LP Heg [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN KASUS HIPEREMESIS GRAVIDARUM



SRI SELVIANA NOVITASARI NIM : PO7120421035



PRECEPTOR RUANGAN



PRECEPTOR INSTITUSI



POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2021



1



A. Pengertian Hiperemesis Gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998). Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Farrer, 1999).Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trisemester II) yang ditandai dengan rasa mual dan muntah berlebihan dalam waktu relatif lama bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan berat badan berkurang. B. Etiologi Hipermesis Gravidarum Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.Faktor-faktorpredisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998).  Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG  Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan sertaresitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon darijaringan ibu terhadap janin.  Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadapkehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mualdan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.  Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain C. Tanda & Gejala Hiperemesis Gravidarum 1. Tingkat I a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : 1) Dehidrasi : turgor kulit turun 2) Nafsu makan berkurang 3) Berat badan turun 4) Mata cekung dan lidah kering b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit e. Tampak lemah dan lemas 2. Tingkat II 2



a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya : 1) Turgor kulit makin turun 2) Lidah kering dan kotor 3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris b. Kardiovaskuler 1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit 2) Nadi kecil karena volume darah turun 3) Suhu badan meningkat 4) Tekanan darah turun c. Liver Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan icterus d. Ginjal Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan : 1) Oliguria 2) Anuria 3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss. 3. Tingkat III a. Keadaan umum lebih parah b. Muntah berhenti c. Sindrom mallory Weiss d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma e. Terdapat ensefalopati werniche : 1) Nistagmus 2) Diplopia 3) Gangguan mental f. Kardiovaskuler Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat g. Gastrointestinal 1) Ikterus semakin berat 2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam h. Ginjal Oliguria semakin parah dan menjadi anuria D. Klasifikasi/Stadium Hiperemesis Gravidarum Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan: 1. Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun danmerasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dantekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering dan matacekung. 3



2. Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang,lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadangnaik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung,tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat terciumdalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas dan dapat puladitemukan dalam kencing. 3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makinmenurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopatiwerniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental,kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dantemperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat,terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin Bkompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Wiknjosastro,2005). E. Patofisiologi Hiperemesis Gravidrum Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah.Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntahmenyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun.Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005). F. Pelaksanaan : Medik dan Perawatan 1. Pencegahan - Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. - Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. - Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. - Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 2. Obat – obatan 4



3.



4.



5.



6.



7.



Sedativa : Phenobarbital Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B –kompleks Anti histamine : dramamin, avomin Anti emetik (pada keadaanlebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penangananhiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerahdanperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokterdan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntahberhenti pada penderita mau makan.Tidak diberikan makanan atau minumandan selama 24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akanberkurang atau hilang tanpa pengobatan. Terapi psikologik Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir.Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latarbelakang penyakit ini. Cairan parenteral Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein denganglukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kaliumdan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapatdiberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidakmuntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambatlaun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnyagejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik. Menghentikan kehamilan Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaanmedik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perludipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukanpertimbangan gugur kandung diantaranya: a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampaikoma, terjadi gangguan jiwa. b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduranpenglihatan. c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalambentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,tekanan darah menurun. (Wiknjosastro, 2005).   Diet a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan .Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D. c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. 5



Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium G. Pathways



H. Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiperemesis Gravidarum Dikutip dari doengoes, pengkajian keperawatan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum meliputi: a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat(>100 kali per menit) b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan. c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalis ;peningkatan konsistensi urine. d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeriepigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosamulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgorkulit berkurang, mata cekung dan lidah kering. e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat. f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuhdalam koma g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakanmaka dilakukan abortus terapeutik. h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat 6



bervariasiterhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang. i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebihdari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanyaaseton dalam urine. 1. Pengkajian Data Subjektif a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat. b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal, dan komplikasi d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah, kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan. e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi, kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, dll g. Riwayat diet: khususnya intake cairan h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. 2. Pengkajian Data Objektif a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya nafas bau aseton b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy. f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik g. Status Eliminasi: Perubahan konsistensi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi berkemih h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan) 7



I. Diagnosa Keperawatan No 1.



Diagnosa Keperawatan Defisit nutrisi



2.



Hipertermia



Tujuan atau Kriteria Intervensi Hasil Setelah dilakukan Manajemen nutrisi tindakan keperawatan 1) Identifikasi status nutrisi selama ...... x 24 jam 2) Identifikasi alergi dan diharapkan pemenuhan intoleransi makanan nutrisi seimbang kembali 3) Identifikasi makanan yang dengan kriteria hasil : disukai Status Nutrisi 4) Identifikasi kebutuhan kalori 1) Frekuensi makan dan jenis nutrien normal 5) Identifikasi perlunya 2) Nafsu makan penggunaan selang nasogastric membaik 6) Monitor asupan makanan 3) Bising usus dalam 7) Monitor berat badan batas normal 8) Monitor hasil pemeriksaan 4) Tidak ada diare laboratorium 5) Meningkatnya 9) Lakukan oral hygiene sebelum verbalisasi keinginan makan untuk meningkatkan 10) Fasilitasi menentukan nutrisi pedoman diet (mis. piramida 6) Sikap terhadap makanan) makanan / minuman 11) Sajikan makanan secara baik sesuai dengan menarik dan suhu yang sesuai tujuan kesehatan 12) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 13) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 14) Berikan suplemen makanan 15) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi 16) Anjurkan posisi duduk 17) Ajarkan diet yang diprogramkan 18) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri) 19) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu Setelah dilakukan Manajemen hipertermia tindakan keperawatan 1) Identifikasi penyebab selama ... x 24 jam hipertermia (mis. dehidrasi, diharapkan suhu tubuh terpapar lingkungan panasm kembali normal dengan penggunaan incubator) kriteria hasil : 2) Monitor suhu tubuh Termoregulasi 3) Monitor kadar elektrolit 1) Menggigil berkurang 4) Monitor haluaran urine 8



2) 3) 4) 5)



Warna kulit normal Kejang berkurang Tidak pucat Frekuensi pernapasan normal 6) Denyut nadi dalam batas normal 7) Suhu tubuh dalam batas normal 8) Tekanan darah dalam batas normal



3.



Risiko hipovolemia



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pemenuhan kebutuhan volume cairan seimbang dengan kriteria hasil : Status cairan 1) Frekuensi nadi dalam batas normal 2) Output urine meningkat 3) Membran mukosa lembab 4) Perasaan lemah berkurang 5) Tekanan nadi kuat 6) Turgor kulit baik 7) Intake cairan adekuat 8) Suhu tubuh dalam batas normal



4.



Risiko ketidakseimbanga n elektrolit



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x 24jam diharapkan pemenuhan 9



5) Monitor komplikasi akibat hipertermia 6) Sediakan lingkungan yang dingin 7) Longgarkan atau lepaskan pakaian 8) Basahi dan kipasi permukaan tubuh 9) Berikan cairan oral 10) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) 11) Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres pada dahi, leher, dada. Abdomen, aksila) 12) Hindari pemberian antopiretik atau aspirin 13) Anjurkan tirah baring 14) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena Manajemen hipovolemia 1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, dsb) 2) Monitor intake dan output cairan 3) Hitung kebutuhan cairan 4) Berikan posisi modified trendelenburg 5) Berikan asupan cairan oral 6) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 7) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak 8) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL) 9) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) 10) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate) 11) Kolaborasi pemberian produk darah Pemantauan elektrolit 1) Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit



kebutuhan elektrolit seimbang kembali dengan kriteria hasil : Keseimbangan cairan 1) Asupan cairan adekuat 2) Output urin meningkat 3) Asupan makanan adekuat 4) Membran mukosa lembab 5) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 6) Frekuensi nadi dalam batas normal 7) Nadi teraba kuat 8) Mata tidak cekung 9) Turgor kulit membaik



5



Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan



2) Monitor kadar elektrolit serum 3) Monitor mual, muntah, dan diare 4) Monitor kehilangan cairan 5) Monitor tanda dan gejala hypokalemia 6) Monitor tanda dan gejala hyperkalemia 7) Monitor tanda dan gejala hiponatremia 8) Monitor tanda dan gejala hypernatremia 9) Monitor tanda dan gejala hipokalsemia 10) Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia 11) Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia 12) Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia 13) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 14) Dokumentasikan hasil pemantauan 15) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 16) Informasikan hasil pemantauan Setelah dilakukan Manajemen Energi tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi : diharapkan toleransi aktivitas meningkat, 1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan dengan kriteria hasil : 1) Frekuensi nadi kelelahan meningkat 2) Monitor kelelahan fisik dan 2) Saturasi oksigen emosional meningkat 3) Monitor pola dan jam tidur 3) Kemudahan dalam 4) Monitor lokasi dan melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama sehari-hari melakukan aktivitas meningkat 4) Kekuatan tubuh Terapeutik : bagian atas 1) Sediakan lingkungan nyaman meningkat dan rendah stimulus (mis. 5) Kekuatan tubuh cahaya, suara, kunjungan bagian bawah 2) Lakukan latihan rentang gerak meingkat 10



6) Keluhan menurun 7) Perasaan menurun 8) Warna membaik 9) Tekanan membaik



6



lelah lemah kulit darah



pasif dan/atau aktif 3) Barikan aktivitas distraksi yang menenangkan 4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi :



1) Anjurkan tirah baring 2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi : 1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas berhubungan tindakan keperawatan dengan krisis selama 3x24 jam, Observasi : situasional diharapkan ansietas saat tingkat menurun, dengan kriteria 1) Identifikasi ansietas berubah (mis. kondisi, hasil : 1) Verbalisasi waktu, stressor) kebingungan menurun 2) Identifikasi kemampuan 2) Verbalisasi khawatir mengambil keputusan akibat kondisi yang 3) Monitor tanda-tanda ansietas dihadapi menurun 3) Perilaku gelisah Terapeutik : menurun 1) Ciptakan suasana terapeutik 4) Perilaku tegang untuk menumbuhkan menurun kepercayaan 5) Pucat menurun 2) Temani pasien untuk 6) Konsentrasi pola tidur mengurangi kecemasan, jika membaik memungkinkan 3) Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian 4) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 5) Tempatkan barang pribadi 11



yang memberikan kenyamanan 6) Motivitasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan 7) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang Edukasi : 1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami 2) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis 3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu 4) Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan 5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi 6) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat 8) Latih teknik relaksasi Kolaborasi : 1) Kolaborasi pemberian antlensietas, jika perlu



12



obat



DAFTAR PUSTAKA Ary Widayana, I Wayan Megadhana, dan Ketut Putera Kemara :DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Leveno, Kenneth J. 2016.



Manula Williams Komplikasi Kehamilan Ed 23.



Jakarta: EGC PPNI, T.P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat. PPNI, T.P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI, T.P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat



13