Indeks Profitabilitas [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Intan
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INDEKS PROFITABILITAS Kriteria lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sebuah proyek investasi adalah indeks profitabilitas (IP-profitability index). IP adalah rasio manfaat terhadap biaya. Sebuah proyek dengan investasi awal Rp500.000.000 yang menghasilkan nilai sekarang dari arus kas sebesar Rp600.000.000 akan memounyai IP sebesar 1,2 (yaitu 𝑅𝑝600.000.000 𝑅𝑝500.000.000



).



Indeks Profitabilitas (IP) =



=



𝑃𝑉 𝐼𝑛 βˆ‘π‘› 𝑖=1



𝐢𝐹𝑖 (1+π‘˜)1



𝐼𝑛



Dengan PV = nilai sekarang dari arus kas



CF = cash flow (arus kas)



πΌπ‘œ = investasi awal



n



= jumlah periode



K = tingkat diskonto



I



= tingkat bunga per periode



Jika diperhatikan, angka- angka yang digunakan dalam indeks profitabilitas adalah sama dengan yang digunakan dalam menghitung NPV, yaitu present value (PV) atau nilai sekarang dari alur kas dan investasi awal. Bedanya, dalam kriteria NPV, kita mengurangi PV dengan Investasi awal (πΌπ‘œ ) untuk mendapatkan NPV. Sementara dalam IP, kita membagi PV itu dengan πΏπ‘œ . Jika nilai NPV positif maka sebuah proyek diterima: yang berarti nilai PV lebih besar daripada πΌπ‘œ . Oleh karena itu, PV dibagi dengan πΌπ‘œ juga akan lebih besar daripada 1. Dengan demikian, kriteria diterima atau tidaknya sebuah proyek berdasarkan kriteria indek profitabilitas adalah: Indeks Profitabilitas > I ~ proyek diterima Indeks Profitabilitas < I ~ proyek ditolak Dalam semua keadaan, jika tingkat diskonto sama, keputusan berdasarkan indeks profitabilitas akan selalu sama denag keputusan menggunakan kriteria NPV. Karena secara matematika, jika NPV > 0 atau PV - πΌπ‘œ > 0 maka PV > πΌπ‘œ dan (PV / πΌπ‘œ ) > I untuk proyek yang



diterima. Demikian juga untuk proyek yang ditolak dengan kriteria NPV akan juga ditolak berdasarkan indeks profitabilitas. Jika NPV < 0 atau PV - 𝐼0 < 0 maka PV/𝐼0 < I. Keunggulan indeks profitabilitas daripada NPV adalah kriteria ini sudah dinyatakan relatif terhadap investasi awal. Dengan NPV, kita kita sulit menyatakan apakah suatu proyek lebih menarik daripda proyek lainnya, karena belum dibandingkan dengan modal awal tang diperlukan.



NPV



sebesar



Rp5.000.000.000



yang



dihasilkan



dari



investasi



awal



Rp100.000.000.000 kalah menarik daripada NPV Rp500.000.000 yang diperoleh dari modal Rp2.000.000.000. Contoh 14.6 Sebuah proyek investasi membuka kafe baru membutuhkan investasi awal Rp400.000.000 dan mampu menghasilkan arus kas bersih Rp5.000.000 per bulan. Jika investor mengharapkan return 𝑗12 = 12%, tentukan apakah proyek ini diterima dengan menggunakan kriteria indeks prifitabilitas. Jawab: k = 12% p.a atau 1% per bulan = 0,01 𝐢𝐹𝑖 = A = Rp5.000.000 per bulan πΌπ‘œ = Rp400.000.000 IP =



=



𝑃𝑉 πΌπ‘œ



=



𝐢𝐹𝑖 π‘˜



πΌπ‘œ



𝑅𝑝5.000.000 0,01



𝑅𝑝400.000.000



𝑅𝑝500.000.000



= 𝑅𝑝400.000.000



= 1,25 > I ~ proyek diterima Contoh 14.7 Investasi dalam bisnis percetakan memerluka investasi awal Rp1.000.000.000. Usaha ini dapat memberikan arus kas bersih sebesar Rp300.000.000 pada tahun pertama Rp400.000.000 pada tahun kedua, dan Rp500.000.000 setiap tahunnya untuk tiga tahun berikutnya. Jika tingkat diskonto 14%, tentukan keputusan yang harus diambil manajer bisnis tersebut berdasarkan kriteria indeks profitabilitas.



Jawab: πΌπ‘œ = Rp1.000.000.000 k = 14% = 0,14 𝐢𝐹1 = Rp300.000.000 𝐢𝐹2 = Rp400.000.000 𝐢𝐹3 = 𝐢𝐹4 = 𝐢𝐹5 = Rp500.000.000 IP =



=



𝑃𝑉 πΌπ‘œ



=



βˆ‘π‘› 𝑖=1



𝐢𝐹1 (1+π‘˜)2



πΌπ‘œ



=



𝑅𝑝300.000.000 𝑅𝑝400.000.000 𝑅𝑝300.000.000 𝑅𝑝500.000.000 𝑅𝑝500.000.000 + + + + (1+0,14)1 (1+0,14)1 (1+0,14)1 (1+0,14)1 (1+0,14)1



𝑅𝑝1.000.000.000



= 1,4642 > I ~ proyek diterima MODIFIED INTERNAL RATE OF RETURN Untuk mengatasi kelemahan kriteria periode payback, kriteria discounted payback dikembangkan dan demikian juga dengan IRR. Untuk mengatasi kelemahan kriteria IRR yaitu, terjadinya arus kas nonkonvensional sehingga terjadi multiple IRR, kita mempunyai modified IRR. Ada beberapa cara yang berbeda untuk menghitung modified IRR atau MIRR, tetapi semuanya mempunyai kesamaan, yaitu membuat arus kas yang tidak konvensional menjadi berpola konvensional. Dalam arus kas konvensional, ada investasi awal di muka dan arus kas positif di periode akhir. Sebagai ilustrasi, misalkan sebuah proyek mempunyai arus kas sesuai ditunjukkan pada tabel 14.1. Permasalahan denagn proyek diatas adalah arus kas tidak berpola konvensional. Akibatnya, kita mempunyai dua nilai IRR, yaiutu 25% dan 33,33%. Untuk mengatasi terjadinya multiple IRR ini, kita menghitung MIRR. Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu metode diskonto, meyode reinvestasi, dan metode gabungan. METODE DISKONTO



Dengan metode ini, kita mendiskontokan semua arus kas negatif (pada tabel 14.1) ke periode awal sehingga tidak ada lagi arus kas negatif di periode mendatang, jika return yang diharapkan adalah 15% maka arus kas pada tabel 14.1 akan berubah sesuai yang ditunjukkan tabel 14.2 . Setelah pola arus kas menjadi konvensional seperti pada tabel 14.2, barulah kita dapat dengan mudah menghitung MIRR seperti menghitung return biasa (geometrik) – hasilnya adalah 14,29% . Tabel 14.1 Arus kas sebauah proyek Tahun



Arus Kas



0



-Rp60.000.000



1



Rp155.000.000



2



-Rp100.000.000



Tabel 14.2 Metode Diskonto Arus Kas sebuah Proyek – Data Tabel 14.1



Tahun 0



Arus Kas -Rp60.000.000 +



βˆ’π‘…π‘100.000.000 (1,15)2



= -Rp135.614.366,7



1



+ Rp155.000.000



2



0