Insufisiensi Katup Mitral [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOTERAPI KARDIOPULMONAL JANTUNG DAN PEREDARAN DARAH



OLEH Rosa Rahma Septiani 201810490311072 Kelompok 5 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Insufisiensi aorta, atau disebut juga regurgitasi aorta, merupakan kondisi katup aorta yang tidak dapat menutup secara sempurna. Jantung manusia memiliki empat katup, yaitu katup aorta, pulmonal, mitral, dan trikuspid. Dalam keadaan normal, saat otot jantung relaksasi, darah akan masuk ke dalam jantung. Untuk mencegah darah bocor ke luar dari jantung sebelum waktunya, maka katup aorta akan menutup. Pada penyakit insufisiensi aorta, katup aorta tak dapat menutup dengan sempurna sehingga sebagian darah bocor ke luar jantung.



B. Etiologi Terdapat dua penyebab utama dari regurgitasi katup aorta, yaitu 1. Abnormalitas pada katup aorta, yang terdiri atas abnormalitas kongenital endocarditis



dan



penyakit



rheumatic,



Penyakit



rheumatic



dapat



menyebabkan penebalan, deformitas dan pemendekan katup aorta, sehingga menyebabkan stenosis maupun insufiensi aorta. Selain itu kelainan kongenital yang menunjukkan adannya fenestrasi dari katup aorta juga dapat menimbulkan AR yang ringan. Prolaps katup aorta dapat menyebabkan AR kronik



yang



progresif,



dan



biasannya



terdapat



pada



VSD



atau



degenarimyxomatosa. Endokarditis infeksi dapat menimbulkan deformasi katup, perforasi, tauerosi katup. Penyakit sifilis dapat memyebabkan jaringan parut pada katup dan terdapat retraksi. Ankylosing spondylitis dapat menyebabkan AR karena mempengaruhi dinding aorta 2. Dilatasi aorta, yang terdiri atas aneurisma aorta akibat inflamasi dan sindrommarfan, diseksi aorta, ekstansi annuloaortikus, dan sifilis. Dilatasi aorta dapat menyebabkan AR, yang menyebabkan pelebaran annulus aortikus dan pemisahan katup aorta. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan dilatasi aorta yaitu degenari kritis medial pada aorta asendens,dilatasi aorta idiopatik, hipertensi berat. C. Patofisiologi Patofisiologi



kelainan



katup



jantung



melibatkan



proses-proses



degeneratif, infeksi, ataupun kelainan kongenital yang akan menyebabkan stenosis, regurgitasi, ataupun atresia katup.Jantung normal memiliki 4 ruang jantung, yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Atrium kanan dan ventrikel kanan dipisahkan oleh katup trikuspid, atrium kiri dan ventrikel kiri dipisahkan oleh katup bikuspid atau katup mitral. Katup aorta mengalirkan darah dari ventrikel kiri ke seluruh tubuh. Katup pulmonal mengalirkan darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal. D. Epidemiologi



Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi kelainan katup jantung derajat moderat ke atas berkisar 2,5 % dan meningkat seiring usia. ¾ dari kasus kelainan katup jantung adalah kelainan katup mitral. E. Tanda dan Gejalah Gejala utama dari insufisiensi aorta akut adalah sesak napas berat yang terjadi mendadak dan nyeri dada. Sementara itu, insufisiensi aorta kronik umumnya tidak memiliki gejala apa pun selama bertahun-tahun. Bila ada gejala, gejala insufisiensi aorta kronik umumnya berupa berdebar-debar, sesak napas hilang timbul, dapat pula terjadi henti jantung mendadak yang berujung pada kematian. Selain itu, gejala lainnya yang dapat terjadi adalah: -



Mudah lelah



-



Badan lemas



-



Sesak napas yang memberat jika melakukan aktivitas



-



Nyeri dada yang memberat dengan aktivitas dan membaik dengan istirahat



-



Pusing seperti melayang



-



Pingsan



-



Irama jantung tidak terterteratur



BAB II STATUS KLINIS A. Skenario Kasus Tuan X dengan keluhan sesak napas, pusing, mudah lelah, dan nyeri di dada kiri. Saat ini masih di ruang CVCU rumah sakit dengan diagnosa medis insufisiensi katup mitral. Pasien sudah dirawat sejak seminggu yang lalu. Riwayatnya pada saat di kantor, pasien tiba-tiba merasa pusing, sesak, kemudian pingsan. Langsung dibawa ke RS siang itu juga. Saat masuk IGD, TD 150/90, DN 100, RR 35, Suhu 36,5oC, SpO2 96%. Setelah diberi tindakan medis, besoknya langsung dipindahkan ke CVCU. Hari ini pasien dirujuk untuk diberi tindakan fisioterapi dengan TD 135/90, RR 30, Suhu 37oC, dan SpO2 96%.



