Intelegensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS 2 PERBEDAAN INDIVIDU : INTELEGENSI DAN BAKAT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN



Nama NIM Dosen Pengampu



: Malim Soleh Rambe : 19169015 : 1. Prof. Dr. Neviyarni S, M.S. Kons 2. Prof. Dr. Mujiran, M.S.,Kons



PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN PROGRAM DOKTOR PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 1441 H / 2019 M



i



DAFTAR ISI COVER .................................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii MIND MAPPING .................................................................................................... 1 PENJELASAN MIND MAPPING ........................................................................ 2 BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 2 A. Latar Belakang ............................................................................................. 2 B. Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II. ISI ................................................................................................................ 3 A. Konsep Dasar Perbedaan Individu .............................................................. 3 B. Konsep Dasar Intelegensi ............................................................................ 4 1. Pengertian Intelegensi ............................................................................. 4 2. Teori-Teori Tentang Intelegensi ............................................................. 8 C. Konsep Dasar Bakat .................................................................................... 9 1. Pengertian Bakat ..................................................................................... 9 2. Jenis-Jenis Bakat ..................................................................................... 10 D. Implikasi Perbedaan Individu dalam Pembelajaran .................................... 11 BAB III. PENUTUP ................................................................................................. 14 A. Kesimpulan .................................................................................................. 14 B. Saran ........................................................................................................... 14 DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................. 15 YEL-YEL ................................................................................................................. 16 MATRIKS PERTEMUAN 1.................................................................................. 17 PROGRAM .............................................................................................................. 19



ii



MINDMAP TUGAS 1



1



PERBEDAAN INDIVIDU : INTELEGENSI DAN BAKAT SERTA IMPLIKASINYA Oleh [email protected] A. Latar Belakang Setiap individu adalah berbeda. Bahkan di dalam keluarga yang memiliki anak kembar yang identik sekalipun pasti mempunyai perbedaan juga apalagi yang tidak memiliki hubungan darah. Perbedaan yang dimaksud pada pembahasan ini adalah perbedaan dalam intelegensi, bakat dan minat anak didik. Perbedaanperbedaan ini menjadi parameter yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak didik dalam mengembangkan dirinya terutama di lingkungan sekolah. Setiap individu seharusnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang secara maksimal sesuai dengan kapasitas intelegensi, bakat dan minat yang dimilikinya. Tentu saja kapasitas setiap individu berbeda-beda. Misalnya saja seorang anak yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan mumpuni di bidang akademis, sehingga dengan kemampuannya tersebut dia akan mampu meraih prestasi misalnya di bidang olimpiade. Seseorang yang berbakat dibidang seni tentu memiliki imajinasi tinggi sehingga dengan kreatifitas yang dimilikinya akan berdampak pada sekitarnya misalnya dalam menggagas ide-ide baru, atau seorang individu yang memiliki minat yang tinggi akan mampu menguasai hal-hal baru dengan keinginan kuat yang dimilikinya. Keberagaman-keberagaman yang dimiliki setiap individu menjadikan mereka berbeda satu sama lain. Sehingga dalam proses belajar tertentu akan ada kemajuan belajar siswa yang berbeda-beda pula. Seorang guru merupakan fasilitator dalam pembelajaran sehingga ia turut andil dalam perkembangan siswa didiknya. Dengan memahami perbedaan intelegensi, bakat dan minat diharapkan seorang guru akan mampu mengarahkan, mengembangkan dan mendukung pencapaian prestasi anak didiknya sesuai dengan potensi yang dimilikinya sebab potensi tersebut tidak akan berkembang tanpa adanya latihan Tujuan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat tiga pokok yang dipaparkan di dalam makalah ini, antara lain sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan Konsep Dasar Perbedaan Individu. 2. Menjelaskan Konsep Dasar Intelegensi. 3. Mendeskripsikan Konsep Dasar Bakat 4. Menjelaskan Implikasi Perbedaan Individu dalam Pembelajaran.



