Ils Makalah Angelina Dhini (1315011010) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS LAPANGAN TERBANG MENGENAL INSTRUMENT LANDING SYSTEM ( ILS )



oleh : ANGELINA DHINI ULI ARTHA SIMATUPANG 1315011010



JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2015



KATA PENGANTAR



Penulis panjatkan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ILS atau yang biasa dikenal dengan nama Instrument Landing System. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mingguan dari mata kuliah Lapangan Terbang. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulisdapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Bandar Lampung, 09 Desember



2015



Penulis



2



DAFTAR ISI



Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR I.



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1.3 Tujuan .................................................................................................. 1.4 Metode Penelitian ................................................................................



II.



HASIL PEMBAHASAN 2.1 Definisi ILS ......................................................................................... 2.2 Kategori ILS ........................................................................................ 2.3 Komponen-komponen ILS .................................................................. 2.4 Sistem Pemancar ILS ........................................................................... 2.5 Cara Kerja ILS ..................................................................................... 2.6 ILS pada Pesawat .................................................................................



III. PENUTUP 1.1 Kesimpulan ......................................................................................... 1.2 Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR GAMBAR



Gambar



Halaman



1. ILS Localizer Signal Pettern ........................................................................... 2. Lokasi transmitter dan antenna Localizer ...................................................... 3. Contoh indikator yang terlihat di cockpit pesawat (Localizer) ....................... 4. Pola Pesawat (Localizer) ................................................................................. 5. ILS Localizer ................................................................................................... 6. ILS Glide Slope ............................................................................................... 7. Glide Slope Signal Pattern .............................................................................. 8. Contoh indikator yang terlihat di cockpit pesawat (Glide Slope) ................... 9. Pola pesawat (Glide Slope) ............................................................................. 10. Sinyal Outer Marker ..................................................................................... 11. Sinyal Middle Marker ................................................................................... 12. Sinyal Inner Marker ...................................................................................... 13. Marker Beacon System .................................................................................. 14. VOR/ILS Navigation System Component Location ........................................... 15. Marker Beacon System Component Location.................................................... 16. Indicator Light Marker Beacon ......................................................................... 17. Marker Beacon Receiver ................................................................................... 18. Glide Slope Antena Installation .........................................................................



4



I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Teknologi merupakan suatu perkembangan, yang memudahkan pekerjaan manusia dan untuk kenyamanan hidup manusia. Teknologi terdiri dari beberapa bidang, antara lain : bidang telekomunikasi (terutama handphone), bidang otomotif, gadget, bidang industri strategis lainnya serta bidang penerbangan. Jika kita berbicara mengenai teknologi, maka tidak akan ada habisnya. Sebab hampir setiap tahun, selalu ada inovasi mengenai bidangbidang dalam teknologi. Jika kita menilik lebih jauh mengenai perkembangan teknologi dalam bidang Penerbangan, banyak sekali inovasi yang sudah dikembangkan hingga kini, mulai dari penggunaan sistem auto-pilot, sistem efisiensi bahan bakar menggunakan winglet / wingtip, sistem peringatan dini terhadap dataran (GPWS / Ground Proximity Warning System), sistem peringatan dini terhadap pesawat lain (TCAS / Traffic Collision Avoidance System / Traffic Collision Alerting System), sistem mengontrol pesawat menggunakan fly-by-wire serta sistem pendaratan ILS / Instrument Landing System. Beberapa inovasi di atas merupakan perkembangan teknologi paling pesat dalam bidang penerbangan.



