Instrumen Totok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH RISET PEMASARAN “MERANCANG INSTRUMEN PENELITIAN” Dosen Pengampu : Totok Wibisono, SE, MM



Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Vivia Hayyu Ningtyas Fikri Arif Budhiman Muhammad Hery A Eldin Ihza S Ahmad Lutfi Ihsan Kurnia Mahendra Priyangga Diovan F



(B.111.15.0116) (B.111.17.0064) (B.111.17.0075) (B.111.17.0077) (B.111.17.0101) (B.111.17.0165) (B.111.17.0295)



PROGRAM STUDI S1 – MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG 2017



BAB I PENDAHULUAN



Latar Belakang Kuesioner merupakan salah satu Instrumen dalam Penelitian. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. Sebuah kuesioner memberikan suatu kerangka dimana pewancara dapat mencatat jawaban, tanpa kuesioner wawancara tidak akan teratur. Bagian pengolahan data menggunakan kuesioner yang telah diisi untuk membuat analisis jawaban.



Batasan Pembahasan Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan yang akan disajikan, dimana hanya meliputi pembahasan mengenai Merancang Instrumen Penelitian yaitu Kuesioner



1



BAB II PEMBAHASAN



A. MERANCANG KUESIONER Dalam menyusun atau merancang kuesioner terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut : 1.



Tetapkan informasi yang ingin diketahui Langkah pertama dalam mendesain kuesioner yaitu menemukan informasi apa yang akan dicari, akan mudah asalkan para periset cermat dan tepat dalam melakukan tahap-tahap awal dari proses riset. Pekerjaan awal yang tidak teliti akan membuat keputusan ini jadi sulit Baik riset deskriptif maupun kausal menuntut agar para periset mempunyai cukup pengetahuan mengenai masalah penyusunan beberapa hipotesis khusus untuk memandu riset. Hipotesis juga menjadi pedoman bagi penyusunan kuesioner. Hipotesis menentukan informasi apa yang akan dicari dan dari siapa, karena memetukan hubungan apa yang akan diselidiki. Bila para periset sudah menyusun tabel-tabel contoh atau dummy untuk menyususn analisis data, maka tugas mereka untuk menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan pada hakikatnya telah lengkap. Tentusaja penyiapan kuesioner itu sendiri dapat menyarankan hipotesis lebih lanjut serta hubungan yang lain yang dapat diteliti dengan usaha dan biaya tambahan. Suatu peringatan yang paling penting ada disini. Bila hipotesis baru memang vital untuk memahami suatu fenomena, masukkan dan gunakan hipotesis itu ketika merancang kuesioner. Sebaliknya, bila hanya menyajikan salah satu temuan yang secara potensial menarik tetapi tidakvital bagi usaha riset, maka lupakanlah.



2



Memasukan beberapa pertanyaan yang menarik tetapi tidak vital hanya akan memperpanjang kuesioner, menimbulkan masalah dalam administasi dan analisis, sertaseringkali mengurangi respon. Riset eksploratori, tentu saja lebih ditujukan untuk menemukan ideide serta pandangan dan bukan pada riset sistematisnya. Karenanya kuesioner untuk suatu studi eksploratori disusun secara lepas, dengan hanya suatu ide kasar tentang jenis informasi yang akan dicari. Ini khususnya berlaku pada tahap-tahap awal riset eksploratori. Ini juga berlaku, tetapi dengan kadar yang lebih kecil, pada tahap-tahap selanjuatnya dari riset eksploratori, bila penekanannya adalah pada penentuan prioritas yang harus digunakan pada berbagai hipotesis dalam memandu riset yang akan dating.



2.



Tentukan jenis kuesioner dan metode administrasinya Setelah menemukan informasi pokok yang akan dicari, periset perlu menentukan bagaimana informasi itu akan dikumpulkan. Keputusan mengenai jenis kuesioner dan metode pengadministrasianya merupakan langkah kedua. Keputusan demikian berpusat pada struktur serta penyamaran yang akan diguanakan dalam kuesioner, dan apakah kuesioner akan dilaksankan melalui pos, telepon, atau wawancara pribadi. Bila periset memutuskan untuk kuesioner yang tak terstruktur tersemar dimana akan ditunjukan sebua gambar kepada subjek dan kemudian diminta untuk bercerita tentangnya, maka wawancara lewat telepon tidak mungkin dilakukan, dan bahkan wawancara melalui pos akan menemui masalah serius. Demikian pula, mungkin bukan merupakan gagasan yang baik untuk menggunakan survey melalui pos bagi kuesioner tak terstruktur yang terbuka dengan pertanyaan openended. Jenis data yang akan dikumpulkakn jelas sangat berpengaruh terhadap metode pengumpulan data. Pengaruh lain terhadap metode



3



pengumpulan data adalah kebudayaan suatu Negara dimana riset dilakukan.