2



BAB II ISI A. Konsep DasarPerbedaan Individu Pembelajaran yang efektif dan dikatakan mengalami keberhasilan apabila dalam proses pembelajaran yang berlangsung dapat merespon sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didiknya. Dalam pembelajaran setiap peserta didik memiliki kemampuan individu yang berbeda-beda, sehingga menjadi kewajiban kepada guru untuk memahami dan mensiasati kondisi tersebut agar setiap peserta didiknya berhasil setelah proses pembelajaran selesai. Secara umum perbedaan individu yang dimiliki peserta didik meliputi perbedaan intelegensi, perbedaan bakat, perbedaan gaya belajar, serta perbedaan kepribadian dan tempramen. Berikut akan kita bahas perbedaan-perbedaan tersebut dan implikasinya dalam pembelajaran. Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Dari aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu: (2) Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya, (2) Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren (1980: 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur kronologi. Seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara teratur dalam tugastugas sekolahnya dilihat dalam kaitannya dengan faktor umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu menangkap/ mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan materi dan penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama. Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti kemalasan atau sikap keras kepala.



3



Penjelasan itu tidak mendasarkar, kenyataan bahwa para siswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat perkembangan. Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Intelegensi itu sendiri adalah Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “ inteligensia “. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran. 1. Faktor-Faktor yang Memengauhi Perbedaan Individu a. Keturunan/ Hereditas b. Faktor lingkungan meliputi lingkungan statis/keadaan tempat dan dinamis / pengaruh sosial atau manusia. Selain itu juga dipengaruhi : (a) Status sosial , (b) Pola asuh orang tua, (c) Budaya, (d) Urutan Kelahiran dll 2. Macam-macam perbedaan individu: a. Perbedaan jenis kelamin b. Perbedaan kemampuan c. Kepribadian d. Perbedaan dari segi motorik B. Konsep Dasar Intelegensi 1. Pengertian intelegensi Intelegensi dalam dunia pendidikan secara sederhana sering dimaknai sebagai kecerdasan dalam belajar, kemampuan dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah dengan waktu yang singkat. Definisi lain diungkapkan David Wechsler (dalam Azwar, 2004) intelegensi merupakan kumpulan kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. Kemampuan intelegensi membantu seseoran untuk menyelesaikan permasalahan yang abstrak dan sulit, sehingga dengan kemampuan tersebut diharapkan dapat membentuk kepercayaan diri yang tinggi terhadap orang tersebut. Menurut Purwanto (2000) intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasionaluntuk beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan efektifsebagai wujud kecerdasan dalam



4



belajar.Menurut Bayley (dalam Slameto,1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelegensi individu, yaitu: 1) Faktor Keturunan (faktor bawaan) Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetik oleh orang tua. Pewarisan gen inilah menjadi faktor pembawa ciri bawaan yang diwariskan orang tua kepada keturunannya. 2) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan mengacu pada segala sesuatu yang berada di luar diri individu. Faktor ini dapat meliputi banyak hal, mulai dari status sosial ekonomi orang tua, pola gizi, stimulasi dan rangsangan, pola asuh orang tua, dan budaya. a) Status sosial ekonomi orang tua, faktor ini meliputi pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan perbedaan status ekonomi orang tua. Meskipun tidak sepenuhnya berpengaruh tetapi faktor-faktor tersebutakan berdampak kepada pola hidup yang mengarahkan kepada perbedaan kemampuan intelegensi individu. b) Pola pengasuhan terhadap anak, faktor ini menjadi yang paling dominan dalam pembentukan karakter dan intelegensi individu. Terdapat tiga jenis pola pengasuhan orang tua terhadap anak yaitu otoriter, permissive,dan autoritatif. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan padapengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Pola asuh inidapat menjadikan anak kurang inisiatif,cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karenasering mendapat hukuman anak menjadi tidak disiplin dan nakal. Pola asuh permisifmerupakan bentuk pengasuhan di mana orangtua memberi kebebasan sebanyak mungkinpada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidakbanyak dikontrol oleh orangtua. Pola asuh ini secara praktik kurang bagus untuk diterapkan, karena akan menjadikan anak kurang bertanggung jawab dengan apa yang diamanahkan terhadap anak tersebut. Sementara itu pola asuh autoritatif bercirikan adanya hakdan kewajiban orangtua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatihuntuk bertanggung jawab, dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin. c) Budaya, secara tidak disadari bentuk budaya dan kebudayaan seseorang akan mempengaruhi prilaku individu manusia.Sebagai contoh adalah bagaimana nilai dannorma membentuk perilaku individu masyarakat. Misalkan adat dan nilai-nilai dalam masyarakat memberitahupada anggotanya tentang apa yang baik atau penting dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilaiini terjabarkan dalam norma-norma. Norma-norma memberikan panduan dan pandangan bagi anggotamasyarakat bagaimana harus berperilaku. Norma menjadi ukuran pantas dan tidak pantas, salah dan benar, baik dan buruk bagi anggota masyarakat. Kondisi inilah yanga