I.



II.



KETERANGAN UMUM PENDERITA Nama



: Tn. X



Umur



: 39 tahun (1982)



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Pengusaha



Alamat



: Malang



DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT A. Diagnosis Medis Insufisiensi Katup Mitral B. Catatan Klinis (Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll) Tidak ada catatan klinis C. Rujukan dari Dokter Rujukan dari dokter spesialis jantung



III. SEGI FISIOTERAPI A. Pemeriksaan Subyektif



B. Anamnesis (Auto) 1. Keluhan Utama Pasien mengeluhkan sesak napas, pusing, mudah lelah, dan nyeri di dada kiri. 2. Riwayat Penyakit Sekarang (Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap perkembangan, gambaran perkembangan, dll) Pasien mengeluhkan sesak napas, pusing, mudah lelah, dan nyeri di dada kiri. Pasien sudah dirawat sejak seminggu yang lalu. Riwayatnya pada saat di kantor, pasien tiba-tiba merasa pusing, sesak, kemudian pingsan dan langsung dibawa ke RS siang itu juga. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada riwayat penyakit dahulu 4. Riwayat Penyakit Penyerta Tidak ada riwayat penyakit penyerta 5. Anamnesis Sistem Kepala dan Leher



: (-) Tidak ada keluhan



Respirasi



: (+) Adanya sesak napas



Kardiovaskular



: (+) Adanya rasa nyeri pada dada kiri



Musculoskeletal



: (+) Adanya spasme pada otot



Neuromuscular



: (-) Tidak ada keluhan



Urogenital



: (-) Tidak ada keluhan



Gastrointestinal



: (-) Tidak ada keluhan



C. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik a) Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah : 150/90 mmHg (Hipertensi) Denyut Nadi



: 100 kali/menit (Normal)



Pernapasan



: 35 kali/menit (Takipnea)



Temperatur



: 36,5 ºC (Normal)



Tinggi Badan



: 170 cm



Berat badan



: 70 kg



b) Inspeksi (Statis & Dinamis) (Postur, fungsi motoric, tonus, refleks, gait, dll) Statis



: Ekspresi wajah pasien nampak seperti menahan nyeri, postur pasien tampak sedikit bungkuk ke depan.



Dinamis : Pola napas pasien tampak cenderung cepat akibat sesak napas yang dialaminya dan kesulitan untuk bernapas normal. c) Palpasi (Nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dll) a. Adanya nyeri tekan pada area dada sinistra b. Adanya spasme pada otot-otot bantu pernapasan (abdominal muscle) pasien d) Perkusi Terdengar suara pekak pada area ICS 5 e) Auskultasi Terdengar murmur pada ICS 4 kiri f) Gerak Dasar 1) Gerak Aktif : Pada ekstremitas atas dan bawah pasien mampu menggerakkan ekstremitasnya Regio



ROM



Nyeri



Kemampuan



Dekstra



Sinistra



Dekstra



Sinistra



Dekstra



Sinistra



Ekstensi



15º



15º



-



-



Mampu



Mampu



Fleksi



170º



170º



-



-



Mampu



Mampu



Abduksi



170º



170º



-



-



Mampu



Mampu



Adduksi



75º



75º



-



-



Mampu



Mampu



Horizontal Abduksi



30º



30º



-



-



Mampu



Mampu



Horizontal Adduksi



135º



135º



-



-



Mampu



Mampu



Eksternal Rotasi



90º



90º



-



-



Mampu



Mampu



SHOULDER



Internal Rotasi



80º



80º



-



-



Mampu



Mampu











-



-



Mampu



Mampu



Fleksi



150º



150º



-



-



Mampu



Mampu



Supinasi



90º



90º



-



-



Mampu



Mampu



Pronasi



80º



80º



-



-



Mampu



Mampu



Ekstensi



50º



50º



-



-



Mampu



Mampu



Fleksi



60º



60º



-



-



Mampu



Mampu



Radial Deviasi



20º



20º



-



-



Mampu



Mampu



Ulnar Deviasi



30º



30º



-



-



Mampu



Mampu



Fleksi hip



125˚



125˚



-



-



Mampu



Mampu



Ekstensi hip



15˚



15˚



-



-



Mampu



Mampu



Abduksi hip



45˚



45˚



-



-



Mampu



Mampu



Adduksi hip



15˚



15˚



-



-



Mampu



Mampu



Internal rotasi hip



45˚



45˚



-



-



Mampu



Mampu



Eksternal rotasi hip



45˚



45˚



-



-



Mampu



Mampu



KNEE Knee ekstensi











-



-



Mampu



Mampu



Knee fleksi



135˚



135˚



-



-



Mampu



Mampu



ANKLE Dorso fleksi



35˚



35 ˚



-



-



Mampu



Mampu



Plantar fleksi



20˚



20˚



-



-



Mampu



Mampu



Inversi



20˚



20˚



-



-



Mampu



Mampu



Eversi



30˚



30˚



-



-



Mampu



Mampu



ELBOW Ekstensi



WRIST



HIP



2) Gerak Pasif : Pada ekstremitas atas dan bawah pasien mampu menggerakkan ekstremitasnya dengan bantuan terapis. Regio



ROM



Nyeri



End Feel



Dekstra



Sinistra



Dekstra



Sinistra



15º



15º



-



-



Dekstra



Sinistra



SHOULDER Ekstensi



Firm



Firm



Fleksi



170º



170º



-



-



Soft



Soft



Abduksi



170º



170º



-



-



Firm



Firm



Adduksi



75º



75º



-



-



Soft



Soft



Horizontal Abduksi



30º



30º



-



-



Firm



Firm



Horizontal Adduksi



135º



135º



-



-



Soft



Soft



Eksternal Rotasi



90º



90º



-



-



Firm



Firm



Internal Rotasi



80º



80º



-



-



Firm



Firm











-



-



Hard



Hard



Fleksi



150º



150º



-



-



Soft



Soft



Supinasi



90º



90º



-



-



Firm



Firm



Pronasi



80º



80º



-



-



Firm



Firm



Ekstensi



50º



50º



-



-



Hard



Hard



Fleksi



60º



60º



-



-



Soft



Soft



Radial Deviasi



20º



20º



-



-



Firm



Firm



Ulnar Deviasi



30º



30º



-



-



Firm



Firm



Fleksi hip



125˚



125˚



-



-



Soft



Soft



Ekstensi hip



15˚



15˚



-



-



Soft



Soft



Abduksi hip



45˚



45˚



-



-



Firm



Firm



Adduksi hip



15˚



15˚



-



-



Firm



Firm



Internal rotasi hip



45˚



45˚



-



-



Firm



Firm



Eksternal rotasi hip



45˚



45˚



-



-



Firm



Firm



KNEE Knee ekstensi











-



-



Hard



Hard



Knee fleksi



135˚



135˚



-



-



Soft



Soft



ANKLE Dorso fleksi



35˚



35 ˚



-



-



Soft



Soft



Plantar fleksi



20˚



20˚



-



-



Soft



Soft



Inversi



20˚



20˚



-



-



Firm



Firm



Eversi



30˚



30˚



-



-



Firm



Firm



ELBOW Ekstensi



WRIST



HIP



3) Gerak isometrik : Pada ekstremitas atas dan bawah pasien mampu melawan tahanan minimal. Regio



Nyeri



Kemampuan



Dekstra



Sinistra



Dekstra



Sinistra



-



Mampu



Mampu



Mampu



Mampu



Mampu



Mampu



Adduksi



-



Mampu



Mampu



Horizontal Abduksi



-



-



Mampu



Mampu



Horizontal Adduksi



-



-



Mampu



Mampu



Eksternal Rotasi



-



-



Mampu



Mampu



Internal Rotasi



-



-



Mampu



Mampu



SHOULDER Ekstensi Fleksi Abduksi



ELBOW Ekstensi



-



-



Mampu



Mampu



Fleksi



-



-



Mampu



Mampu



Supinasi



-



-



Mampu



Mampu



Pronasi



-



-



Mampu



Mampu



Ekstensi



-



-



Mampu



Mampu



Fleksi



-



-



Mampu



Mampu



Radial Deviasi



-



-



Mampu



Mampu



Ulnar Deviasi



-



-



Mampu



Mampu



Fleksi hip



-



-



Mampu



Mampu



Ekstensi hip Abduksi hip



-



-



Mampu Mampu



Mampu Mampu



Adduksi hip



-



-



Mampu



Mampu



Internal rotasi hip



-



-



Mampu



Mampu



Eksternal rotasi hip



-



-



Mampu



Mampu



Knee ekstensi



-



-



Mampu



Mampu



Knee fleksi



-



-



Mampu



Mampu



Dorso fleksi



-



-



Mampu



Mampu



WRIST



HIP



Plantar fleksi



-



-



Mampu



Mampu



Inversi



-



-



Mampu



Mampu



Eversi



-



-



Mampu



Mampu



Ekstensi



-



-



Mampu



Mampu



Fleksi



-



-



Mampu



Mampu



Eksternal Rotasi



-



-



Mampu



Mampu



Internal Rotasi



-



-



Mampu



Mampu



Dorso Fleksi



-



-



Mampu



Mampu



Plantar Fleksi



-



-



Mampu



Mampu



Eversi



-



-



Mampu



Mampu



Inversi



-



-



Mampu



Mampu



KNEE



ANKLE



g) Kognitif, Intra-Personal, Inter-Personal Kognitif



: Pasien mampu memahami penjelasan dengan baik.



Intra-Personal



: Pasien memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk sembuh.



Inter-Personal



: Pasien selalu didampingi dan didukung oleh pihak keluarganya.



h) Kemampuan Fungsional Dasar, Aktivitas Fungsional, & Lingkungan Aktivitas KFD



: Pasien tidak dapat bernapas dengan normal.



AF



: Pasien terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari terutama aktivitas yang berat.



LA



: Pasien terganggu dalam bersosialisasi di lingkungannya dan bekerja.



2. Pemeriksaan Spesifik a) NRS Nyeri diam : 2 (nyeri ringan)



Nyeri tekan : 4 (nyeri sedang) Nyeri gerak : 8 (nyeri berat) b) RPE Borg Scale Didapatkan hasil 5 (nyeri berat), pada NYHA masuk ke dalam NYHA II dimana sesak napas berkurang saat pasien berbaring dan akan bertambah bila beraktivitas.



D. Underlying Process Faktor Risiko Kerusakan Jantung Pembengkakan daun katup dan erosi pinggir katup Insufisiensi katup jantung Pada fase sistolik katup bikuspidalis tidak menutup dengan sempurna Penurunan suplai darah dari ventrikel kiri kembali ke atrium kiri aorta Volume meningkat pada atrium kiri Menghambat aliran darah dari paru melalui vena pulmonalis



Impairment



Functional Limitation 1. Penurunan aktivitas fungsional 2. Sesak saat beraktivitas



Disability 1. Terganggu dalam aktivitas bekerja 2. Terganggu dalam kegiatan bersosialisasi 3. Pasien terganggu dalam melakukan hobinya



Pulmo



Muskulo



Dyspnea



Pain



Breathing exercise



Spasme otot pernapasan



Positioning, Kompres hangat, stretching, aerobic low impact, mobilisasi sangkar thorax



E. Diagnose Fisioterapi Pain, Dyspnea, Spasme et causa Insufisiensi Katup Mitral Impairment Pain Dyspnea Spasme otot pernapasan Functional Limitation Penurunan aktivitas fungsional Sesak saat beraktivitas Disability Terganggu dalam aktivitas bekerja Terganggu dalam kegiatan bersosialisasi Pasien terganggu dalam melakukan hobinya F. Program/Rencana Fisioterapi 1. Tujuan Treatment a) Jangka Pendek -



Mengurangi nyeri dada



-



Mengurangi spasme otot



-



Mengurangi sesak napas



-



Meningkatkan toleransi aktivitas pasien



b) Jangka Panjang -



Menghilangkan nyeri dada



-



Menghilangkan sesak napas



-



Menghilangkan spasme otot



-



Mengembalikan kemampuan fungsional pasien



2. Rencana Tindakan



a) Positioning Untuk mencegah terjadinya decubitus. b) Breathing Exercise Bertujuan untuk mengurangi nyeri dada, sesak napas dan memperbaiki pola pernapasan pasien. c) Mobilisasi Sangkar Thorax Bertujuan untuk mengurangi nyeri dada, sesak napas dan memperbaiki pola pernapasan pasien. d) Kompres Hangat Bertujuan untuk merelaksasikan otot dan mengurangi nyeri. e) Stretching Bertujuan untuk megurangi nyeri serta meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas otot bantu pernapasan (abdominal muscle). f) Latihan Aerobik Low Impact Bertujuan untuk megontrol aliran darah dan meningkatkan kualitas pernapasan pasien. G. Prognosis Quo ad vitam



: Bonam



Quo ad sanam



: Bonam



Quo ad fungsionam



: Dubia Bonam



Quo ad cosmeticam



: Bonam



H. Pelaksanaan Fisioterapi a) Positioning Frekuensi



: Setiap hari



Intensitas



: 2-3 jam sekali



Time



: 5-10 menit



Teknik



: Miring kanan, miring kiri



b) Breathing Exercise Frekuensi



: 1-2 kali sehari



Intensitas



: Toleransi pasien



Time



: 10-15 menit



Teknik



: Deep breathing



c) Mobilisasi Sangkar Thorax Frekuensi



: 1-2 kali seminggu



Intensitas



: Toleransi pasien



Time



: 10-15 menit



Teknik



: Chest breathing



d) Kompres Hangat Frekuensi



: 2 kali sehari



Intensitas



: 40-43 ºC



Time



: 15-20 menit



Teknik



: Relaksasi otot



e) Stretching Frekuensi



: 2 kali seminggu



Intensitas



: 5-10 repetisi/ toleransi pasien



Time



: 10-15 menit



Teknik



: Gentle active dan passive stretching



f) Latihan Aerobik Low Impact Frekuensi



: 3-5 kali seminggu



Intensitas



: Rendah



Time



: 30-60 menit



Teknik



: Latihan jalan, bersepeda, treadmill



I. Hasil Evaluasi Terakhir a) NRS Nyeri



T0



T1



T2



T3



T4



T5



T6



Diam



2



2



2



1



1



1



0



Tekan



4



4



4



3



3



2



1



Gerak



8



7



6



5



4



3



2



b) RPE Borg Scale Treatment keT0 T1 T2 T3 T4 T5 T6



Skala 5 5 4 3 3 2 2



J. Edukasi dan Komunikasi -



Pasien diharapkan tidak melakukan aktivitas berat



-



Pasien diharapkan menjaga pola makan



-



Pasien diharapkan memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh



-



Keluarga pasien diharapkan selalu mendampingi dan memberikan dukungan kepada pasien



K. Catatan Pembimbing Praktik L. Catatan Tambahan -



BAB III KESIMPULAN Insufisiensi aorta, atau disebut juga regurgitasi aorta, merupakan kondisi katup aorta yang tidak dapat menutup secara sempurna. Jantung manusia memiliki empat katup, yaitu katup aorta, pulmonal, mitral, dan trikuspid. Penyebab utama dari regurgitasi



katup aorta, yaituAbnormalitas pada katup aorta, yang terdiri atas abnormalitas kongenital endocarditis dan penyakit rheumatic, Penyakit rheumatic dapat menyebabkan penebalan, deformitas dan pemendekan katup aorta, sehingga menyebabkan stenosis maupun insufiensi aorta.Dilatasi aorta, yang terdiri atas aneurisma aorta akibat inflamasi dan sindrommarfan, diseksi aorta, ekstansi annuloaortikus, dan sifilis.Patofisiologi kelainan katup jantung melibatkan prosesproses degeneratif, infeksi, ataupun kelainan kongenital yang akan menyebabkan stenosis, regurgitasi, ataupun atresia katup.



DAFTRA PUSTAKA Guyton & Hall. 2007.  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. Herdman, Heather. 2010.NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan  Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth Vol 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.