Intelegensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM II



INTELEGENSI



Kelompok 1 Nama



: Ady Mahardika Andre Sistian Ramadhan Baginda Isadia



Npm



: 17700011 17700015 17700017



Fakultas Mata Kukiah



: Psikologi : Psikologi Umum II



Dosen Pengajar : Dra. Tjitjik Hamidah, Msi



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari dalam psikologi. Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem-problem manusia yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia pendidikanpun, intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah-olah intelegensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan. Untuk mengetahui tentang apa itu intelegensi, akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi intelegensi ? 2. Apa saja factor yang mempengaruhi intelegensi ? 3. Stabilitas Intelegensi Dan IQ(Intelegence Quetient) 4. Pengukuran Intelegensi 5. Syarat Tes Intelegensi 6. Apa saja teori intelegensi ? 7. Bagaimana cara pengukuran intelegensi ? 8. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar peserta didik ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi intelegensi. 2. Untuk memahami factor yang mempengaruhi intelegensi. 3. Untuk memahami teori intelegensi. 4. Untuk memahami cara pengukuran intelegensi. 5. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar peserta didik.



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Intelegensi 1. Pengertian Intelegensi Secara Etimologis Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. B. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli 1. Claparde dan stern : Intelegensi merupakan kemampuan untuk meyesuaikan diri secara mental situasi baru 2. Buhler : Intelegensi adalah perbuatan yang disertai pemahaman dan pengertian 3. Wechsler : Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak berarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungan secara efektif. 4. Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism). 5. Lewis Madison Terman (1916) Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. 6. H. H. Goddard (1946)



Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. 7. V.A.C. Henmon Mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. 8. Baldwin(1901) Mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami. 9. Edward Lee Thorndike (1913) Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. 10. Walters dan Gardber (1986) Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi 1. .Faktor Bawaan : peneliti menunjukan bahwa individu yang berasal dari suatu keluarga memiliki korelasi tinggi (intelegensi/kecerdasaan hampir sama).korelasi anak kembar 0,90.Anak dan orang tua 0,4-0,5 dan faktor pertama yang berperan di dalam intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti pada intelegensi. Intelegensi tergantung pada kondisi ptak seseorang , otak sangat di pengaruhi oleh gizi.



3. Faktor minat dan pembawaan yang khas Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luas, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 4. Faktor pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam disekitarnya. 5. Faktor kematangan Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur. 6. Faktor kebebasan Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya. D. Stabilitas Intelegensi Dan IQ(Intelegence Quetient) Intelegensi akan berkembang sesuai pertumbuhan otak. Sampai kurang lebih usia 20 terjadi peningkatan intelegensia kemudian stabil dan sejalan kemunduran organik otak akan terjadi penurunan intelegnsia



IQ diukur dengan mempertimbangkan norma kelompok hasil IQ akan relatif stabil karena kelompok mengalami masa pertumbuhan dan penurunan yang hampir sama IQ/Intelegnsi Quetient adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat kecerdasaan jadi hanya mengindikasikan



sedikit



tentang



taraf



kecerdasaan/intelegensi



seseorang(tidak



menggambarkan kecerdasaan/Intelegensi seseorang secara keseluruhan) Mula-mula IQ dihitung dengan membandingkan umur mental (mental age/MA) dengan umur Chronologis (Choronological age/CA/usia kalender) Bila MA = CA, maka skornya 1 kemudian dikalikan 100 Bila MA = CA Skor IQ = 100 artinya individu memiliki tingkat kecerdasan sama / sesuai dengan usianya Bila MA > CA skor IQ > 100 Kemajuan intelegensi CA MA Skor intelegensi < 100 anak tidak cerdas RUMUS IQ=MA/CA x 100 Namun rumus ini ternyata tidak relevan, karena setelah otak mengalami kemasakan, akan mengalami penurunan kemampuan sedangkan usia (CA) terus meningkat sehingga bila rumus terus dipakai maka akan terjadi penurunan IQ. Kemudian diatasi dengan membandingkan skor seseorang dengan skor orang lain dalam kelompok umum yang sama atau menghitung IQ berdasarkan norma kelomok. Individu yang sama dengan rata kelompok memperoleh nilai 100 E.PENGUKURAN INTELEGENSI Alfred Binet dan simon = tes simon-binet Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes BinnetSimon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911. Terman daro Stanford University memperbaiki tes simon - binet dikenal denagn tes stanford binet Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan



chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford_Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun. Charles Spearman = Intelegensi juga terdiri dari berbagai faktor-faktor spesifikasi Teori Faktor Spearmen WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa WISC (Wechsler intelligence Scale For Children) untuk anak-anak Thurstone dan Guilford = Teori Multi Faktor Tes -Tes Yang Sifatnya Klasifikal Army Alpha (untuk yang dapat membaca / menulis ) Army Beta (untuk yang tidak dapat membaca/menulis ) F.Syarat Tes Psikologi 1.Valid : mengukur yang seharusnya diukur 2.Reliabel : Tes harus reliabel diberikan berulang-ulang hasilnya sama (diberikan sekarang,nanti,besok)hasil sama 3.Standisasi : Siapapun yang memberikan tes dengan alat tes dan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama(rapport,prosedur dan cara pembirian tes, skoring, dan interpretasi hasil tes, selalu ada pembakuan / standard) Bakat/Aptitude Adalah kemampuan khusus yang pada kondisi khusus dapat menumbuhkan pengetahuan kecakapan dan ketrampilan bila dilatih / digali / dipupuk Tes untuk mengukur prestasi belajar : SCHOLASTIC APTITUDE TEST Di bidang pekerjaan : VOCATIONAL APTITUDE TEST dan INTEREST INVENTORY Misalnya : Kuder Occupational Interest Survey Kreativitas : Kreativitas adalah salah satu ciri intelegensi karena karena merupakan manifestasi proses kognitif



Skor IQ rendah memang diikuti oleh tingkat tingkat kreativitas yang rendah pula namun semakin tinggi IQ tidak selalu diikuti ringkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai batas tertentu IQ memiliki korelasi dengan kreativitas sebab kreativitas adalah kemampuan berfikir yang bersifat divergen yaitu kemampuan memberikan berbagai alternatife jawaban IQ : mengukur kemampuan yang bersifat konvergen : kemampuan memberikan satu jawaban (yang logis) terhadap satu persoalan



G.Teori-Teori Intelegensi 1.Charles Spearman : Intelegensi terdiri dari general factor (G-Faktor) dan spesific factor (S-Factor) 2.Guilford (1988) mengembangkan model tentang kemampuan intelek manusia yang disusun berdasarkan suatu system yang disebut “struktur intelek” yang terdiri dari tiga dimensi intelektual yaitu : a.Operasi (proses) : berisi tentang evaluasi berpikir konvergen dan divergen , ingatan dan kognisi b.Produk : terdiri dari unit, kelas, hubungan,sistem, transformasi,dan implikasi c.Materi : berisi figural,simbolik,semantik,dan behavioral 3.Howard Gardner (1983) Mengembangkan konsep multliple intelligence yang terdiri daro kecerdasaan linguistik, musik, spasial, logika, bodily, dan kinestetik, kemampuan intrapersonal, kemampuan interpersonal, kecerdasaan natural dan kecerdasaan spiritual 4.Robert Stenberg (1990) Mengemukakan konsep tentang “Triarchic Theory Of Intelligence”bahwa intelegensi adalah proses kognitif yang terdiri dari 3 aspek : a.Component Intellihgence(thinking) yaitu proses informasi dasar yang terjadi secara internal dari presentasi obyek atau simbol dan terdiri dari



1.Meta component : Proses kontrol tingkat tinggi terhadapa aktivitas intelegensi (mengatur apa yang dilakukan) 2.Performance component : proses mental yang digunakan jntuk membuat keputusan 3.Knowledge-acquistion component : yaitu komponen untuk memperoleh pengetahuan seperti : mempelajari hal baru, membedakan, mencari informasi b.Experimental Intelligence (mengatasi masalah baru) : yaitu proses coping terhadap situasi baru yang terdiri dari : 1.insight 2.otomaticity : kesiapan seseorang untuk menghadapi situasi baru 3.edisience : kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu yang simpel c.Contextual Intelligence : proses pengambilan keputusan dan adaptasi serta pembentukan selecting, reshaping dan maxmizing (perilaku inteligen) H.EMOTIONAL INTELLIGENCE Kercerdasan emosional pertama kali di cetuskan oleh Peter Salovey dan Jhon mayer (1990) dan mendefinikasi sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan membantu perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing dan tindakan. Kecerdasan ini berhungan dengan kualitas-kualitas emosianal yang penting bagi keberhasilan, orang lain : Empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah,kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai orang lain, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, kesetiakawanan,keramahan, dan sikap hormat Kualitas-kualitas tersebu selanjutnya dikelompokan kedalam 5 wilayah utama, yaitu : 1. mengenali emosi diri, Wilayah ini merupakan titik dasar kecerdasan emosi, yaitu memiliki kepekaan atas pengembalian keputusan masah pribadi 2. Mengelola emosi Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, ketersinggungan sehingga bisa bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejahatan dalam kehidupan.



