IMUN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Asto APA ITU PEMERIKSAAN ASTO ? Anti streptolisin O (Asto) merupakan antibodi yang dapat menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang mampu merangsang antigen. Antibodi ini tidak merusak kuman dan tidak mempunyai dampak perlindungan, tetapi adanya antibodi pada serum menunjukkan bahwa di dalam tubuh terinfeksi Steptococcus yang aktif. Tujuan Tujuan dari pemeriksaan ASTO adalah untuk mengetahui kadar antibodi terhadap Streptolisin O, suatu zat yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus Prinsip Tujuan dari pemeriksaan ASTO adalah untuk mengetahui kadar antibodi terhadap Streptolisin O, suatu zat yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus Metode Metode dari pemeriksaan Asto adalah menggunakan Aglutinasi langsung / Aglutinasi direk. Jenis penelitian pada jurnal yang kami gunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk menggambarkan keadaan atau mendapatkan keterangan tentang keberadaan Anti Streptolisin O (ASTO) pada penderita. Informasi Kepada Pasien Jelaskan secara singkat dan mudah dipahami tujuan dan prosedur pengambilan sampel kepada pasien Pengambilan Sampel •



Persiapkan alat dan bahan torniket, kapas, alkohol 70%, vacuntainer stt







Pasang torniket di sebelah proksimal vena yang akan dipungsi kira-kira 3-4 inci dari tempat pungsi (jangan terlalu atas) dan jangan dilakukan pemasangan torniket lebih dari 2 menit. Hal ini dilakukan agar terjadi pembendungan aliran vena sehingga pembuluh vena akan terlihat.







Mintalah kepada pasien untuk mengepalkan tangannya dengan tujuan agar pembuluh vena lebih terlihat. Tentukan vena yang akan dipungsi bila perlu dipalpasi.







Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas dan alkohol 70% ditempat pungsi dan sekitarnya dengan gerakan melingkar dimulai dari tempat pungsi ke arah luar. Tusukan jarum dengan sudut 15-30° terhadap permukaan kulit. Lubang menghadap ke atas. Masukan jarum sesuai dengan arah garis vena.







Aspirasi untuk meyakinkan bahwa jarum suntik telah memasuki vena. Bila sudar terdapat darah biarkan darah mengalir masuk ke dalam tabung vakuntainer dan ingat untuk melepaskan torniquet.







Tempelkan kapas di tempat pungsi, lalu cabut jarum suntik.







Darah yang sudah diambil, diberi label dan kirimkan sampel darah tersebut ke laboratorium berserta formulirnya







Bersihkan tempat dan buang alat dan bahan yang harus dibuang







Informasikan kepada pasien untuk menunggu hasil laboratorium



Alat, Bahan dan Ketentuan Sampel  Alat : a. Pengaduk b. Test Slide c. Mikropipet 20 µl d. Stopwatch e. Rotator f. Tabung serologi g. Pipet ukur



 Reagensia : a. Lateks ASTO b. Kontrol positif dan negatif c. NaCl 0,9% Ketentuan Sampel a. Serum tidak boleh hemolisis, lipeinik atau ikterik b. Sampel darah vena 3-5 mL tanpa antikoagulan c. Suhu penyimpanan 2-8 derajat C dan stabil selama 2 hari Langkah Kerja  Metode kualitatif a. Biarkan sampel dan reagen lateks ASTO pada suhu kamar b. Dipipet serum sebanyak 20 ul di atas permukaan slide c. Ditambah reagen lateks ASTO sebanyak 20 ul d. Diaduk dengan pengaduk selama 10 detik e. Digoyang memutar selama 2-3 menit dengan rotator atau dengan tangan



f. Hasil dibaca dalam waktu < 3 menit. Jika terjadi aglutinasi (hasil positif) dilanjutkan dengan tes kuantitatif g. Untuk control positif dan negatif perlakuan sama seperti serum. INTERPRETASI HASIL       : Negatif (-)   : Tidak terjadi Aglutinasi Positif  (+)   : Terjadi Aglutinasi



 Metode kuantitatif 1. Bila pada pemeriksaan kualitatif positif, pemeriksaan dilanjutkan secara kuantitatif . 2. Disiapkan 5 buah tabung reaksi,kemudian masing-masing tabung di tulis pengenceran dari 1/2-1/32. 3. Di buat pengenceran dengan cara :  Tabung 1 diisi NaCl 0,9% sebanyak 0,5ml + 0,5 ml serum  Tabung 2 diisi NaCl 0,9% sebanyak 0,5ml + 0,5ml pengenceran tabung 1.  Tabung 3 di isi NaCl 0,9% sebanyak 0,5ml + 0,5ml pengenceran tabung 2.  Tabung 4 di isi NaCl 0,9% sebanyak 0,5ml + 0,5ml pengenceran tabung 3.  Tabung 5 di isi NaCl 0,9% sebanyak 0,5ml + 0,5ml pengenceran tabung 4. 4. Kemudian tiap-tiap pengenceran direaksikan seperti pada pemeriksaan kualitatif dari pengenceran terkecil yaitu tabung 1 dan seterusnya hingga didapatkan hasil negatif. INTERPRETASI HASIL       : Titer : pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan aglutinasi



RPR Tujuan Pemeriksaan RPR Carbon antigen digunakan dalam tes nontreponemal untuk deteksi kualitatif dan semikuantitatif sifilis menggunakan serum (dipanaskan atau tidak dipanaskan) dan plasma atau untuk mendeteksi adanya antibody non-treponemal pada serum manusia Prinsip Reaksi flokulasi secara imunologis terjadi antara antibodi non-treponemal (antibodi yang terdapat dalam serum dengan antigen lipoid yang terdapat dalam reagen RPR). Antigen RPR adalah antigen modifikasi dari antigen VDRL yang mengandung micro partikel karbon Metode Pemeriksaan Flokulasi secara kualittaif dan semi kuantitatif Persiapan Pasien •



Persiapan pasien dalam pemeriksaan RPR tidak memerlukan persiapan khusus







Pencatatan pasien meliputi nama, umur dan jenis kelamin



Alat dan Bahan Alat 1. Mikropipet 50uL 2. Rotator 3. Kartu tes 4. Stri drop 5. Botol dispensing (3 mL) 6. Jarum Bahan 1. Serum sampel 2. Antigen 3. Serum control positif 4. Serum control negatif Ketentuan Sampel •



Sampel berupa darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan.







Serum/ plasma stabil 7 hari suhu 2-80C, 1 bulan suhu 0-(10)0C







Sampel ditolak jika: terjadi hemolisis, terjadi lipemik, serta kuantitas sampel tidak cukup







Tidak diperlukan persiapan khusus pasien sebelum pengumpulan sampel.



Prosedur Pemeriksaan (Metode Kualitatif) 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Disiapkan alat dan bahan Dipakai APD Perkenalan dengan pasien dan pemberian identitas pasien Dipastikan setiap komponen berada pada suhu kamar Pereaksi atau reagen dikocok terlebih dahulu Dibuat control positif dan negative terlebih dahulu. Kemudian dilakukan pengujian sampel 7. Dipegang pipet di antara ibu jari dan telunjuk. Masukkan tip ke dalam specimen kemudian lepaskan tekanan jari untuk menarik sampel agar tidak terbawa selemen seluler apapun 8. Dipegang pipet di atas lingkaran kartu uji dan teteskan satu tetes (50uL) ke atas kartu. Penting untuk menjaga pipet dalam posisi vertical sambal mengeluarkan sampel yang akan diuji 9. Digunakan bagian ujung datar dari pengaduk, sebarkan sampel sampai menutupi lingkaran uji. 10. Dipasang jarum pada botol plastic, ambil antigen yang cukup (kocok dengan baik) untuk jumlah tes yang dilakukan, menjaga jarum pada posisi vertical, biarkan satu tetes jatuh pada setiap sampel uji. Jangan diaduk 11. Diputar kartu tes RPR secara manual atau gunakan rotator selama 8 menit pada 100 putaran/ menit 12. Kemudian dilihat perubahan yang terjadi 13. Hasil positif dilanjutkan dengan metode semikuantitatif Metode Semi Kuantitatif 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Diteteskan satu tetes saline 0,85% pada lingkaran 1 sampai 5, dari kartu uji dengan menggunakan pipet sekali pakai. Jangan menyebarkan saline. 3. Digunakan pipet volume, teteskan 50uL sampel pada lingkaran 1. 4. Dengan menggunakan pipet, disiapkan pengencer dua kali lipat dengan menarik campuran ke atas dan ke bawah 5 atau 6 kali. Hindari pembentukan gelembung. Pindahkan 50 uL dari lingkaran nomor 1 sampai 5. 5. Ulangi langkah 3-5 seperti pada metode kualitatif. 6. Kemudian dilihat perubahan yang terjadi.



