Indikator Kesehatan Wanita [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INDIKATOR KESEHATAN WANITA



Disusun Oleh : Kelompok 3 Sasining Suci B. R. Devi Putri Erwin P. Irza Aulia N. Lely Kuswinarti Epi Vania P. Rossy Novita S. Khoirul Anam



KELAS III-B



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO 2016



Kata Pengantar



ii



Daftar Isi



iii



BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan kesejahteraan ibu merupakan unsur utama dalam menentukan generasi yang akan datang. Ibu adalah penentu dan merupakan kunci dasar perkembangan sosial secara nasional. Proses kehamilan, persalinan dan bayi yang di lahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagian bagi ibu dan keluarga. Semua ibu mempunyai hak untuk kesempatan mendapatkan proses kehamilan yang aman sampai saat melahirkan dan juga hak untuk mempunyai bayi yang lahir sehat. Menurut Depkes RI, 2002 (dalam Bangun, 2003) Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi Angka Kematian Ibu (AKI) di suatu negara tersebut di kategorikan buruk dan belum berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya. Ibu hamil melahirkan merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayanan yang maksimal dari petugas kesehatan, salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada ibu melahirkan adalah pertolongan dalam persalinan oleh tenaga kesehatan. Indikator status kesehatan wanita ada lima yaitu : 1. Pendidikan, 2. Pengetahuan, 3. Penghasilan, 4.Usia harapan hidup, 5. Angka kematian ibu, (Maryanti,2009). Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Perempuan yang tidak lagi meyakini atau sudah mulai longgar keyakinanya dengan adat istiadat. Biasanya kalangan ini memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka lebih mudah mengadopsi informasi tentang kesehatan baik dari bidan atau tenaga kesehatan ataupun media cetak maupun elektronik.



1



Menurut data derajat kesehatan tahun 2010 di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per seribu kelahiran hidup, dengan target Nasional adalah 118 pada Tahun 2014. Dan target MDG adalah sebesar 102 sedangkan Angka Kematian bayi (AKB) sebesar 34 per seribu kelahiran hidup, dengan target MDG pada Tahun 2015 adalah 32.



1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa saja yang menjadi indikator kesehatan wanita ? 2. Bagaimana standar pelayanan minimal kesehatan wanita ? 3. Bagaimana keterkaitan MDGS dan SDGS terhadap kesehatan wanita ? 4. Apa saja permasalahan yang berkaitan dengan indikator kesehatan wanita ? 5. Apa saja permasalahan kesehatan wanita yang ada di lapangan ?



1.3 Tujuan 1.3.1



Umum Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami dan mengetahui tentang permasalahan kesehatan wanita yang ada di Indonesia.



1.3.2



Khusus 1. Untuk mengetahui indikator kesehatan wanita 2. Untuk mengetahui standar pelayanan minimal berkaitan dengan kesehatan wanita 3. Untuk mengetahui MDGs dan SDGs terkait dengan kesehatan wanita 4. Untuk mengetahui permasalahan berkaitan dengan indikat or kesehatan wanita 5. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan wanita di Indonesia



2



BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Indikator Kesehatan Wanita Indikator kesehatan wanita adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan wanita dalam populasi tertentu. Adapun indikator kesehatan ibu dapat ditinjau dari pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, AKI, dan tingkat kesuburan. 2.1.1



Indikator Pendidikan Kemiskinan



mempengaruhi



kesempatan



untuk



mendapatkan



pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita terhadap kesehatan, rendahnya pendidikan membuat wanita kurang peduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa. a. Angka melek huruf :



3



Sampai tahun 2004, persentase perempuan yang melek huruf terus mengalami peningkatan, meskipun persentasenya masih lebih rendah dari laki-laki. Secara rasional angka melek huruf sudah mencapai 87,9%, pada laki-laki sebesar 92,3% dan pada perempuan sebesar 83.5%. b. Rata-rata lama sekolah : Tahun efektif bersekolah pada umur 15 tahun sebesar 7.09% dimana pada laki-laki 7,62% dan perempuan 6,57%. Angka ini akan menunjukkkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk mencapai jenjang pendidikan kelas I SLTP. c. Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan : Pada tahun 2003 penduduk usia lebih dari 10 tahun yang berpendidikan SLTP hanya sebanyak 36,21%, pada laki-laki sebesar 39.87% dan pada perempuan 32.57%.



Kondisi ini menunjukkan bahwa taraf pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki, hal ini dikarenakan terbentuk kontruksi yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita untuk meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan sendiri. Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah. Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan wawasan



yang semakin



luas, pendidikan dapat



meningkatkan status sosial dan kedudukan seorang perempuan didalam masyarakat sehingga perempuan dapat meningkatkan aktifitas sehari-hari maupun aktifitas sosialnya. Menurut profil klasifikasi perempuan diberbagai negara



menunjukkan



bahwa pendidikan, pekerjaan dan



kesehatan



perempuan Indonesia dinilai sangat buruk.



2.1.2



Indikator Penghasilan Penghasilan



perempuan



meningkat,



maka



pola



pemenuhan



kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan kebutuhan pokok saja, menjadi



4



pemenuhan kebutuhan lain, khususnyapeningkatan kesehatan perempuan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial ekonomi , dimana sering kali status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan pada wanita. Misalnya banyak kejadian anemia defisiensi ferum (zat besi) pada wanita usia subur yang sering kali disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu hamil akan lebih memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu. Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepatcepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan. 2.1.2.1 Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk



Indonesia



diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah pekerjaan wanita



5



yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit 2.1.2.2 Beban Kerja yang berat Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.



2.1.3



Indikator Angka Kematian Ibu Kehamilan, persalinan dan



nifas merupakan



penyebab



kematian, penyakit dan kecacatan pada perempuan usia reproduksi di Indonesia. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 melaporkan angka kematian ibu (AKI) sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 sebesar 226/100.000 kelahiran hidup. Menurut WHO penyebab tingginya angka kematian ibu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu infeksi, perdarahan dan penyulit persalinan sedangkan 5 penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan postpartum, sepsis puerperal, abortus, eklamsia, dan persalinan terhambat. Rendahnya kualitas hidup sebagian besar perempuan Indonesia disebabkan oleh masih terbatasnya wawasan, lingkungan sosial budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan dan belum dipahaminya konsep gender di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga. Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu kerena kehamilan, persalinan, nifas dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dengan persen atau permil. Kasus kekerasan dalam keluarga, perdagangan, tekanan budaya, adat istiadat, pendidikan rendah dan dominasi pria dalam rumah tangga masih menimpa sebagian besar perempuan. Pemerintah daerah belum memiliki



6



kesungguhan



mengangkat



harkat



dan



keijakan



perempuan



secara



keseluruhan terutama menekan angka kematian ibu melahirkan. Angka kematian ibu (AKI)adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100 000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan. Indikator ini dapat dilakukan pada daerah yang kelahiran hidupnya minimal 100.000. Bagi yang < 100.000 kelahiran hidup dianjurkan untuk menghitung jumlah absolute kematian ibu saja atau menggunakan indicator antara misalnya persalinan tenaga kesehatan. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Definisi Operasionalnya adalah Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Sumber datanya dapat diperoleh dari Survey dan atau Catatan kematian Ibu hamil atau melahirkan pada bidan, dokter atau sarana kesehatan Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Bahkan jumlah perempuan Indonesia yang me¬ninggal saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Propinsi di Indonesia dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Propinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di



7



Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu sebesar 104/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Sulawesi-Selatan, 2008). Tingginya angka kematian ibu tersebut berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan karena satu atau lebih anak menjadi piatu, penghasilan keluarga berkurang atau hilang sama sekali. Ditambah lagi saat ini jumlah perempuan yang bekerja makin banyak sehingga kontribusi mereka terhadap kesejahteraan keluarga juga meningkat. Setiap tahun diperkirakan satu juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka. Anak-anak yang ibunya meninggal kurang mendapat perhatian dan perawatan dibandingkan dengan yang memiliki ibu yang masih hidup . Kematian



