Indikator Prestasi Belajar Dan Evaluasi Kognitif, Afektif, Dan Psikomotorik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Indikator Prestasi Belajar dan Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, serta Psikomotorik”. Makalah ini dibuat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai psikologi pendidikan berkenaan dengan evaluasi prestasi belajar dalam ranah kognitif, afejtif, serta psikomotorik. Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Materi yang kami paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii BAB 1 ......................................................................................................................................... 1 A.



Latar Belakang ................................................................................................................................ 1



B.



Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 2



C.



Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 2



BAB 2 ......................................................................................................................................... 3 A.



Prestasi Belajar................................................................................................................................ 3



B.



Evaluasi Prestasi Belajar ................................................................................................................. 3



C.



Indikator Prestasi Belajar ................................................................................................................ 4



BAB 3 ....................................................................................................................................... 16 A.



Kesimpulan ................................................................................................................................... 16



B.



Saran ............................................................................................................................................. 16



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 18



ii



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah aspek penting dalam pembangunan nasional dan kemajuan Negara itu sendiri. Selain itu, pendidikan bukan hanya sekadar proses pencapaian ilmu pengetahuan namun juga sebagai lembaga pembentuk kematangan sumber daya manusia yang berfungsi untuk intsrumen pembangunan bangsa. Dalam pendidikan terdapat proses belajar yang menjadi inti dalam pendidikan tersebut. Syaiful Bahri Djamarah (1991:21) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah terjadi perubahan dalam diri individu sebaiknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil. Proses belajar adalah proses serangkaian perubahan yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan tersebut mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. maka dari itu prestasi belajar pada siswa sangat penting sebagai bahan pengamatan mengenai perubahan dalam proses belajar sangat penting adanya. Indikator prestasi belajar pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Apa yang telah dicapai oleh siswa dapat melakukan kegiatan belajar, sering disebut prestasi belajar. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek – aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun



kesalahan



yang



sering



terjadi



dalam



pendidikan



adalah



hanya



mengutamakan pendidikan brain based education, yaitu pendidikan hanya sekadar mementingkan nilai akademik hasil belajar tanpa memerhatikan pengaruh sosial, kecerdasan emosional, psikis, dan pembentukan karakter peserta didik. Sedangkan



evaluasi belajar sangat berhubungan erat dengan prestasi belajar.



Dengan adanya evaluasi peserta didik dapat mengetahui sejuah mana kemampuan belajarnya. Ketika hasil evaluasi dirasa kurang cukup, hal itu dapat menjadi dorongan peserta didik untuk belajar lebih giat lagi untuk mencapai prestasi. Selain itu hasil evaluasi belajar



juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses



pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas belajar siswa.



1



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana indikator dan ranah evaluasi prestasi belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui indikator evaluasi prestasi belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.



2



BAB 2 PEMBAHASAN A. Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri atas dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Dengan demikian prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar erat kaitannya dengan perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses tersebut. Kecakapan hasil konkrit yang dicapai siswa oleh siswa dalam proses pembelajaran yang berupa nilai atau angka disebut dengan prestasi belajar. Seperti kata Sardiman (2010: 110) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Sumadi Suryabrata (2006: 06) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah menjalani proses pendidikan secara formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil belajar tersebut berupa angka-angka. Syaiful Bahri Djamarah (2008: 13) juga berpendapat bahwa belajar merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku dari hasil dari pengalaman individu dan lingkungannya yang temasuk dalam kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh perubahan keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, serta kecakapan. B. Evaluasi Prestasi Belajar Edwin Wandt dan Ferald W. Brown (1997) mengemukakan bahwa istilah evaluasi menunjukkan pada suatu pengertian, yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sedangkan Ten Brink dan Terry D (1994) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses pengumpulan informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk pertimbangan dan membuat keputusan. Jadi dapat disimpukan bahwa evaluasi adalah suatu proses penentuan nilai dengan cara mengumpulkan bahan/informasi kemudian dijadikan pertimbangan untuk membuat keputusan. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan kriteria 3



tertentu. Dalam pengertian lain antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian merupakan kegiatan yang bersifat hirarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan. Bercermin pada pembahasan sebelumnya, evaluasi memiliki tujuan dan fungsi yang saling berkaitan. Peserta didik dalam proses belajar memiliki tujuan sesuai materi yang diajarkan dan terimplementasi pada hasil belajar berupa prestasi dengan kriterianya masing-masing. Evaluasi dilakukan ketika prestasi itu muncul dalam bentuk yang berbeda, apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaram atau justru sebaliknya. Peserta didik dengan berbagai wataknya, punya minat dan motivasi yang berbeda, kemampuan yang dimiliki dapat diamati dari hasil prestasi belajar dan evaluasi disini berperan untuk mengukur sampai mana kemampuan peserta didik dan menelaah dorongan dan hambatan apa yang memengaruhi proses belajar. Sedangkan bagi guru, evaluasi yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengetahui bahan bahan pelajaran yang disampaikan apakah sudah dikuasi oleh siswa ataukah belum. Selain itu, apakah kegiatan pegajaran yang dilaksanakannya itu sudah sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum. C. Indikator Prestasi Belajar Menurut Benjamin S. Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullan (2008), hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), serta ranah psikomotor (psychomotor domain). Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar atau hasil belajar harus meliputi aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik. Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah (afektif, kognitif, dan psikomotor) diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu, karena pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang perlu untuk menggunakan alat dan kiat evaluasi. Tabel 1. Indikator-Indikator Prestasi Belajar Jenis Prestasi



Indikator Prestasi Belajar



Ranah Kognitif 1. Knowledge



 Dapat menjelaskan



4



2. Comprehension



 Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri



3. Application



 Dapat memberikan contoh



4. Analysis



 Dapat menggunakan secara tepat



5. Syintesis



 Dapat menguraikan



6. Evaluation



 Dapat mengklasifikasikan/memilahmilah  Dapat menghubungkan  Dapat menyimpulkan  Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)  Dapat menilai berdasarkan kriteria dan strandar melalui memeriksa dan mengkritisi  Dapat menghasilkan



Ranah Afektif 1. Receiving



 Mengingkari



2. Responding



 Melembagakan atau meniadakan



3. Valuing



 Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari



4. Organization 5. Characterizatin Ranah Psikomotorik 1. Keterampilan bergerak dan bertindak 2. Kecakapan



 Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya  Mengucapkan  Membuat mimik dan gerakan jasmani



ekspresi verbal dan non verbal



1. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi, memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.



5



Tujuan ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang peroses berpikir, mulai dari ranah terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud



adalah



pengetahuan/hafalan/ingatan



(knowledge),



pemahaman



(comprehension), penarapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation). 1) Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari seperti nama, istilah, rumus, dan sebagainya. Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Pada jenjang ini peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan dengan hafalan saja. 2) Pemahaman (comprehension) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan dan memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pada jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep. 3) Penerapan (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara menggunakannya secara nyata. Pada jenjang ini peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponenkomponen yang lebih jelas. Pada jenjang ini peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat. 6



5) Sintesis (synthesis) Sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengkombinasikan atau memadukan elemen-elemen secara logis sehingga membentuk suatu pola yang berstruktur. Kemampuan mensintesa merupakan kemampuan berpikir yang berkebalikan dengan kemampuan berpikir analisis. Pada jenjang ini, peserta didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan. 6) Penilaian (evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara, atau metode. Penilaian merupakan jenjang yang paling tinggi dalam ranah kognitif. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan. Tabel 2. Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran dengan Domain Tingkatan Ranah Kognitif Tingkatan Pengetahuan



Deskripsi Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur, dan lain-lain. Contoh kegiatan belajar:



Pemahaman







Mengemukakan arti







Menentukan lokasi







Mendriskripsikan sesuatu



Meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan persamaan dan



perbedaan),



mengidentifikasi



karakteristik,



menggeneralisasi, dan menyimpulkan. Contoh kegiatan belajar:  Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri  Membedakan atau membandingkan  Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri



7



 Menjelaskan gagasan pokok Penerapan



Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kegiatan belajar:



Analisis







Menghitung kebutuhan







Melakukan percobaan







Membuat model







Merancang strategi



Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan, dan menunjukkan hubungan antarbagian tersebut. Contoh kegiatan belajar:



Sintesis







Mengidentifikasi faktor penyebab







Merumuskan masalah







Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi







Mengkaji ulang



Menggabungkan



berbagai



informasi



menjadi



satu



kesimpulan/konsep atau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru. Contoh kegiatan belajar:  Membuat desain  Menemukan solusi masalah  Menciptakan produksi baru  Mengarang/melukis/menggambar Penilaian



Mempertimbangkan dan menilai objek studi terkait benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat. Contoh kegiatan belajar:  Mempertahankan pendapat  Membahas suatu kasus  Memilih solusi yang lebih baik  Menulis laporan



