SAP Home Visite [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI DAN PENGAWASAN MINUM OBAT DIRUMAH PADA PASIEN GANGGUAN KEJIWAAN



OLEH : PROFESI NERS



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2020



SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan



: Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi Dan Pengawasan Minum Obat Dirumah Sub Pokok Bahasan : Merawat pasien halusinasi dan pengawasan minum obat Sasaran : Keluarga dan Klien Tempat : Jebres, Surakarta Hari, tanggal : Selasa, 21 Januari 2020 Waktu : 14.00 - selesai



A. Tujuan Penyuluhan 1. Tujuan Intruksional Umum Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit, keluarga dan klien mampu memahami tentang halusinasi dan kepatuhan minum obat. 2. Tujuan Intruksional Khusus Setelah diberikan penjelasan selama 40 menit diharapkan sasaran dapat : A. Halusinasi a. Pengertian halusinasi b. Jenis halusinasi c. Penyebab halusinasi d. Tanda dan gejala halusinasi e. Cara mengontrol halusinasi f. Cara merawat pasien dengan halusinasi dirumah B. Kepatuhan minum obat a. Menyebutkan pengertian kepatuhan minum obat dengan baik dan benar b. Menyebutkan 4 dari 8 cara meningkatkan kepatuhan minum obat dengan baik dan benar c. Menyebutkan 3 dari 4 manfaat obat dengan baik dan benar d. Menyebutkan reaksi obat dengan baik dan benar e. Menyebutkan efek samping dari obat f. Menyebutkan penyebab pasien gangguan jiwa tidak patuh minum obat g. Menyebutkan prinsip benar dalam pemberian obat dengan baik dan benar h. Menyebutkan cara atau tips dukungan keluarga dalam minum obat



B. Kegiatan Penyuluhan 1. Metode a. Ceramah b. Tanya Jawab 2. Materi a. Pengertian halusinasi b. Jenis halusinasi c. Penyebab halusinasi d. Tanda dan gejala halusinasi e. Cara mengontrol halusinasi f. Cara merawat pasien dengan halusinasi dirumah g. Konsep Kepatuhan h. Obat-obatan untuk pasien gangguan jiwa i. Manfaat obat j. Reaksi obat k. Penyebab pasien gangguan jiwa tidak patuh minum obat 3. Media a. Leaflet C. Langkah Kegiatan No Kegiatan



1.



2.



Pra kegiatan pembelajaran



Membuka Pembelajaran



Kegiatan Penyuluh a. Penyuluh mempersiapkan rencana pembelajaran b. Penyuluh mempersiapkan media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran b. Penyuluh mempersiapkan dan mencek lingkungan yang akan mempengaruhi proses pembelajaran a. Mengucapkan salam b. Memperkenalkan



Kegiatan Sasaran



Waktu



5 menit



a. Menjawab salam b. Menanggapi



10 menit



diri c. Menjelaskan tujuan pembelajaran d. Kontrak waktu e. Appersepsi



3.



4.



Kegiatan inti



Kegiatan menutup pembelajaran



a. Menjelaskan materi pembelajaran b. Memberikan kepada sasaran untuk bertanya c. Menjawab pertanyaan yang diberikan



a. Bertanya sebagai bahan evaluasi b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan c. Mengucapkan salam



D. Evaluasi 1. Prosedur : Post Test 2. Bentuk : Lisan 3. Jenis : Essay E. Lampiran 1. Uraian Materi 2. Pertanyaan dan Kunci Jawaban



dan memberi respon yang baik c. Menyimak penjelasan yang diberikan d. Mengungkapka n pengetahuan yang dimiliki a. Mendengarkan dan menyimak materi yang diberikan b. Mengajukan beberapa pertanyaan dari materi yang diberikan c. Menyimak jawaban yang diberikan dan merasa puas a. Menjawab dengan benar b. Mendengarkan dan menyimak c. Menjawab salam



15 menit



10 menit



LAMPIRAN MATERI PERAN KELUARGA DALAM MENDUKUNG PASIEN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT



A. KONSEP HALUSINASI 1. Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulbetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja, 2011). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia, 2011). 2. Jenis-Jenis Halusinasi Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8 jenis yaitu :  a. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik) Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut. b. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik) 



Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.



c. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik) Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral. d. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik) Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman. Penderita merasa mengecap sesuatu. e. Halusinasi Perabaan (Taktil) Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit. f. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi perabaan Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan waham kebesaran terutama mengenai organ-organ. g. Halusinasi kinesthetik Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). h. Halusinasi visceral Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya 1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. 2) Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya seperti impian. 3. Penyebab Halusinasi 1. Faktor predisposisi



a. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri. b. Psikologis Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. 2. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor. Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu : 1) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asyik dengan pengalaman internalnya.



2) Proyeksi



:



Menggambarkan



dan



menjelaskan



persepsi



yang



membingungkan ( alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau seseorang ). 3) Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas. Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri dengan menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk mengurangi perasaan emasnya klien menyalahkan orang lain dengan tujuan menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. 4. Tanda Dan Gejala Halusinasi Menurut Budi Ana Keliat (2006) tanda dan gejala halusinasi yaitu, a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata d. Tidak dapat memusatkan perhatian e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung 5. Cara Mengontrol Halusinasi Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut : a. Menghardik halusinasi Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. b. Bercakap – cakap dengan orang lain Bercakap - cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika pasien bercakap - cakap dengan orang lain, terjadi distraksi; fokus



perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain. c. Melakukan aktivitas yang terjadwal Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi.oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam.tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu : 1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi. 2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien. 3) Melatih pasien melakukan aktivitas. 4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur malam. 5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan terhadap prilaku pasien yang positif. d. Minum obat secara teratur Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan perawatagar pasien patuh minum obat. 1) Jelaskan kegunaan obat. 2) Jelaskan akibat jika putus obat 3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat. 4) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, dan benar kontinuitas). 6. Cara Merawat Pasien Dengan Halusinasi a. Jangan biarkan pasien sendiri b. Anjurkan pasien untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)



c. Bantu pasien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi d. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien e. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa atau ajak bicara f. Kontrol keadaan pasien g. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko mencederai diri dan orang lain. B. KONSEP KEPATUHAN 1. Definisi Kepatuhan Kepatuhan merupakan tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau yang lain. Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya. (Kemenkes RI, 2011) Kepatuhan dalam pengobatan menurut Slamet (2007) merupakan tingkat ketaatan pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter. 2. Kepatuhan Minum Obat Kepatuhan terhadap pengobatan adalah sejauh mana upaya dan perilaku seorang individu menunjukkan kesesuaian dengan peraturan atau anjuran yang diberikan oleh profesional kesehatan untuk menunjang kesembuhannya. (Ian & Marcus, 2011). 3. Jenis – jenis Kepatuhan Menurut Cramer (2007), jenis – jenis kepatuhan diantaranya terbagi dua yaitu : a. Kepatuhan penuh (total Complience) Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai



b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non Complience) yaitu penderita yang putus obat atau tidak menggunakan obat sama sekali. 4. Cara Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat Menurut Cramer (2007), antara lain : a.



Berikan informasi kepada pasien akan manfaat dan pentingnya pengobatan



b.



Berikan



keyakinan



kepada



pasien



akan



efektifitas



obat



dalam



penyembuhan. c.



Berikan informasi resiko ketidakpatuhan.



d.



Adanya dukungan dari pihak keluarga, teman, dan orang-orang sekitarnya untuk selalu mengingatkan pasien agar teratur minum obat demi keberhasilan pengobatan.



5. Rentang Waktu Pengobatan Gangguan Jiwa Pengobatan gangguan jiwa membutuhkan waktu yang lama dan tidak menimbulkan ketagihan asal dilakukan sesuai dosis anjuran dokter. a. Terapi awal, dosis dinaikan secara bertahap sampai di temukan dosis optimal (1 sampai 3 minggu) b. Terapi pengawasan (8 sampai 10 minggu) c. Terapi pemeliharaan (6 sampai 3-5 tahun) 6. Penyebab Pasien Gangguan Jiwa Tidak Mau Minum Obat a.



Banyaknya obat yang harus dikonsumsi



b.



Merasa bosan



c.



Takut mengalami efek samping Sebagai contoh adalah pengalaman partisipan lima macam dalam satu hari.



Kompleksitas pengguna obat (jumlah maupun dosis) merupakan faktor resiko ketidak patuhan pasien yang mendapatkan 3 jenis medikasi dalam satu hari atu jika medikasinya harus digunakan lebih dari 4 kali dalam sehari cenderung tidak patuh terhadap pengobatannya. 7. Alasan Pentingnya Minum Obat Banyak orang berharap bisa segera kembali normal dalam beberapa hari setelah berhenti minum obat. Sama halnya dengan saat mulai minum obat,



orang ingin merasakan hasil yang instan, tetapi ternyata hasilnya baru terasa setelah beberapa minggu, menghentikan obat terlalu cepat dapat membuat otak seperti dialiri listrik. Seperti obat antidepresan yang paling umum adalah jenis selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), yang menurut penjelasan Valuck, memblokir reabsorpsi serotonin kimia otak dan meninggalkannya mengambang bebas. Berhenti minum obat, maka serotonin akan diserap lagi. Ini dapat mengakibatkan perubahan suasana hati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika orang berhenti minum antidepresan, mereka mungkin menghadapi peningkatan risiko keinginan untuk bunuh diri. Adapun akibat lain ketika pasien tidak patuh minum obat sebagai berikut : c.



Bisa menyebabkan parahnya penyakit



d.



Penyakit bisa menjadi kronis dan susah disembuhkan



e.



Terjadinya overdosis (untuk penggunaan yang berlebihan)



f.



Penyakit yang diderita sering kambuh kembali



8. Menyebutkan Cara Atau Tips Dukungan Keluarga Dalam Minum Obat a. Buat kesepakatan dengan penderitaan (membuat jadwal minum obat). b. Jelaskan manfaat pengobatan bagi penderita. Serta akibat jika lupa atau menolak minum obat. c. Konsultasikan dengan dokter mengenai pilihan obat d. Modifikasi pemebrian obat seperti diberikan / dimunumkan bersama-sama saat makan buah e. Memberikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai keinginan sendiri untuk minum obat f. Libatkan anggota keluarga untuk mengawasi penderita minum obat (memastikan obat bener-bener diminum)



DAFTAR PUSTAKA Ade      Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika. Cramer, JA, 2007. Compliance In Medical Practice and Clinical Trail. New York : Raven Press. Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama. Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta : Nuha Medika. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi  Pelaksanaan Tindakan  Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika. Keliat, B. A., 2006, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC. Kemenkes Kesehatan RI, 2011. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2011-2014. Jakarta. Maramis, Willy F, dan Maramis, Albert A (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Slamet, Suprapti dan Sumarmo Markam. 2007. Pengantar Psikologi Klinis.Jakarta : UI Press. Stuart, G.W, & Sundeen, SJ. 2007. Buku saku keperawawtan jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC. Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info Medika. Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama.