Home Visite Kusta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia melalui PERMENKES No. 916 tahun 1997 tentang Pelayanan Dokter Umum diarahkan menjadi pelayanan Dokter Keluarga. Ilmu Kedokteran Keluarga bertujuan menghasilkan Dokter Keluarga dimasukkan ke dalam KIPDI, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas. Dengan adanya prinsip utama pelayanan Dokter Keluarga secara holistik, maka perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan amat penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) terhadap pasien dan keluarganya. Pengetahuan tentang latar belakang pasien antara lain lingkungan serta terwujudnya pelayanan kedokteran menyeluruh dinilai merupakan kunci pokok keberhasilan pelayanan Dokter Keluarga, maka merupakan kewajiban bagi setiap dokter untuk memahami serta terampil melakukan kunjungan pasien di rumah. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan berbagai tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah (home visit) melakukan analisis, pembahasan, simpulan dan saran sebagai pelaporannya, sebagai bagian dari pelayanan Dokter Keluarga. C. Definisi dan Ruang Lingkup Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Ruang lingkup kegiatan pada kunjungan rumah adalah untuk lebih mengenal kehidupan pasien serta lingkungan hidupnya (fisik, sosial dan biologis) bila perlu melakukan pertolongan kedokteran yang bersifat rawat jalan saja. D. Macam Kunjungan Rumah Sesuai dengan tujuannya, dokter keluarga mengunjungi rumah pasien dibagi menjadi 3,yaitu : 1. Kunjungan rumah untuk lebih mengenal kehidupan keluarga pasien 2. Kunjungan rumah untuk memberi pertolongan medis 3. Kunjungan rumah untuk memenuhi panggilan pasien yang minta pertolongan E. Manfaat 1



Apabila kunjungan di rumah dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka akan diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.



Lebih meningkatkan pemahaman dokter terhadap pasiennya Lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien Lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien Lebih meningkatkan kepuasan bila mungkin juga pemberdayaan pasien dan keluarganya



BAB II TEKNIS PELAKSANAAN HOME VISIT A. Tata Cara Home Visit Untuk lebih mengenal keluarga pasien dan memberi pertolongan medis, maka perlu : 1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi Keluarga yang akan dikunjungi adalah keluarga dari mereka yang menderita sakit apa saja (baik penyakit menular maupun tidak menular). Konsultasikan dulu dengan kepala Puskesmas mengenai topik penyakit yang akan dibahas. 2. Mengatur jadwal kunjungan Sebaiknya dilakukan pengaturan jadwal kunjungan rumah yang sebaik-baiknya untuk menghindari kunjungan rumah yang sia-sia karena anggota keluarga yang akan dikunjungi sedang tidak berada di rumah. 3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan, yaitu berupa form kunjungan rumah yang akan diisi. 4. Melakukan pengumpulan dan pencatatan data. Melakukan kunjungan rumah serta mengumpulkan dan mencatat data sesuai dengan form kunjungan rumah yang sudah tersedia. 5. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan. 2



Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data pasien, namun sangat dianjurkan pada waktu kunjungan rumah tersebut dapat sekaligus disampaikan nasehat dan ataupun dilakukan penyuluhan kesehatan, sesuai dengan hasil temuan, misalnya tentang kebersihan perseorangan atau kebersihan lingkungan pemukiman dan apa yang dapat dilakukan oleh pasien/keluarganya, terkait upaya promotif dan preventif ataupun kuratif dan rehabilitatif. Kunjungan rumah atas panggilan pasien perlu : 1. Tanya lengkap mengenai pertolongan medis yang dibutuhkan pasien 2. Bawa peralatan atau obat yang dibutuhkan pasien



B. Strategi Pembelajaran 1. Tahap Persiapan : a. Pembekalan materi dan cara pengisian form home visit diberikan pada saat kuliah pengantar. b. Kegiatan home visit dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari maksimum 4-5 mahasiswa. - Puskesmas - Home Visit c. Tiap dua kelompok di tiap puskesmas dipandu oleh seorang petugas puskesmas. d. Jenis kasus dan lokasi home visit sesuai dengan 10 penyakit terbanyak di wilayah tempat kerja puskesmas masing-masing kelompok. 2. Tahap pelaksanaan : Home visit dilakukan selama 3 hari untuk mengehui untuk mengetahui keadaan penyakit pasien (diisi dalam flow sheet). Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah : a. Melakukan anamnesis singkat b. Menyiapkan peralatan dan obat yang diperlukan 3. Tahap pembuatan Laporan : Setiap kelompok membuat satu laporan lengkap dan akan dipresentasikan dihadapan dosen pembimbing dan petugas/dokter puskesmas, serta wakil mahasiswa kelompok lainnya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. 4.Tahap penilaian : Kriteria penilaian meliputi : a. Mampu melakukan pelayanan kunjungan pasien di rumah b. Mampu mengisi form hasil kegiatan home visit sesuai dengan panduan c. Cara penyampaian materi dan media presentasi hasil kunjungan rumah d. Diskusi dan tanya jawab 3



