Identifikasi Makronutrien Dan Gugus Fungsi Senyawa Organik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR ACARA V IDENTIFIKASI MAKRONUTRIEN DAN GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK



DISUSUN OLEH: MULIANI G1C019048



PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM 2019



ACARA V IDENTIFIKASI MAKRONUTRIEN DAN GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Menentukan reaksi identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik. b. Menentukan sifat-sifat karbohidrat secara kualitatif. 2. Waktu Praktikum Kamis, 17 Oktober 2019 3. Tempat Praktikum Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.



B. LANDASAN TEORI Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya. Gugus fungsi (fuctional group) adalah sekelompok atom yang menyebabkan perilaku kimia molekul induk. Molekul berbeda yang mengandung gugus (atau gugu-gugus) fungsi yang sama mengalami reaksi yang serupa. Semua senyawa organik merupakan turunan dari golongan senyawa yang dikenal sebagai hidrokarbon (hydrocarbon) sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hidrogen dan karbon. Berdasarkan strukturnya, hirokarbon dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu alifatik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik (aliphatic hydrocarbon) tidak mengandung gugus benzena atau gugus benzena, sedangkan hidrokarbon aromatik (aromatic hydrokarbon) mengandung satu atau lebih cicin benzena (Chang, 2004: 332). Gugus fungsi senyawa organik dapat berupa ikatan karbon-karbon rangkap dua atau rangkap tiga. Ikatan rangkap karbon-oksigen biasanya disebut gugus karbonil (C = O). Gugus karbonil ada beberapa senyawa organik penting. Senyawa ini memiliki kemiripan dalam beberapa hal, tetapi berbeda tergantung atom apa yang terikat dengan atom karbon karbonil, sedangkan atom yang terikat pada karbon karbonil pada senyawa keton adalah dua atom karbon. Pada asam karboksilat, memiliki gugus – OH yang terikat pada karbon karbonil. Ester memiliki atom oksigen yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan halide asam memiliki atom halogen



yang terikat dengan karbon karbonil. Karbon karbonil memiliki muatan parsial positif, sedangkan atok oksigennya parsial negatif (Prasojo, 2010: 68). Istilah karbohidrat berasal dari glukosa sebagai karbohidrat pertama yang berhasil diperoleh secara murni. Glukosa dengan rumus molekul C 6H12O6 atau (C2HO)6 disangka sebagai senyawa hidrat dan karbon. Tetapi kemudian istilah ini diketahui merupakan istilah yang salah karena karbohidrat merupakan suatu polihidroksi dari aldehid dan keton atau turunannya. Glukosa mempunyai nama lain dekstrosa. Karbohidrat diperoleh dari tanaman melalui proses fotosintesis. Dengan bantuan sinar matahari maka CO2 dan H2O akan diubah menjadi glukosa dan O 2. Karbohidrat ini menjadi sumber energi apabila dikonsumsi melalui proses metabolisme dalam tubuh (Wardiyah, 2016: 176).



6CO2 + 6H2O



sinar matahari



6O2 + C6H12O6 glukosa



Uji karbohidrat total merupakan uji yang dilakukan untuk melhat kandungan karbohidrat secara keseluruan dalam suatu sampel. Karbohidrat merupakan senyawa sumber energi utama bagi tubuh. Monosakarida (gula sederhana) adalah karbohidrat yang paling sederhana yang merupakan molekul terkecil dari karbohidrat. Dalam tubuh monosakarida langsung diserap oleh dinding-dinding halus dan masuk dalam peredaran darah. Glukosa dan fruktosa termasuk dalam kelompok monosakarida, sedangkan sukrosa termasuk ke dalam kelompok disakarida dimana disakarida merupakan gabungan dari dua macam monosakarida (Niagara dkk, 2018).



