Makalah Rasio Profitabilitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN BAB 9 “RASIO PROFITABILITAS”



DOSEN PENGAMPU SUSFA YETTI



DISUSUN OLEH : DEDEK RAHMAT



C1C016088



PANCA NANDA



C1C016066



UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI S1 AKUNTANSI 2018/2019



DAFTAR ISI



Kata pengantar.............................................................................................i Daftar isi.....................................................................................................ii BAB Pendahuluan.................................................................................... A. Latar belakang.................................................................................1 B. Rumusan masalah............................................................................................1 C. Tujuan penulisan.............................................................................1 D. Manfaat penulisan...........................................................................2 BAB PEMBAHASAN............................................................................ A. B. C. D. E.



Definisi rasio profitabilitas.............................................................4 Tujuan dan manfaat rasio profitabilitas..........................................5 Jenis-jenis rasio profitabilitas.........................................................6 Cara perhitungan rasio profitabilitas..............................................8 Contoh interpretasi rasio profitabilitas...........................................9



BAB PENUTUP...................................................................................... A. Kesimpulan....................................................................................17 B. Saran..............................................................................................20 Daftar pustaka..........................................................................................21 Lampiran..................................................................................................22



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun lainnya. Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Terima kasih.



Jambi, 29 Oktober 2018



Penyusun



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar belakang



1.2



Rumusan masalah



1.2.1 Apakah definisi rasio profitabilitas ? 1.2.2 Apakah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas ? 1.2.3 Apa sajakah jenis-jenis rasio profitabilitas ? 1.2.4 Bagaimanakah cara perhitungan rasio profitabilitas ? 1.2.5 Bagaimanakah contoh interpretasi rasio profitabilitas ?



1.3



Tujuan penulisan



1.2.1 Untuk menjelaskan definisi rasio profitabilitas. 1.2.2 Untuk menjelaskan tujuan dan manfaat rasio profitabilitas. 1.2.3 Untuk menjelaskan jenis-jenis rasio profitabilitas. 1.2.4 Untuk menjelaskan cara perhitungan rasio profitabilitas. 1.2.5 Untuk menjelaskan contoh interpretasi rasio profitabilitas.



1.4



Manfaat penulisan.



1.4.1 Untuk mengetahui definisi rasio profitabilitas.



1.4.2 Untuk mengetahui tujuan dan manfaat rasio profitabilitas. 1.4.3 Untuk mengetahui jenis-jenis rasio profitabilitas. 1.4.4 Untuk mengetahui cara perhitungan rasio profitabilitas. 1.4.5 Untuk mengetahui contoh interpretasi rasio profitabilitas.



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1



Rasio profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan untuk menghasilkan laba dengan cara menjual produk (barang/jasa) kepada para pelangggannya. Tujuan operasional sebagian besar perusahaan adalah memaksimalisasi profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang. Manajemen dituntut untuk menghasilkan imbal hasil bagi pemilik perusahaan, sekaligus juga meningkatkan kesejahteraaan karyawaan. Ini semua hanya terjadi apabila perusahaan memperoleh laba dalam aktivitras normal bisnisnya. Rasio profitabilitas juga dikenal dengan istilah rasio rentabilitas. Disamping digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode tertentu, rasio ini juga untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan, penggunaan aset maupun penggunaaan modal. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas dapat digunakan untuk sebagai alat untuk mengukur tingkat efektifitas kinerja manajemen. Kinerja yang baik akan ditunjukkan lewat keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan. Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan antar komponen yang ada dalam laporan laba rugi atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan dalam beberapa periode. Tujuannya untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat perkembangan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu. Dengan melakukan ananiliasi rasio keuangan secara berkala memungkinkan manajemen untuk secara efektif melakukan langkah-langkah perbaikan dan efisiensi. Selain itu



perbandingan juga dapat dilakukan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya atau bisa juga dengan standar rasio rata-rata industri.