BAB III FORMAT LAPORAN Format laporan meliputi : 1. Halaman cover berisi judul beserta logo UWKS 2. Lembar pengesahan oleh pembimbing 3. Kata pengantar 4. Daftar isi 5. Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan dan manfaat 6. Hasil kegiatan home visit (mengisi form yang sudah tersedia) 7. Pembahasan 8. Simpulan dan Saran 9. Penutup 10. Daftar Pustaka Contoh form hasil kegiatan home visit : terlampir



DAFTAR PUSTAKA Allan H., Lawren A. May, Alber G Muller JR. 1995. Primary Care Medicine. JB Lipincott Company. Azwar , A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. 4



Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter keluarga dalam Pelayanan Kesehatan Indonesia. Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan Pelatihan Dokter Keluarga. Jakarta : PB IDI. Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat Jakarta. 2009. Family Medicine Education and Development in National Health System. Yogyakarta : Center of Family Medicine. Jurusan IKM FK UNS. 2002. Modul Kedokteran keluarga : Pelayanan di keluarga. KK 05. Surakarta : Program Semi Que IV Peningkatan Kualitas Pendidikan Sarjana dan Manajemen Perguruan Tinggi Indonesia. Murtagh, J. 1998. General Practice. Mc Graw Hill Company. Robert B. Taylor. 1993. Family Medicine Principles and Practice. Springer-Verlag. Wonodirekso, Sugito. 2008. Karir Dokter di Ranah Pelayanan Kesehatan Primer. Yogyakarta. Lampiran FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA Berkas Pembinaan Keluarga Puskesmas Kedundung No. RM : _________________ Tanggal kunjungan pertama kali : 9 July 2013 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn.Khomari Alamat lengkap Bentuk Keluarga



:Jl.Kedungsari,kel.Gunung gedangan RT 02/ RW 03 : Nuclear/Extended Family



Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No



1 2 3



Nama



Sumiyati Khoiri Khomari



Kedudukan



L/



dalam



P



Klinik



P L L



(Y/T) T T MH (+)



keluarga Ibu Anak Anak



Umur



55 th 29 th 27 th



Pendidikan



SD SLTP SLTP



Pekerjaan Pasien



IRT Swasta Swasta



Ket



5



4



Darsih



Anak



P



22 th



SLTP



IRT



T



5



Malik



Anak



L



25 th



SLTP



Swasta



T



Menantu



Sumber :.......... Keterangan Keluarga :...............................



LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA



6



BAB I STATUS PENDERITA A. PENDAHULUAN Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita KUSTA TIPE PB, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 27 tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita Kusta yang berada di wilayah Puskesmas Kedundung, Kabupaten Mojokerto, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini beberapa ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Kedundung Kabupaten Mojokerto beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Kusta terutama masalah penularannya,resiko dan mengenai kepatuhan meminum obat Kusta. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.



B.



Wilayah



Jumlah Kasus th 2013



Kedung sari



5



Meri



0



Tropodo



1



Balung rawe



2



IDENTITAS PENDERITA Nama Umur



: Tn. Khomari :,27 th 7



Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SLTP Agama : Islam Alamat :Jl.Kedungsari,gunung gedangan 02/03 Suku : Jawa Tanggal periksa pertama ke puskesmas : 09/07/2013 Tanggal Home Visit :1.27/02/2014 2.03/03/2014 C.



ANAMNESIS 1. Keluhan Utama Bengkak pada tangan kanan 2. Riwayat Penyakit Sekarang Tn.K berusia 27 tahun



3.05/03/2014



: : mengatakan bahwa tangan sebelah kanan



bengkak,sebelum bengkak awal mulanya timbul bercak kemerahan terlebih dahulu yang muncul ± sejak 6 bln yang lalu ,bengkak tidak terasa nyeri ,kemudian oleh penderita dibawa berobat ke tukang pijat, setelah dipijat bengkak mengempis tapi warna kulit makin lama makin menghitam, dan terasa tebal, dan kulit tidak terasa gatal,kemudian muncul lagi bercak kemerahan pada kaki sebelah kanan bawah pasien, bercak terasa tebal, penderita tidak mengeluhkan terasa gatal ataupun nyeri pada bercak dan bercak pada kaki penderita tidak disertai bengkak.Tidak ada bercak yang timbul dibagian tubuh lain penderita. Pasien mengatakan saat ini masih dalam perawatan,dan mendapat obat dari puskesmas setiap bulan yang diminum 1x sehari dan pasien rutin kontrol ke puskesmas dan meminum obat secara rutin sekarang blister ke-8. Pasien menyangkal adanya rontok bulu mata, alis, dan demam. 3. Riwayat Penyakit Dahulu



:



 Riwayat kontak dengan penderita Kusta : disangkal  Riwayat mondok



: (-)



 Riwayat Imunisasi



: Tidak lengkap



 Riwayat sakit gula



: disangkal



 Riwayat alergi obat/makanan



: disangkal



4. Riwayat Penyakit Keluarga



:



 Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal  Riwayat keluarga sakit batuk berdarah