Interpretasi Hasil 1. Pada akhir 8 pemutaran, hasil positif akan menampilkan karakteristik aglutinasi mulaidari sedikit (relatif lemah) hingga intens (relatif kuat) 2. Hasil negatif tidak menunjukkan reaksi dan menunjukkan penampilan makroskopik halus dan bahkan tampak jelas 3. Hasil reaktif yang sangat lemah ditandai dengan aglutinat kecil di sekitar pinggiran daerah uji 4. Spesimen tes positif harus dilanjutkan pada penelitian serologis lebih lanjut (yaitu TPHA, FTA< dan ABS) karena seperti halnya prosedur pengujian serologis lainnya, diagnostic sifilis tidak boleh dilakukan pada hasil reaktif tunggal 5. Untuk metode semi dan catat lingkaran terakhir yang menunjukkan hasil positif 6. Jika pengenceran tertinggi (1:32) masih menunjukkan reaktivitas kuat lanjutkan dengan seri pengenceran dua kali lipat lebih lanjut sampai titer titik akhir dapat ditentukan



LATEX PENGERTIAN Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon khas kehamilan (ditemukan dalam darah dan urine perempuan hamil). Hormon yang dibentuk oleh trofoblast (lapisan bagian luar janin yang terbentuk pada awal pembentukan janin dan plasenta) ini berfungsi mempertahankan korpus luteum (jaringan berwarna kuning dalam indung telur yang terbentuk ketika indung telur baru saja melepaskan sel telur) yang membuat eksogen dan progesterone sampai plasenta terbentuk seutuhnya. Tujuan Pemeriksaan Mengetahui adanya hormon HCG (Hormone Chorionic Gonadotropin) dalam urine untuk membuktikan apakah seorang wanita dinyatakan hamil atau tidak. Prinsip Pemeriksaan Uji kehamilan direk aglutinasi didasarkan pada reaksi antara antigen terlarut HCG dalam urin dengan reagensia partikel lateks yang dilapisi antibodi molekul HCG. Hasil reaksi positif terlihat gumpalan aglutinasi. METODE PEMERIKSAAN Metode direk aglutinasi lateks. Tes kehamilan dengan metode direk aglutinasi lateks yang cepat untuk mendeteksi HCG pada tingkat 0.3 IU/mL atau lebih tinggi. Tes ini menggunakan antibody monoklonal terhadap HCG. Adanya HCG dalam urin akan menghasilkan aglutinasi dari reagen lateks dalam waktu 2 menit. METODE PEMERIKSAAN Pemeriksaan HCG Pregancy Latex ini menggunakan metode aglutinasi PERSIAPAN PASIEN 1. Sampel yang digunakan pada uji ini adalah sampel urin pertama di pagi hari karena mengandung kadar HCG yang tinggi. Namun, dapat juga menggunakan sampel urin sewaktu 2. Sebagai tenaga ATLM kita harus memberikan informasi kepada pasien mengenai cara pengambilan sampel yang benar, hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel 3. Sampel urin yang diambil harus sampel urin pertengahan, dikarenakan sampel urin pertama yang keluar harus dibuang terlebih dahulu 4. Sampel ditampung pada penampung yang steril dan tanpa pengawet ALAT DAN BAHAN ALAT -



Drop stirrer



-



Objek glass



-



Slide dengan latar warna hitam



-



Pipet



-



Pengaduk



BAHAN -



Urine pagi hari



-



Latex reagen: suspensi lateks dilapisi anti-HCG monoklonal, yang mengandung 0,1% sodium azide



-



Kontrol positif



-



Kontrol negative



KETENTUAN SAMPEL Urine- sampel harus dikumpulkan di tempat yang bersih, wadah kering, plastik atau kaca, tanpa bahan pengawet. Urin yang dikumpulkan sewaktu-waktu dapat digunakan. Namun, urine pertama pada pagi hari umumnya mengandung konsentrasi hormon tertinggi. Sampel urin dapat didinginkan (2-80 C) dan disimpan hingga 72 jam sebelum pengujian. Jika sampel didinginkan, maka sebelum pengujian harus disesuaikan dengan suhu kamar. Jika pada sampel urin terlihat adanya endapan harus disaring, disentrifugasi, atau dibiarkan mengendap dan aliquot yang jelas diperoleh untuk pengujian INTERPRETASI HASIL (+) Hasil positif dinyatakan apabila terjadi aglutinasi (gumpalan) pada sampel yang artinya pasien hamil (-) Hasil negatif dinyatakan apabila tidak terjadi aglutinasi (gumpalan) pada sampel yang artinya pasien tidak hamil