2.2



tujuan dan manfaat rasio profitabilitas



Sama halnya seperti rasio-rasio lainnya yang telah dibahas sebelumnya, rasio profitabilitas juga memberikan banyak manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan. Rasio profitabilitas tidak hanya berguna bagi perusahaan saja, melainkan juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya, ada banyak manfaat yang didapat dari rasio profitabilitas, bagi pihak pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, maupun para pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan perusahaan. Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan : • Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. • Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. • Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. • Untuk mengukur seberapa jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. • Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. • Untuk mengukur marjin laba kotor atas penjulaan bersih. • Untuk mengukur marjin laba operasional atas penjualan bersih. • Untuk mengukur marjin laba bersih atas penjualan bersih.



2.3



jenis-jenis rasio profitabilitas



Biasanya, penggunaan rasio profitabilitas disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan rasio profitabilitas secara keseluruhan atau hanya sebagian saja dari jenis rasio profitabilitas yang ada. Penggunaan rasio secara sebagian berarti bahwa perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio saja yang memang dianggap perlu untuk diketahui. Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabiulitas yang lazim digunakan dalam praktik untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba : 1. Hasil pengembalian atas aset (return on asset) Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. Semakin tinggi pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. 2. Hasil pengembealian atas ekuitas (return on equity) Hasil pengembalian atas ekuitas adalah rasio yang menunjukkan kontribusi ekuitas dalam menghasilkan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total



ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total ekuitas. Semakin tinggi pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Sebaliknya, semakin rendah pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. 3. Marjin laba kotor (gross profit margin) Marjin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bersarnya persentase laba lotor terhadap penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersioh. Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil dari pengurangan penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Yang dimaksud dengan penjualan bersih disini adalah penjualan (tunai maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga serta potongan penjualan. Semakin tinggi marjin laba kotor berarti semakin tinggi pula laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hasil ini dapat disebabkan karena tingginya harga jual dan atau rendahnya harga pokok penjualan. Sebaliknya, semakin rendah marjin laba kotor berarti semakin rendah pula marjin laba kotor yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya harga jual atau tingginya harga pokok penjualan. 4. Marjin laba operasional (operating profit margin) Marjin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional dengan penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional. Beban operasional terdiri atas beban penjualan maupun beban umum dan administrasi. Semakin tinggi marjin laba operasional berarti semakin tinggi pula operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini disebabkan karena tingginya laba kotor dan atau rendah beban operasional. Sebaliknya, semakin rendah marjin laba kotor berarti semakin rendah pula laba operasional yang dihasilkan darin penjualan bersih. Hal ini



disebabkan karena rendahnya laba kotor dan atau tingginya beban operasional. 5. Marjin laba bersih (net profit margin) Marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentasi laba bersih terhadap penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak dengan pajak penghasilan. Yang dimaksud dengan laba sebelum pajak penghasilan adalah laba operasional ditambah pendapatan dan kentungan lain-lain, lalu dikurangi dengan beban dan kerugian lainlain. Semakin tinggi marjin laba bersih berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak penghasilan. Sebaliknya, semakin rendah marjin laba bersih berarti semakin rendah pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya laba sebelum pajak penghasilan.



2.4



Cara perhitungan rasio profitabilitas



1. Hasil pengembalian atas aset (return on asset) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikiut: Hasil pengembalian atas aset = laba bersih total aset



2. Hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikuit: Hasil pengembalian atas ekuitas = laba bersih Total ekuitas



3. Marjin laba kotor (gross profit margin) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Marjin laba kotor =



laba kotor Penjualan bersih



4. Marjin laba operasional (operating profit margin) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Marjin laba operasional = laba operasional Penjualan bersih



5. Marjin laba bersih (net profit margin) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Marjin laba bersih = laba bersih Penjualan bersih



2.5 Contoh interpretasi rasio profitabilitas 1. Contoh interpretasi rasio hasil pengembalian aset Dengan menggunakan contoh PT.Galaxy Solaria Tbk, berikut adalah besarnya perhitungan pengembalian atas aset: (dalam ribuan rupiah) Laba bersih Total aset



2014 1.600.000 19.000.000



2013 1.120.000 16.000.000



Untuk tahun 2014: hasil pengembalian atas aset= Rp 1.600.000 = 8,4% Rp 19.000.000 Artinya, setiap Rp 1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp 0,084 laba bersih. Untuk tahun 2013 : hasil pengembalian atas aset= Rp 1.120.000 = 7 % Rp 16.000.000 Artinya, setiap Rp 1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp 0,07 laba bersih. Interpretasi : Hasil pengembalian atas aset tahun 2014 lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pengembalian atas aset tahun 2013 karena kontribusi total aset terhadap laba bersih tahun 2014 lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi total aset terhadap laba bersih di tahun 2013. Dengan demikian telah terjadi peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Sebagai pembanding lainnya, jika rata-rata industri untuk hasil pengembalian atas aset adalah 20% maka dapat disimpulkan kontribusi total aset terhadap laba bersih di kedua tahun cenderung sangat tidak baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya karena berada di bawah rasio rata-rata industri. Hal ini dapat disebabkan karena : (1) aktivitas penjualan yang belum optimal, (2) banyak aset yang tidak produktif, (3) belum dimanfaatkannya total aset secara maksimal untuk menciptakan penjualan, dan atau (4) terlalu besarnya beban operasioanl serta beban lain-lain. 2. Contoh interpretasi rasio hasil pengembalian atas ekuitas Dengan menggunakan contoh PT.Galaxy Solaria Tbk, berikut adalah besarnya perhitungan hasil pengembalian atas ekuitas:



(dalam ribuan rupiah) Laba bersih Total ekuitas



2014 1.600.000 8.000.000



2013 1.120.000 4.900.000



Untuk tahun 2014: Hasil pengembalian atas ekuitas = Rp 1.600.000 = 20% Rp 8.000.000 Artinya setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp 0,2 laba bersih. Untuk tahun 2013: Hasil pengembalian atas ekuitas= Rp 1.120.000 = 22,9% Rp 4.900.000 Artinya setiap Rp 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan Rp 0,229 laba bersih. Interpretasi : Hasil pengembalian atas ekuitas tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pengembalian atas ekuitas tahun 2014 karena kontribusi total ekuitas terhadap laba bersih di tahun 2013 lebih besar jika dibandingkan kontribusi total ekuitas terhadap laba bersih di tahun 2014. Dengan demikian, telah terjadi penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Sebagai pembanding lainnya, jika rata-rata industri untuk hasil pengembalian atas ekuitas adalah 30 % maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi ekuitas terhadap laba bersih di kedua tahun cenderung sangat tidak baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnnya karena besaran rasionya mssih berada jauh di bawah rata-rata industri. Hal ini dapat disebabkan karena : (1) aktivitas penjualan yang belum optimal (2) belum maksimalnya penggunaan modal untuk menciptakan penjualan ,(3) terlalu besarnya beban operasional serta beban lain-lain.



3. Contoh interpretasi rasio marjin laba kotor Dengan menggunakan contoh PT.Galaxy Solaria Tbk, berikut adalah besarnya perhtiungan rasio marjin laba kotor : (dalam audit rupiah) 2014 2013 Pendapatan penjualan* 19.800.000 17.000.000 Harga pokok penjualan (14.700.000) (12.500.000) Laba kotor 5.100.000 4.500.000 *) asumsi tidak ada retur dan penyesuaian harga jual, maupun potongan penjualan Untuk tahun 2014: Marjin laba kotor= Rp 5.100.000 = 25,8 % Rp 19.800.000 Artinya, besarnya laba kotor adalah 25,8% dari total penjualan bersih. Dengan kata lain, besarnya harga pokok penjualan adalah 74,2% dari total penjualan bersih. Setiap Rp 1 penjualan bersih memuat Rp 0,742 harga pokok penjualan dan turut berkontribusi menciptakan Rp 0,258 laba kotor. Untuk tahun 2013 Marjin laba kotor= Rp 4.500.000 = 26,5% Rp 17.000.000 Artinya, besarnya laba kotor adalah 26,5% dari total penjualan bersih. Dengan kata lain, besarnya harga pokok penjualan adalah 73,5% dari total penjualan bersih. Setiap Rp 1 penjualan bersih memuat Rp 0,735 harga pokok penjualan dan turut berkontribusi menciptakan Rp 0,265 laba kotor. Interpretasi : Marjin laba kotor tahun 2013 lebih baik jika dibandingkan dengan marjin laba kotor tahun 2014 karena kontribusi penjualan bersih terhadap laba kotor di tahun 2013 adalah lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi penjualan bersih terhadap laba kotor di tahun 2014. Dengan demikian, telah terjadi penurunan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba perushaaan.



Sebagai pembanding lainnnya, jika rata-rata industri untuk marjin laba lotor adalah 28% maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi penjualan bersih terhadap laba kotor di kedua tahun cenderung kurang baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya karena besaran rasionya masih dibawah ratarata industri. Dalam hal ini, penting untuk perusahaan meningkatkan harga jual (tentu saja dengan memperhatikan batas atas harga jual pesaing) dan atau mengurangi harga pokok penjualan (misalnya dengan mencari pemasok baru dengan harga yang sedikit lebih rendah, namun dengan kualitas barang yang sama atau sejinis).



4. Contoh interpretasi rasio marjin laba operasional Dengan menggunakan contoh PT.Galaxy Solaria Tbk, berikut adalah besarnya perhitungan rasio marjin laba operasional : (dalam ribuan rupiah) Pendapatan penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor Beban operasional



2014 19.800.000 (14.700.000)



2015 17.000.000 (12.500.000)



5.100.000 (2.390.000)



4.500.000 2.130.000



Laba operasional 2.710.000 2.370.000 *) asumsi tidak ada retur penjulaan dan penyesuaian harga jual maupun potongan penjualan Untuk tahun 2014 : Marjin laba operasional = Rp. 2.710.000 = 13,7 % Rp 19.800.000 Artinya, besarnya laba operasional adalah 13,7% dari total penjualan bersih. Dengan kata lain setiap Rp 1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp 0,137 laba operasional.



Untuk tahun 2013 : Marjin laba operasional = Rp 2.370.000 = 13,94 % Rp 17.000.000 Artinya, besarnya laba operasional adalah 13,95 % dari total penjualan bersih. Dengan kata lain untuk setiap Rp 1 penjualan turut berkontribusi menciptakan Rp 0,139 laba operasional. Interpetasi : Marjin laba operasional tahun 2013 sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan marjin laba tahun 2014 karena kontribusi penjualan bersih terhadap laba operasional di tahunn 2013 ada sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi penjualan bersih terhadap laba operasional pada tahun 2014. Dengan demikian, telah terjadi penurunan kinerja manajemen dalam hal menghasilkan laba bagi perusahaan. Sebagai pembanding lainnya, jika rata-rata indutri untuk marjin laba operasional adalah 23% maka dapat disimpulkan bawa kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih di kedua tahun cenderung sangat tidak jika dibandingkan dengan persahaan sejenis lainnya karena besaran rasionya masih berada di bawah rata-rata industri. Dalam hal ini, penting bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi atas beban operasional yang terlalu besar.



5. Contoh interpretasi rasio marjin laba bersih Dengan menggunakan contoh PT.Galaxy Solaria Tbk, berikut adalah besarnya perhitungan marjin laba bersih : (dalam ribuan rupiah) Pendapatan penjualan* Harga pokok penjualan Laba kotor Beban operasional Laba operasional Pendapatan dan keuntungan lain-lain



2014 19.800.000 (14.700.000) 5.100.000 (2.390.000)



2013 17.000.000 (12.500.000) 4.500.000 (2.130.000)



2.710.000 250.000



2.370.000 330.000



Beban dan kerugian lain-lain



(960.000)



(1.300.000)



Laba sebelum pajak penghasilan 2.000.000 1.400.000 Pajak penghasilan (400.000) (280.000) Laba bersih 1.600.000 1.120.000 *) asumsi tidak ada retur dan penyesuaian harga jual maupun potongan penjualan Untuk tahun 2014: Marjin laba bersih= Rp 1.600.000 = 8,1% Rp 19.800.000 Artinya,besar laba bersih adalah 8,1% dari total penjualan bersih. Dengan kata lain, setiap Rp 1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp 0,081 laba bersih. Untuk tahun 2013: Marjin laba bersih= Rp 1.120.000 = 6,6% Rp 17.000.000 Artinya,besar laba bersih adalah 6,6% dari total penjualan bersih. Dengan kata lain, setiap Rp 1 penjualan bersih turut berkontribusi menciptakan Rp 0,666 laba bersih.



Interpetasi : Marjin laba bersih tahun 2014 lebih baik jika dibandingkan dengan marjin laba bersih tahun 2013 karena kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih di tahun 2014 lebih besar jika dibandingkan dengan kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih di tahun 2013. Dengan demikian telah terjadi peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Sebagai pembanding lainnya, jika rata-rata industri untuk marjin laba bersih adalah 20% maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi penjualan bersih terhadap laba bersih di kedua tahun cenderung sangat tidak baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya kerena besaran rasionya masih berda jauh di bsah rata-rata industri. Dalam hal ini, penting bagi perusahaan



untuk melakukan efisiensi atas beban operasional serta beban lain-lain yang terlalu besar.



BAB 3 PENUTUP



3.1



Kesimpulan



3.1.1 Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya. Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan untuk menghasilkan laba dengan cara menjual produk (barang/jasa) kepada para pelangggannya. Tujuan operasional sebagian besar perusahaan adalah memaksimalisasi profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang. Manajemen dituntut untuk menghasilkan imbal hasil bagi pemilik perusahaan, sekaligus juga meningkatkan kesejahteraaan karyawaan. Ini semua hanya terjadi apabila perusahaan memperoleh laba dalam aktivitras normal bisnisnya.



3.1.2 Tujuan dan manfaat rasio profitabilitas tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan : • Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. • Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. • Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. • Untuk mengukur seberapa jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. • Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. • Untuk mengukur marjin laba kotor atas penjulaan bersih. • Unutk mengukur marjin laba operasional atas penjualan bersih. • Untuk mengukur marjin laba bersih atas penjualan bersih.



3.1.3 ada beberapa jenis rasio profitabilitas yaitu sebagai berikut: -Hasil pengembalian atas aset (return on asset) Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. - Hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity) Hasil pengembalian atas ekuitas adalah rasio yang menunjukkan kontribusi ekuitas dalam menghasilkan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total ekuitas. - Marjin laba kotor (gross profit margin) Marjin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bersarnya persentase laba lotor terhadap penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersioh. Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil dari pengurangan penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Yang dimaksud dengan penjualan bersih disini adalah penjualan (tunai maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga serta potongan penjualan. -Marjin laba operasional (operating profit margin) Marjin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional dengan penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional. Beban operasional terdiri atas beban penjualan maupun beban umum dan administrasi.



-Marjin laba bersih (net profit margin) Marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentasi laba bersih terhadap penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak dengan pajak penghasilan. Yang dimaksud dengan laba sebelum pajak penghasilan adalah laba operasional ditambah pendapatan dan kentungan lain-lain, lalu dikurangi dengan beban dan kerugian lain-lain. 3.1.4 Cara perhitungan rasio profitabilitas - Hasil pengembalian atas aset (return on asset) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikiut: Hasil pengembalian atas aset = laba bersih total aset



- Hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikuit: Hasil pengembalian atas ekuitas = laba bersih Total ekuitas - Marjin laba kotor (gross profit margin) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Marjin laba kotor =



laba kotor Penjualan bersih



- Marjin laba operasional (operating profit margin) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Marjin laba operasional = laba operasional Penjualan bersih



- Marjin laba bersih (net profit margin) Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Marjin laba bersih = laba bersih Penjualan bersih



3.2



Saran



Penulis berharap agar pembaca dapat mengembangkan, menindaklanjuti, menerapkan, atau menggunakan hasil penelitian makalah ini dalam aplikasi secara langsung di masyarakat baik secara teoritis maupun praktis.



DAFTAR PUSTAKA



LAMPIRAN