: disangkal



 Riwayat sakit sesak nafas



: disangkal



 Riwayat hipertensi



: disangkal



 Riwayat sakit gula



: disangkal 8



5. Riwayat Kebiasaan  Riwayat merokok



: disangkal



 Riwayat Ayah/ibu merokok



: disangkal



 Riwayat olah raga



: jarang sekali



 Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang dengan keluarga sering  Riwayat mencuci pakaian dalam satu ember 6. Riwayat Sosial Ekonomi Penderita adalah anak ketiga dari pasangan suami istri, Tn L. dan Ny. M. Ayah dan ibu penderita tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 5 orang (penderita, ibu,kakak, dan adik dan adik ipar). Penderita adalah pekerja di sebuah perusahaan meubel di mojokerto. Ayah penderita sudah meninggal karena sakit demam berdarah . Ibu penderita adalah seorang ibu rumah tangga dan pemilik dari sebuah warung kecil yang letaknya tak jauh dari rumah. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari Penderita dan kakak penderita dengan total penghasilan rata-rata perbulan ±Rp. 900.000,-. 7. Riwayat Gizi : Pasien makan-makanan cukup dan mendapat asupan protein serta serat yang cukup.



D. ANAMNESIS SISTEM 1. Kulit



: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-),likenifikasi (+),ulkus (+)



2. Kepala



: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)



3. Mata



: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman baik,lafgothalmus (-)



4. Hidung



: tersumbat (-), mimisan (-)



5. Telinga



: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)



6. Mulut



: sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit



7. Tenggorokan



: sakit menelan (-), serak (-)



8. Pernafasan



: sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah (-)



9. Kadiovaskuler



: berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)



10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-),BAB tidak ada keluhan 11. Genitourinaria



: BAK lancar, warna dan jumlah biasa 9



12. Neuropsikiatri



: Neurologik Psikiatrik



: kejang (-), lumpuh (-) : emosi stabil, mudah marah (-)



13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-) 14. Ekstremitas



: Atas Bawah



: bengkak (-), sakit (-) : bengkak (-), sakit (-)



E. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum : Baik 2. Tanda Vital dan Status Gizi  Tanda Vital Nadi :87x/mnt Pernafasan :20x/mnt Suhu :36 ºC Tensi : 120/80 mmHg  Status gizi ( Kurva NCHS ) : BB :50 kg TB :160 cm 3. Kulit Warna : Sawo matang, ikterik(-), sianosis (-) Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-) 4. Mata Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-). 5. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-) 6. Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-) 7. Telinga Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal 8. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-) 9. Leher : JVP (5+2) cmH2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-) 10



10. Thoraks Simetris/asimetris, retraksi interkostal (+/-), retraksi subkostal (+/-) a. Cor :I : ictus cordis tak tampak P : ictus cordis tak kuat angkat P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS batas kanan atas : SIC II LPSD batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS batas kanan bawah : SIC IV LPSD batas jantung, kesan : tidak melebar A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-) b. Pulmo : Statis (depan dan belakang) I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri P : fremitus raba kiri sama dengan kanan P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-) Dinamis (depan dan belakang) I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri P : fremitus raba kiri sama dengan kanan P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-) 11. Abdomen I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-) P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba P : timpani seluruh lapang perut A : peristaltik (+) normal 12. Sistem Collumna Vertebralis I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) P : nyeri tekan (-) P : NKCV (-) 13. Ektremitas: palmar eritema (-/-) akral dingin oedem - - - - 14. Sistem genetalia: dalam batas normal 15. Pemeriksaan Neurologik Fungsi Luhur



: dalam batas normal



Fungsi Vegetatif : dalam batas normal Fungsi Sensorik : hipoestesi pada regio extremitas superior dextra dan inferior dextra 11



Fungsi motorik K



5 5 5 5 KEKUATAN OTOT



T N N RF N N N N N N TONUS REFLEKS FISIOLOGIS



RP



- - REFLEKS PATOLOGIS



16. Pemeriksaan Psikiatrik Penampilan Kesadaran Orientasi



: sesuai umur, perawatan diri cukup : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis : Waktu : baik Tempat : baik Orang : baik



Afek Psikomotor Proses pikir



: appropriate : normoaktif : Bentuk : realistik Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-) Arus : koheren Intelegensi ( berhitung memori) : baik Waham : tidak ada Persepsi (Halusinasi) : tidak ada Insight : baik F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tes Sensoris : Dengan menggunakan kertas yang dilinting dan digoreskan pada lesi Tes pensil tinta : Tidak dilakukan Tes Serologis : Skin Smear Test (+2) dilakukan pada tgl 08/07/2013 G. RESUME Seorang laki-laki usia 27 tahun dengan keluhan muncul bercak kemerahan pada tangan sebelah kanan yang kemudian menjadi bengkak ± sejak 6 bln yang lalu,bengkak tidak disertai rasa nyeri,kemudian pasien berobat ke tukang pijat,setelah dipijit bengkak mengempis tapi warna kulit menghitam, dan lama kelamaan terasa tebal,kulit tidak terasa apa-apa waktu tercubit dan tidak terasa gatal. Penderita adalah anak ketiga dari pasangan suami istri, Tn. L dan Ny. S Ayah dan ibu penderita tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 5 orang termasuk penderita. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T:120/80 mmHg, N: 87 x/menit, Rr: 20 x/menit, S:360C, BB:50 kg, TB:160 cm, status gizi  Gizi kurang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Likenifikasi pada tangan dan kaki (+/-), ulkus pada kaki kanan (+). Pada pemeriksaan penunjang tes sensoris (+). 12



H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS 1. Diagnosis Biologis : a. Kusta type MB b.Status Gizi rendah 2. Diagnosis Psikologis : 3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya : a. Status ekonomi kurang. b. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari. c. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.