maternal



juga



sering



dipakai



sebagai



indikator



kesejahteraan rakyat atau kualitas pembanguan Manusia (IPM/HDI), hal ini didasarkan angka kematian maternal sangat erat kaitannya dengan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian maternal, seperti Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku KIA, Safe Motherhood: Partnership Family Approach,Penempatan bidan di desa, Maternal and Neonatal Health (MNH), Making Pregnancy Safer (MPS), dan program-program lainnya. Namun program dan strategi tersebut belum mampu mempercepat penurunan angka kematian ibu. Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks, secara garis besar faktor determinan kematian maternal digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non-medis/tidak langsung. Faktor medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan, melahirkan dan sesaat setelah melahirkan.



8



Faktor reproduksi ibu turut menambah besar risiko kematian maternal. Jumlah paritas satu dan Paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal dibanding paritas 2-3, selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal, sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian diidentifikasi sebagai 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak) Selain faktor medis dan reproduksi, faktor non-medis turut menambah parah risiko kematian maternal. faktor non-medis/tidak langsung tersebut yaitu kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, Kedudukan dan peran wanita, kondisi geografis, dan transportasi, ini kemudian diidentifikasi sebagai tiga terlambat (3T). Hal ini sesuai dengan penelitian Widarsa (2002) yang menyatakan bahwa frekuensi ANC < 4 kali memiliki risiko kematian ibu dengan OR 11,7. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu Faktor-faktor diataslah yang kemudian turut berkontribusi dan mempertinggi risiko kematian maternal, padahal pada dasarnya faktorfaktor tersebut dapat mudah untuk dicegah dan dihindarkan. Kematian maternal yang disebabkan oleh faktor-faktor yang seharusnya dapat dihindari, atau peluang yang terlewatkan maupun pelayanan dibawah standar, harus dapat ditemukan masalahnya. Oleh sebab itu penting dilakukan upaya untuk identifikasi seberapa besar faktor risiko tersebut terhadap kejadian kematian maternal. 2.1.4



Indikator Usia Harapan Hidup Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.



9



Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia. Berdasarkan data, wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan masyarakat. Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia.Berdasarkan data, wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan masyarakat. Hal-hal yang berpengaruh penting pada kelangsungan hidup yang lebih lama. Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor: a. Pola Makan b. Penyakit bawaan dari lahir: mereka yang diberi berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalani hidup lebih panjang adalah orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif. Yaitu penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker, jantung koroner, diabetes dan stroke c. Lingkungan Tempat Tinggal d. Strees Atau Tekanan Faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhi dan berhubungan dengan usia harapan hidup : 1) Gizi



10



Melewati kehidupan di dunia hingga usia 100 tahun mungkin menjadi harapan sebagian manusia. Mereka berpendapat bahwa dengan semakin panjang umur semakin banyak hal-hal yang dapat dilakukan, terlepas itu perbuatan yang baik maupun buruk. Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor. Tapi yang paling berpengaruh adalah pola makan. a. Orang-orang lanjut usia ini mulai mengurangi konsumsi kalori dengan hanya memakan kacang-kacangan (kedelai), makan ikan dan minum teh hijau maupun teh hitam. b. Melakukan puasa seperti yang dilakukan umat Islam pada bulan Ramadhan. c. Melakukan diet terhadap jenis makanan goreng-gorengan, selain juga mengurangi porsi makan sehari-hari. d. Pada awal usia 50 tahunan, disaat proses metabolisme tubuh sudah mulai lambat, mereka banyak makan makanan yang mengandung zat anti oksidan yang bermanfaat bagi tubuh. e. Makan ikan yang mengandung zat omega 3 yang sangat tinggi, yang dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh. f. Mereka juga memangkas konsumsi protein dan lemak dalam tubuh, dengan cara mengurangi makanan yang mengandung lemak dan protein hewani, seperti telor, susu, daging, keju, dsb. g. Menyarankan agar para manula tersebut mulai kembali ke makanan ‘back to nature’ atau kembali ke alam. Diantaranya degan cara mengkonsumsi makanan tanpa dimasak atau menjadi seorang vegetarian.