Untuk mengukur penguasaan kognitif dapat digunakan tes lisan dan tes tertulis untuk mengetahui taraf atau tingkat serap peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan pengetahuan kognitif, serta portofolio. Portofolio merupakan kumpulan dari 8



tugas-tugas peserta didik. Tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, peserta didik menilai kemajuannya sendiri, dan menilai sejumlah karya peserta didik. Dengan kata lain, semua tugas yang dikerjakan peserta didik dikumpulkan dan di akhir program pembelajaran diberikan penilaian. Jadi, portofolio merupakan alat pengukuran dengan melibatkan peserta didik untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. 2. Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar mengajar. Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netra. Tentu diharapkan sikap peserta didik terhadap sema mata pelajaran positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, guru memiliki tugas untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian akan terjadi usaha sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi



ranah



afektif



(menerima/memperhatikan),



menjadi



5



responding



kategori



yaitu



(menanggapi),



receiving/attending valuing



(menilai),



organization (mengatur/mengirganisasikan), dan characterization (karakteristik).



9



1) Receiving Receiving adalah tingkat afektif paling rendah yang merupakan kepekaan seseorang dalam menerima stimulus (rangsangan) dari luar yang datang kepada peserta didik, meliputi penerimaan masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Receiving sering diartikan juga sebagai kemampuan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik yang memiliki kemampuan untuk menerima dan memperhatikan materi yang diajarkan kepada mereka ketika mendengarkan penjelasan pendidik. Pada tingkat ini pendidik bertugas untuk mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif. 2) Responding Responding



adalah



kemampuan



yang



dimiliki



oleh



seseorang



untuk



mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Hal ini dapat dicontohkan dengan peserta didik yang mengumpulkan laporan/tugas tepat pada waktunya. 3) Valuing Valuing artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek. Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan, dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses pembelajaran. 4) Organization Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan perkembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dari prioritas nilai yang telah dimiliki. Hasil pembelajaran pada 10



tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup. 5) Characterization Characterization (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. ini telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah memengaruhi emosinya. Characterization merupakan tingkatan afektif tertinggi karena sikap batin peserta didik telah benarbenar bijaksana. Kategori ini mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga dapat menginternalisasikannya dalam diri dan menjadikannya sebagai pedoman yang nyata dan jelas dalam kehidupan. Kemampuan tersebut sulit dituangkan, karena mengandung unsur kebiasaan yang baru dibentuk setelah waktu yang cukup lama, misalnya kemampuan untuk menunjukkan kerajinan, ketelitian, dan disiplin dalam kehidupan pribadi. Dalam proses pembelajaran terdapat empat tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri dan nilai. a. Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999).



Sikap dapat dibentuk melalui cara



mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Misalnya objeknya adalah sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seharusnya sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih positif dibanding sebelum mengikuti proses pembelajaran tersebut. Perubahan sikap ini merupakan indikator keberhasilan pendidik dalam proses pembelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan lebih mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan



11



b. Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas tanpa ada yang memerintah. Minat berhubungan dengan perhatian, seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Penilaian minat dapat digunakan untuk mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam proses pembelajaran, mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya, dan pertimbangan jurusan serta pelayanan individual peserta didik. c. Konsep Diri Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Konsep diri ini penting bagi peserta didik untuk menentukan jenjang karir mereka yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif yang tepat bagi dirinya. Informasi tentang konsep diri pada peserta didik ini penting bagi pendidik untuk memberikan motivasi kepada peserta didik dengan tepat. Dengan penilaian konsep diri pendidik mampu mengenal kelebihan dan kelemahan peserta didik serta peserta didik dapat merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai. d. Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek. Menurut Rokeach (1968), nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.



12



Tabel 3. Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran dengan Domain Tingkatan Aspek Afektif Tingkatan Receiving



Deskripsi Kepekaan



(keinginan



fenomena/stimult



menerima/memperhatikan)



menunjukkan



perhatian



terhadap



terkontrol



dan



terseleksi. Contoh kegiatan belajar :  Sering mendengarkan musik  Senang membaca puisi  Senang mengerjakan soal Bahasa Indonesia  Ingin menonton sesuatu  Senang menyanyikan lagu Responding



Menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar). Contoh kegiatan belajar :  Mentaati aturan  Mengerjakan tugas  Mengungkapkan perasaan  Menanggapi pendapat  Meminta maaf atas kesalahan  Mendamaikan orang yang bertengkar  Menunjukkan empati  Menulis puisi  Melakukan renungan  Melakukan introspeksi



Valuing



Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti. Contoh kegiatan belajar : 



Mengapresiasi seni







Menghargai peran







Menunjukkan perhatian







Menunjukkan alasan







Mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik



13



Organization







Menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran ham







Menjelaskan alasan senang membaca novel



Mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, menentukan hubungan antarnilai, memantapkan suatu nilai. Contoh kegiatan belajar : 