I. PENATALAKSANAAN 1. Non Medikamentosa / Non Farmakologis : a.



Bed Rest tidak total Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang dapat mengurangi daya tahan tubuh penderita serta banyak istirahat.



b.Avoidance Diharapkan agar tangan ataupun bagian tubuh yang lain penderita jangan sampai terjadi luka. Karena luka-luka ditangan biasanya disebabkan hanya oleh kelalaian misalnya ; terbakar oleh api rokok,terkena benda panas atau api pada waktu memasak atau lecet-lecet ketika rnengerjakan sesuatu, karena alat yang bergagang (berpegangan) kasar dan keras c.Olah raga Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan sekitar. d.



Mengurangi stress tertentu Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang, dan lebih



mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. e. Perawatan Diri Diharapkan untuk penderita supaya merawat diri seperti memberikan lotion pada kulit yang terinfeksi supaya kulit tidak kering dan pecah-pecah akibat kelenjar keringat yang mengalami gangguan sekresi bias pula dengan merendam bagian kulit yang kering atau luka kemudian mengoleskan minyak 13



goreng atau minyak kelapa yang dioleskan secara teratur dan merawat ulkus dengan cara merendam dengan air hangat dan kemudian digosok dengan menggunakan kasa. 2. Medikamentosa / Farmakologis :  MDT-MB 12 blister dalam waktu 12-18 bulan



J. FOLLOW UP Tanggal : 27 February 2014 S : Penderita merasa tangan dan kaki terasa tebal dan terdapat ulkus pada kaki kanan bawah, nyeri (-),pusing (-),mual (-), makan (+) baik,mual (-) O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang Tanda vital :T : 120/80 mmHg N : 87 x/menit



R :20 x/menit S :36 0C



Status Generalis : Mata : a/i/c/d -/-/-/Mulut : Papil lidah atrofi (-/-) Pulmo : dbn Tes N.Sensoris



: - N. Ulnaris dextra mengalami pembesaran konsistensi kenyal, nyeri tekan (-) - Pemeriksaan anastesi terhadap rasa raba pada tempat lesi (+) dari pada kulit normal



Status Neurologis : dalam batas normal. A P



Status Mentalis : dalam batas normal Kusta type MB (dalam pengobatan fase intensif) Terapi medikamentosa berupa MDT-MB, non medika mentosa selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien untuk perawatan diri dan merawat ulkus dengan cara merendam dengan air hangat dan kemudian digosok dengan menggunakan kasa.



Tanggal 03 Maret 2014 S : Penderita merasa tangan dan kaki terasa tebal dan luka pada kaki kanan bawah belum sembuh, nyeri (-),pusing (-),mual (-), makan (+) baik,mual (-) O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang 14



Tanda vital :T : 120/70 mmHg N : 88 x/menit



R :20 x/menit S :36 0C



Status Generalis : Mata : a/i/c/d -/-/-/Mulut : Papil lidah atrofi (-/-) Pulmo : dbn Tes N.Sensoris



: - N. Ulnaris dextra mengalami pembesaran konsistensi kenyal, nyeri tekan (-) - Pemeriksaan anastesi terhadap rasa raba pada tempat lesi (+) dari pada kulit normal



Status Neurologis : dalam batas normal. Status Mentalis : dalam batas normal A : Kusta type MB (dalam pengobatan fase intensif) P : Terapi medikamentosa berupa MDT-MB, non medika mentosa selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien untuk perawatan diri dan merawat ulkus dengan cara merendam dengan air hangat dan kemudian digosok dengan menggunakan kasa. Tanggal 05 Maret 2014 S : Penderita masih merasa tangan dan kaki terasa tebal dan luka pada kaki kanan bawah (+), nyeri (-),pusing (-),mual (-), makan (+) baik,mual (-) O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang Tanda vital :T : 120/80 mmHg N : 87 x/menit



R :21 x/menit S :36 0C



Status Generalis : Mata : a/i/c/d -/-/-/Mulut : Papil lidah atrofi (-/-) Pulmo : dbn Tes N.Sensoris



: - N. Ulnaris dextra mengalami pembesaran konsistensi kenyal, nyeri tekan (-) 15



- Pemeriksaan anastesi terhadap rasa nyeri pada tempat lesi (+) dari pada kulit normal. Status Neurologis : dalam batas normal. Status Mentalis : dalam batas normal A : Kusta type MB (dalam pengobatan fase intensif) P : Terapi medikamentosa berupa MDT-MB, non medika mentosa selain itu juga dilakukan patient centered management: dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien untuk perawatan diri dan merawat ulkus dengan cara merendam dengan air hangat dan kemudian digosok dengan menggunakan kasa. Keterangan : S = Data Subjektif Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh pasien O = Data Objektif Berbagai tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis, meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik laboratorium. A = Pengkajian (Assesment) Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah pasien. P = Perencanaan Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan optimal. FLOW SHEET Nama : Tn. Khomari Diagnosis : Kusta Type MB NO



