Infeksi Traktus Genetalis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2007). Dalam persalinan sering terjadi perlukaan pada perineum baik itu karena robekan spontan maupun episiotomi. Di Indonesia laserasi perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2013). Infeksi post partum terjadi di traktus genetalia setelah kelahiran yang diakibatkan oleh bakteri, hal ini akan meningkatkan resiko infeksi post partum yang salah satunya disebabkan oleh penyembuhan luka laserasi perineum yang tidak optimal dan dapat menyebabkan syok septic.Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2012) angka kejadian infeksi karena ruptur perineum di Jawa Timur masih tinggi, trauma perineum atau ruptur perineum dialami 70% wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak mengalami trauma perineal. Kebanyakan morbiditas maternal setelah trauma perineal tetap tidak terlapor ke professional kesehatan.jumlah kematian maternal pada tahun 2012, menunjukan bahwa tercatat sebesar 116/100.000 kelahiran hidup(Cuningham, 2010).



BAB II TINJAUAN TEORI



A. INFEKSI TRAKTUS GENETALIS 1. Definisi Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis.Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan. 2. Macam-macam infeks traktus genetalia a. Servisitis 1) Pengertian Servisitis Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seks. Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. 2) Etiologi Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama



yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. 3) Manifestasi klinis a) Terdapatnya keputihan (leukorea) b) mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan) c) pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah d) pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks. 4) Patofisiologi Proses inflamasi atau peradangan merupakan bagian dari respons imun untuk melawan agen penyebab infeksi atau zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Proses ini melibatkan sel leukosit dan produk darah lain seperti protein plasma. Migrasi sel leukosit ke tempat inflamasi diikuti dengan vasodilatasi pembuluh darah serta peningkatan aliran darah.Aktivasi proses inflamasi dimulai ketika reseptor yang berada di sel imun mendeteksi molekul patogen yang diikuti dengan produksi mediator inflamasi seperti sitokin Interferon (IFN)-tipe I. Setelah respon imun alamiah muncul, tubuh akan membentuk respon imun adaptif yang lebih spesifik dengan melibatkan sel limfosit T dan sel limfosit B. Berdasarkan jenis antigennya, limfosit T yang naif akan berubah menjadi sel limfosit T helper (Th)-1,2 dan 17 atau sel limfosit T sitotoksik. Sedangkan sel limfosit B akan membentuk antibodi yang dapat melawan patogen atau zat berbahaya tersebut.Proses inflamasi akan mereda setelah patogen atau zat berbahaya hilang. Namun, bila stimulus menetap, proses inflamasi akan terjadi terus-menerus dan bersifat kronis.



5) Penatalaksanaan Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan trakhelorania. Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks 6) Faktor Resiko Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu: a)



Usia



b)



Jumlah perkawinan



c)



Hygiene dan sirkumsisi



d)



Status sosial ekonomi



e)



Pola seksual



f)



Terpajan virus terutama virus HIV



g)



Merokok 7) Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam(Sarwono, 2012) 8) Komplikasi a) Radang pinggul b) Infertilitas c) Kehamilan ektopik d) Nyeri panggul kronik



b. Adnexitis 1) Pengertian adnexitis Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi bersamaan.Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya.Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya. 2) Etiologi Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom. a) Ganti-ganti pasangan seks. b) Pasangan seksnya c) menderita



infeksi



Chlamidia



ataupun



gonorrhea



(kencing



nanah).Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease. d) Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya terinfeksi lewat cara lain. 3) Manifestasi Klinis. a) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre menstrual syndrome) b) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina. c) Nyeri saat berhubungan intim



d) Demam e) Nyeri punggung. f)



Keluhan saat buang air kecil



4) Patofisiologi Organisme Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis naik ke rahim, tuba fallopi, atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas, pemasangan IUD (alat KB), aborsi, kerokan, laparatomi dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Sehingga menyebabkan infeksi atau radang pada adneksa rahim. Adneksa adalah jaringan yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium alias indung telur, tempat dimana sel telur diproduksi. 5) Penatalaksanaan Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia. Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangat diperlukan apabila: a. keluar nanah dari tuba fallopi b. kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi) c. penurunan daya tahan tubuh. 6) Komplikasi a) Radang panggul berulang b) Abses c) Nyeri panggul jangka panjang d) Kehamilan ektopik e) Inertilitas



7) Pencegahan Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki - laki juga perlu membantu agar pasangan tidak tertular. Penangan ini antara lain dapat dilakukan dengan : a) Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks bebas. b) Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul. c) Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan d) Penggunaan kondom saat berhubungan seksual. e) Menjaga kebersihan organ genital(Sarwono, 2012). c. Endometrisis 1) Pengertian endometrisis Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium. 2) Etiologi Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan Terjadinya infeksi endometrium pada saat a) Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.



b) Pada saat terjadi keguguran. c) Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis. 3) Manifestasi Klinis a) Endometritis akut.  Demam.  Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor yang purulent.  Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.  Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.  Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya. b) Endometritis Kronik  pada tuberkulosis.  jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus  jika terdapat korpus alienum di kavum uteri.  pada polip uterus dengan infeksi.  pada tumor ganas uterus.  pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.  Fluor albus yang keluar dari ostium  Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi 4) Patofiologi Pada keadaan normal, kavum uterus dalam kondisi steril. Mekanisme alamiah yang melindungi kavum uteri di antaranya adalah adanya sumbatan mukus pada mulut rahim, komponen sistem imun alamiah (sel neutrofil, makrofag dan sel natural kliller) dan peptida antimikrobial pada endometrium. Gangguan pada sistem imun serta invasi bakteri patogen dapat menyebabkan endometritis.



5) Komplikasi a) Infertilitas b) Kanker ovarium c) Adhesi d) Kista ovarium 6) Penatalaksanaan a) Endometritis Akut Terapi:  Pemberian uterotonika  Istirahat, posisi/letak Fowler  Pemberian antibiotika.  Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus carcinoma. Dapat diberi estrogen. b) Endometritis Kronik Terapi: Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa. Kuretase juga bersifat terapeutik (Sarwono, 2012). d. Parametritis 1) Pengertian parametritis Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum. Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan.Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu: a) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis. b) Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.



c) Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka. 2) Etiologi Parametritis dapat terjadi: a) Dari endometritis dengan 3 cara :  Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.  Lymphogen.  Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis. b) Dari robekan serviks.  Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD) 3) Manifestasi klinik a) Suhu tinggi dengan demam tinggi. b) Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. c) Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. 4) Patofisiologi Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis → Infeksi menyebar ke miometrium → Miometritis → Infeksi meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis 5) Komplikasi a) Parametritis akut dapat menjadi kronis dengan eksa serbasi yang akut, terjadi paritenitis ke rectum / ke kencing. b) Dapat terjadi tromboflebitis pelvika dapat menimbulkan Emboli c) Dapat timbul abses dalam parametrium d) Kalau infeksi tidak segera diketahui bisa menyebabkan bertambah.



6) Penatalaksanaan. a) Pencegahan 1. Selama kehamilan Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan



factor



penting,



karenanya



diet



yang



baik



harusdiperhatikan. Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi. 2. Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan. 3. Selama nifas Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar lukaluka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat. b) Pengobatan Antibiotika (antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol) memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu



hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain. 3. Pemeriksaan penunjang a. Sel darah putih b. LED dan SDM c. HB / HT d. Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram dari lochea servik dan uterus e. Ultra sonografi f. pemeriksaan biomanual 4. asuhan keperawatan pada infeksi traktus genetalis a. Pengkajian 1) Identitas : Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, Agama, Pendidikan,Pekerjaan. 2) Keluhan Utama : Nyeri, Luka, Perubahan fungsi seksual 3) Riwayat Penyakit a) Sekarang : Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin b) Dahulu



: Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksii



4) Riwayat Penyakit : a) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan penyakitpenyakit lainnya.



b) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. c) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya. d) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. e) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya. f) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis, dan jenis obat lainnya. g) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. 5) Pemeriksaan Fisik a) Head to Toe 1.



Kepala  Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tandatanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)  Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.  Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.



2.



Wajah  Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan. Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain,  tidak pucat/ikterik, simetris.  Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.



3.



Mata  Inspeksi:  bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih



4.



Telinga  Inspeksi  : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,



posisi



telinga,



warna,



liang



telinga



(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.  Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan  tragus Normal: tidak ada nyeri tekan. 5.



Hidung  Inspeksi  : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi). Normal: simetris kika, warna sama dengan warna



kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.  Palpasi : frontalis dan, maksilaris  (bengkak, nyeri, dan septum deviasi). Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan. 6.



Mulut  Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.  Inspeksi



dan



palpasi



strukur



dalam  :



gigi



lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2. Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi 7.



Leher  Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.  Inspeksi



dan



palpasi



kelenjer



tiroid (nodus/difus,



pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba). Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada  pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.



8.



Thorax  Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur  dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggun aan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna



kulit



sama



dengan



warna



kulit



lain,



tidak



ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema  Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus. Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.  Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)  Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea) Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal. 9.



abdomen  Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,  dan gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.  Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh



darah.Normal:  suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.  Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.Perkusi hepar: Batas. Perkusi Limfa: ukuran dan batas. Perkusi ginjal: nyeri. Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani.  Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu. Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan. 10. Eksremitas  Inspeksi



struktur



muskuloskletal



atas



: simetris



dan



pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.  Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. Radialis. Normal: teraba jelas  Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis. Normal: reflek bisep dan trisep positif  Inspeksi struktur muskuloskletal bawah : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh  Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan.Normal: teraba jelas



 Tes reflex :tendon patella dan archilles.Normal: reflex patella dan archiles positif b. Diagnosa dan intervensi keperawatan 1). Diagnosa 1 : hipertermia yang berhubungan dengan penyakit ditandai oleh kulit kemerahan Tujuan         : Suhu tubuh normal Kriteria       : a. Tidak ada tanda – tanda peningkatan suhu tubuh  b. TTV dalam batas normal Intervensi    : a)



Monitor suhu sesering mungkin



b)



Monitor warna dan suhu kulit



c)



Monitor TTV



d)



Monitor penurunan tingkat kesadaran



e)



Monitor intake dan output



f)



Kompres hangat g) Kolaborasi



dengan



dokter



untuk



pemberian



antipiretik dan antibiotic h) Tingkatkan sirkulasi udara i) Anjurkan untuk banyak minum air putih 2)



Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis.,infeksi,iskemia,neoplasma) yang ditandai oleh mengekspresikan perilaku (mis.,gelisah,merengek,m enangis,waspada),



keluhan



tentang



intensitas



menggunakan skala nyeri (mis. skala Wong-baker FACES,skala numerik)



analog



visual,



skala



penilaian



Tujuan         : Rasa nyaman nyeri dapat teratasi Kriteria       : 



a. Mampu mengontrol nyeri b. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri c. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



Intervensi    : a)



Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri



b)



Berikan



instruksi



mengenal nyeri



(skala,



intensitas, frekuensi) c)



Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas pengalihan seperti : radio, televisi, membaca



d)



Kurangi faktor presipitasi nyeri



Kolaborasi :  a)



Berikan analgetik / antipiretik



b)



Berikan kompres panas local c)



Jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil



d)



Evaluasi keefektifan kontrol nyeri



e)



Tingkatkan istirahat



f)



Monitor penerimaan pasien tetang manjemen nyeri



3)



Diagnosa 3



: risiko infeksi yang berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindri pemajanan patogen.



Tujuan         : Klien



akan



mengambil



tindakan



untuk



mencegah / menurunkan resiko penyebaran infeksi Kriteria       :  a. Suhu tubuh dalam batas normal b. Lekosit dalam batas normal c. pengetahuan meningkat mengenai resiko infeksi dan pencegahannya Intervensi :  a) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi b) Awasi suhu sesuai indikasi c) Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung d) Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih, defekasi dan sering ganti balutan  e) Demonstrasikan masase fundus yang tepat  f) Monitor TTV  g) Observasi tanda infeksi lain  h) Kolaborasi : Pantau pemeriksaan laboraturium 4)



Diagnosa 4 : ansietas berhubungan dengan penularan interpersonal ditandai oleh gelisah,nyeri abdomen,dorongan sering berkemih. Tujuan         : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya    dan



mengatakan



berkurang atau hilang



perasaan



cemas



Kriteria         :



a.



Mengidentifikasi, menunjukkan



mengungkapkan



teknik



untuk



dan



mengontrol



cemas b.



Vital sign normal c. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukkan berkurangnya kecemasan



Intervensi    : a)



Gunakan pendekatan yang menyenangkan b) Kaji



respon



psikologis



klien



terhadap



perdarahan paska persalinan c) Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar ) d) Perlakukan pasien secara lembut, empati, serta sikap mendukung e) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan f) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya g) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien h) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut i) Dorong keluarga untuk menemani anak j) Dengarkan dengan penuh perhatian k) Bantu



pasien



mengenal



situasi



yang



menimbulkan kecemasan l) Dorong



pasien



untuk



mengungkapkan



perasaan, ketakutan, persepsi m)Instruksikan relaksasi



pasien



menggunakan



teknik



BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta penanganan masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap masing masing individu. B. SARAN Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang mendukung demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo,Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Prof.Dr.I.B.G Manuaba, S.p.O.G (k), dr.I.A Chandranita Manuaba,S.p.O.G dkk. Pengantar Kuliah Obtetri.2010.Jakarta: Buku Kedokteran EGC Lilis Lisnawati, S.ST.,M.Keb. Asuhan kebidanan terkini kegawatdaruratan maternal dan neonatal. 2014. Jakarta : CV. Trans info Media Prof.Dr. Hanifah Wikjoksastro Sp.OG, Prof.Dr. Sarwono Prawirohardjo Sp.OG. Ilmu Kandungan. 2010. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-masrikhahr-5415-3babii.pdf http://eprints.umm.ac.id/23438/1/jiptummpp-gdl-dwimirayun-42754-2-babi.pdf