Rajin, tepat waktu







Berdisiplin diri mandiri dalam bekerja secara independen







Objektif dalam memecahkan masalah







Mempertahankan pola hidup sehat







Menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan







Menyarankan pemecahan masalah







Menilai kebiasaan konsumsi







Mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antarteman



3. Ranah Psikomotorik Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemapuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik). Simpson (1956) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Menurut klasifikasi Simpson aspek psikomotor terdiri atas tujuh tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. ketujuh tingkatan tersebut yaitu: a. Persepsi (perception) Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulation) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada. Misalnya, siswa akan mampu 14



membedakan antara huruf D dan G atau antara bentuk angka 6 dan 9 yang ditulis di papan tulis. b. Kesiapan (set) Mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental. Misalnya, siswa akan mampu mengambil posisi tubuh yang tepat, sebelum meninggalkan garis start dalam perlombaan lari cepat. c. Gerakan terbimbing (guide response) Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh menurut contoh



yang telah



diberikan. Misalnya, siswa akan mampu membaca puisi dengan menggunakan ekspresi yang sesuai setelah melihat tayangan video pembacaan puisi. d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response) Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapat latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggotaanggota tubuh. Misalnya, siswa akan mampu membaca puisi dengan ekspresi yang sesuai setelah beberapa kali melakukan latihan. e. Gerakan yang kompleks (complex response) Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien yang dinyatakan dalam beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur dan sempurna. f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment) Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. Misalnya, seorang siswa yang sedang bermain peran pada materi drama menyesuaikan ekspresi wajahnya dengan suasana dan isi dialog. g. Kreativitas (creativity) Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri.



15



BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Evaluasi prestasi belajar, baik pada anak, remaja ataupun dewasa pada dasarnya akan menyentuh tiga ranah psikologi yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Pada ranah kognitif setiap evaluasi yang dilakukan rata-rata untuk mengetahui kemampuan berpikir peserta didik dimulai dari mengingat sampai mengevaluasi karena ranah kognitif berhubungan dengan kegiatan mentan (otak). Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang peroses berpikir, mulai dari ranah terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), penarapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation). Pada ranah afektif evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menginternalisasi dan karakterisasi hasil belajarnya. Ranah afektif berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta penerimaan atau penolakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu receiving/attending (menerima/memperhatikan), responding (menanggapi), valuing (menilai),



organization



(mengatur/mengirganisasikan),



dan



characterization



(karakteristik). Sedangkan pada ranah psikomotor evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan hasil belajar siswa yang dilihat dari psikomotoriknya. Menurut klasifikasi Simpson aspek psikomotor terdiri atas tujuh tingkatan yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guide response), gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan yang komplek (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjustment), serta kreativitas (creativity). B. Saran Dalam hasil pembelajaran, pendidik tidak hanya memerhatikan kecakapan dan kemampuan siswa dalam pengetahuan saja, tetapi pendidik juga harus memerhatikan pengaruh sosial, kecerdasan emosional, psikis, dan pembentukan karakter peserta didik dengan melakukan evaluasi pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal tersebut bertujuan mendorong siswa untuk melakukan proses 16



pembelajaran dengan lebih giat dan lebih baik lagi, mendorong guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, serta mendorong sekolah untuk meningkatkan mutu sistem pembelajaran.



17



DAFTAR PUSTAKA Nurussyfa Mutiara, Arivia et.all Evaluasi Pembelajaran (Evaluasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik). Retrieved November 10, 2019, from www.academia.edu: https://www.academia.edu/32459285/EVALUASI_PEMBELAJARAN_EVALUASI_KOGNITIF_AF EKTIF_DAN_PSIKOMOTORIK Mahirah. (2017, Desember 02). Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Jurnal Idaarah, Vol. 1 , 258259. Mundasir, T. (2017, Oktober 10). Aspek Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Retrieved November 08, 2019, from wordpress.com: https://teukumundasir.wordpress.com/2017/10/10/aspek-hasil-belajar-ranah-kognitifafektif-dan-psikomotor/ Nurwati, A. (2014, Agustus 02). Penilaian Rnah Psikomotorik Siswa dalam Pelajaran Bahasa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 9. Putri, M. S. (2015, November 30). Ranah Penilaian Kognetif, Afektif, dan Psikomotorik. Retrieved November 09, 2019, from blogspot.com: http://meldasyahputri.blogspot.com/2015/11/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik.html Silpia Deka Putri dan Neviyarni. (2015, Maret 07). Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Konseling, Vol. 2 No. 1, 225. Sukanti. (2011). Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1, 75-76.



18