Tanggal



Tensi mm Hg



BB



TB



Kg



Cm



Status Gizi



Foto Rontgen



Tidak dilakukan



1



27/02/20



120/80



50



160



Gizi Kurang



2



14 03/03/20



120/70



50



160



Gizi Kurang



3



14 05/03/20



120/80



50



160



Gizi Kurang



KET



14



16



BAB II IDENTIFIKASI BERBAGAI FUNGSI KELUARGA A. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Biologis : Keluarga terdiri dari penderita, Ibu (Ny.S,55 tahun), Saudara lakilaki/Kakak (Tn.K,29 tahun), Saudara perempuan/Adik(Ny.D,22 tahun), dan Adik ipar (Tn.M, 25 tahun). Ayah penderita meninggal sekitar 5 tahun karena usia tua. Penderita tinggal serumah ibu, kakak laki-laki, dan adik perempuan dan adik ipar laki-laki.. 2. Fungsi Psikologis : Tn.K tinggal serumah dengan ibu,kakak laki-laki,dan adik perempuan dan adik ipar laki-laki (Ny.Sumiyati, T.Khoiri, Ny.Darsih, Tn.Malik). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat 17



diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan yang lain. Penderita adalah karyawan dari pabrik meubel di daerah Kedundung yang durasi kerjanya dari pagi hingga sore hari. Penderita merupakan salah satu dari tulang punggung di keluarga selain kakak penderita. Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka tak berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan 3. Fungsi Sosial : Penderita adalah seorang pemuda pendiam dan agak pemalu, anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Kedua orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena lebih senang berada di rumah, namun penderita tetap mengikuti kegiatan lainnya seperti gotong royong dan ronda. Dalam kesehariannya penderita bergaul dengan masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat yang lain. Kegiatankegiatan yang harus mengeluarkan biaya terlalu tinggi merupakan faktor penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial, selain karena merasa kurang mampu baik dari materi maupun status sosial. 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan : Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari penderita yang bekerja di pabrik meubel dan kakak penderita dengan total penghasilan sebesar ±Rp 900.000,00 perbulannya. Penghasailan tersebut juga digunakan untuk membiayai ibu dan satu orang adik perempuan yang tinggal serumah dengan penderita. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, air atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak pernah menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa air. Untuk memasak memakai kompor minyak atau kayu bakar. Makan sehari-hari lauk pauk, kadang daging, buah dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas, dan penderita sudah mempunyai kartu sehat 5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi : Penderita termasuk anak yang tertutup,hanya menceritakan permasalahannya kepada ibunya karena penderita merasa nyaman untuk bercerita pada ibunya,penderita juga dekat dengan ayahnya sewaktu ayah masih hidup. 18



B. APGAR SCORE 1. Adaptation Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali membicarakannya kepada ibunya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang sekolah. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari baik waktu bekerja dan pada saat dirumah. Dukungan dari orang-orang orang tua, keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepadanya, keluarganya yang menjaganya sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai terjadi putus obat agar tidak terjadi relaps atau kambuh kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat



2. Partnership Tn. K mengerti bahwa ia adalah salah satu harapan keluarga karena selain sebagai tulang punggung keluarga penderita adalah seorang pekerja keras dan disayang oleh ibunya. Selain itu ibu dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik. 3. Growth Tn. K sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang menganggunya terutama dalam pergaulan di masyarakat karena membuatnya kurang percaya diri. 4. Affection Tn. K merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan ibu cukup meskipun hanya berada dirumah setelah bekerja. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya. 5. Resolve Tn. K merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari keluarganya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena penderita harus bekerja dan kadang harus melembur sampai malam. Pada hari minggu atau hari libur besar lebih banyak dihabiskan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga di rumah.



19



APGAR Tn. Khomari



Sering Kadang



/selalu A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 



Jarang/tidak



-kadang



keluarga saya bila saya menghadapi P



masalah Saya puas dengan cara keluarga saya







membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya







menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga



saya







mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan







saya membagi waktu bersama-sama Total score : 9 point Kesimpulan : fungsi keluarga dalam keadaan baik Tn. Khomari adalah seorang karyawan di perusahaan meubel di wilayah Kedundung. Penderita bekerja dari pagi hingga sore bahkan terkadang lembur, sehingga waktu bertemu dengan keluarga terbatas bahkan sesampainya di rumah terkadang penderita keluar hanya untuk sekedar ngobrol dengan temannya, sehingga kadang sulit untuk membagi waktu untuk bersama-sama. 20



C. SCREEM Tn.Khomari SUMBER Sosial



PATHOLOGY KET Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga + dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat



Cultural



cukup meskipun banyak keterbatasan. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini



+



dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, Religius Agama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain Ekonomi



tata krama dan kesopanan Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran



-



agama kurang, hal ini dapat dilihat dari penderita dan orang tua hanya menjalankan sholat sesekali saja. Sebelum sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di masjid dekat rumah. Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah,