3.



Tentukan isi dari masing-masing pertanyaan Keputusan awal mengenai informasi yang dibutuhkan , struktur dan samaran yang akan digunakan dalam pengumpulan data, dan cara pengadministrasianya kuesioner akan sangat menetukan keputusan mengenai isi dari masing-masing pertanyaan, yang merupakan langkah ketiga. Tetapi periset dapat dan harus mengajukan beberapa pertanyaan tambahan. Apakah pertanyaan itu perlu ? andaikan suatu isu penting, sehingga periset perlu bertanya apakah butir tersebut sudah cukup tercakup oleh pertanyaan-pertanyaan lainnya. Bila tidak, maka pertanyaan baru harus dimasukkan. Jadi pertanyaannya harus disusun sedemikian rupa untuk menjamin jawaban dengan rincian yang dibutuhkan, bukan jawaban dengan rincian yang lebih dari yang dibutuhkan. Apakah dibutuhkan beberapa pertanyaan dan bukan satu ? seringkali ada situasi dimana beberapa pertanyaan dibutuhkan dan bukan satu. Perhatikan pertanyaan “mengapa anda menggunakan crest ? seorang responden akan menjawab “untuk mengurangi gigi berlubang.” Sementara yang lainnya mungkin menjawab “karena dokter gigi kami menyarankannya”. Jelaslah bahwa dua acuan kerangka yang berbeda digunakan untuk menjawab pertanyaan ini. Responden pertama menjawab dalam batas-batas



mengapa ia menggunakan sekarang,



sementara yang kedua menjawab dalam batas-batas bagaimana ia mulai menggunakannya. Jadi lebih baik untuk memecah pertanyaan ini kedalam pertanyaan-pertanyaan terpisah yang mencerminkan kerangka acuan yangmungkin dapat digunakan. Misalnya : Bagaimana awalnya hingga



anda



menggunakan



crest



?



Apa



lasan



utama



anda



menggunakannya?



4



Apakah respondenmemiliki informasi yang diperlukan ? periset harus dengan teliti memeriksa masing-masing isu untuk menentukan apakah responden tertentu dapat diharapkan mempunyai informasi yang dicari. Para responden akan memberi jawaban: apakah jawaban itu bernilai, merupakan masalah lain. Agar jawaban mempunyai arta maka pertanyaan-pertanyaan perlu berarti bagi responden. Ini berarti bahwa:  Responden perlu diberi informasi sehubungan dengan isu yang disampaikan dalam pertanyaan.  Responden harus mengingat informasi tersebut. Bukan saja individu harus mempunyai informasi tetapi individu harus mengingatnya. Kemampuan kita untuk dapat mengingat berbagai peristiwa dipengaruhi oleh peristiwa itu sendiri dan arti pentingnya, lama waktu sejak peristiwa itu, dan ada atau tidaknya stimuli yang membantu mengingatnya. Apakah responden bersedia memberi informasi ? meskipun responden mempunyai informasi, selalu ada pertanyaan tentang apakah mereka akan membaginya. 4.



Tentukan bentuk respons atas setiap pertanyaan Setelah isi dari masing-masing pertanyaan ditentukan, periset harus menetukan apakah akan menggunakan pertanyaan yang bersifat terbuka atau yang mempunyai pilihan ganda, dua pilihan, atau mungkin menunjukan skala.



5.



Tentukan kata-kata yang digunakan untuk setiap pertanyaan Langkah 5 dalam menyusun kuesioner mencakup frase-frase dari setiap pertanyaan. Ini merupakan tugas yang penting. Kita tidak boleh memasukkan frase yang kurang baik. Karena dapat menyebabkan koresponden menolak untuk menjawabnya meskipun mereka setuju 5



untuk bekerja sama dalam studi. Frase yang kurang baik juga dapa menyebabkan responden memberikan jawaban yang salah, baik disengaja maupun tidak.



6.



Tentukan urutan pertanyaan Setelah formulir dan jawaban dan susunan kata-kata khusus untuk masing-masing pertanyaan ditetapkan, peeriset dapat memasukanya kedalam kuesioner. Periset perlu menyadari bahwa urutan penyajian pertanyaan-pertanyaan dapat menjadi hal yang penting bagi keberhasilan upaya riset. Sekali lagi, tidak ada prinsip yang tidak dapat diubah tetapi hanya peraturan untuk membimbing periset untuk melakukan aktivitas ini.  Gunakanlah pertanyaan pembuka yang sederhana dan menarik  Gunakan pendekatan corong  Rancanglah pertanyaan bercabang dengan cermat  Mintalah klasifikasi terakhir  Tempatkan pertanyaan yang sulit di akhir kuesioner



7.