2) Merokok Merokok mengurangi usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Atau kalau anda tidak merokok berarti menambah usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Demikian antara lain hasil penelitian selama 50 tahun di Inggris mengenai dampak merokok terhadap kesehatan. Hasil penelitian yang



11



dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris ini menunjukkan, terdapat 20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok. Penelitian terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang tidak merokok. Penelitian ini dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok dan kanker paru-paru. Temuan ini sangat penting untuk mendorong orang berhenti merokok. Penelitian ini melibatkan sekitar 35 ribu dokter di Inggris yang lahir antara tahun 1900 dan 1930. Para ilmuwan memantau kebiasaan merokok mereka selama lebih dari 50 tahun. Dan data paling akhir menunjukkan resiko yang ada jauh lebih besar dari perkiraan awal. Sir Richard Peto, yang terlibat dalam penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, temuan yang ada menunjukkan berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup. “Bahkan setelah 20 tahun, bila anda berhenti merokok, anda bisa menghindari sembilan dari 10 resiko yang ada. Jika anda berhenti merokok setelah 10 tahun, anda bisa terbebas dari hampir semua resiko yang ada. Masalahnya



adalah



begitu



orang



merokok,



susah



untuk



menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang mengaku tak bisa berhenti merokok,” katanya. Mereka yang berhenti merokok pada usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negatif terhadap kesehatan bisa diminimalkan. Ada sekitar 20 penyakit yang terkait dengan merokok ini, antara lain penyakit jantung, stroke, dan berbagai macam kanker. Di negara berkembang dewasa ini, semakin banyak orang merokok. Sejak penelitian ini dilakukan, diperkirakan 100 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat merokok. “Kematian itu disebabkan merokok telah dibuktikan sebagai penyebab berbagai penyakit saluran pernapasan seperti penyakit paru obstruktif menahun, kanker paru, dan diyakini merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung, stroke, dan berbagai penyakit kronis lain”.



12



3) Menapause Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan



status



kesehatan



dan



gizi



masyarakat



antara



lain



meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun. Disamping itu terjadi pula pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada tahun 1980 menjadi 49 tahun pada tahun 2000. Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk. Pada usia 50 tahun, perempuan memasuki masa menopause sehingga terjadi penurunan atau hilangnya hormon estrogen yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Padahal estrogen tersebut mempunyai manfaat yang beragam, sehingga menurunnya produksi hormon akan berpengaruh terhadap beberapa perubahan penting dalam tubuh. Gejala gejala awal kurangnya estrogen : -



Wajah kemerahan



-



Keringat pada malamm hari



-



Rasa sakit dan nyeri (nyeri tulang dan sendi)



-



Kekeringan didaerah vagina



-



Masalah kandung kemih



-



Hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri



-



Kulit kering



-



Gangguan tidur



-



Emosi yang mudah berubah-rubah



-



Perdarahan menstruasi yang tidak teratur



-



Gejolak panas di dada dan muka (hot flushes)



13



-



Sakit kepala



-



Mudah pingsan



-



Depresi



-



Daya ingat menurun



-



Sulit konsentrasi



-



Penyakit jangka panjang seperti tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus besar.



-



Gangguan tidur



-



Emosi yang mudah berubah-rubah



-



Perdarahan menstruasi yang tidak teratur



-



Gejolak panas di dada dan muka (hot flushes)



-



Sakit kepala



-



Mudah pingsan



-



Depresi



-



Daya ingat menurun



-



Sulit konsentrasi



-



Penyakit jangka panjang seperti tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus besar. Anda dapat mengukur kadar estrogen dengan berkonsultasi pada



dokter yang akan melakukan pemeriksaan darah sederhana. Bila anda telah mengetahui penyebab timbunya gejala-gejala tersebut, anda dapat memulai usaha untuk mengatasinya. Olahraga merupakan hal yang penting, tidak saja untuk kesehatan umum anda, tetapi juga memperbaiki densitas/kepadatan tulang anda dan menghilangkan gejala-gejala menopause. Diet tradisional Asia tampaknya memberi keuntungan yang penting. Diet Asia ini: -



