Incinerator [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INCINERATOR Pengertian Proses Incinerator Incinerator adalah metode penghancuran limbah organik dengan melalui pembakaran dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungan sekitarnya. Incinerator produk kami dirancang dengan menggunakan 2 (dua) ruang pembakaran, yaitu Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) dan Ruang Bakar 2 (Secondary Chamber).



Link Terkait: 



Fuego Smokeless Incinerator







Pengembangan Teknologi Incinerator







Spesifikasi Kontruksi Incinerator







Shelter/ Bangunan Pelindung Incinerator







Resume Regulasi Emisi Gas Buang Incinerator



Primary Chamber Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya, sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa material organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana. Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 600 0C-8000C dan untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber dibantu oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol. Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara continue selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih dahulu.



Secondary Chamber Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup. Udara untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol. Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar 8000C-10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O. back to top



FUEGO SMOKELESS INCINERATOR Static Manual Feeding Incinerator ini didesain khusus untuk kapasitas limbah dibawah 100kg/jam, dimana system pemasukan limbah dilakukan secara manual dan pengumpanan dilakukan dari pintu depan. Tipe statik hanya cocok digunakan untuk jenis limbah yang berbentuk padat



Static Feeding System Proses pengumpanan limbah dilakukan melalui Bucket Lift Elevator. Bucket Lift didorong menggunakan Jack Hydraulic kedalam Air Lock Chute. Air Lock Chute berguna untuk mencegah masuknya udara luar secara berlebih kedalam Primary Chamber, sehingga tidak mengganggu pembakaran yang berlangsung didalam Primary Chamber. Setelah limbah masuk kedalam Air Lock Chute, Charging Door akan terbuka secara otomatis. Gerakan Charging Door menggunakan Jack Hydraulic.



Rotary Kiln Incinerator Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge ex WWT atau limbah yang mempunyai kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang merata keseluruh bagian. Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2 (Seacondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar dalam Primary Chamber.



Incinerator khusus untuk Rumah Sakit/Klinik/Puskesmas Untuk incinerator khusus Rumah Sakit, dibuat dengan berbagai macam type yaitu : 



MDWB 10, Dengan kapasitas pembakaran 10 Kg/Jam







MDWS 25, Dengan kapasitas pembakaran 25 Kg/Jam







MDWS 50, Dengan kapasitas pembakaran 50 Kg/Jam







MDWS 100, Dengan kapasitas pembakaran 100 Kg/Jam dan menggunakan fasilitas Static Feeding System







MDWS 200, Dengan kapasitas pembakaran 200 Kg/Jam dan menggunakan fasilitas Static Feeding System



back to top



PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INCINERATOR Incinerator Terintergrasi dengan Dryer Tipe ini sangat cocok digunakan limbah yang mempunyai nilai kalor yang tinggi seperti plastik dengan volume cukup besar. Energi panas yang keluar dari cerobong incinerator dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan limbah sludge ex WWT yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi namun tidak ekonomis apabila dibakar didalam incinerator, karena karakteristik limbah yang memiliki nilai kalor rendah, sisa abu yang masih cukup tinggi ataupun kedua-duanya. Keuntungan dari incinerator yang terintergrasi dengan dryer adalah pengoperasian dryer tidak menggunakan bahan bakar, baik dari solar maupun gas sehingga sangat ekonomis dari biaya operasional alat, ramah lingkungan serta dapat mengurangi kandungan air yang terdapat dalam sludge sampai dengan ± 80%. Pemanfaatan panas dari cerobong incinerator selain untuk dryer dapat pula digunakan untuk memanaskan air untuk keperluan operasional pabrik.



Tipe ini khusus digunakan untuk limbah domestik. Incinerator ini mudah untuk di mobilisasi serta cepat dalam pemasangan dan pelepasannya. Dengan demikian incinerator ini dapat dioperasikan di lokasi yang berbeda-beda.