Sebab dengan sistem terbaru tersebut, membuat accident / kecelakaan pesawat yang selama ini pernah terjadi, menjadi semakin rendah atau bahkan hampir mencapai zero accident. Di samping pilot sebagai orang yang mengoperasikan pesawat, suatu inovasi teknologi juga merupakan salah satu aspek yang sangat membantu dalam meminimalkan kecelakaan. Teknologi ILS atau biasa disebut sebagai Instrument Landing System merupakan suatu instrumen dalam suatu bandara yang di sinkronasi dengan sistem di dalam pesawat yang berfungsi untuk mempermudah pilot dalam mendaratkan pesawatnya di suatu bandara. Selain itu, ILS juga merupakan pendekatan



terhadap



landasan/runway



yang



lebih



presisi



dengan



memanfaatkan dua pancaran sinyal radio, untuk menyediakan panduan vertikal dan horisontal kepada pilot, selama proses pendekatan terhadap landasan/approaching runway. Di beberapa kasus, terutama dalam keadaan Instrument Meteorological Condition (IMC) seperti awan rendah, hujan serta angin, kabut dan jarak pandang yang minimal, pendaratan dilakukan dengan mengubah intensitas lampu pendaratan menjadi sangat tinggi supaya dihasilkan pendaratan yang aman. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka pada makalah ini penulis akan membahas tentang “ Mengenal Instrument Landing System (ILS)”. Dimana terdiri atas dasar-dasar pengetahuan tentang Instrument Landing System.



6



1.2 Rumusan Masalah



Dengan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dapat penulis uraikan, yaitu: a. Apa definisi ILS? b. Bagaimana pembagian kategori dari ILS? c. Apa saja komponen dari ILS? d. Bagaimana Sistem Pemancar Perangkat ILS terbagi? e. Bagaimana cara kerja ILS? f. Bagaimana letak ILS pada pesawat? g. Apa saja kekurangan ILS?



1.3 Tujuan



Tujuan disusunnya makalah ini adalah: 1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Lapangan Terbang. 2. Untuk mengetahui apa definisi ILS. 3. Untuk mengetahui pembagian kategori dari ILS. 4. Untuk mengetahui komponen dari ILS. 5. Untuk mengetahui bagaimana sistem pemancar ILS. 6. Untuk mengetahui cara kerja dari ILS. 7. Untuk mengetahui kekurangan ILS.



1.4 Metode Penelitian



Dalam penulisan makalah ini, Penulis menggunakan media buku teks dan internet sebagai bahan materi.



8



II. HASIL PEMBAHASAN



2.1 Definisi ILS



Instrument Landing System (ILS) atau Sistem Pendaratan Instrumen adalah alat bantu pendaratan (instrument approach system) pesawat. Alat ini memberikan panduan kepada pesawat yang akan mendarat di landasan, dengan menggunakan kombinasi sinyal radio, dan di banyak tempat, lampulampu berintensitas tinggi (high-intensity lighting arrays) agar pesawat dapat mendarat dengan aman dalam keadaan Instrument Meteorological Conditions (IMC), seperti langint-langit rendah (low ceilings), atau jarak pandang yang kurang karena kabut, hujan, atau salju. Peta Prosedur Pendaratan Instrumen (Instrument Approach Procedure charts) diterbitkan untuk setiap ILS, memberikan pilot informasi yang diperlukan untuk terbang ILS dalam penerbangan Instrument Flight Rules (IFR), termasuk frekuensi radio yang digunakan oleh komponen ILS (atau navaids) dan jarak pandang minimum untuk setiap pendaratan. Percobaan sistem ILS dimulai pada tahun 1929, dan Administrasi Aeronautika Sipil (CAA) mengizinkan pemasangan sistem ini tahun 1941 di enam lokasi. Pendaratan pertama maskapai sipil AS terjadwal menggunakan ILS pada 26



Januari 1938, sebuah Boeing 247-d Pennsylvania-Central Airlines terbang dari Washington, D.C., menuju Pittsburgh dan mendarat dalam badai salju menggunakan satu-satunya Sistem Pendaratan Instrumen.



2.2 Kategori ILS



Berdasarkan standar internasional Annex 10 volume I Radio Navigation Aids pada chapter 3 kinerjanya perangkat ILS dibagi dalam 3 (tiga) kategori besar yaitu : a. Kategori I Perangkat Ils yang mampu memberikan sinyal panduan secara presisi dari mulai batas cakupan luar (initial approach) sampai dengan posisi pesawat udara pada ketinggian 200 kaki (± 60 m) di atas bidang datar ambang landasan pacu (runway threshold). b. Kategori II Perangkat ILS yang mampu memberikan sinyal panduan secara presisi dari mulai batas cakupan luar sampai dengan posisi pesawat udara pada ketinggian 50 kaki (± 15 m) di atas bidang datar ambang landasan pacu (runway threshold). c. Kategori III Perangkat ILS yang mampu memberikan sinyal panduan secara presisi mulai dari batasan cakupan luar sampai dengan sepanjang permukaan landasan.



10



Kategori III dibagi menjadi: -



Kategori III A - Pendekatan dan pendaratan instrumen ber-presisi dengan: a) Decision height kurang dari 100 kaki di atas touchdown zone, atau tidak ada decision height; dan b) Jarak pandang ke landasan tidak kurang dari 700 kaki.



-



Kategori III B - Pendekatan dan pendaratan instrumen berpresisi dengan: a) Decision height kurang dari 50 kaki di atas touchdown zone, atau tidak ada batasan decision height; dan b) Jarak pandang ke landasan kurang dari 700 kaki tetapi tidak kurang dari 150 kaki.



-



Kategori III C - Pendekatan dan pendaratan instrumen berpresisi dengan tanpa batasan di decision height dan jarak pandang ke landasan. Sistem KategorI III C dapat menggunakan autopilot pesawat untuk mendaratkan pesawat dan juga memberikan petunjuk sepanjang landasan.



Dalam tiap kategori diperlukan pesawat yang dilengkapi dengan peralatan yang sesuai dan pilot yang mempunyai kualitas yang sesuai. ILS harus otomatis mati jika mendeteksi kesalahan. Instrumen ILS untuk kategori yang lebih besar harus mati dengan cepat. Sebagai contoh Cat I localizer harus mati dalam waktu 10 detik sejak mendeteksi kesalahan, Cat III localizer harus mati dalam waktu 2 detik.



Kategori kinerja operasional ILS tergantung dari beberapa faktor antara lain: kepadatan lalu lintas, kondisi cuaca dan halangan-halangan (obstacle). Berikut ini adalah kategori kinerja operasional peralatan ILS:



Tabel 1. Kategori Kinera Operasional ILS Menurut ICAO Decision height atau minimal untuk prosedur pendekatan khusus sering kali lebih tinggi dari yang tercantum pada tabel 1 tersebut di atas, hal tersebut disebabkan karena adanya halangan – halangan (obstacle) atau faktor – faktor lain yang membatasi di dekat bandara.



2.3 Komponen-komponen ILS



ILS terdiri dari beberapa komponen, diantaranya : a. Antena Setiap jenis ILS yakni localizer, glide slope, dan marker beacon, memiliki antena



yang



berbeda-beda.



Antena localizer merupakan



antena aray yang directional di mana antena tersebut terarah sehingga memudahkan pesawat terbang untuk mendarat. Sedangkan antena glide slope mempunyai tiga jenis antena yang akan dipasang sesuai dengan kondisi bandara. Null reference glide slope dipasang pada bandara yang mempunyai kondisi tanah yang rata, sideband reference glide slope 12



dipasang jika terdapat tanah lapang atau daerah yang curam di sekitar bandara, dan “M” array glide slope dipasang jika terdapat bukit dan gedung – gedung tinggi di sekitar bandara. b. Pemancar (transmitter) Pemancar ILS baik dari localizer, glide slope, maupun marker beacon, memancarkan signal secara AM dan beroperasi dengan VHF dan UHF. c. Penerima (receiver) Penerima ILS pada pesawat menerima signal dari antena dan menampilkan hasilnya pada indikator di kokpit pesawat yang merupakan informasi tentang posisi pesawat dan kesiapan untuk mendarat.



2.4 Sistem Pemancar ILS



Dalam sistem pengoperasiannya sesuai fungsinya, perangkat ILS terdiri dari 2 (dua) sistem yaitu Sistem Pemancar (transmitter) yang berbasiskan atau berada di darat dan Sistem Penerima (airborne receiver) yang berada di pesawat udara. Sistem Pemancar Perangkat ILS di darat Ground Transmitter yaitu peralatan yang terletak di darat yang berfungsi untuk memancarkan sinyal ILS terdiri dari: a.



Localizer, merupakan pemancar yang memberikan sinyal pemandu azimuth, mengenai kelurusan pesawat terhadap garis tengah landasan pacu, beroperasi pada daerah frekuensi 108 MHz hingga 111,975 MHz. Localizer merupakan salah satu peralatan darat / ground equipment dari



ILS yang utama. Alat ini menyediakan lateral guidance / panduan secara lateral. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di bawah ini :



Gambar 1. ILS Localizer Signal Pattern Pemancar / Transmitter dan antenna menggunakan frekuensi VHF (Very High Frequency) yang terletak garis tengah (centerline) di akhir dari landasan yang bersebrangan dengan landasan utama yang menggunakan ILS. Lebih tepatnya, lokasi transmitter dan antenna berada di area RESA (Runway End Safety Area) dari landasan yang bersebrangan dengan landasan yang menggunakan sistem ILS. Sebagai ilustrasi, dapat di lihat gambar di bawah ini:



Gambar 2. Lokasi transmitter dan antenna Localizer



14



Keterangan gambar : = lokasi transmitter VHF runway localizer dan antenna = runway yang menggunakan sistem ILS



= Course Line (CL)



= pancaran gelombang dari localizer



Peralatan ini akan memancarkan 2 buah slope dengan frekuensi loop yang berbeda tetapi tetap satu frekuensi carrier. Kedua frekuensi inilah yang akan dibandingkan setelah diterima oleh pesawat udara untuk melihat apakah pesawat berada tepat di centre line atau belum. Indikator yang terlihat di cockpit pesawat berupa jarum sebagai tanda centre line. Jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 150 Hz, jarum akan bergerak ke kiri, artinya pesawat berada terlalu kekanan dari centre line, maka pilot harus menggerakkan pesawat ke kiri sampai jarum tepat di tengah. Begitu juga sebaliknya jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 90 Hz, jarum akan bergerak ke kanan, artinya pesawat berada terlalu ke kiri dari centre line, maka pilot harus menggerakan pesawat ke kanan sampai jarum tepat di tengah. Saat komposisi frekuensi loop 150 Hz dan 90 Hz seimbang, artinya pesawat berada tepat di centre line dan pesawat sudah dalam posisi yang benar untuk landing.



Gambar 3. Contoh indikator yang terlihat di cockpit pesawat (Localizer)



Gambar 4. Pola Pesawat (Localizer) Dari pola diatas bisa dilihat, sisi kanan dari pola ini, seperti yang dilihat oleh pesawat yang sedang melakukan pendekatan terhadap landasan ini dimodulasikan dengan frekuensi 150 Hz dan disebut sebagai “blue” area. Sedangkan sisi kiri dari pola ini, dimodulasikan dengan frekuensi 90 Hz dan disebut sebagai “yellow” area. Overlap/tumpang-tindih dari kedua 16



area ini, memberikan sinyal yang menunjukkan pesawat sesuai jalur/ontrack signal. Localizer bekerja pada range frekuensi 108.00 – 112.00 Mhz, dengan jarak persepuluhan ganjil. Persepuluhan genap digunakan untuk VOR (VHF Omnidirectional Radio Range). Sebagai contoh ILS WIII (kode bandara Sukarno-Hatta) runway 07 right memiliki frekuensi localizer 110.50 Mhz, sedangkan frekuensi VOR-nya adalah 113.60 Mhz. Frekuensi ini dipancarkan oleh antena carrier yang diletakkan di tengah antara antena 150 Hz dan 90 Hz. Antena loop memancarkan sinyal yang kemudian dimodulasikan dengan frekuensi carrier di udara. Modulasi seperti ini disebut Space Modulation.Antenna Localizer terdiri dari 16-24 buah antenna loop dan 1 buah antenna carrier.



