Inovasi Dan Pengaruh Islam Dalam Seni [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Inovasi dan Pengaruh Islam Dalam Seni, Sastra, dan Arsitektur. 1. Islam dalam Seni. Inovasi Keislaman di Indonesia yang cukup menarik lain disampaikan oleh Nurcholis Madjid yang menulis artikel dengan judul “Masalah Tradisi dan Inovasi Keislaman Dalam Bidang Pemikiran Serta Tantangan dan Harapan di Indonesia”. Dalam artikel tersebut, Nurcholis Madjid menegaskan bahwa agama dan budaya hanya dapat benar dalam kaitannya dengan masalah tradisi dan motivasi, menghendaki kemampuan untuk membedakan antara keduanya. Akan tetapi, kebanyakan orang sulit melakukannya. Maka lahirlah kekacauan dalam menentukan nilai yaitu ; Penemuan mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah, atau Penentuan mana yang lebih absolut dan mana yang relatif. Salah satu contoh yang dikemukakan oleh Nurcholis Madjid adalah bedug dan keuntungan. Sebelum orang Indonesia mampu membuat menara yang tinggi sehingga suara azan dapat terdengar cukup jauh. Pemberitahuan dan panggilan untuk melakukan shalat dengan bedug dan keuntungan sebagai pinjaman dari kebudayaan orang Hindu dan Budha adalah hal yang paling mungkin, karena radius jangkauan suara azan dalam lingkungan daerah tropis yang subur dan penuh pepohonan jauh lebih pendek dan sempit dari pada lingkungan padang pasir yang tidak tumbuh tanaman. Kenyataan hingga sekarang, masih mendapatkan beberapa mesjid yang menggunakan pengeras suara. Hal yang membuat kita lebih tercengang adalah bahwa bedug dianggap sebagai simbol identitas, misalnya seorang Mahasiswa yang sedang azan dan mengucapkan : Tiba-tiba sorang kakek memukul kentungan dan bedug, ketika menjawab : Pukullah bedug, kita khawatir sebagai penganut persis. Oleh karena itu, bedug hanya dianggap sebagai sarana untuk memberitahukan waktu shalat, tetapi juga sebagai simbol pertahanan identitas. 2. Sastra dan Arsitektur. Ekspresi estetik islam di Indonesia, paling tidak dapat dilihat dalam dua bidang, yaitu sastra dab arsitektur. Kecenderungan sastra sufistik (transendental) telah muncul di Indonesia sekitar tahun 1970, kemunculan sastra berkecenderungan sufistik ditandai munculnya karyakarya yang ditulis pada tahun 70-an, diantaranya Godhob dan alam ma’rifat kumpulan cerpen Danaryo : Khutbah diatas Bukit karya Kontowijoyo seperti Sanu Infinitina Kembar (1985), karya Motinggo Busye (alam). Arsitektur masjid di Indonesia banyak di ilhami oleh gaya Arsitektur kuil Hindu yang atapnya bertingkat tiga. Seni arsitektur ditafsirkan sebagai lambing tiga jenjang perkembangan penghayatan keagamaan, kemanusiaan, yaitu tingkat dasar atau permualaan (purwa), tingkat menengah (madya), dan tingkat akhir yang maju dan tinggi (wusana). Gambaran itu dianggap sejajar dengan jenjang vertical islam, iman, dan ihsan. Selain itu, hal itu dianggap sejajar dengan syari’at, thariqat, dan ma’rifat. Seni kaligrafi menduduki tempat yang terhormat, wayang pun dijadikan sarana oleh para wali dan raja untuk menyebarkan Islam. Seni yang dikembangkan oleh para raja dan wali adalah mengembangkan rupa wayang sesuai dengan pandangan islam, sekaligus memberikan makna islam dalam mengubah cerita (lakon) dari pertunjukkan wayang. Dilihat dari segi bentuknya, wayang berkembang setelah dikembangkan oleh para wali dengan adanya wayang beber, wayang purwa, wayang klitik dan wayang golek.