Infeksi Traktus Genitalia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS yang diamanatkan oleh dosen kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk menambah pengetahuan tentang “INFEKSI TRACTUS GENETALIA”Amin.



Februari



2019



Penyusun



BAB 1 PENDAHULUAN



1. Latar Belakang Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis Sebagian besar wa nita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi tersebut. Biasanya sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu. Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya menyebabkan infeksi ini menyebar



lebih



luas



dan



akan



sulit



dalam



penanganannya.Dengan



memperlihatkan saluran yang berkelanjutan, alat genetalia wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui saluran tuba menuju peritonieum, saluran dan kavum uteri, kanalis servikal dan vagina dan vulva . Melalui saluran tersebut diperkirakaan infeksi pada bagian luar vulva dan vagina dapat berkelanjutkan menuju kavum peritoneum, sehingga terjadilah peritonitis local maupun umum. Infeksi perkontinuitatum dapat dicegah karena adanya mekanisme pertahanan. Vulva dengan kulit dan epitel yang berlapis merupakan hambatan utama untuk terjadinya infeksi vulvitis. Vagina dengan bakteri doderleinyang mampu membuat suasana asam dapat menghindari terjadinya infeksi vaginitis. Serviks uteri yang selalu mengeluarkan lendir dan dapat mengental dibagian bawah, menghalangi masuknya bakteri menuju kavum uteri. Akhirnya saluran telur wanita dengan rambut silianya dapat mengalirkan cairan menuju kavum uteri yang merupakan upaya untuk menghalangi infeksi. 2. Rumusan Masalah a. Apa definisi infeksi traktus genetalia?



b. Bagaimana etiologi infeksi traktus genetalia? c. Bagaimana klasifikasi infeksi traktus genetalia? d. Bagaimana manifestasi klinis infeksi traktus genetalia? e. Bagaimana pencegahan infeksi traktus genetalia? f. Bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia? 3. Tujuan a. untuk dapat menjelaskan tentang definisi infeksi traktus genetalia b. untuk dapat mengetahui tentang etiologi infeksi traktus genetalia c. untuk dapat mengetahui tentang klasifikasi infeksi traktus genetalia d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis infeksi traktus genetalia e. untuk dapat mengetahui cara pencegahan infeksi traktus genetalia f. untuk dapat mengetahu bagaimana penatalaksanaan infeksi traktus genetalia



BAB II TINJAUAN TEORI



1. Definisi Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dan dapat menyebabkan penderitanya meninggal atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. 2. Macam-macam infeksi traktus genetalia Infeksi traktus genitalia pada wanita terbagi atas 2 yaitu : a. Radang panggul bawah antara lain: infeksi vulvovagina, infeksi kelenjar bartholin, infeksi vagina, infeksi serviks 1) Infeksi vulvitis a) Definisi Vulvitis adalah suatu kondisi peradangan pada vulva yang dapat menyerang wanita dalam rentang usia berapa pun. Vulva merupakan lipatan kulit yang terletak di bagian paling luar dari organ intim wanita, namun sering kali disalahartikan orang awam sebagai vagina. Padahal vagina merupakan liang atau saluran yang terletak lebih dalam setelah melewati vulva. Vulva terdiri dari 2 labia (bibir) mayora, 2 labia minora, dan klitoris. Kulit vulva rentan mengalami iritasi karena suhu di daerah vulva lembab dan hangat. Anak-anak perempuan yang belum mengalami pubertas dan wanita postmenopause berisiko tinggi mengalami kondisi ini. Dalam usia tersebut, wanita cenderung memiliki kadar hormon estrogen yang rendah sehingga jaringan vulva menjadi lebih kering dan lebih tipis.



b) Manifestasi klinis Vulvitis menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung dari penyebab peradangan pada vulva. Sangat disarankan untuk tidak menggaruk alat kelamin apabila muncul rasa gatal, karena berisiko menyebabkan iritasi berkembang menjadi infeksi. Gejala-gejala vulvitis di antaranya adalah: (1)



Rasa sangat gatal di alat kelamin, terutama pada malam hari.



(2)



Keputihan.



(3)



Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva.



(4)



Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.



(5)



Bengkak dan merah di labia dan vulva.



(6)



Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.



Perlu diingat bahwa gejala-gejala di atas bisa saja disebabkan oleh penyakit lain, selain vulvitis. c) Etiologi Peradangan pada vulva bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti: (1)



Infeksi. Tidak hanya vagina, vulva juga dapat terinfeksi bakteri, virus, atau jamur. Contoh-contoh penyebab infeksi pada vulva adalah herpes genital, jamur candida, infeksi HPV, kutu kemaluan, dan skabies.



(2)



Iritasi. Beberapa produk rumah tangga dapat menyebabkan iritasi, seperti tisu toilet, sabun mandi, sampo, dan kondisioner yang mengandung parfum, deodoran, bedak, semprotan organ intim, spermisida, serta pakaian dalam yang bukan berbahan katun. Iritasi juga dapat terjadi setelah berenang atau berendam di fasilitas umum, bersepeda, serta menunggang kuda.



(3)



Penyakit



kulit. Beberapa



memengaruhi



penyakit



kesehatan



kulit



vulva,



yang



di



dapat



antaranya



adalah psoriasis, lichen planus, dan lichen sclerosus. (4)



Estrogen rendah. Vulvitis dapat terjadi akibat kadar estrogen yang rendah, seperti saat menopause. Vulvitis yang terjadi dikaitkan dengan peradangan vagina akibat vagina menjadi kering.



(5)



Vulvodynia. Seseorang



yang



menderita vulvodynia akan



mengalami rasa tidak nyaman atau nyeri, seperti tersengat atau terbakar, yang bersifat kronis pada area vagina dan vulva, tanpa adanya penyebab yang jelas. (6)



Kanker vulva. Kanker vulva jarang terjadi, dan umumnya menyerang wanita berusia di atas 60 tahun. Tandanya diawali dengan benjolan atau luka pada vulva.



d) Pengobatan dan pencegahan Pengobatan



vulvitis



bergantung



pada



kondisi



yang



menyebabkannya. Jika vulvitis disebabkan oleh infeksi, maka pemakaian obat antibiotik atau anti jamur menjadi langkah pengobatan



yang



tepat.



Dokter



dapat



meresepkan



salep kortikosteroid untuk digunakan beberapa kali dalam sehari. Salep ini dapat membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi pada vulva.



Selain



kortikosteroid,



krim



emolien



dan



tablet antihistamin juga dapat digunakan untuk mengurangi gatal. Dokter juga dapat menyarankan pemakaian krim, pessarium, atau tablet vagina yang mengandung hormon estrogen, bila vulvitis disebabkan oleh kadar hormon estrogen yang rendah. Bagi penderita vulvodynia, krim anestesi lokal dan tindakan operasi bisa juga menjadi bentuk penanganan yang disarankan oleh dokter.



Selain lewat metode pengobatan vulvitis di atas, langkahlangkah berikut ini juga bisa diterapkan untuk membantu mempercepat



penyembuhan



sekaligus



mencegah



terjadinya



vulvitis. Di antaranya adalah: 1)



Segera menghentikan kebiasaan yang dapat menyebabkan iritasi, misalnya memakai pakaian yang terlalu ketat. Sebagai gantinya gunakan pakaian yang agak longgar atau berbahan katun untuk memberikan udara pada organ intim.



2)



Segera mengganti pakaian dan celana dalam yang basah, baik setelah berolahraga ataupun berenang.



3)



Hindari mencuci organ intim dengan sabun atau larutan yang mengandung tambahan parfum.



4)



Membersihkan organ intim sekali dalam satu hari dengan air hangat.



5)



Untuk pemilihan alat kontrasepsi, hindari penggunaan kondom yang dilumasi dengan spermisida.



e) Pengaruh pada kehamilan dan janin Infeksi jenis ini merupakan masalah yang umum terjadi saat hamil, khususnya pada trimester kedua kehamilan. Infeksi ini tidak membahayakan kehamilan. Meski begitu, efek yang dikeluarkan bisa membuatmu tidak nyaman.



Vulvitis



2) Infeksi kelenjar bartholini a) Definisi Bartolinitis merupakan kondisi peradangan pada kelenjar bartolin yang disebabkan oleh infeksi. Kondisi ini ditandai dengan adanya benjolan pada area kelenjar bartolin yang normalnya tidak teraba. Tetapi, kondisi ini harus dibedakan dengan kista bartolin, yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada kelenjar tersebut. Namun, bila kista bartolin terinfeksi, dapat menyebabkan terjadinya abses bartolin (bartolinitis). b) Manifestasi klinis (1) Nyeri dan bengkak pada salah satu kelenjar. (2) Nyeri berhubungan seksual (dispareunia). (3) Nyeri ketika duduk dan berjalan. (4) Rasa nyeri yang tiba-tiba hilang tetapi diikuti keluarnya cairan (nanah atau darah dari abses). Berdasarkan pemeriksaan fisik umumnya juga ditemukan beberapa hal berikut seperti : benjolan yang merah, bengkak, dan fluktuatif. Pada beberapa kasus, terdapat selulitis di sekitar abses, demam, serta keluarnya cairan purulen. c) Etiologi Penyebab dari bartolinitis adalah infeksi. Beberapa studi menunjukkan



mayoritas bakteri penyebabnya ialah Neisseria



gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Hal ini yang menyebabkan penyakit ini sering dikaitkan dengan infeksi menular seksual. Namun, belakangan ini bakteri lain yang bukan berasal dari penularan seksual, misalnya Staphylococcus species, Streptococcus species, serta yang paling sering saat ini ialah Escherichia coli diduga dapat juga menyebabkan penyakit ini. Terdapat juga etiologi lain seperti virus (HPV) dan jamur (Candida albican). Selain itu, saat ini perlu juga



dipertimbangkan faktor higienitas dari area kemaluan dan anus sebagai faktor risiko terjadinya infeksi di kelenjar bartolin. d) Pengobatan Pada pasien dengan gejala ringan -misalnya tidak ada demam atau tidak terdapat abses, dapat dilakukan rawat jalan dengan konsumsi antibiotik serta edukasi melakukan sitz bath. Sitz bath ialah kegiatan berendam dengan cara duduk menggunakan air hangat. Hal ini bisa dilakukan 3-4x sehari selama 15 menit. Hal ini dapat menurunkan rasa nyeri dan membantu meringankan bengkak akibat bartolinitis. Penanganan farmakologi yang digunakan untuk bartolinitis ialah menggunakan antibiotik. Jenis antibiotik yang digunakan dapat disesuaikan dengan bakteri penyebab yang sering ditemukan, misalnya golongan sefalosporin, floroquinolon, atau beta laktam dengan anti beta laktamase. Selain obat antibiotik, untuk meredakan gejala nyeri dan



peradangan



dapat



menggunakan



analgesik



seperti



asam



mefenamat 3×500 mg. e) Dampak pada kehamilan dan janin Dampak pada kehamilan dan bayi khususnya pada bartolinitis yang disebabkan oleh gonococcus yaitu : 1. Sering dijumpainya kemandulan anak satu (one child sterility) pada penderita atau bekas penderita karena pada saat persalinan lender kental dalam servix hilang dan ostium terbuka hingga akhirnya gonococcus ada kesempatan untuk menjalar keatas berturut-turut



menyebabkan



endometritis



dan



salpingitis.



Salpingitis inilah penyebab kemandulan tersebut. 2. Anak yang melalui jalan lahir dapat kemasukan gonococcus ke dalam matanya dan menderita konjungtivitis gonorea neonatorium.



Bartholinitis



3) Vaginitis a) Definisi Vaginitis adalah suatu peradangan pada vagina yang dapat mengakibatkan gatal, nyeri dan keluarnya cairan dari vagina. Penyebabnya



biasanya



karena



terdapat



perubahan



dalam



keseimbangan normal bakteri pada vagina atau infeksi. Vaginitis juga dapat disebabkan oleh kadar estrogen yang berkurang setelah menopause. b) Manifestasi klinis Gejala vaginitis antara lain: 1) Perubahan warna, bau atau jumlah cairan dari vagina 2) Vagina gatal atau iritasi 3) Nyeri saat berhubungan seksual 4) Nyeri saat buang air kecil 5) Vagina mengalami perdarahan atau bercak c) Etiologi 1) Bakteri vaginosis Vaginosis oleh karena bakteri biasanya terjadi karena pertumbuhan berlebihan dari salah satu beberapa organisme



yang ada dalam vagina. Normalnya jumlah bakteri 'baik' (lactobacillus) melebihi bakteri bakteri 'buruk' (anaerob) dalam vagina. Tetapi jika bakteri anaerob menjadi terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan dan menyebabkan vaginitis bakteri. Wanita yang berganti-ganti pasangan, serta wanita yang menggunakan alat kontrasepsi (IUD) memiliki risiko lebih tinggi terkena vaginosis bakteri. 2) Infeksi jamur Infeksi jamur terjadi ketika lingkungan yang normal dalam vagina



mengalami



beberapa



perubahan



yang



memicu



pertumbuhan berlebihan dari jamur (Candida albicans). Infeksi jamur tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 3 dari 4 perempuan diperkirakan akan mengalami infeksi jamur pada beberapa waktu selama hidup mereka. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi jamur meliputi:  Obat-obatan, seperti antibiotik dan steroid  Diabetes yang tidak terkontrol  Perubahan hormonal, seperti yang terkait dengan kehamilan, pil KB atau menopause 3) Trikomoniasis Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual umum yang disebabkan oleh parasit, dan biasa disebut Trichomonas vaginalis. Organisme ini menyebar selama hubungan seksual dengan seseorang yang sudah memiliki infeksi. Organisme ini biasanya menginfeksi saluran kemih pada pria, dimana sering tidak



menimbulkan



gejala.



menginfeksi vagina pada wanita.



Trikomoniasis



biasanya



4) Non-infectious vaginitis Semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen wangi dan produk spermisida dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi jaringan vulva dan vagina. Penipisan lapisan vagina, akibat hilangnya hormon oleh karena menopause atau pengangkatan indung telur, juga dapat menyebabkan gatal dan sensasi terbakar pada vagina. d) Pengobatan Pengobatan vaginitis disesuaikan dengan penyebabnya, antara lain: 1) Vaginitis bakteri Dokter biasanya akan meresepkan tablet metronidazole (Flagyl) melalui mulut (per oral), metronidazol gel (MetroGel) yang dioleskan pada vagina, atau krim klindamisin (Cleocin) yang dioleskan pada vagina. Obat biasanya digunakan 1 atau 2 kali sehari selama 5-7 hari. 2) Infeksi jamur Infeksi jamur biasanya diobati dengan krim antijamur atau supositoria, seperti mikonazol (Monistat), clotrimazole (GyneLotrimin) dan tioconazole (Vagistat). Infeksi jamur juga dapat diobati dengan obat antijamur, seperti flukonazol (Diflucan). 3) Trikomoniasis Dokter biasanya akan meresepkan metronidazole (Flagyl) atau (Tindamax) tinidazol tablet. 4) Penipisan lapisan vagina (atrofi vagina) Estrogen vagina dalam bentuk tablet atau krim, secara efektif dapat mengobati vaginitis atrofik. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.



5) Non-infeksius vaginitis Untuk mengobati jenis vaginitis ini, perlu diketahui sumber iritasinya dan kemudian menghindarinya. Sumber yang mungkin dapat menyebabkan vaginitis jenis ini, antara lain sabun baru, deterjen, pembalut, atau tampon. e) Pengaruh pada kehamilan dan janin Efek infeksi bakterial pd ibu: timbulnya penyakit ringan dgn gejala: pengeluaran rabas spt susu, rasa gatal, terbakar, nyeri di vagina dan sekitar introitus. Komplikasi obstetri: infeksi cairan ketuban,ketuban pecah dini, kelahiran dan persalinan prematur dan endometritis nifas



4) Servisitis 1) Definisi Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri. Infeksi uteri sering terjad karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seks. Servisitis yang akut sering dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan. Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008).



2) Etiologi Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. 3) Manifestasi klinis 1. Terdapatnya keputihan (leukorea) 2. Mungkin terjadi kontak berdarah (saat hubungan seks terjadi perdarahan) 3. Pada pemeriksaan terdapat perlukaan serviks yang berwarna merah 4. Pada umur diatas 40 tahun perlu waspada terhadap keganasan serviks 4) Penatalaksanaan Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan jaringan sehat.Jika laserasi serviks agak luas



perlu



dilakukan



trakhelorania.



Pinggir



sobekan



dan



endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks.



b. Radang panggul atas : salpingitis,infeksi adneksitis 1) Salpingitis a) Definisi Radang



saluran



telur atau salpingitis merupakan radang pada tuba



fallopi,



yaitu



saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Radang saluran



telur



terjadi



mengalami infeksi oleh bakteri yang



karena berasal



tuba



fallopi



dari darah, vagina,



atau rahim. b) Etiologi Mikroorganisme yang paling sering didapati sebagai penyebab radang



saluran



telur adalah



bakteri Chlamydia



trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Bakteri masuk melalui vagina, lalu menuju rahim dan akhirnya sampai ke tuba fallopi c) Manifestasi klinis (1) Nyeri abdomen di kedua sisi (2) Sakit punggung (3) Sering buang air kecil



(4) Gejala-gejala biasanya muncul setelah periode menstruasi (5) Demam tinggi dengan menggigil (6) Nyeri perut Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak biasa atau bau (7) Dismenorea (8) Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan (9) Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum (10)



Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena



proses dekat pada rektum dan sigmoid (11)



Pada periksa dalam nyeri kalau portio



digoyangkan, nyeri kiri dan kanan uterus, kadangkandang ada penebalan dari tuba. (12)



Nyeri saat ovulasi



d) Pengobatan 1. Anjurkan tirah baring 2. Pemberian antibiotic



Salphingitis



e) Pengaruh pada kehamilan Salpingitis



bisa



dikatakan



sebagai



salah



satu



faktor



ketidaksuburan wanita. Hal tersebut dikarenakan saluran tuba telah dirusak oleh bakteri-bakteri jahat. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi secara permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan dari ovarium tidak dapat bertemu dengan sperma. Kasus ini sebagian besar ditemukan pada perempuan berusia 15-24 tahun yang aktif secara seksual 2) Adnexitis a) Definisi Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi bersamaan.



(Sarwono, 1999:287). Adnexitis



adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya. Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hidrosalpinx karena perisalpingitis dapat terjadi pelekatan dengan alat alat disekitarnya. ( ginekologi unpad bandung) b) Etiologi Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. (1) Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom (2) Ganti-ganti pasangan seks (3) Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing nanah) (4) Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease



(5) Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya terinfeksi lewat cara lain. c) Manifestasi Klinis (1) Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid (bukan premenstrual syndrome) (2) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina (3) Nyeri saat berhubungan intim (4) Demam (5) Nyeri punggung (6) Keluhan saat buang air kecil d) Penatalaksanaan Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat chlamydia, maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia. Secara umum, pengobatan adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan, maka penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi sangat diperlukan apabila: a. keluar nanah dari tuba fallopi b. kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi) c. penurunan daya tahan tubuh Pencegahan Pencegahan tidak hanya dari pihak wanita saja, pihak laki -laki juga perlu membantu agar pasangan tidak tertular. Penanganan ini antara lain dapat dilakukan dengan : a. Setia pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks bebas.



b. Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul c. Rutin memeriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan d. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual e. Menjaga kebersihan organ genital.



BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI TRAKTUS GENETALIA A. Pengkajian 1. Identitas Klien 2. Keluhan Utama • Nyeri • Luka • Perubahan fungsi seksual 3. Riwayat Penyakit a. Sekarang: Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin b. Dahulu: Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi Riwayat Penyakit 1) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami



oleh



klien



misalnya



DM,



jantung,



hipertensi,



masalah



ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan penyakit- penyakit lainnya. 2) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 3) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe,siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya. 4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 5) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya. 6) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis, dan jenis obat lainnya.



7) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. B. Pemeriksaan Fisik 1) Pemeriksaan Bagian Luar Inspeksi a. Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien b. Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria c. Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan ulkus, keluaran dan nodul 2) Pemeriksaan Bagian Dalam Inspeksi a. Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya Palpasi a) Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula, b) Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan c) Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas d) Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan C. Diagnosa Keperawatan 1) Ansietas 2) Nyeri Akut D. Intervensi Keperawatan 1) Diagnosa : Ansietas NOC : Kontrol Ansietas Indicator : a) Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress. b) Mempertahankan penampilan peran. c) Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.



d) Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada. e) Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik. NIC : Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) 1)



Gunakan pendekatan yang menenangkan



2)



Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien



3)



Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur



4)



Pahami prefektif pasien terhadap situasi stress



5)



Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut



6)



Lakukan Back/ Neck rub



7)



Dengarkan dengan penuh perhatian



8)



Identifikasi tingkat kecemasan



9)



Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan



10)



Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketkutan dan persepsi



11)



Instruksikan



pasien



menggunakan



teknik



relaxasi



Relaxation Therapy 1. Jelaskan alasan untuk mengenal relaxasi dan manfaat, batas dan jenis relaksasi yang tersedia 2. Menciptakan lingkungan yang tenang, dengan cahaya redup dan suhu senyaman mungkin 2) Diagnosa : Nyeri Akut NOC : kriteria hasil: a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan) b) Melaporkan bahwa nyeriberkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi dan tanda nyeri)



NIC a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitasdan faktor presipitasi b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan d) Kontrol



lingkungan



yang



dapat



mempengaruhi



nyeri



seperti



suhu



ruangan,pencahayaan dan kebisingan e) Kurangi faktor presipitasi nyeri f) Kaji tipe dan sumber nyeri untukmenentukan intervensi g) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin



BAB IV PENUTUP



3. Kesimpulan Radang atau infeksi pada alat-alat genetal dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah pelviksitis, serviksitis, adneksitis dan salpingitis Pada umumnya penyakit penyakit yang terjadi memiliki tanda dan gejala serta penanganan masing masing , untuk mencegahnya diperlukan kebersihan diri dari setiap masing masing individu. 4. Saran Demi kesempurnaan makalah kami, maka kami meminta saran serta kritik yang mendukung demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA



Prof.Dr.I.B.G Manuaba, S.p.O.G (k), dr.I.A Chandranita Manuaba,S.p.O.G dkk. Pengantar Kuliah Obtetri.2003.Jakarta: Buku Kedokteran EGC Lilis Lisnawati, S.ST.,M.Keb. Asuhan kebidanan terkini kegawatdaruratan maternal dan neonatal. 2013. Jakarta : CV. Trans info Media Prof.Dr. Hanifah Wikjoksastro Sp.OG, Prof.Dr. Sarwono Prawirohardjo Sp.OG. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono