Implementasi Paradigma Qur'Ani Menjawab Problematika Kehidupan Modern [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Implementasi Paradigma Qur’ani Menjawab Problematika Kehidupan Modern Bagaimana kita menerapkan pandangan Al-Qur’an untuk menyelesaikan berbagai persoaalan-persoalan di masa sekarang, masa dimana budaya sekuler berada di berbagai aspek kehidupan masyarakat saat ini ? Masyarakat di zaman modern ini acap kali menganggap bahwa dengan manusia meninggalkan agama maka manusia lebih maju dengan kata lain mengganggap bahwa agama adalah hambatan untuk kemajuan manusia. Tapi apakah memang benar ajaran yang ada dalam agama Islam membuat manusia tidak berkembang ? Saat orang-orang non-Islam makin maju karena meninggalkan agamanya bahkan tak sedikit yang tak mempercayai keberadaan Tuhan (Atheis). Masyarakat Islam sendiri berbeda dengan dengan bangsa yang lain yang justru meninggalkan agamanya agar berkembang. Masyarakat Islam seharusnya makin mendekatkan diri dan makin berkomitmen pada ajaran yang ada. Lalu mengapa masyarakat Islam justru harus makin jauh dari ajarannya padahal ajaran agama Islam membawa masyarakat menuju peradaban yang lebih maju ? Al-Qur’an dan Hadist yang merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat syumul yang artinya Al-Qur’an dan Hadist mencakup segala aspek kehidupan. Hal ini disampaikan sendiri oleh Allah melalui Al-Qur’an



Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di Bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan” (Q.S Al-An’am : 38). Berdasarkan Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh dapat diartikan sebagai Al-Qur’an mencakup segala hal, juga ilmu pengetahuan dan permasalahan yang keluar darinya juga akan ditemukan ayat yang mengarah kepadanya, di dalamnya ada pengetahuan tentang keajaiban penciptaan makhluk hidup, dan tentang kerajaan Allah yang menguasai langit dan bumi, dan apa yang ada di luar angkasa, juga terdapat ayat yang berbicara tentang alam bawah tanah, dan tentang nama-nama Malaikat dan para Rasul, dan kabar tentang umat-umat, juga ada ayat yang berbicara tentang awal pencitaan manusia sampai kematiannya, Maha Besar Allah dengan segala kekuasaan-Nya Ajaran Islam berkarakter tadaruj yang artinya ialah bertahap dalam implementasinya. Secara global, tadaruj dapat dipahami sebagai tahapan dalam menenggakan syariat. Kaitannya dengan hal ini tadaruj dapat bermakna dua macam, yaitu : 1. Menjelaskan hakikat syariat kepada manusia secara perlahan. Setahap demi setahap sehingga bisa dipahami dengan baik secara menyeluruh. Menjelaskan dimulai dari yang mudah sampai kepada yang sulit dipahami, dari yang ringan sampai berat dan sebagainya. Tadaruj seperti ini adalah wajib ditegakkan oleh para ulama 2. Tadaruj dengan maksud tahapan dalam menyadarkan umat untuk meninggalkan undang-undang kufur dan menggantikannya dengan undangundang syar’i. Tidak langsung menerapkan semua syariat dengan cara



sekaligus. Dan ini adalah kewajiban yang harus dipahami oleh para penuntut ilmu dan penguasa (Ulil Albab) Dalam penerapan syariat sebaiknya dilaksanakan secara bertahap. Tidak dilaksanakan dengan sekaligus, sebab : 1. Ketidakmampuan menerapkan seluruh syariat serta mengawalnya. 2. Adanya kemampuan menegakkan syariat namun diiringi dengan efek mafsadah (kepedihan/sakit) yang lebih besar daripada maslahat (kebaikan) yang didapatkan. 3. Mampu dan bisa meminimalisir mafsadah tapi yang memegang kekuasaan hendak menaklukkan hati rakyatnya dengan kebijakan yang tidak memberatkan. Ajaran Islam memiliki sifat taqlilat-takaalif artinya tidak banyak beban karena beragama itu memang mudah, dalam arti untuk melaksanakannya berada dalam batasbatas kemanusiaan bukan malah sebaliknya, tidak ada yang di luar kemampuan manusia untuk melaksanakannya. Dalam suatu hadist disebutkan bahwa “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak ada seorangpun yang hendak menyusahkan agama (Islam) kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah, berbahagialah dan manfaatkanlah waktu pagim sore, dan ketika sebagian malam tiba’” (HR. Bukhari, dan pada sebuah lafaz Bukhari disebutkan, “Sederhanalah, sederhanalah niscaya kalian akan sampai”). Di antara prinsip-prinsip adalah ‘adamul haraj (meniadakan kesulitan). Oleh karenanya Islam meringankan hukum-hukum untuk memudahkan manusia dengan beberapa cara, antara lain : 1. Pengguguran kewajiban dalam keadaan tertentu, misalnya tidak wajibnya melakukan ibadah haji bagi yang tidak aman. 2. Pengurangan kadar dari yang telah ditentukan, seperti mengqashar shalat bagi orang yang sedang dalam perjalanan 3. Penukaran kewajiban yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, kewajiban wudhu’ dapat digantikan dengan tayyamum ketika tidak ada air 4. Mendahulukan, yaitu mengerjakan sesuatu sebelum waktu yang telah ditentukan secara umum (asal), seperti jama’ taqdim 5. Menangguhkan, yaitu mengerjakan sesuatu setelah lewat waktu asalnya, seperti jama’ takhir. 6. Perubahan, yaitu bentuk perbuatan berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi, seperti dalam sholat khauf (ketika perang). Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 239 yang artinya “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah)”. Sama halnya ketika seseorang sakit yang membuat orang tersebut tak sanggup untuk berdiri, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam suatu hadist bersabda “Shalatlah sambil berdiri. Jika tidak sanggup, maka sambil duduk. Jika tidak sanggup, maka sambil berbaring” (HR. Bukhari dari Imran bin Husain).



Ajaran Islam juga bersifat rasional, artinya ajaran yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist sejalan dengan nalar yang dimiliki manusia. Ajaran Islam tak pernah mengerdilkan akal dalam rangka untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Sebaliknya, Islam selalu memacu agar akal berperan aktif dalam menggapai keimanan yang dapat memuaskan pikiran dan perasaannya pada setiap sektor kehidupan.



Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (Q.S Shad : 29). Lalu bagaimana Al-Quran dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di zaman sekarang ini ? Contoh dari implementasi paradigma Qur’ani dalam kehidupan era milenial sekarang adalah terkait problematika pertumbuhan ekonomi. Dalam sudut pandang Al-Qur’an, pertumbuhan ekonomi tidak sekedar terkait dengan peningkatan volume barang dan jasa, namun juga terkait dengan aspek moralitas dan kualitas akhlak serta keseimbangan antara tujuan dunia dan ukhrawi. Melalui paradigma Qur’ani terlahirlah sebuah arah baru sebuah disiplin ilmu yang bernuansa Al-Qur’an, yakni perspektif ekonomi Islam. Ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat pembangunan : 1. Investible Resources (sumber daya yang dapat diinvestasikan) 2. SDM dan Entrepreneuship 3. Teknologi dan Inovasi Dalam suatu hadist disebutkan bahwa “Sesungguhnya Allah mencintai orang mukmin yang berkarya” (H.R Baihaqi). Al-Qur’an telah memberikan berbagai solusi untuk mengatasi berbagai problematika yang ada di zaman modern ini, terutama yang berkaitan dengan dampak negatif modernitas. Ajaran Islam mengajarkan manusia agar mampu memenuhi kebutuhan rohani maupun materi, sebagaimana dalam Q.S Al-Hadid Ayat 27, Al- Hajj Ayat 46, Ash-Shams Ayat 7 sampai 10, dan masih banyak ayat Al-Qur’an yang memberikan pengingat kepada mausia modern akan hal tesebut. Dimana Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam terhindar dari pola hidup yang konsumtif, menghilangkan kesenjangan sosial serta sika Individualisme.



Sumber Referensi Ikhsan, Khairul. Membangun Kembali Paradigma Qur’ani di Bulan Suci. Diakses pada 13 September 2019. http://tanjungpinangpos.id/membangun-kembali-paradigma-qurani-di-bulan-suci/. (9 Juni 2017) Firdaus Cairo, Jemil. Al-Quran Solusi Peradaban Modern untuk Manusia Abad 21. Diakses pada 13 September 2019 https://www.kompasiana.com/jemilfirdaus/55289a29f17e616d698b4598/alquran-solusiperadaban-modern-untuk-manusia-abad-21. (24 Juni 2015) Hasifmustafa. Islam, Agama yang Syumul. Diakses pada 13 September 2019 http://hasifmustafa.blogspot.com/2013/03/islam-agama-yang-syumul.html (7 Maret 2013) Fakhruddin. Bertahap (Tadarruj) Dalam Menegakkan Syariat Islam. Diakses pada 13 September 2019. https://www.kiblat.net/2017/05/23/bertahap-tadarruj-dalam-menegakkan-syariat-islam/ (23 Mei 2017) Hadidi, Marwan. Kemudahan Agama Islam. Diakses pada 14 September 2019 https://muslim.or.id/21675-kemudahan-agama-islam.html (7 Juni 2014) Abidin, Idrus. Rasionalitas Al-Qur’an Sebagai Sumber Ajaran Islam. Diakses pada 14 September 2019 http://stisalmanar.ac.id/artikel/rasionalitas-al-quran-sebagai-sumber-ajaran-islam.html (7 Desember 2018) Wahyuddin dkk. 2019. Pendidikan Agam Islam, Membangun Karakter Mahasiswa Unggu di Perguruan Tinggi. Surabaya : Litera Jannata Perkasa.