastroenteritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis, dan perlemakan hati pada kehamilan.7 2. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. a. Yang menjadi pegangan untuk memasukkan pasien ke rumah sakit sebagai berikut: i. Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi bila telah berlangsung lama ii. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal iii. Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering iv. Adanya aseton dalam urine.4 b. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.1,3 c. Isolasi. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah dan peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-



kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.1,2,3 3. Terapi psikologik. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.1,2 Dengan diperbaikinya faktor-faktor psikologik ini, wanita yang bersangkutan biasanya mengalami perbaikan bermakna selagi di rawat inap namun biasanya kambuh setelah dipulangkan. Penanganan yang positif terhadap masalah psikologis dan sosial akan bermanfaat.7 4. Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan.1 Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan dengan porsi wajar (lebih baik lagi bila telah dibuktikan hasil laboratorium telah normal) dan obat peroral telah diberikan beberapa saat sebelum infus dilepas.10 Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.1 Jika pasien dengan usaha di atas tetap muntah, makanan diberikan melalui sonde hidung.4 Penghitungan deficit cairan dengan skor Daldiyono



Muntah Suara serak Kesadaran apatis Kesadaran somnolen, sopor sampai koma Tensi sistolik kurang atau sama dengan 90 mmHg Nadi lebih atau sama dengan 120x/menit Napas kussmaul (lebih dari 30x/menit) Turgor kulit kurang Facies cholerica Ekstremitas dingin Jari tangan keriput Sianosis Umur 50 tahun atau lebih Umur 60 tahun atau lebih



1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 -1 (negative) -2 (negative)



Daldiyono (1973) mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial pada gastroenteritis akut / diare koliform berdasarkan sistem score (nilai) gejala klinis dapat dilihat pada tabel. Semua skor ditulis lalu dijumlah. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat di hitung: Skor 15



x 10% BB (kg) x 1liter



5.



Penghentian kehamilan. Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan



demikian



perlu



dipertimbangkan



untuk



mengakhiri



kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel



pada 



organ



vital.1,3



Gejala-gejala



mempertimbangkan abortus terapeutikus, ialah:4 a. Ikterus



untuk



b. Delirium atau koma c. Nadi yang naik berangsur-angsur sampai di atas 130 kali/menit d. Suhu meningkat di atas 38 oC e. Perdarahan dalam retina f. Uremi, proteinuri, silinder yang merupakan tanda-tanda intoksikasi