Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV Dengan Sikap Terhadap Penggunaan Kondom Final [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap Penggunaan Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah Mauk



Peneliti: Andre Farnandes (07120120011) Dylan Hadi (07120120015)



Pembimbing: Dr. dr. Shirley I. Moningkey, M.Kes dr. David Setiawan



KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN PUSKESMAS MAUK TANGERANG PERIODE 27 FEBRUARI – 22 APRIL 2017 TANGERANG



LEMBAR PERSETUJUAN “Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap Penggunaan Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah Mauk” PERIODE 27 FEBRUARI 2017 – 22 APRIL 2017 Disusun oleh Andre Farnandes (07120120011) Dylan Hadi (07120120015) Telah disetujui untuk diajukan di Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Sebagai salah satu persyaratan Pendidikan Profesi Kedokteran Umum



Disetujui oleh: Tangerang, 20 April 2017 Pembimbing,



Dr. dr. Shirley Ivonne Moningkey, M. Kes



dr. David Setiawan



2



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap Penggunaan Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah Mauk”. Adapun penelitian ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Yudisium Program Studi Profesi Dokter. Penelitian ini dilakukan selama kegiatan kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Mauk sejak tanggal 27 Februari 2017 sampai 22 April 2017. Melalui serangkaian bimbingan dan pengarahan sebelum dan selama kepaniteraan ini berlangsung, kami mencoba menyusun dan menyajikan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan HIV dengan Sikap Terhadap Penggunaan Kondom pada Wanita Pekerja Seks di Wilayah Mauk, Tangerang. Penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, serta kerjasama dalam hasil penelitian ini. Kami juga ingin secara khusus mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. dr. Shirley I. Moningkey, M. Kes, selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun dan melaksanakan penelitian ini. 2. dr. David Setiawan, selaku Kepala Puskesmas Mauk, yang telah memberikan kami kesempatan berpartisipasi dalam pelayanan dan melakukan observasi dalam seluruh program di Puskesmas Mauk serta turut membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Staff Puskesmas Mauk yang telah memberikan kontribusi selama kami menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Mauk. 4. Kepada seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan penelitian ini. Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna serta membutuhkan masukan dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan penelitian ini serta selama menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Mauk. Kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian ini agar dapat menjadi lebih baik dan berguna. Mauk, 20 April 2017 Penulis



3



HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DENGAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKS DI WILAYAH MAUK PERIODE 27 FEBRUARI 2017 – 22 APRIL 2017 Dylan Hadi1, Andre Farnandes1



ABSTRAK Latar Belakang : Menurut Jount United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) di seluruh dunia pada tahun 2016, diperkirakan 36.7 juta penduduk (1% total populasi dunia berumur 15-49) terinfeksi oleh HIV. Diperkirakan pada benua asia dan pasifik memiliki 5.1 juta orang dilaporkan positif oleh HIV, menyumbang 13.9% dari total penduduk dunia yang terinfeksi HIV (UNAIDS, 2016). Di Indonesia, UNAIDS melaporkan sekitar 690.000 orang terinfeksi oleh HIV dan diperkirakan 250.000 orang diantaranya adalah wanita berumur 15 tahun keatas (UNAIDS 2014). remaja memiliki risiko tinggi dalam penularan HIV/AIDS karena kecenderungan melakukan hubungan seks pada usia muda ketika saluran vagina belum matang dan jaringannya mudah terluka sehingga mudah terinfeksi, ketidakstabilan emosi, serta kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai HIV/AIDS merupakan fenomena yang banyak ditemui di masyarakan umum. Untuk mendukung pembenahan masalah HIV/AIDS, Indonesia turut menandatangani Millenium Development Goals (MGDs). Pada penelitian ini lebih difokuskan pada masalah HIV/AIDS yang terkandung dalam tujuan MDGs yang ke-2 yaitu penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS di kalangan masyarakat. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan kondom terhadap HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di kecamatan mauk Metode : Penelitian adalah studi observasional dengan pendekatan berupa tehnik potong lintang (cross sectional study). Subjek dalam penelitian berupa 86 wanita pekerja seks komersil. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang sudah tervalidasi. Tabulasi dilakukan menggunakan program pengumpulan data elektronik Microsoft Excel 2010, sedangkan analisis data menggunakan program SPSS 20 dengan metode chi square jika distribusi sampel normal dan jika distribusi sampel tidak normal digunakan metode fisher exact, dan dinyatakan dengan odds ratio. Hasil penelitian : Hasil analisis Tingkat pengetahuan HIV dengan Sikap terhadap penggunaan kondom menunjukkan bahwa dari 86 subjek terdapat 30 subjek (34,8%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 56 subjek (65,2%) dengan tingkat pengetahuan buruk. Dari 30 subjek dengan pengetahuan HIV yang baik, 5 subjek (16,6%) memiliki sikap tidak setuju dengan penggunaan kondom dan 25 subjek (83,4%) setuju dengan penggunaan kondom, sedangkan dari 56 subjek pengetahuan buruk, 34 subjek (60,7%) memiliki sikap tidak setuju dengan penggunaan kondom dan 22 subjek (39,3%) memiliki sikap setuju terhadap penggunaan kondom. Hasil uji statistik menunjukkan nilai statistik Chi-Square dengan p-value sebesar 0.02 yang berarti berhubungan (p 70 mL/min - Raltegravir + TDF/FTC Pemilihan regimen dilakukan secara individual menurut hal-hal berikut: - Efekasi virology - Toksisitas - Keterbatasan obat - Frekuensi pemberian obat - Potensial interaksi obat - Kekebalan obat - Faktor pemberat Dilakukan juga pencarian dan tatalaksana faktor-faktor pemberat seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, penyakit tulang, dyslipidemia, defisiensi vitamin D, penyakit ginjal, penyakit hati, gangguan lemak, asidosis laktat, disfungsi seksual, maupun depresi. Terapi tambahan juga termasuk adalah terapi-terapi infeksi oportunis, terapi lipodystrophy, terapi supresif HSV-2, dan terapi diare akibat HIV. 2.2 Situasi HIV dan AIDS di Indonesia 1987 – 2006