+



untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk Edukasi



pemenuhan kebutuhan hidup Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat



+



pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas Medical Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan



pendidikan seperti buku-buku, koran terbatas. Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih



+



baik Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat. 21



perhatian



khusus



terhadap



kasus



penderita Kesimpulan yang didapat :  Ekonomi (+) artinya keluarga Tn. Khomari masih menghadapi permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan belum dapat memnuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.  Edukasi (+) artinya keluarga Tn. Khomari juga menghadapi permasalahan di bidang pendidikan, dimana penderita hanyalah seorang lulusan SLTP dan kurang mengerti tentang cara hidup sehat, dan kurangnya pendidikan ini mempengaruhi tingkat pekerjaan penderita.  Medical (+) artinya keluarga Tn. Khomari juga menghadapi permasalahan dalam bidang kesehatan, Tn. Khomari sering tidak memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan yang merupakan salah satu factor penularan penyakit yang diderita penderita.



D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Alamat lengkap : Jl.Kedungsari,gunung gedangan 02/03 Bentuk Keluarga : Nuclear/Extended Family Diagram 1. Genogram Keluarga ............................. Dibuat tanggal 27 February 2014



22



X



Tn.Lamijo/5 th



Ny.Sumiyati/55 th



Tn. Khomari/27 th



Etnis Jawa



Ibu Rumah Tangga



Karyawan pabrik



Etnis Jawa



Etnis Jawa



Sumber informasi / Responden : Data Primer ,27 February 2014 Keterangan : Penderita



: Khomari



Tn. Lamijo



: Ayah Penderita (Alm)



Ny. Sumiyati



: Ibu Penderita



Penderita



E. Informasi Pola Interaksi Keluarga :



Tn.Khomari



Tn. 57 th (Alm)



Keterangan :



Ny. 56 th



: hubungan baik : hubungan tidak baik



F. Pertanyaan Sirkuler ( misalnya penderita adalah seorang anak) 1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu? 23



Jawab : Ibu merawat penderita dan mensupport penderita saat sakit 2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah? Jawab : Ayah sudah meninggal dunia sebelum penderita sakit 3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain? Jawab : Tidak Ada 4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan? Jawab : Dibutuhkan ijin ibu karena beliaulah satu-satunya orang tua yang tersisa disamping itu beliau adalah anggota keluarga yang paling dekat 5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita? Jawab : Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu. Walaupun waktu yang tersedia untuk bertemu ibu tidak banyak namun penderita selalu menyampaikan keinginannya ataupun keluhannya kepada ibu 6. Selanjutnya siapa ? Jawab : Tidak ada karena kakak penderita maupun adik penderita sibuk. 7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita? Jawab : Adik penderita karena dia pemalu. 8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien? Jawab : Tidak ada, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diputuskan bersama. 9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya? Jawab : Tidak ada, karena keluarga penderita saling mendukung.



24



BAB III IDENTIFIKASI BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 1. Faktor Perilaku Keluarga Tn. K adalah seorang anak dari pasangan Tn. L dan Ny. S. Penderita sekarang bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan meubel di wilayah Kedundung. Ayah penderita meninggal dunia sekitar 5 tahun yang lalu, penderita sekarang merupakan salah satu tulang punggung dari keluarga selain kakak penderita yang juga bekerja. Ibu penderita dan adik penderita kadang menjaga warung yang letaknya tak jauh dari rumah. Keluarga penderita tidak banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang Kusta sendiri dan pentingnya kebersihan lingkungan yang berhuubungan erat dengan penyakit penderita. Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah. Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun Keluarga ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore. Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban yang terpisah dari kamar mandi menunjukkan bahwa keluarga dan penderita sudah mengetahui pentingnya sarana jamban dan kamar mandi untuk kesehatan. 2. Faktor Non Perilaku 25



Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki dua sumber penghasilan yaitu dari penderita dan kakak penderita dan warung milik keluarga. Dari total semua penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebuthan sekunder dan tertier. Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Beberapa lantai sudah diubin dan beberapa dilapisi oleh semen, pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, serta belum adanya got pembuangan limbah keluarga. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Kedundung. B. Identifikasi Lingkungan Rumah 1. Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 15x6 m2 yang berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Utara. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, dua kamar tidur, satu dapur sekaligus ruang makan yang jarang digunakan,satu kamar mandi yang terpisah dengan jamban. Terdiri dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 5 buah, diruang tamu dan jendela kecil sekali di kamar tidur penderita.Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 4x2 m2. Lantai rumah sebagian besar terbuat dari bahan semen dan pada bagian dapur dan gudang berlantaikan tanah. Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan hanya beberapa yang ditutup plafon. Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batubata dan semen namun belum dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor minyak dan kadang menggunakan kayu bakar yang biasa disimpan di gudang dan belakang rumah



2. Denah Rumah



: 26



27



BAB IV DAFTAR MASALAH 1. Masalah aktif : a. Kusta type MB b. Kondisi ekonomi lemah c. Pengetahuan penderita yang kurang tentang penyakit penderita d. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain 2. Faktor risiko : a. Status gizi kurang b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat DIAGRAM PERMASALAHAN KESEHATAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan berbagai faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien)



Kondisi ekonomi lemah Tingkat pendidikan orang tua masih rendah Persepsi orang tua dan yang salah ttg penyakitnya



TN. KHOMARI/27 TH



-Lingkungan dan rumah yang tidak sehat



-Kurang menjaga kebersihan diri Kondisi ekonomi lemah -PrevensiBAB untuk V anggota keluarga lainnya



PATIENT MANAGEMENT



I.