Gambar 5. ILS Localizer



b.



Glide Slope / Glide Path



Gambar 6. ILS Glide Slope Glide Slope (GS) atau Glide Path (GP) yaitu pemancar yang memberikan sinyal pemandu sudut luncur pendaratan, bekerja pada frekuensi UHF antara 328,6 MHz hingga 335,4 MHz dengan separator 50 kHz antara tiap channel. Glide slope diletakkan pada 120 meter di sisi landasan dan 250 hingga 350 meter dari ujung runway yang digunakan untuk pendaratan. Selain itu, glide slope menyediakan panduan secara vertikal / vertical guidance kepada pilot selama proses pendekatan / approach. Sehingga memudahkan pilot untuk mengetahui posisi pesawatnya, apakah terlalu tinggi atau terlalu rendah terhadap actual slope. ILS Glide Slope dihasilkan dari peralatan darat yang terdiri dari sistem pemancar/ transmitter dan antenna dengan sinyal UHF (Ultra High Frequency). Berikut ini merupakan gambar ilustrasi ketika pancaran gelombang,



18



diterima oleh receiver di dalam pesawat dalam bentuk indikator, yaitu Omni-Bearing Indicator (OBI). Omni-Bearing Indicator (OBI) biasanya dibuat berkombinasi. Jadi sebuah OBI mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai



localizer,



sekaligus



sebagai



glide



slope.Sehingga



lebih



memudahkan dalam indentifikasi posisi pesawat.



Gambar 7. Glide Slope Signal Pattern Peralatan navigasi glide slope tidak jauh berbeda dengan localizer pada bentuk modulasi dan frekuensi loopnya. Glide slope juga memancarkan frekuensi carrier dan loop. Glide slope memberikan informasi sudut pendaratan 3o dengan mengkombinasikan frekuensi loop 150 Hz dan 90 Hz menggunakan 2 buah antena vertikal dalam 1 buah tiang. Sudut 3o dihasilkan jika loop 150 Hz sebanding dengan 150 Hz. Kedua frekuensi ini akan dibandingkan setelah diterima oleh pesawat udara untuk melihat apakah pesawat sudah membentuk sudut 3o atau



belum. Indikator yang terlihat di cockpit pesawat berupa jarum sebagai tanda sudut 3o. Jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 150 Hz, jarum akan bergerak ke atas, artinya sudut pendaratan pesawat terlalu rendah atau peswat talu rendah untuk landing, maka pilot harus menaikkan pesawat sampai jarum tepat di tengah. Begitu juga sebaliknya jika pesawat mendapatkan frekuensi loop dominan 90 Hz, jarum akan bergerak ke bawah, artinya sudut pendaratan pesawat berada terlalu besar atau pesawat terlalu tinggi untuk landing, maka pilot harus menurunkan ketinggian pesawat sampai jarum tepat di tengah. Saat komposisi frekuensi loop 150 Hz dan 90 Hz seimbang, artinya pesawat berada pada sudut pendaratan yang aman (tepat) dan pesawat sudah



dalam



posisi



yang



benar



untuk



landing.



Gambar 8. Contoh indikator yang terlihat di cockpit pesawat (Glide Slope)



20



Gambar 9. Pola pesawat (Glide Slope) c.