Mengandung kurang dari 20% kalori yang berasal dari lemak



-



Membatasi masukan daging



-



Kaya akan berbagai macam buah, sayur serta kacang-kacangan



-



Memasukan menu dari tahu atau olahan kedelai paling tidak sekali sehari. (Produk olahan kedelai mengandung fitoestrogen,



14



yang merupakan sebuah tipe hormon tanaman yang diyakini bermanfaat bagi menopause. Namun demikian, preparat tersebut belum terbukti keuntungannya untuk mengatasi osteoporosis dan efek kardiovaskuler akibat menopause. -



Hindari fakor-faktor yang memicu gejala-gejala menopause anda.kemerahan pada wajah dapat di picu oleh makanan nyang panas atau pedas. Alkohol, kafein dan gula juga dapat memicu kemerahan pada wajah.



-



Krim vagina dan jel dapat di gunakan untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina.. Preparat tersebut juga dapat di gunakan pada saat berhubungan seksual, untuk mengurangi rasa sakit



4) Osteoporosis Seiring meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, masalah osteoporosis/tulang keropos perlu mendapat perhatian serius. Semakin tua seseorang, semakin mudah terserang osteoporosis. Orang lanjut usia merupakan sasaran paling rapuh untuk terkena osteoporosis. Ketika perempuan mencapai usia 80 tahun, ia mengalami resiko 40% mengalami 1 atau lebih patah tulang belakang. Data dunia juga menyebutkan satu dar tiga wanita beresiko terkena osteoporosis. Kunci utama untuk melawan rapuh tulang diantaranya:



2.1.5



-



Perhatikan gaya hidup



-



Perhatikan pola makan



-



Aktifitas fisik.



Tingkat Kesuburan Begitu banyak pasangan suami istri yang sangat menginginkan kehadiran si buah hati namun belum juga dikaruniani seorang anak. Banyak pula dari mereka yang mengikuti beberapa program guna mengharapkan terjadinya suatu kehamilan. Kemandulan atau ketidak suburan sering kali



15



hanya dituduhkan ke pihak wanita, padahal pihak pria juga memiliki faktor penyebabnya. Namun disini kita tidak akan membahas tentang hal tersebut. Kita hanya membedah seputar masalah masa subur wanita yang biasanya dijadikan tolak ukur untuk pasangan suami istri melakukan kegiatan seksual dengan harapan terjadi suatu kehamilan. Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara. Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara: 1. Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi 2. Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum 3. Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan 4. Membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas. Fakta membuktikan bahwa wanita yang sedang dalam masa subur biasanya bersikap lebih tajam terhadap wanita lain. Pada saat ovulasi (sekitar hari ke-12 sampai 21 siklus menstruasi) perasaan ingin bersaing dengan wanita lain semakin tinggi. Pada masa ovulasi, wanita sering memberikan komentar yang buruk ketika dimintai pendapat tentang wanita lain. Pemilihan kontrasepsi alat suntik dan pil sangat mempengaruhi kesuburan wanita. Jika ingin membuat jeda waktu untuk terjadinya suatu



16



kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, sebaiknya konsultasikan dulu berbagai efek pemakaian dan pasca pemakaian dari masing-masing jenis alat. Berat badan juga mempengaruhi kesuburan. Sebuah penelitian mengatakan 12% masalah ketidaksuburan disebabkan oleh masalah berat badan. Terlalu kurus bisa membuat siklus haid wanita tidak teratur dan bisa melahirkan bayi yang juga memiliki berat badan rendah. Sebaliknya terlalu gemuk juga tidak berakibat baik untuk kesuburan karena keseimbangan hormon terganggu dan berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan diabetes semasa hamil. Wanita yang minum empat gelas kopi per hari memiliki risiko tidak subur lebih besar. Sebabnya, kafein mengurangi kandungan darah dalam hormon prolactin. Rendahnya hormon prolactin berhubungan dengan semakin rendahnya tingkat kesuburan. Jadi pilihan makanan juga turut mempengaruhi kesuburan.