CRP Tujuan Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui dan menentukan kadar CRP secara kualitatif pada penderita obesitas Manfaat : 1. Untuk mengetahui CRP dalam darah yang disebabkan oleh penyakit sistem metabolik yaitu obesitas. 2. Untuk informasi klinis bagi yang obesitas guna menghindari berat badan yang berlebihan dan mengurangi penyakit yang disebabkan oleh sistem metabolic 3. Sebagai sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. PEMBAHASAN Obesitas merupakan gangguan komposisi lemak tubuh akibat peningkatan jumlah lemak. Sebagian besar lemak yang di peroleh dari makanan di simpan dalam bentuk trigliserida dalam jaringan adiposa/lemak. Menurut Depkes RI seseorang dikategorikan obesitas jika IMT ≥27,0. Salah satu pengukuran obesitas adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. Indeks massa tubuh (IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat tinggi tubuh (m). Kategori IMT Berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut World Health Organization (WHO) seseorang dikategorikan overweight jika memiliki IMT 2529,9 dan seseorang dikatakan Obesitas tingkat I jika memiliki IMT 30-34,9 Obesitas tingkat II dengan IMT 3539,9 dan Obesitas tingkat III dengan IMT >40. Sedangkan menurut Depkes RI seseorang dikategorikan overweight jika IMT nya 25,1-27 dan dikatakan obesitas jika IMT nya >27



METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN



Pemeriksaan C-Reaktive Protein adalah pemeriksaan yang dilakukan pada penderita obesitas sebagai pendeteksi dini terjadinya inflamasi di dalam tubuh yang diperiksa dengan metode kwalitatif yaitu latex aglutinasi. Tes aglutinasi dilakukan dengan menambahkan partekel latex yang dilapisi antibodi anti CRP pada serum atau plasma penderita sehingga terjadi aglutinasi. Metode ini bersifat kualitatif dan semi kuantitatif. Batas deteksi metoda aglutinasi terhadap CReactive Protein yaitu 6mg/L



B. SAMPEL Kriteria : 1. Responden 2 orang 2. Indeks Massa Tubuh ≥30 Kg/m2 3. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan 4. Usia remaja (19 thn) dan dewasa (23thn) C. METODE PEMERIKSAAN Metode pemeriksaan yang digunakan ialah Metode Kwalitatif yaitu Latex Aglutinasi. D. PRINSIP PEMERIKSAAN Prinsip pemeriksaan CRP adalah reaksi antigen antibodi antara CRP dalam serum dengan latex yang akan menimbulkan reaksi aglutinasi. Bila terjadi aglutinasi hasil positif, jika tidak terjadi aglutinasi hasil negative



E. BAHAN DAN ALAT 1. ALAT 



Spuit,







Torniquet,







Tabung tutup merah ,







Slide hitam (kertas spectra hitam )







Tangkai pengaduk,dan







Pipet tetes







Tabung reaksi



2. BAHAN Serum



Kapas alcohol 70% CRP Latex F. PERSIAPAN SAMPEL a. Pengambilan Darah Untuk pemeriksaan CRP diperlukan darah vena 2 ml. Darah diambil dari vena fosa cubiti b. Pembuatan Serum Tanpa Sentrfugasi 1. Masukkan darah kedalam tabung bersih (tanpa antikoagulan) , kemudian darah dibiarkan membeku kurang lebih 1-2 jam hingga terbentuk serum 2. Pisahkan serum dengan pipet tetes kedalam wadah atau tabung yang bersih. 3. Memberi label yang berisi tanggal pengambilan, nama pasien, dan jenis kelamin G. PROSEDUR KERJA 1. Pipet serum sebanyak 50 µl, kemudian letakkan pada permukaan slide. 2. Tambahkan 50 µl Latex reagen dan homogenkan selama 2-3 menit. 4. Amati apakah terjadi aglutinasi atau tidak. 5. Baca hasil dan laporkan H. PEMBACAAN HASIL Positif (+) : Adanya aglutinasi Negatif (-) : Tidak adanya aglutinas



I. LAPORAN HASIL Kelompok kasus umur yang berusia 19 tahun dan 21 tahun masing – masing menunjukan hasil positif CRP sebanyak 2 responden. Pada kelompok kasus jenis kelamin yang menunjukkan hasil positif . Kelompok usia remaja akhir hingga dewasa awal menjadi salah satu kelompok umur yang berisiko terjadi obesitas oleh karena perubahan gaya hidup, kebiasaan makan dan penurunan aktivitas fisik serta pengaruh faktor endokrin yang muncul pada saat ada hubungan hormonal. (….) J. KESIMPULAN



Bagi penderita obesitas, peningkatan aktifitas fisik dan pengaturan pola makan perlu dilakukan untuk menurunkan berat badan agar dapat meminimalisir status inflamasi di dalam tubuh. Pada penelitian selanjutnya agar dapat meneliti dengan jumlah sampel yang lebih besar dan pemberian berupa edukasi, konseling atau lainnya terhadap responden yang sudah dalam kondisi obesitas