C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM 1. Alat-alat Praktikum a. Batang pengaduk b. Gelas kimia 250 mL c. Penjepit kayu d. Pipet tetes e. Pipet ukur 2 mL f. Pipet ukur 5 mL g. Rak tabung reaksi h. Rubber bulb i. Tabung reaksi



j. Waterbath 2. Bahan-bahan Praktikum a. Aquades (H2O)(l) b. Larutan Amilum (C6H12O5)n (aq) c. Larutan Asam klorida (HCl)(aq) 1 M d. Larutan Asam sulfat pekat (H2SO4)(aq) e. Larutan Brom (Br2)(aq) f. Larutan Fruktosa (C6H12O6)(aq) g. Larutan Glukosa (C6H12O6)(aq) h. Larutan Kalium permanganat (KMnO4)(aq) 0,01 M i. Larutan Kloroform (CHCl3)(aq) j. Larutan Natrium hidroksida (NaOH)(aq) 1 M k. Larutan Sukrosa (C12H22O11)(aq) 2% l. Minyak kelapa m. Padatan Iodium (I2)(s) n. Reagen Benedict o. Reagen molisch



D. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Identifikasi Ikatan Rangkap pada Senyawa Karbon Alifatik a. Disiapkan dua buah tabung reaksi (tabung I dan tabung II). b. Dimasukkan 2 mL minyak kelapa dan 2 mL kloroform (CHCl3) ke tabung I. c. Dimasukkan 4 mL kloroform ke tabung II. d. Ditambahkan beberapa tetes larutan Brom(Br2) ke masing-masing tabung (tabung I dan tabung II). e. Diamatai warna larutan setelah ditetesi larutan Brom (Br2). f. Dibandingkan warna larutan dalam tabung reaksi I dan II. g. Diulangi prosedur kerja a sampai f dengan mengganti larutan Brom (Br2) menggunakan Kalium permanganat (KMnO4) 0,01 M. 2. Uji karbohidrat a. Uji Benedict 1. Disiapkan empat tabung reaksi yaitu tabung I untuk glukosa, tabung II untuk fruktosa, tabung III untuk sukrosa dan tabung IV untuk amilum. 2. Dimasukkan 2 mL larutan benedict ke dalam masig-masing tabung.



3. Ditambahkan 2 tetes glukosa 2%, fruktosa 2%, sukrosa 2%, dan amilum 2% ke dalam tabung I, II, III, dan IV secara berurutan. 4. Dipanaskan dalam waterbath selama 2 menit. 5. Diamati perubahan yang terjadi. b. Uji Molisch 1. Dimasukkan 2 mL glukosa 2%, fruktosa 2%, sukrosa 2%, dan amilum 2% masing-masing ke dalam tabung I, II, III, dan IV. 2. Ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch ke dalam empat tabung reaksi. 3. Dikocok tabung reaksi, kemudian dimiringkan dan ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat secara perlahan-lahan. 4. Diamati perubahan yang terjadi. c. Hidrolisa Disakarida 1. Disiapkan dua tabung reaksi (tabung I dan Tabung II). 2. Dimasukkan 3 mL sukrosa 2% ke masing-masing tabung. 3. Ditambahkan 3 tetes HCl 1 M ke dalam tabung I. 4. Dipanaskan tabung I dan II ke dalam waterbath selama 5 menit. 5. Didinginkan tabung I dalam suhu ruang dan dinetralkan dengan 3 tetes NaOH. 6. Ditambahkan 5 tetes reagen benedict ke dalam tabung I dan II. 7. Diamati perubahan yang terjadi antara tabung I dan II. d. Hidrolisa polisakarida 1. Disiapkan tiga buah tabung reaksi (tabung I, II, dan III). 2. Dimasukkan 3 mL larutan amilum 2% ke tabung I dan II. 3. Ditambahkan 3 tetes HCl pekat ke tabung reaksi I. 4. Dipanaskan di dalam waterbath selama 5 menit. 5. Didinginkan dalam suhu ruangan. 6. Diambil 1 tetes dari tabung I dan dimasukkan ke tabung III. 7. Dinetralkan dengan ditambahkan 3 tetes NaOH ke dalam sisa larutan pada tabung I. 8. Ditambahkan 5 tetes reagen benedict ke dalam tabung reaksi I. 9. Dipanaskan kembali hingga warna larutan berubah. 10. Ditambahkan padatan Iodium pada tabung I dan III. 11. Diamati perubahan yang terjadi.



E. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Ikatan Rangkap pada Senyawa Karbon Alifatik PROSEDUR PERCOBAAN a. Menggunakan larutan Brom 



Tabung I



Ditambahkan 2 mL minyak kelapa Ditambahkan 2 mL kloroform Ditambahkan 10 tetes brom 



Tabung II



Ditambahkan 4 mL kloroform Ditambahkan 10 tetes brom b. Menggunakan larutan KMnO4 



Tabung I



Ditambahkan 2 mL minyak kelapa Ditambahkan 2 mL kloroform



HASIL PENGAMATAN Warna awal larutan minyak kelapa, yaitu kuning, Kloroform bening, dan Brom jingga. Perubahan warna terjadi ketika minyak dicampur dengan kloroform menjadi warna kuning bening, kemudian dicampur lagi dengan brom menjadi kuning keruh dan terdapat endapan gelembung.



Warna awal larutan kloroform adalah bening, sedangkan brom bewarna jingga. Kedua larutan (Kloroform dan brom) dicampurkan dan sedikit terjadi perubahan warna menjadi kuning keruh. Warna awal larutan minyak kelapa, yaitu kuning, Kloroform bening, dan KMnO4 ungu. Minyak berubah warna menjadi kuning bening setelah dicampur dengan kloroform. Kemudian dicampur lagi dengan KMnO4 menjadi ungu dan terdapat endapan.



Ditambahkan 10 tetes KMnO4 



Tabung II



Ditambahkan 4 mL kloroform Ditambahkan 10 tetes KMnO4



Kedua larutan (Kloroform dan KMnO4) yang semula bening dicampurkan. Kemudian tidak terjadi perubahan warna namun terdapat cincin ungu pada permukaan tabung.



2. Uji Karbohidrat PROSEDUR PERCOBAAN a. Tes Benedict



HASIL PENGAMATAN



Warna awal benedict yaitu biru dan sampel glukosa bening. Setelah  Tabung I dicampur tidak menunjukan perubahan Ditambahkan 2 mL larutan benedict warna. Namun setelah dipanaskan dalam waterbath, larutan tersebut Ditambahkan 2 tetes glukosa 2% berubah warna menjadi merah bata dan terdapat endapan. Dipanaskan dalam waterbath 2 menit







Tabung II







Tabung III







Tabung IV



Warna awal benedict yaitu biru dan sampel fruktosa bening. Setelah Ditambahkan 2 mL larutan benedict dicampur tidak menunjukan perubahan warna. Namun setelah dipanaskan Ditambahkan 2 tetes fruktosa 2% dalam waterbath, larutan tersebut Dipanaskan dalam waterbath 2 berubah warna menjadi merah bata dan menit terdapat endapan. Warna awal benedict yaitu biru dan sampel sukrosa bening. Setelah Ditambahkan 2 mL larutan benedict dicampur tidak menunjukan perubahan warna. Namun setelah dipanaskan Ditambahkan 2 tetes sukrosa 2% dalam waterbath, larutan tersebut Dipanaskan dalam waterbath 2 berubah warna menjadi biru keruh dan menit tidak ada endapan. Warna awal benedict yaitu biru dan sampel amilum bening. Setelah Ditambahkan 2 mL larutan benedict dicampur tidak menunjukan perubahan warna. Setelah dipanaskan dalam Ditambahkan 2 tetes amilum 2% waterbath, larutan tersebut tidak Dipanaskan dalam waterbath 2 mengalami perubahan warna dan tidak menit ada endapan. b. Tes Molisch  Tabung I Ditambah 2 ml Glukosa 2% Ditambah 2 tetes pereaksi Molisch Dikocok Ditambah 2 ml larutan H2SO4 



Tabung II



Ditambah 2 ml fruktosa 2% Ditambah 2 tetes pereaksi Molisch Dikocok Ditambah 2 ml larutan H2SO4







Tabung III



Ditambah 2 ml sukrosa 2% Ditambah 2 tetes pereaksi Molisch Dikocok Ditambah 2 ml larutan H2SO4







Tabung IV



Warna awal molisch jingga,sampel glukosa bening, dan larutan H2SO4 pekat bening. Setelah dicampur tidak menunjukan perubahan warna. Kemudian ditambah asam sulfat, larutan berubah menjadi keruh, terdapat bintikbintik hitam dan terasa panas pada tabung. Warna awal molisch jingga,sampel fruktosa bening, dan larutan H2SO4 pekat bening. Setelah dicampur tidak menunjukan perubahan warna. Kemudian ditambah asam sulfat, larutan berubah menjadi keruh, terdapat bintikbintik hitam dan terasa panas pada tabung. Warna awal molisch jingga,sampel sukrosa bening, dan larutan H2SO4 pekat bening. Setelah dicampur tidak menunjukan perubahan warna. Kemudian ditambah asam sulfat, larutan berubah menjadi keruh, terdapat bintikbintik hitam dan terasa panas pada tabung. Warna awal molisch jingga,sampel



Ditambah 2 ml amilum 2% Ditambah 2 tetes pereaksi Molisch Dikocok Ditambah 2 ml larutan H2SO4



amilum bening, dan larutan H2SO4 pekat bening. Setelah dicampur tidak menunjukan perubahan warna. Kemudian ditambah asam sulfat, larutan berubah menjadi keruh, terdapat bintikbintik hitam dan terasa panas pada tabung.



c. Hidrolisa Disakarida



Warna awal sukrosa, aquades, HCl, dan NaOH berwarna bening. Sampel Sukrosa ditambah aquades tidak terjadi perubahan warna. Kemudian ditambah HCl, warna tetap tidak berubah. Saat dipanaskan dan didinginkan tidak terjadi perubahan. Lalu ditambah NaOH tetap juga tidak berubah. Akhirnya ditambah benedict, larutan berubah menjadi warna biru muda.







Tabung I



Ditambah 3 ml Sukrosa 2% Ditambah 3 ml Aquades Ditambah 3 tetes HCl pekat 1 M Dipanaskan 5 menit Didinginkan dalam suhu ruang Ditambah 3 tetes NaOH 1 M Ditambah 5 tetes Reagen Benedict  Tabung II Ditambah 3 ml Sukrosa 2% Ditambah 3 ml Aquades Dipanaskan 5 menit Dinginkan Ditambah 5 tetes Reagen Benedict



Warna awal sukrosa dan aquades berwarna bening, dan benedict berwarna biru. Sampel Sukrosa ditambah aquades tidak terjadi perubahan warna. Kemudian ditambah benedict, larutan sedikit berubah menjadi biru bening.



d. Hidrolisa Polsakarida  Tabung I Ditambah 3 ml Amilum 2 % Ditambah 3 tetes HCl 1 M Dipanaskan Didinginkan Diambil 1 tetes dan ditempatkan dalam gelas kimia berisi padatan Iodium Ditambah 3 tetes NaOH 1 M Ditambah 5 tetes Reagen Benedict Dipanaskan



Warna awal amilum, HCl, dan NaOH berwarna bening. Sampel amilum ditambah HCl, warna tidak berubah. Saat dipanaskan dan didinginkan tidak terjadi perubahan. Kemudian ditempatkan dalam gelas berisi iodium. Larutan berubah menjadi ungu. Lalu ditambah NaOH. Setelah itu ditambah benedict dan dipanaskan, larutan berubah menjadi warna orange.



 Tabung II Ditambah 3 ml Amilum 2 % Ditempatkan dalam gelas kimia berisi padatan Iodium



Warna awal amilum yaitu bening dan padatan iodium berwarna perak. Kemudian ditambahkan dengan padatan iodium warnanya berubah menjadi biru tua.



F. ANALISIS DATA 1. Identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik a. Identifikasi menggunakan larutan brom (Br 2) Tabung I



Tabung II



b. Identifikasi menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO 4) Tabung I



Tabung II



2. Uji Karbohidrat a. Uji Benedict 1. Glukosa



2. Fruktosa



3. Sukrosa



4. Amilum



b. Tes Molisch



c. Hidrolisis Disakarida



d. Hidrolisis Polisakarida



G. PEMBAHASAN Penggolongan senyawa karbon dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya. Dengan mereaksikan senyawa karbon dengan beberapa pereaksi, kita dapat menentukan reaksi identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik dan menentukan sifat-sifat karbohidrat secara kualitatif. Kualitatif yang dimaksud yaitu dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi selama praktikum atau dengan kata lain analisis hasil percobaan. Adapun senyawa karbon alifatik adalah hidrokarbon yang tidak mengandung gugus benzena atau cincin benzena. Makronutrien atau biasa kita kenal dengan karbohidrat, protein, dan lemak merupakan senyawa yang memiliki gugus fugsi organik. Seperti yang kita ketahui, gugus fungsi senyawa organik terdiri atas unsur-unsur utama berupa karbon, hidrogen, dan senyawa tambahan dengan bentuk ikatan bervariasi. Ikatan-ikatan yang berbeda memberikan dampak pada sifat fisik dan kimia pada senyawa organik tersebut sehingga menghasilkan sifat yang khas. Percobaan pertama yaitu identifikasi ikatan rangkap pada senyawa karbon alifatik dengan menggunakan larutan brom (Br 2) dan kalium permanganat (KMnO4) sebagai indikatornya. Dalam percobaan ini, digunakan minyak kelapa sebagai sampel yang aka diuji. Penggunaan larutan brom bertujuan untuk memutuskan ikatan rangkap yang ada pada minyak kelapa. Pada tabung I yang berisi minyak kelapa yang sudah ditambahkan dengan larutan kloroform dan brom. Tampak dua fase yang terlihat yaitu lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah bewarna kuning keruh. Larutan brom



yang awalnya berwarna jingga, setelah dimasukkan ke dalam larutan minyak kelapa dan kloroform warnanya menjadi hilang, sehingga larutan tetap 2 fase. Hilangnya warna brom karena antara larutan saling melarutkan. Larutnya larutan tersebut diakibatkan oleh larutan tersebut memilki sifat kepolaran yang sama yaitu non-polar. Adanya 2 fase yang terbentuk menandakan bahwa terjadi perubahan ikatan yaitu diputuskannya ikatan rangkap yang ada pada minyak kelapa. Sedangkan pada tabung II terbentuk cincin. Cincin ini menandakan bahwa antara kloroform dan larutan brom tidak tercampur (tidak saling melarutkan). Hal ini merupakan karena kloroform adalah senyawa non-polar, sedangkan larutan brom merupakan senyawa senyawa semi polar. Akibat perbedaan tingkat kepolaran inilah yang membuat larutan tidak bisa saling melarutkan. Kemudian pada percobaan ini juga digunakan larutan KMnO 4. Pengujian identifikasi ikatan rangkap menggunakan larutan KMnO 4 disebut uji Baeyer. Larutan KMnO4 mengoksidasi senyawa tak jenuh. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan coklat. Larutan KMnO 4 setelah dimasukkan ke dalam tabung I warnanya tidak berubah yaitu tetap berwarna ungu. Perbedaan hasil percobaan ini disebabkan oleh stok larutan KMnO 4 yang ada di laboratorium sudah terlalu lama. Sedangkan pada tabung II terbentuk cincin ungu di sekeliling tabung. Hal ini menandakan tidak terjadi reaksi apapun pada senyawa tersebut karena tidak ada ikatan rangkap yang akan dipecah pada pada kloroform. Beberapa karbohidrat mengandung gula pereduksi. Untuk menguji adanya adanya gula pereduksi dalam karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum dilakukan dengan tes benedict. Tes benedict dilakukan dengan menggunakan reagen benedict. Pada tes benedict, reagen benedict akan bereaksi dengan gugus aldehid dan alphahidroksi keton. Indikasi adanya gula pereduksi dalam karbohidrat ditandai dengan perubahan warna menjadi merah bata setelah ditetesi reagen benedict. Pada percobaan ini, telah didapatkan hasil pengamatan pada masing-masing sampel karbohidrat. Pada tabung I, dilakukan pengujian pada glukosa dan terlihat adanya endapan merah bata setelah proses pemanasan. Proses pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Pada tabung II, dilakukan pengujian pada fruktosa. Hasilnya sama dengan tabung I. Tabung III dilakukan uji pada sukrosa dan tabung IV dilakukan pengujian pada amilum. Tabung III memperlihatkan perubahan warna yang terjadi yaitu biru keruh. Sedangkan pada tabung IV tidak terjadi reaksi atau pun tidak terbentuk endapan merah bata. Dari hasil percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa glukosa adalah gula pereduksi dan fruktosa juga merupakan gula pereduksi karena