3. Memotivasi diri sendiri Kemampuan seseorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri terhadap kepuasan dan kecemasan. 4. Mengenali emosi orang lain Berkaitan erat dengan epati, dan merupakan dasar ''keterampilan bergaul''dimana orang mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang di butuhkan atau di kehendaki orang lain 5. Membina hubungan Keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain untuk menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi MULTIPLE INTELLIGENCE Multiple intelligence menjelaskan bahwa manusia memiliki kecerdasan berbedabeda ''multiple'' menunjukan beragam kapasitas kecerdasan yang terpisah, sedangkan ''intelligence'' menunjukan tentang kapasitas kecerdasan IQ yang di kenal selama ini Ada tiga komponen penting yang dianggap sebagai esensi inteligensi : 1. Penilaian (judgement) 2. Pengertian (comprehension) 3. Penalaran (reasoning) melalui kecerdasan majemuk ini, Gardner mengemukakan adanya 8 tipe kecerdasan : 1.Kecerdasan Lingguistik Kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantic atau makna bahasa, dimensi pragmatic atau pengguna bahasa. 2. Kecerdasan visual-spatial Kecerdasan ini membentuk dasar kemampuan di bidang seni, termasuk menggambar, melukis dan memahat, kemampuan bekerja diruang tiga dimensi seperti pada arsitektur dan desain industri: kemampuan untuk membentukan image sehingga ia mampu melihat dari berbagai sudut.



3. Kecerdasan intrapersonal Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan memehami diri sendiri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksus, motivasi, temperamen dan kinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan mengahargai ditri 4. Kecerdasan interpersonal Kecerdasan ini behungan dengan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain, Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspressi wajah, suara, isyarat dan gerak; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan tertentu. misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk melakakukan tindakan demo dll. 5. Kecerdasan kinestik Kecerdasan ini berhungan dengan kemahiran dan menggunakan anggota tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan keterampilan dan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu, Kecerdasan ini meliputi kemampuankemampuan fisik yang spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, kelenturan dan kecepetan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan 6. Kecerdasan Logis-matematis Kecerdasan ini berhungan dengan kemampuan menggunakan angka dan penalaran secara logis memungkinkan kita untuk menilai, menimbang, mengukur dan menghitung serta mengerti lambang-lambang, urutan-urutan an menyusun informasi sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah 7. Kecerdasan musikal Kemampuan yang berhubungan dengan bunyi nada dan kemampuan menangani bentuk musik dengan cara mempersepsi, membedakan, mengubah dan mengekspresikan. 8. Kecerdasan naturalis Kemampuan yang berhungan dengan alam seperti flora dan fauna, pola-pola cuaca dan fenomena alam lainnya. Setiap individu memiliki kedelapan kecerdasan ini dan dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada singkat kompetensi yang tinggi, Sejak usia dini, biasanya



setiap anak sudah dapat menunjukan kecendrungan terhadap kcerdasan-kecerdasan tertentu, sehingga kita tidak perlu membatasi anak hanya dalam satu bidang kecerdasan tertentu saja Spiritual Intelligence Kecerdasaan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan niali untuk mendapatkan perilaku dan hidup itu dalama konteks makna yang luas dan kaya, juga menilai bahwa tindakan/jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Menurut Paul edwars dalam “The Spiritual Intelligence Handbook” ada 6 argumen mengapa SQ lebih penting dari pada IQ dan EQ 1.Segi spiritual SQ (yang abadi, asasi, spiritual) SQ mengungkap segi oerennial dalam struktur kecerdasaan manusia. Misalnya SQ bisa menyidakan jawaban tuntas dan jelas mengenai misteri kematian, arti hidup di dunia fana dan bagaimana menjalani hidup secara benar 2.Mind-body-soul Manusia tidak hanya terdiri dari pikiran (mind) dan badan (body), tetapi manusia menjadi “ada” dan “hidup” justru karena ada faktor kunci yakni “soul” atau (jiwa,roh dan spirit ) Kesehatan Spiritual : SQ menyajikan berbagai cara untuk kesehatan spiritual mulai dari spiritual experience sangat spiritual healing 4.Kedamaian spiritual : menurut Paul edward, SQ membimbing manusia maih kedamaian hidup secara spiritual (spiritual peace) dimana kita bisa merasakan keamanan (secure), kedamaian (peace), cinta dan bahagia 5.Kehabagiaan Spiritual : SQ mengajak kita memaknai hidup secara lebih bermakna (meaningful) dan meraih kebahagiaan sejati secara spiritual 6.Kearifan Spiritual : SQ Menekankan segi-segi kearifan (spiritual wisdow) dalam menjalani hidup secara arif dan bijaksana adil dan tolenransi



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang di miliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang. Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu dalam menentukan tujuan hidupnya. Inteligensi/kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. (Djaali, 2006:63) memandang kecerdasan sebagai pemandu dan penyatu dalam mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya. B. Saran Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya, penulis ucapkan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA



John, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2011 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011 Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU, 2011 http://yogieaffandi.blogspot.com/2011/09/pengertian-intelegensi.html, 17-11-2012