Sejak 1987, jumlah kasus HIV dan AIDS dalam kurun waktu 13 tahun yang



semula



meningkat



perlahan-lahan,



mulai



2000



menunjukkan



peningkatan yang sangat tajam. Untuk mengembangkan kebijakan strategi, situasi dibagi dalam dua periode.1 



Situasi 1987 – 2002 Pada 10 tahun pertama periode ini peningkatan jumlah kasus HIV dan



AIDS masih rendah.



1



Pada akhir 1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153



kasus dan HIV positif baru 486 orang yang diperoleh dari serosurvei di daerah sentinel. Penularan 70% melalui hubungan seksual berisiko. Sejak akhir 2002 terlihat kenaikan yang sangat tajam dari jumlah kasus AIDS dan di beberapa daerah pada sub-populasi berisiko tinggi angka prevalensi sudah mencapai 5%, sehingga sejak itu Indonesia dimasukkan kedalam kelompok negara dengan epidemi terkonsentrasi. Jumlah kasus yang dilaporkan pada 2002 menjadi 1016 AIDS dan 2552 HIV positif. Jumlah ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan estimasi Departemen Kesehatan bahwa pada 2002 terdapat 90.000 – 120.000 kasus. Peningkatan yang pesat itu disebabkan penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun) sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung.







Situasi 2003 – 2006 Pada akhir 2003 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan bertambah 355



sehingga total berjumlah 1371, semantara jumlah kasus HIV positif bertambah 168 sehingga total berjumlah 2720.1 Pada akhir 2003 terdapat 25 provinsi melaporkan kasus AIDS. Penularan di sub-populasi penasun meningkat menjadi 26%. Peningkatan jumlah kasus AIDS terus terjadi, dimana pada akhir Desember 2004 berjumlah 2682, pada akhir Desember 2005 naik hampir dua kali lipat menjadi 5321 dan pada akhir September 2006 jumlah kasus sudah menjadi 6871. Semua angka kasus tersebut berdasarkan