back to top



SPESIFIKASI KONTRUKSI INCINERATOR Struktur Body Incinerator Primary Chamber dan Secondary Chamber ditempatkan dalam satu struktur baja (disebut dengan istilah shell incinerator). Pada shell ini ditempatkan peralatan seperti burner,blower,panel control,feeding system (khusus untuk kapasitas incinerator diatas 100kg/jam), cerobong (chimney) berikut seluruh system pemipaan dan sistem power supply. Waktu instalasi incinerator cukup singkat antara 1-4 minggu tergantung dari tipe dan kapasitas incinerator. Seluruh peralatan telah menempel pada incinerator, dengan demikian tidak memerlukan lahan yang terlalu luas dan design dibuat simple. Dinding shell incinerator dirancang dengan bentuk corrugated sheet metal untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan dinding shell sehingga tidak perlu menambahkan terlalu banyak struktur baja penguat. Setelah shell incinerator terbentuk bagian dalamnya dilapisi dengan isolator yang berfungsi untuk menahan panas yang timbul dari dalam Primary Chamber dan Secondary Chamber, akibat adanya proses pembakaran di dalam incinerator. Isolator dapat menahan panas dengan jam oiperasi 8-16 jam, sehingga bagian-bagian dari shell incinerator cukup aman untuk disentuh. Isolator disusun dari beberapa lapisan insulasi seperti : Ceramic Fiber, Rock Wool dan Glass Wool. Lapisan isolator terdapat pada seluruh permukaan shell incinerator sampai dengan cerobong (chimney). Demikian pula pada tempatempat tertentu seperti burner port dan struktur pintu dilapisi dengan isolator, agar tidak ada bagian dari refractory (bata tahan api dan castable) yang langsung menempel pada dinding incinerator sehingga menimbulkan titik panas (hot spot).



Setelah shell incinerator dilapisi dengan isolator, maka lapisan berikutnya adalah bata tahan api (fire brick). Adapun bata tahan api yang kami gunakan dari beberapa jenis disesuaikan dengan temperatur kerja incinerator. Untuk dinding digunakan bata api, sedangkan untuk tempat-tempat dengan bentuk khusus (cerobong, burner port, pintu) digunakan castable. Tingkat ketahanan refractory terhadap temperatur disesuaikan dengan kebutuhan atau jenis limbah mulai dari 10000C13000C.



back to top



Shelter/ Bangunan Pelindung Incinerator Incinerator yang sudah terpasang sebaiknya memiliki sebuah bangunan pelindung (shelter) untuk menjaga incinerator tersebut dari panas dan hujan sehingga lebih tahan lama. Bangunan pelindung incinerator tersebut juga bertujuan untuk membuat nyaman operator dalam bekerja. Bangunan pelindung tidak memiliki syarat tertentu, sehingga tergantung dari keinginan pihak user. Hal penting untuk sebuah bangunan pelindung adalah pondasi tempat incinerator tersebut ditempatkan, haruslah kuat menahan beban incinerator yang cukup berat.



Perfomance Incinerator PT Addni Technology



 Negative Pressure Combustion Chamber  Smokeless (tidak berasap)  Ordoless (tidak berbau)  Emisi sesuai dengan peraturan (Kep 03/Bapedal/9/1995)  Incinerator mempunyai Izin Pengoperasian dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup (khusus untuk limbah B3 baik industri maupun limbah medis Rumah Sakit)



Emisi & Regulasinya Kualitas emisi gas buang incinerator merupakan salah satu parameter kinerja incinerator. Dengan metode perancangan yang telah teruji, maka PT Addni Technology menyusun suatu jaminan terhadap emisi gas buang yang sesuai dengan Kep 03/Bapedal/9/1995 atau Kep.13 MENLH/1995



back to top



Resume Regulasi Emisi Gas Buang Incinerator



CARA KERJA MESIN INCINERATOR



Solusi Penanganan Sampah Dari permasalahan yang timbul kita dapat me-minimalisir jumlah timbulan sampah yang ada dengan berbagai cara dan upaya, dimulai dari rumah tangga dengan memilah-milah jenis sampah organic (mudah membusuk) dan sampah anorganik (sukar membusuk). Salah satu metoda alternatif penanganan pengelolaan sampah dengan skala kecil dapat diterapkan di tingkat RT/ RW, Kelurahan dan Kecamatan dengan pola pembakaran berteknologi (Incinerator Mini). Pada prinsipnya sampah dapat dikelola dengan pembakaran yang ramah lingkungan, meskipun terkadang kita belum bisa menerima teknologi ini, karena masih menganggap biaya mahal dan anggapan sementara masih mempunyai dampak lingkungan. Penulis mengajak marilah kita mencoba untuk “ Berfikir Global – namum Bertindak Lokal “ artinya kita dapat melihat majunya teknologi tetapi kita dapat melakukan yang ada dihadapkan kita ada, salah satu pilihannya yaitu dengan teknologi pembakar sampah “ pilot project ” skala kecil atau sedang yang telah diproduksi di Indonesia. Teknologi incinerator ini adalah salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi lingkungan sehingga pengoperasian nya pun mudah dan aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat



memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995. Keuntungan dari incinerator mini ini adalah :



a) tidak diperlukan lahan besar, b) mudah dalam pengoperasian, c) hemat energi (minyak tanah), d) temperatur tidak terlalu tinggi ( 800/ 1.1000 C ), e) tidak terdapat asap sisa pembakaran yang akan mencemari lingkungan, f) tidak bising dan kemasan kompak per unit, g)tidak menimbulkan panas pada tabung pembakar, h) serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata/ bataco. Sistem pengelolaan sampah yang terdapat di beberapa Kabupaten/ Kota dapat menerapkan dan menggunakan baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dengan pola pengelolaan pembakaran (Incinerator mini) yang penempatannya tidak memerlukan lahan yang luas di perkotaan, penempatan incinerator ini dapat dilakukan di ruang/ lahan yang relatif tidak luas (cukup 6 x 10) seperti di TPS – TPS, lingkungan RW, Kelurahan dan Kecamatan atau disesuaikan dengan kebutuhan sampah yang akan dibakar. Spesifikasi : Spesifikasi dari Incinerator dengan kapasitas kecil, sedang dan besar dapat dibuat tergantung dari kebutuhan di Indonesia, dan timbulan sampah yang dihasilkan selanjutnya dapat diproses/ dibakar pada tungku bakar sesuai kapasitasnya. Kapasitas Incinerator : Sebagai contoh untuk dapat melaksanakan pembakaran sampah per hari mencapai 32 ton (eqivalen 9 truk @ 3 – 4 ton), maka volume nya sekitar 130 m3 dengan asumsi proses pembakaran dapat dilakuka 6 – 8 kali/ hari Residu Abu, Panas dan Energi Listrik : Abu pembakaran yang terjadi dalam tungku pembakar utama akan terkumpul dalam ruang pengumpul abu, dimana abu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pencampur pembuatan “bataco “ sedangkan panas yang dihasilkan pembakaran dari ruang bakar dua dapat dimanfaatkan sebagai pemanas air mandi yang dialirkan ke rumah tangga, dengan tambahan unit coverter energi pembangkit yang akan menghasilkan listrik. Proses Incinerator : Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relatif singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistim pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga Emisi yang melalui cerobong tidak



berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan. Pemilihan incinerator yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan lingkungan, jenis dan komposisi sampah, serta volume sampah, sehingga dapat dilakukan secara lebih efisien baik prosesnya maupun transportasi dan tenaga operasionalnya, serta pula penggunaan lahan lebih efisien. Meminimalkan sampah yang berukuran besar dan berat untuk dapat dipilah masuk ke dalam tempat tersendiri. Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan mencegah kerusakan pada dinding pembakar, maka Gelas dan Logam tidak ikut dibakar. Volume sampah yang berlebihan diatas mungkin tercecer (tumpah keluar) sehingga menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh karenanya pada lokasi pembakaran perlu disediakan tempat, dan bila diperlukan diadakanpengaturan pemulung yang akan menangani pemilahan sampah dengan baik, “ Sangat memungkinkan terjadi perebutan lahan kerja dari pemulung dan akan menjadikan friksi-friksi sosial ”. Ruang Bakar Utama : Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “ dimana udara yang dimasukan didistribusikan dengan merata kedasar ruang bakar untuk membakar karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluara dari sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi. Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran normal dalam waktu pembakaran. Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 8000 – 1.0000 C dengan sistem close loopsehingga pembakaran optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah Blower radial digerakan langsung dengan impeller, dengan casing almunium dan Motor Listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama didistribusikan ke koil. Ruang Bakar Tingkat Kedua : Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan terbakar habis. Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar dari gas karbonisasi suhunya cukup tinggi untuk penyalaan sendiri, dan ketika karbonisasi selesai maka Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0 C dengan sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan secara manual atau menggunakan lift conveyor. Panel Kontrol Digital : Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara “ automatic “ dengan sitemclose loop. Pada panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan “blower” dengan terdapatnya lampu isarat yang memadai dan memudahkan operasi. Cerobong Cyclon : Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran siklon di dalam cerobong,. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan



gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke cerobong siklon kembali. Burner dan Blower : Incinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan secara otomatis. Burner yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat, serta dilengkapi dengan blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga mampu menghasilkan panas yang tinggi