PATIENT CENTERED MANAGEMENT 1. Dukungan Psikologis Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara lain dengan cara : 28



a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi. b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan. c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan. d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter. Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada Tuhan YME. Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial. 2. Penentraman Hati Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya 3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan bagi Pasien Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang KUSTA.. Pasien KUSTA dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit, pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh petugas Yankes. Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu : a. Penyakit KUSTA merupakan penyakit turunan. b. Penyakit KUSTA tidak dapat disembuhkan. Maka



pasien



harus



diberi



pengertian



untuk



terus



mengupayakan



kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk 29



akibat penyakitnya (KUSTA) terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga diet TKTP yang benar dalam rangka mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga yang teratur dan sebagainya. 4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan. 5. Pengobatan Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan. 6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan tingkah laku (tidak mencuci baju bersamaan dengan baju keluarga), lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang teratur. Dengan demikian paradigma yang salah tentang penyakit KUSTA di masyarakat dapat diluruskan. II. PREVENSI ELIMINASI PENYAKIT UNTUK KELUARGA LAINNYA DAN LINGKUNGAN. Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas Kusta keluarga adalah sama dengan prevensi bebas Kusta untuk penderita, namun dalam hal ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan cara sebagai berikut : 1. Bagi keluarga jangan terlalu dekat ‘cukup intim’ dengan anggota keluarga yang lain (ibu kakak dan kelurga lainnya), apalagi saat mencuci pakaian, usahakan untuk memisahkan baju penderita dengan baju anggota keluarga.. 2. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam. 3. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi. 4. Usahakan membuka jendela setiap pagi agar sirkulasi udara lancar 30



Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang serumah dengan penderita agar tidak tertular infeksi Kusta dari penderita



BAB VI TINJAUAN PUSTAKA MORBUS HANSEN (KUSTA) A. Definisi Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. B. Sejarah Pendapat kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan Tuhan. C. Penyebaran Penyakit Kusta Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui bahwa penderita kusta ini 31



dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang. D. Penyebab Penyakit Kusta Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion E. Epidemiologi Penyakit Kusta Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah: a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam. b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang. Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit-penyaki terinfeksi lainnya. Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka. Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah : 



Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa







Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti







Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti



32







Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah







Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat



F. Tanda-tanda Penyakit Kusta Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu: Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak. Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit Alis rambut rontok Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa). Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi : 



Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.







Anoreksia.







Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.







Cephalgia.







Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.







Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.







Neuritis.



G. Diagnosa Penyakit Kusta Menyatakan (mendiagnosa seseorang menderita penyakit kusta menimbulkan berbagai masalah baik bagi penderita, keluarga atapun masyarakat disekitarnya).Bila ada keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus berada dibawah pengamatan hingga timbul gejala-gejala yang jelas, yang mendukung bahwa penyakit itu benar-benar kusta. Diagnosa kusta dan kelasifikasi harus dilihat secara menyeluruh dari segi : a. Klinis b. Bakteriologis c. Immunologis d. Hispatologis 33



Namun untuk diagnosa kusta di lapangan cukup dengan ananese dan pemeriksaan klinis. Bila ada keraguan dan fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan bakteriologis. Kerokan dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir hidung bawah atau dari biopsi kuping telinga, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas alas dan diwarnai dengan teknis Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikan gambaran histologis yang khas. Tes-tes serologik bukan treponema untuk sifilis sering menghasilkan positif palsu pada lepra. 



Bentuk-bentuk Penyakit Kusta



Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Untuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuber koloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada. tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah-ubah. Kriteria diagnosis menurut WHO : NO TANDA/GEJALA



PB



MB



1



Jumlah bercak kusta



1-5



>5



2



Jumlah syaraf yang terlihat



1



>1



3



BTA



Negatif



Positif



Kelainan Kulit dan hasil



PB



MB



pemeriksaan 34



1.Bercak (makula mati rasa) a. Ukuran



Kecil dan besar



Kecil-kecil



b. Distribusi



Unilateral atau bilateral asimetris



Bilateral simetris



c. Konsistensi



Kering dan kasar



Halus,berkilat



d. Batas



Tegas



Kurang Tegas



e.Kehilangan rasa pada Selalu ada dan jelas



Biasanya tidak jelas,jika ada terjadi



bercak



yang sudah lanjut



Kehilangan



kemampuan Selalu ada dan jelas



berkeringat,bulu



rontok



Biasanya tidak jelas,jika ada,terjadi yang sudah lanjut



pada bercak



2. Infiltrat



PB



MB



a.Kulit



Tidak ada



Ada,kadang-kadang tidak ada



b.Membrana



Tidak pernah ada



Ada,kadang-kadang tidak ada



mukosa(hidung tersumbat,perdarahan di hidung)