2.2 Standar Pelayanan Minimal Selain belum adanya data AKI yang bisa diandalkan, tantangan lain bagi isu kesehatan ibu adalah rendahnya continuum of care kebidanan, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai birth preparedness dan emergency readiness, adanya disparitas antar provinsi, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi pada hampir semua indikator penting, dan perpindahan dari Jampersal (jaminan persalinan) ke JKN yang memiliki cakupan pelayanan persalinan yang berbeda.



2.3 Millenium Development Development Goals 2016 



Goals



2000



dan



Sustainable



Pada MDGs 2000 - 2015 Agenda pembangunan global yang dikenal dengan nama Millenium



Development Goals (MDGs) yang dicanangkan tahun 2000 yang lalu akan berakhir tahun ini, tahun 2015. Agenda pembangunan milenium tersebut adalah sebagai berikut: 17



1.



Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan



2.



Mencapai pendidikan dasar untuk semua



3.



Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan



4.



Menurunkan angka kematian anak



5.



Meningkatkan kesehatan ibu



6.



Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya



7.



Menjamin kelestarian lingkungan hidup



8.



Membangun kemitraan global untuk pembangunan Agenda kesehatan terdapat pada tujuan nomor 4, 5, dan 6. Indonesia



merupakan salah satu negara yang ikut dalam MDGs dan komitmen mencapai



indikator-indikatornya,



antara



lain



dengan



dibangunnya



sekretariat MDGs Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Meskipun belum ada laporan pencapaian akhir MDGs 2015, namun jika diproyeksikan, relatif masih banyak target MDGs yang belum terpenuhi, khususnya bidang kesehatan. Pencapaian Goal 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu memiliki beberapa indikator yang masih jauh dari target. Berdasarkan survei SDKI, AKI di Indonesia menurun yaitu dari 390 (SDKI 1994) menjadi 228 (SDKI 2007), tetapi kemudian menunjukkan peningkatan menjadi 359 (SDKI 2012). Perlu usaha ekstra keras untuk mencapai target 102 per 100.000 kelahiran hidup. Seperti kita ketahui target Millenium Development Goal’s (MDG’s) salah satunya adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun 1990 AKI di Indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG’s di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan analisis trend penurunan AKI periode 1900 – 2015 ternyata diperkirakan hanya akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG’s tetang AKI di Indonesia sulit tercapai (Bapenas, 2007). Meskipun banyak target yang belum tercapai, negara-negara di dunia tetap berkomitmen melanjutkan agenda pembangunan global Milenium Development



Goals



(MDGs)



dalam



bentuk



agenda



pembangunan



18



berkelanjutan yang disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Agenda pembangunan ini menambahkan tujuan yang lebih luas dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keberlanjutan sosial. Selain itu SDGs menggunakan indikator pencapaian yang lebih tinggi daripada MDGs. Hal ini menjadi tantangan bagi negara-negara maju yang sudah mencapai target MDGs dengan baik serta PR besar untuk negara berkembang dan miskin yang bahkan memiliki beberapa capaian MDGs dibawah indikator yang ditargetkan. 



Pada SDGs 2016 - 2030



Tujuan terkait bidang kesehatan adalah goal 3, yaitu pastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua pada segala usia. Tujuan 3 ini terdiri dari 13 indikator pencapaian, yaitu sebagai berikut: 1. Pada tahun 2030, terjadi penurunan rasio kematian ibu yang kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup 2. Pada tahun 2030, mengakhiri dan mencegah kematian bayi dan balita 3. Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, TB, malaria dan penyakit tropis lainnya, memberantas hepatitis, penyakit yang ditularkan dengan perantara air, dan penyakit menular lainnya 4. Pada tahun 2030, mengurangi sepertiga kematian dini akibat penyakit tidak



menular,



melalui



pencegahan



dan



pengobatan,



dan



mempromosikan kesehatan mental dan kebahagiaan 5. Penguatan pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan obat, termasuk penyalahgunaan obat narkotika, dan penggunaan alkohol yang berbahaya 6. Pada tahun 2020, pengurangan setengah angka kematian dan lukaluka akibat kecelakaan lalu lintas 7. Pada tahun 2030, menjamin akses untuk semua pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana, informasi dan pendidikan, dan mengintegrasikan kesehatan reproduksi dalam program nasional dan strategis



19



8. Mencapai pelayanan kesehatan untuk semua (Universal Health Coverage), termasuk proteksi resiko finansial, akses kepada pelayanan kesehatan esensial yang berkualitas, dan akses yang aman, efektif, berkualitas, dan obat-obat esensial dan vaksin yang terjangkau untuk semua 9. Pada tahun 2030, pada hakikatnya mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat unsur kimia berbahaya, dan udara, air, dan tanah yang terkena polusi dan kontaminasi 10. Penguatan implementasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) pada seluruh negara peserta 11. Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat penyakit menular maupun tidak menular terutama pada negara berkembang, menyediakan akses terutama obat esensial dan vaksin, berkenaan dengan Deklarasi Doha yang menegaskan hak negara berkembang menggunakan persyaratan penuh pada persetujuan TRIPS sehubungan dengan mudah disesuaikan untuk melindungi kesehatan masyarakat khususnya menyediakan akses obat untuk semua 12. Peningkatan anggaran kesehatan secara substantif, dan merekrut, mengembangkan, melatih, danretention SDM kesehatan di negara berkembang, khusunya LDCs dan SIDS 13. Penguatan kapasitas semua negara, khususnya negara berkembang untuk peringatan dini, pengurangan resiko, dan manajemen resiko kesehatan global dan nasional. Terlihat sekali indikator kesehatan SDGs begitu beragam menjangkau semua permasalahan kesehatan yang sebelumnya tidak ditemukan di MDGs. Indikator tersebut antara lain terkait penyalahgunaan NAPZA, Universal Helath Coverage (UHC) yang di Indonesia dikenal dengan nama Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).



2.4 Masalah yang berhubungan dengan indikator 1. Gender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai suatu



20



kontruksi sosial mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran gender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda. 2. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan: 



Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi







Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.







Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.



3. Pendidikan yang rendah. Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat. 4. Kawin muda Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.



21



5. Kekurangan Gizi dan Kesehatan yang Buruk. Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit. 6. Beban Kerja yang berat. Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.



22



BAB 3 Analisa Lapangan 3.1 Masalah yang berhubungan dengan kesehatan wanita di masyarakat 3.1.1



Pendidikan Jenjang Pendidikan Lulusan SD Lulusan SMP Lulusan SMA Lulusan Diploma Lulusan Universitas



Persentase 30,79% 75,69% 18,59% 2,74% 3,02%



Sumber : BPS (2009) Angka partisipasi perempuan sekolah Usia 13-15 16-18



Presentase 91,85 % 64,15



Sumber : BPS (2013) Perbandingan lulusan Diploma 3 dan 4 , serta S1 S2 S3 Laki-laki Perempuan



5,58 % 5,49 %



Sumber : BPS (2009) 3.1.2



Penghasilan Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan 51 % baik itu sektor formal maupun informal. Menurut Dr Contreras Suarez, salah satu peneliti yang dikutip Phys.org ditemukan bahwa rata-rata penghasilan wanita Indonesia lebih rendah 42% dibanding laki-laki



3.1.3



Angka Kematian Ibu Angka kematian ibu di Indonesia masih jauh lebih tinggi daripada negara asia Tenggara lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelompok kehamilan berrisiko. Kelompok kehamilan risiko tinggi di Indonesia pada tahun 2007 sekitar 34%. Kategori dengan risiko tinggi tunggal mencapai 22,4%, dengan rincian umur ibu 34 tahun sebesar 3,8%, jarak kelahiran < 24 bulan sebesar



23



5,2%, dan jumlah anak yang terlalu banyak (>3 orang) sebesar 9,4% (BkkbN, 2008) 3.1.4



Usia Harapan Hidup Usia harapan hidup perempuan 71,74 tahun , angka melek perempuan hanya 90,52 , rata-rata lama sekolah perempuan 7,5 tahun



3.1.5



Tingkat kesuburan



24



BAB 4 Kesimpulan



25



BAB 5 Penutup 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran



26



Daftar Pustaka



27