FUNGSI INCENERATOR Dewasa ini incinerator bahkan sudah menjadi sarana standar untuk menangani limbah medis yg dihasilkan dari berbagai kegiatan medis di rumah sakit. Fungsi atau kegunaan Incenerator selain dapat mengurangi massa dan volumenya yg lebih utama dan penting adalah mendestruksi materi-materi yg berbahaya seperti mikroorganisme pathogen dan meminimalisir pencemaran udara yg dihasilkan dari proses pembakaran sehingga gas buang yg keluar dari cerobong menjadi lebih terkontrol dan ramah lingkungan. Sebuah incinerator dapat berfungsi dengan baik jika memenuhi kriteria tersebut diatas dan ada beberapa parameter yg harus dipenuhi diantaranya yaitu Suhu, Waktu dan Turbulensi Suhu : suhu menjadi faktor yg sangat berperan dalam pembakaran, keberhasilan dari suatu proses pembakaran ditentukan oleh tercapainya suhu yg diingin kan dari jenis materi limbah yg akan dibakar, hal ini juga berhubungan erat dengan pasokan udara atau oksigen untuk mengoksidasi limbah, bentuk ruang bakar, jenis refraktori yg digunakan dan ketebalan dinding incenerator juga akan mempengaruhi suhu ruang bakar. Ruang bakar berbentuk bulat rambatan suhunya menjadi lebih sempurna dibanding ruang bakar berbentuk kotak, karenanya suhu yg tidak cukup akan menghasilkan pembakaran yg tidak sempurna sehingga akan menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran udara. Waktu : materi-materi yg terdapat dalam limbah mempunyai nilai kalor yg berbeda-beda, sampah yg basah tentu akan lebih panjang waktu pembakarannya dibanding sampah kering, oleh sebab itu waktu ada kaitannya dengan kebutuhan berapa lama suatu bahan harus dibakar dan berapa derajad temperatur yg dibutuhkan agar dapat terbakar dengan sempurna. Turbulensi : untuk incenerator kapasitas besar hal ini sangat perlu untuk diperhatikan



karena berkaitan dengan jumlah sampah yg akan dibakar dengan suplai oksigen yg masuk agar sampah tersebut dapat terurai dengan sempurna. PRINSIP KERJA INCENERATOR Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu: - Tahapan pertama adalah membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar. - Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperature belum terlalu tinggi. - Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600 C. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara antara 600 C ~ 1200 C Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses pembakaran yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan.



A. Pengertian Incinerator Incinerator adalah metode penghancuran limbah organik dengan melalui pembakaran dalam suatu sistem yang terkontrol dan terisolir dari lingkungan sekitarnya. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik. Incinerator yang akan dibahas pada artikel ini dirancang dengan menggunakan 2 (dua) ruang pembakaran, yaitu Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) dan Ruang Bakar 2 (Secondary Chamber). 1. Primary Chamber Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya, sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa material organik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan metana. Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 6000C-8000C dan untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber



dibantu oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol. Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan tak terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara continue selama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih dahulu. 2. Secondary Chamber Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention time) yang cukup. Udara untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol. Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar 8000C-10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O. B. Jnis- Jenis Incinerator Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. C. Incinerator Rotary Kiln Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah sludge ex WWT atau limbah yang mempunyai kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang merata keseluruh bagian. Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua kali pembakaran dalam Ruang Bakar 1 (Primary Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2 (Seacondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar dalam Primary Chamber. Gambar 1. Incinerator Rotary Kiln D. Pengembangan Incinerator dengan Dryer Tipe ini sangat cocok digunakan limbah yang mempunyai nilai kalor yang tinggi seperti plastik dengan volume cukup besar. Energi panas yang keluar dari cerobong incinerator dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan limbah sludge ex WWT yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi namun tidak ekonomis apabila dibakar didalam incinerator, karena karakteristik limbah yang memiliki nilai kalor rendah, sisa abu yang masih cukup tinggi ataupun kedua-duanya.



Keuntungan dari incinerator yang terintergrasi dengan dryer adalah pengoperasian dryer tidak menggunakan bahan bakar, baik dari solar maupun gas sehingga sangat ekonomis dari biaya operasional alat, ramah lingkungan serta dapat mengurangi kandungan air yang terdapat dalam sludge sampai dengan ± 80%. Pemanfaatan panas dari cerobong incinerator selain untuk dryer dapat pula digunakan untuk memanaskan air untuk keperluan operasional pabrik. Tipe ini khusus digunakan untuk limbah domestik.Incinerator ini mudah untuk di mobilisasi serta cepat dalam pemasangan dan pelepasannya. Dengan demikian incinerator ini dapat dioperasikan di lokasi yang berbeda-beda. E. Bangunan Pelindung Incinerator Incinerator yang sudah terpasang sebaiknya memiliki sebuah bangunan pelindung (shelter) untuk menjaga incinerator tersebut dari panas dan hujan sehingga lebih tahan lama. Bangunan pelindung incinerator tersebut juga bertujuan untuk membuat nyaman operator dalam bekerja. Bangunan pelindung tidak memiliki syarat tertentu, sehingga tergantung dari keinginan pihak user. Hal penting untuk sebuah bangunan pelindung adalah pondasi tempat incinerator tersebut ditempatkan, haruslah kuat menahan beban incinerator yang cukup berat. F. Emisi & Regulasinya Kualitas emisi gas buang incinerator merupakan salah satu parameter kinerja incinerator. Dengan metode perancangan yang telah teruji terhadap emisi gas buang yang sesuai dengan Kep 03/Bapedal/9/1995 atau Kep.13 MENLH/1995 sebagai berikut : Regulasi Emisi Gas Buang Incinerator