35



c. Ciri-ciri



Central



healing(penyembuhan



di-Punched out lesion(lesi bentuk seperti



tengah)



donat) -Madarosis -Ginekomasti -Hidung pelana -Suara sengau



d. Nodulus



Tidak ada



Kadang-kadang ada



e. Deformitas



Biasanya asimetris,terjadi dini



Biasanya simetris,terjadinya lambat



ALUR DIAGNOSIS KUSTA



CARDINAL SIGN



ADA



KUSTA



Jumlah bercak, penebalan saraf gangguan fungsi



RAGU



RAGURAGU



TDK ADA



BUKAN KUSTA



TERSANGKA 36



atau BTA Bercak≤5, saraf 1 BTA (-)



OBSERVASI 3-6 BULAN



Bercak >5 Saraf >1 BTA (+)



CARDINAL SIGN MB



PB



ADA



TDK ADA



RAGU



RUJUK



H. Pengobatan Penyakit Kusta Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson sejak tahun 1952 di Indonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatan monoterapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkan oleh karena :  Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra reaksi  Waktu makan obat sangat lama sehingga akibatnya penderita minum tidak teratur Selain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan penderita kusta dapat menggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan kulit yarlg bersisik). Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT 37



sesuai dengan peraturan maka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment), yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh. Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan harus : a) Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secara teliti.  Semua bercak masih Nampak  Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.  Semua syaraf yang masih tebal.  Semua cacat yang masih ada  Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil maka penderita langsungdinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar). b) Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi penjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu : - Pengobatan telah selesai. - Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampai luka. - Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan ulang.



I. PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur. Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang 38



lembab. Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang,materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa : a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta b. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain d.Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur e. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik J. MASALAH-MASALAH YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENYAKIT KUSTA Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai berikut : a. Dengan segera mencari pertolongan pengobatan. b.Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya menderita penyakit kusta



BAB VII PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Segi Biologis



:



 Tn. K (27 tahun), menderita penyakit Kusta type PB  (dalam pengobatan fase intensif)  Status gizi Tn. K berdasarkan NCHS termasuk dalam kategori Gizi kurang  Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. K tidak sehat 2. Segi fisik



:



 Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat  Pengetahuan akan Kusta yang masih kurang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah 39



 Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut 3. Segi Psikologis



:



 Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang berpengaruh pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai dengan standart kesehatan 4. Segi Sosial :  Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. K tidak sehat SARAN 1. Untuk masalah medis (Kusta) dilakukan langkah-langkah :  Preventif : Melindungi dan menjaga tangan yang anastesi (mungkin pula yang telah cacat). Agar jangan tangannya sampai terjadi luka. Karena lukaluka ditangan biasanya disebabkan hanya oleh kelalaian misalnya ; terbakar oleh api rokok,terkena benda panas atau api pada waktu memasak atau lecetlecet ketika rnengerjakan sesuatu, karena alat yang bergagang (berpegangan) kasar dan keras.  Promotif



: edukasi penderita dan keluarga mengenai Kusta dan



pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.  Kuratif



: saat ini penderita memasuki pengobatan fase intensif dengan



menggunakan MDT-MB  Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Tn.K sehingga tetap memiliki semangat untuk sembuh dan bekerja dengan baik. 2. Untuk masalah status gizi yang masuk kategori Gizi kurang, dilakukan .langkahlangkah  Promotif : edukasi penderita mengenai pola makan yang memenuhi gizi yang seimbang dan diberi pengarahan agar dalam menyiapkan makanan sehari-hari selalu memperhatikan masalah gizi makanannya dan kebersihannya, diusahakan yang sederhana tetapi mengandung gizi yang cukup.  Kuratif :



mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kalori dan



protein untuk menjaga daya tahan tubuh. Konsumsi protein yang mencukupi, seperti dari tempe, tahu dan daging-dagingan atau ikan. 3. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan langkah-langkah : 40



 Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya diplester atau diganti dengan ubin agar mudah dibersihkan. 4. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :  Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan wanita untuk membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.



5. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Kusta, dilakukan langkah-langkah :  Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota keluarga mengenai penyakit Kusta bahwa penyakit Kusta bukan penyakit keturunan dan merupakan penyakit yang dapat disembuhkan.



DAFTAR PUSTAKA 1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua, Cetakan Pertama. EGC : Jakarta. 2005. 2. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2006. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2008 3. WHO. Guide to Eliminate Leprosy as A Public Health Problem. First Edition. World Health Organization : USA. 2000. Accessed on February 20, 2013. Available at : http://www.who.int/lep/resources/Guide_Int_E.pdf 4. Djuanda, S. Hamzah, M. Aisah, S. editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2011 5. ILEP. How to Diagnose and Treat Leprosy. The International Federation of Anti-Leprosy Association : London. 2002. Accessed on February 20, 2013.



Available at :



http://www.ilep.org.uk/fileadmin/uploads/Documents/Learning_Guides/lg1eng.pdf 41



6. Wolff, K. Goldsmith, L.A. Katz, S.I. Gilchrest, B.A. Paller, A.S. Leffel, D.J. editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-Hill : New York. 2008.



42