Marker Beacon Pemancar ILS yang bekerja pada frekuensi 75 MHz yang berfungsi untuk memberikan sinyal panduan jarak aktual terhadap threshold. ILS Marker Beacon menyediakan informasi mengenai jarak pesawat yang sedang melakukan final approach terhadap landasan, dengan mengidentifikasi point-point tertentu sepanjang jalur pendekatan / approach track. Beacon atau suar ini merupakan pemancar dengan daya yang rendah / low-power transmitter yang bekerja dengan daya output lebih kecil atau sama dengan 3 Watts. Radiasi dari pancaran gelombang ellips ini dari daratan / tanah menuju ke atas. Ketika mencapai ketinggian 1000 ft, dimensi pancaran gelombang, mencapai panjang2400 ft dan lebar 4200 ft. Di ketinggian yang lebih tinggi, dimensi panjang dan lebar akan meningkat secara signifikan. Marker Beacon terdiri atas 3 macam yaitu Outer Maerker (OM), Middle Marker (MM) dan Inner Marker (IM), namun yang umum dipasang pada bandara di Indonesia adalah MM dan OM.



Outer Marker (OM) Outer marker adalah peralatan navigasi yang memancarkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot bahwa posisi pesawat berada pada jarak 7 – 12 Km dari threshold (ujung runway). Oleh karena itu, perlatan pemancar outer marker diletakkan pada jarak 7 – 12 Km dari ujung runway, sehingga pada saat pesawat berada tepat di atas outer marker maka pesawat akan menerima informasi bahwa pesawat berada pada jarak 7-12 km dari threshold. Informasi yang diterima pesawat berupa identifikasi nada panjang terputus-putus (dash tone) / ___ ___ secara terus menerus sampai pesawat tidak lagi berada pada pancaran sinyal outer marker / tidak berada di atas peralatan outer marker. Selain terdengar dash tone, pilot juga akan memonitor indikator lampu berwarna biru yang akan menyala saat pesawat menerima sinyal outer marker. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.



Gambar 10. Sinyal Outer Marker Outer Maker dimodulasikan dengan sinyal 400 Hz. Modulasi outer maker, memotong glide slope secara vertikal sejauh 1400 feet (427 meter). Kemudian di terima oleh marker beacon receiver di pesawat dengan frekuensi 75 Hz. Dalam hal kondisi tertentu yang diakibatkan terbatasnya lahan yang tersedia atau dikarenakan kebutuhan operasional,



22



fungsi dari pada OM dapat digantikan dengan fasilitas DME ILS. DME ILS yaitu pemancar yang menginformasikan sisa jarak pesawat terhadap titik pendaratan. Middle Marker (MM) Sama halnya seperti outer marker, middle marker juga memancarkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot dengan jarak yang berbeda dari OM yaitu 1,050 Km dari threshold (ujung runway). Oleh karena itu perlatan pemancar outer marker diletakkan pada jarak 1,050 Km dari ujung runway, sehingga pada saat pesawat berada tepat di atas outer marker maka pesawat akan menerima informasi bahwa pesawat berada pada jarak 1,050 km dari threshold. Middle Marker terletak di dekat titik missed approach untuk ILS dengan pendekatam kategori I (CAT I ILS). Modulasi middle marker, memotong glide slope secara vertikal setinggi 200-250 feet (60-76 meter). Pada area ini, pilot harus sudah mengambil keputusan apakah dia sudah siap dan pada posisi yang tepat untuk landing atau tidak. Jika pilot merasa belum siap landing, dia harus segera memutuskan untuk go arround (kembali lagi pada posisi pendekatan). Informasi yang diterima pesawat berupa identifikasi nada panjang dan singkat bergantian (dash dot tone) / ___ o ___ secara terus menerus sampai pesawat tidak lagi berada pada pancaran sinyal middle marker / tidak berada di atas peralatan middle marker.