laporan oleh 32 dari 33 provinsi. Estimasi 2006 jumlah orang yang terinfeksi HIV diperkirakan mencapai 169.000 – 216.000 orang. Data hasil surveilans sentinel Departemen Kesehatan menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi HIV positif pada sub-populasi berperilaku berisiko, dikalangan penjaja seks (PS) tertinggi 23% dan di kalangan penasun 48% dan pada penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebesar 68%. Peningkatan prevalensi HIV positif terutama terjadi di kota-kota besar, sementara peningkatan prevalensi di kalangan PS terjadi di kota-kota besar dan kecil bahkan di pedesaan, terutama di Provinsi Papua dan Irian Jaya Barat. Di kedua provinsi terakhir ini epidemi sudah cenderung menyerang populasi umum yang terlihat dari kasus-kasus yang ditemukan di kalangan ibu rumah tangga baik di kota maupun di pedesaan. Distribusi usia penderita AIDS pada 2006 memperlihatkan tingginya persentase jumlah usia muda dan jumlah usia anak. Penderita dari golongan usia 20-29 tahun mencapai 55%, dan bila digabung dengan golongan usia sampai 49 tahun, maka angka menjadi 89%. Sementara persentase anak 5 tahun kebawah mencapai 1%. Diperkirakan pada 2006 sebanyak 4360 anak tertular HIV dari ibunya yang HIV positif dan separuhnya telah meninggal.



2.3 Kecenderungan dimasa depan 



Kecenderungan Epidemi dan perilaku Para ahli epidemiologi Indonesia memproyeksikan bila tidak ada



peningkatan upaya penanggulangan yang berarti, maka pada 2010 jumlah kasus AIDS menjadi 400.000 orang dengan kematian 100.000 orang, dan pada 2015 menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. 1 Kebanyakan penularan tetap terjadi pada sub-populasi berperilaku berisiko kepada isteri atau pasangannya. Diperkirakan pada akhir 2015 akan terjadi



penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38,500 anak yang dilahirkan dari ibu yang HIV positif. Kecenderungan di atas disebabkan meningkatnya jumlah berbagai sub-populasi berperilaku berisiko terutama penasun yang terlihat dari estimasi sub-populasi risiko tinggi pada 2006, dan karena masih adanya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Faktor-faktor penyebab lainnya adalah resistensi terhadap obat anti retroviral (ARV) lini pertama, surveilans ARV belum berjalan baik, dan penyediaan ARV lini kedua belum mencukupi. 



Kecenderungan respons Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya



peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia.1 Respons



harus



ditujukan



untuk



mengurangi



semaksimal



mungkin



peningkatan kasus baru dan kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat. Anggaran dari sektor pemerintah diharapkan juga akan meningkat sejalan dengan kompleksitas masalah yang dihadapi. Sektor-sektor akan meningkatkan sumber daya dan cakupan program masingmasing. Masyarakat sipil termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa. Sementara itu mitra internasional diharapkan akan tetap memberikan bantuan teknis dan dana.



2.4 6 Millenium Development Goals Tujuan Pembangunan Milenium adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.6 Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat



Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenasdibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan



laporan MDG pertamanya



yang



ditulis



dalam bahasa



Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. MDGs mempunyai beberapa tujuan yang telah disepakati yaitu 1) Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, 2) Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua, 3) Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, 4) Menurunkan Angka Kematian Anak, 5) Meningkatkan Kesehatan Ibu, 6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya, 7) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan 8) Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.6 Pada laporan evaluasi ini, difokuskan pada tujuan MDGs ke-6 yakni: Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya. Pada poin ini, terdapat beberapa target agar tujuan tersebut tercapai. Target 6A: Mengendalikan Penyebaran HIV/AIDS dan menurunnya jumlah kasus baru hingga tahun 2015 6.1 Prevalensi HIV dari total populasi (persen) 6.2 Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi 6.3 Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS



BAB III Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Hipotesis, dan Definisi Operasional



3.1 Kerangka teori Gender, Pendidikan, Pekerjaan



Sosial Ekonomi Pendapatan



Sikap Terhadap Penggunaan Kondom Tingkat Perilaku/Stigma Pengetahuan terhadap HIV/AIDS HIV/AIDS



Penyuluhan HIV/AIDS



3.2 Kerangka konsep



Sikap terhadap penggunaan kondom



Tingkat pengetahuan HIV



Bagan 2. Kerangka Konsep Keterangan: : Variabel independen : Variabel dependen : Variabel perancu yang akan dikontrol dengan cara 3.3 Hipotesis Terdapat kesesuaian antara tingkat pengetahuan HIV dengan sikap terhadap penggunaan kondom.



3.4 Definisi operasional Variabel



Definisi



Alat Ukur



Cara



Skala



Pengukuran Pengukuran Pengetahuan



Tingkat



Kuesioner



Tingkat



HIV



pengetahuan



yang sudah



pengetahuan



tentang



tervalidasi



Baik :  60%



penyakit HIV



Nominal



pertanyaan dijawab dengan benar Buruk :