Tentukan karakteristik fisik koesioner Karakteristik fisik kuesioner dapat mempengaruhi ketepatan jawaban



yang



mempengaruhi



diperoleh. bagaimana



Karakteristik responden



kuesioner



bereaksi



juga



terhadapnya



dapat dan



kemudahan dalam memroses jawaban yang diberikan. Dalam menetukan fisik kuesioner, periset ingin melakukan hal-hal yang dapat membuat responden mau menerima kuesioner, dan memudahkan penanganan serta pengendalian oleh periset.



8.



Uji kembali langkah 1 sampai 7 dan lakukan perubahan jika perlu Periset tidak boleh berharap bahwa rancangan pertama



akan



menghasilkan koesioner yang bermanfaat. Namun, pemeriksaan ulang dan revisi merupakan hal yang penting dalam menyusun koesioner.



6



Masing-masing pertanyaan harus direview untuk memastikan bahwa pertanyaa mudah dijawab dan tidak membingungkan, tidak jelas berarti ganda, atau berpotensi menyerang responden. Setelah memeriksa masing-masing pertanyaan dan setiap kata dalam masing-masing pertanyaan, periset dapat menguji koesioner dalam beberapa situasi role playing, dengan menggunakan orang lain pada proyek sebagai subyek untuk melihat arti penting dan implikasi potensialnya. Role playing ini harus mengungkapkan beberapa kekurangan yang sangat serius dan harus bertujuan merevisi lebih lanjut koesioner. Pertanyaan tidak boleh mengandung jawabanya atau menyebabkan bias.periset harus memeriksa setip kata pada masing-masing pertanyaan



9.



Lakukan uji awal atas koesioner dan lakukan perubahan jika perlu Pengujian sebenarnya terhadap kuesioner adalah bagaiman melaksankanya dalam kondisi pengumpulan data yang actual. Untuk menilainya, uji awal kuesioner adalah hal yang vital. Uji awal kuesioner memainkan peran yang sama seperti pada desain kuesioner yang melakukan uji pemasaran dalam pengembangan produk baru. Meskipun konsep produk, perbedaan daya tarik periklanan, paket alternative, dan sebagainya, mungkin semuanya telah diuji sebelumnya dalam proses pengembangan produk, namun uji pemasaran merupakan tempat pertama dimana mereka semuanya berkumpul. Dengan demikian, uji pemasaran memberikan uji nyata atas reaksi pelanggan terhadap produk dan progam pemasaran yang diterapkan. Demikian pula, uji awal menyediakan uji nyata atas kuesioner dan cara penyusunanya.



B. FORMULIR OBSERVASI Umumnya masalah yang dihadapi dalam menyusun formulir obsevasi lebih sedikit dari pada menyusun koesioner, karena periset tidak perlu lagi memperhatikan apakah pertanyaan dan cara pertanyaan itu diajukan akan mempengaruhi



jawaban.



Melalui



pelatihan



yang



tepat



dari



para



7



pengamat,periset periset mampu menciptakan keahlian yang diperlukan sehingga instrument pengumpulan data dapat ditangani secara konsisten. Selain itu para periset juga dapat menggunakan alat mekanis untuk mengukur perilaku yang menarik dan menjamin konsistensi pengukuran. Hlal ini tidak berarti bahwa formulir observasi tidak menghadirkan masalah dalam penyusunannya. Namun periset perlu membuat keputusan yang sangat eksplisit mengenai apa yang akan diamati dan kategori serta unit yang digunakan untuk mencatat perilaku ini



8



BAB III PENUTUP



Kesimpulan Rancangan kuesioner adalah salah satu pondasi dasar riset pemasaran. Sebuah kuesioner memberikan suatu kerangka dimana pewancara dapat mencatat jawaban, tanpa kuesioner wawancara tidak akan teratur. Bagian pengolahan data menggunakan kuesioner yang telah diisi untuk membuat analisis jawaban. Jadi kuesioner tidak berdiri sendiri, kuesioner merupakan alat bantu untuk mengumpulkan data dalam wawancara. Pada saat merancang kuesioner, periset harus mengingat konteks yang lebih luas dimana kuesioner akan digunakan. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenail bagaimana merancang sebuah kuesioner.



9



DAFTAR PUSTAKA



Gilbert A. Churchill dan Tom J, Brown, 2005, Dasar-dasar Riset Pemasaran (Terjemahan), Erlangga, Jakarta



10