Selain terdengar dash dot tone, pilot juga akan memonitor indikator lampu berwarna amber yang akan menyala saat pesawat menerima sinyal middle marker. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.



Gambar 11. Sinyal Middle Marker Inner Marker (IN) Inner marker, tidak seperti marker beacon lainnya, inner marker jarang dipakai pada bandar udara di Indonesia kerena jarak pandang (visibility) pilot masih relatif baik. Inner marker biasanya digunakan di bandar udara yang berada pada daerah bersalju,dan berkabut dimana visibility dekat. Peralatan ini juga memancarkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot dengan jarak 450 m dari threshold (ujung runway) dan dimodulasikan dengan sinyal 3000 Hz. Inner Marker juga digunakan dalam kondisi jarak pandang yang pendek dan hanya bisa dipasang pada ILS dengan kategori II. Di Indonesia tidak dipasang Inner Marker (IM), karena ILS dioperasikan dengan kategori I. Informasi yang diterima pesawat berupa identifikasi nada singkat terputus-putus (dot tone) / ___ o ___ secara terus menerus sampai pesawat tidak lagi berada pada pancaran sinyal inner marker / tidak berada di atas peralatan inner marker.



24



Selain terdengar dot tone, pilot juga akan memonitor indikator lampu berwarna putih yang akan menyala saat pesawat menerima sinyal inner marker. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.



Gambar 12. Sinyal Inner Marker



Gambar 13. Marker Beacon System



2.5 Cara Kerja ILS



Terdapat dua hal yang harus diperhatikan penerbang pada saat mendaratkan pesawat nya yaitu aligment atau kelurusan pesawat dengan garis tengah landasan. Slope yang terdiri dari glide path (garis lucur) dan glide slope (sudut luncur). Kelurusan pesawat dengan garis tengah landasan bias diperoleh dengan membuat garis imajiner yang merupakan perpanjangan garis tengah landasan. Glide path merupakan sebuah garis yang ditarik dari ujung landasan yang membentuk sudut (glide slope) antara 2-40 terhadap garis center line. ILS merupakan alat bantu pendaratan yang fungsi nya sebagai alat bantu presisi yang digunakan untuk memandu pesawat agar dapat mendarat dengan aman dalam kondisi cuaca yang paling minim, yang tidak mungkin dilakukan secara visual. ILS hanya akan bermanfaat jika pesawat terbang dilengkapi dengan system penerima gelombang ILS yang dipancarkan dari Bandar udara tujuan dan sebaliknya. Salah satu indicator instrument ILS adalah yang menayangkan dua buah garis vertikal dan horizontal. Garis vertikal menunjukan posisi pesawat terhadap garis tengah landasan, sedangkan garis horizontal menunjukan slope (sudut) pesawat. Bila pesawat berada tepat pada posisi ILS maka kedua garis tersebut akan saling berpotongan tepat ditengah-tengahnya. Contoh: Dalam kondisi normal, dibandara polonia medan biasa nya pesawat terbang holding diatas medan VOR untuk mendapatkan giliran mendarat. Saat itu pesawat terbang menyesuaikan frekuensi ILS dengan frekuensi ILS yang



26



dipancarkan oleh bandara tujuan. Setelah mendapatkan ijin dari ATC, penerbang mulai menerbangkan pesawatnya mengikuti jalur ILS setelah semua peralatan diatur dan ijin pendaratan telah diberikan, penerbang mulai descend hingga ketinggian 2500 feet dan mulai memasuki jalur localizer ILS. Bila pesawat berada pada posisi 5 MDN localizer menunjukan posisi pesawat terhadap garis tengah landasan. Pada posisi 3MDN pesawat harus sudah melakukan intercept slope dan localizer. Instrument di cocpit menunjukan garis vertikal dan horizontal berpotongan tepat ditengah-tengah nya. Posisi ini harus tetap dipertahankan hingga pesawat berada pada decision altitude yang berada pada keinggian + 315 feet. Jika pada ketinggian tersebut secara visual penerbang belum melihat landasan tujuan, maka penerbang harus melakukan procedure missed approach yaitu membatalkan pendaratan dengan menaikan pesawat hingga ketinggian yang ditentukan dan mencoba lagi. 2.6 ILS pada Pesawat BOEING 737 – 300/400/500



Gambar 14. VOR/ILS Navigation System Component Loca



Gambar 15. Marker Beacon System Component Location



28



Gambar 16. Indicator Light Marker Beacon



Gambar 17. Marker Beacon Receiver



Gambar 18. Glide Slope Antena Installation



30



2.7 Kekurangan ILS



ILS memiliki beberapa kekurangan, yaitu diantaranya Localizer sensitif terhadap halangan di daerah pancaran sinyal, seperti gedung besar atau hangar. Glideslope juga dibatasi oleh daratan di depan antena glideslope. Jika daratan berupa daratan miring atau begelombang, pantulan sinyal akan membuat glidepath yang tidak rata. Tambahan lagi, karena sinyal ILS diarahkan ke satu arah, ILS hanya mendukung pendekatan yang dilakukan secara garis lurus. Pemasangan ILS bisa juga mahal karena rumitnya sistem antena dan lokasi. Lokasi antena juga bisa membuat pesawat tidak bisa menggunakan taxiway tertentu.



III. PENUTUP



3.1 Kesimpulan



Instrument Landing System (ILS) atau Sistem Pendaratan Instrumen adalah alat bantu pendaratan (instrument approach system) pesawat. Alat ini memberikan panduan kepada pesawat yang akan mendarat di landasan, dengan menggunakan kombinasi sinyal radio, dan di banyak tempat, lampulampu berintensitas tinggi (high-intensity lighting arrays) agar pesawat dapat mendarat dengan aman dalam keadaan Instrument Meteorological Conditions (IMC), seperti langint-langit rendah (low ceilings), atau jarak pandang yang kurang karena kabut, hujan, atau salju. Namun, masih ada beberapa kekurangan, diantaranya: 1. Localizer sensitif terhadap halangan di daerah pancaran sinyal, seperti gedung besar atau hangar. 2. Glideslope juga dibatasi oleh daratan di depan antena glideslope. Jika daratan berupa daratan miring atau begelombang, pantulan sinyal akan membuat glidepath yang tidak rata. 3. Tambahan lagi, karena sinyal ILS diarahkan ke satu arah, ILS hanya mendukung pendekatan yang dilakukan secara garis lurus.



32



4. Pemasangan ILS bisa juga mahal karena rumitnya sistem antena dan lokasi. Lokasi antena juga bisa membuat pesawat tidak bisa menggunakan taxiway tertentu.



4.1 Saran



Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan agar untuk kedepannya perlu dikembangkan lagi penelitian mengenai sistem seperti ILS hingga menjadi lebih sempurna. Juga, apabila ditemukan sistem yang baru haruslah menutupi kekurangan-kekurangan dari ILS yang sudah ada.



DAFTAR PUSTAKA



Website : Carolina, Elsie. “Instrument Landing System” http://elsiecarolinaa.blogspot.co.id/2014/04/instrument-landing-systemils.html (diakses pada tanggal 09 Desember 2015) Galih, Albertus. “Makalah Instrument Landing System” http://www.academia.edu/10000105/MAKALAH_INSTRUMENT_LANDIN G_SYSTEM/(diakses tanggal 09 desember 2015) Wikipedia. “Instrument Landing System” https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pendaratan_instrumen (diakses tanggal 09 Desember 2015) E-book : KP 2 TAHUN 2013. “Kriteria Penempatan Peralatan dan Utilitas Bandar Udara”. (di unduh pada tanggal 09 Desember 2015) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.“Aircraft Instrument”. 2013. (di unduh pada tanggal 09 Desember 2015)



34