memiliki alpha hiroksi keton, sehingga fruktosa berubah menjadi glukosa dan mannose dalmam suasana biasa dan memberikan hasil positif pada reagen benedict. Kemudian tabung III berisi sukrosa tidak terbentuk endapan merah bata karena pada sukrosa mengandung dua monosakarida (glukosa dan fruktosa) yang terikat mlalui ikatan glikosidik sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton sehingga sukrosa tidak memiliki sifat pereduksi. Pada tabung IV berisi amilum tidak terjadi perbahan warna karena amilum memiliki sifat yang kompleks dan tidak memiliki sifat pereduksi. Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat (H2SO4) membentuk cincin furfural berwarna ungu. Pada percobaan ini dilakukan uji molisch pada glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum. Pada keempat tabung terjadi reaksi saat diteteskan reagen molisch yaitu terbentuknya gumpalan kecil berwarna ungu. Kemudian setelah diteteskan larutan H2SO4 secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, larutan pada tabung I yang berisi glukosa dan tabung III berisi sukrosa berubah warna menjadi ungu pekat atau ungu kehitaman. Sedangkan tabung II berisi fruktosa dan tabung IV berisi amilum terbentuk 3 fase, yaitu fase paling atas berwarna kuning, fase tengah membentuk cincin ungu, dan fase bawah lebih bening. Kesalahan hasil percobaan pada tabung I dan III disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam memasukkan larutan H2SO4 secara perlahan dan tidak dimiringkan. Larutan H2SO4 yang diteteskan langsung mengenai larutan sehingga merusak strukturnya. Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H 2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk untuk memecahkan polimer tertentu. Aktivitas hidrolisis dapat dilihat dari hasil hidrolisis disakarida. Disakarida adalah senyawa yang memiliki ikatan rangkap dua. Penambahan HCl bertujuan untuk membuat larutan dalam suasana asam. Kemudian fungsi proses pemanasan yaitu mempercepat reaksi. Penambahan NaOH bertujuan untuk menetralkan larutan yang sebelumnya megandung asa. Pada tabung I tidak terjadi perubahan warna menjadi hijau. Hal ini dikarenakan kesalan praktikan dalam proses percobaan. Perubahan yang terjadi adalah berubah menjadi warna biru muda. Terbentuknya warna disebabkan oleh sukrosa yang bereaksi degan raegen benedict, karena memiliki gugus karbonil bebas. Kemudian, pada tabung II tidak terjadi perubahan yang signifikan karena pada larutan sukrosa masih bersifat asam dan tidak dapat bereaksi dengan reagen benedict.



Polisakarida adalah senyawa yang memiliki ikatan rangkap banyak atau ikatan rangkap tiga. Penambahan HCl berfungsi untuk membuat suasana asam pada larutan dan penambahan NaOH berfungsi untuk membuat larutan menjadi netral (basa bercampur dengan asam). Pemanasan dua kali pada percobaan ini dilakukan untuk membantu mempercepar reaski yang terjadi. Pada tabung I, pada proses pemanasan pertama, larutan yang diuji tidak mengalami perubahan perubahan yaitu tetap bening, kemudian pada pemanasan kedua terjadi perubahan warna menjadi orange. Pembentukan warna orange disebabkan oleh reaksi yang dilakukan oleh reagen benedict. Pada percobaa ini, iodium larut sempurna karena adanya suasana asam dari pengambilan 1 tetes larutan pada tabung I yang sudah ditetesi larutan HCl. Pada tabung II larutannya larut sebagian yaitu iodium masih terlihat. Hal ini terjadi karena tidak ada asam yang mereduksi iodium atau melarutkan iodium. Pada percobaan ini terjadi perubahan warna menjadi biru muda.



H. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Untuk mengetahui cara identifikasi ikatan rangkap dua pada senyawa karbon alifatik dapat dilakukan dengan menggunakan minyak kelapa sebagai sampel percobaan dan larutan Brom dan KMnO4 digunakan sebagai indikator percobaan. 2. Untuk mengetahui cara menentukan sifat-sifat karbohidrat secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara uji benedict, uji molisch, hidrolisa disakarida, dan hidrolisa polisakarida.



DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Erlangga. Niagara, Entin Daningsih, dan Titin. 2018. Sifat Fisik dan Kandungan Gizi Buah Peluntan, Senaru, dan Ara’ di Kalimantan Barat. Vol. 16, No. 1. Prasojo, Stefanus Layli. 2012. Kimia Organik I jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.



LAMPIRAN