5



akan menjadi cikal bakal kemampuan intelegensi melalui sikap dan pengambilan keputusan dalam penyelesaian permasalahan. Menurut Purwanto, N.(1998) “dalam mendidik dan mengajar, pendidik tidak cukup hanya menyisihkan pengetahuan-pengetahuan atau tanggapantanggapan yang banyak ke dalam otak anak-anak”.Pendapat ini mempertegas bahwa anak harus diajar berpikir dengan baik, supaya anak tersebut dapat berpikir dengan baik pula, dan kita perlu memberikan : 1. Pengetahuan siap (parate kennis), yaitu pengetahuan pasti yang sewaktuwaktu siap untuk dapat dipergunakan, seperti : hafal tentang huruf abjad, perkalian, dan sebagainya. 2. Pengetahuan yang berisi, yang mengandung arti (tidak verbalistis) dan yang benar-benar dimengerti oleh anak-anak. 3. Melatih kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan berpikir secara teratur dan skematis. 4. Soal-soal yang mendorong anak untuk berpikir, dalam hal ini faktor motivasi memegang peranan yang penting. Williem Sterm, “inteligensi ialah suatu kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya, dan inteligensi tersebut sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan” Berdasar pendapat tersebut pendidikan dan lingkungan tidaklah begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu : 1. Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat dan tidaknya memecahkan suatu soal atau masalah, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada pula yang bodoh, meskipun sama-sama menerima latihan dan pelajaran yang sama, tetapi perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada. 2. Kematangan : Setiap organ di dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, setiap organ ( fisik maupun psikis ) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masingmasing. 3. Pembentukan : yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. 4. Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.



6



Sedangkan menurut Jean Piaget, “intelligence atau inteligensi diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensiotesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan”. Pendapat ini mempertegas bahwa inteligensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit inteligensi sering kali diartikan sebagai inteligensi perasional,termasuk pula di dalamnya tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensorimotoris sampai dengan operasional formal. (Suryabrata S. 2010). Menurut pendapat Munandar U. (1999) “bahwa inteligensi meliputi terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan suatu keputusan dan keseimbangan serta integritas intelektual secara umum”. Menurut English & English dikutip oleh Sunarto H.,(1999) bahwa : istilah intelek yang berarti antara lain : (a) Kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir, (b) Suatu rumpun nama untuk proses koqnitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami), (c) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir”. Wechler, “merumuskan inteligensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.Dari pendapat ini bahwa hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek itu antara lain : 1. Bertambahnya informasi yang disimpan (di dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif. 2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan untuk memecahkan suatu masalah, sehingga seseorang dapat berpikir proporsional. 3. Adanya kebebasan berpikir menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak dalam memecahkan suatu masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar. Sedangkan Semiawan C., (1977) mengatakan, “Kemampuan menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan berpikir kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis perubahan mencakup berpikir abstrak dan berpikir verbal” Menurut Bobbi Deporter dan Mike Henachi, “semua kecerdasan yang tinggi, termasuk intuisi ada dalam otak sejak lahir, dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan, kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik”.



7



2. Teori Tentang Intelegensi Azwar (2004) menguraikan secara ringkas mengenai teori-teori intelegensi, antara lain: a. Alfred Binet Alfred Binet termasuk salah satuahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang darisatu faktor satuan atau faktor umum. Menurut Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu kriteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelegen atau tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya. b. Thurstone Thurstone berpendapat bahwaintelegensi terdiri dari faktor yangjamak (multiple factors), mencakuptujuh kemampuan mental utama(primary mental abilities), yaitu: (1)Pemahaman verbal (verbalcomprehension)Kemampuan ini biasanya diukurmelalui tes-tes kosakata, termasuksinonim dan lawan kata, dan tes-teskemampuan menyimak bacaan. (2)Kecepatan verbal (verbal fluency)Kemampuan ini biasanya diukurmelalui tes-tes yang menuntutmenghasilkan kata-kata secaracepat dan tepat. (3) Bilangan (number)Kemampuan ini biasanya diukurmelalui pemecahan masalah-masalaharitmatika. Dalam tes inisangat ditekankan tidak hanyamasalah-masalah perhitungan danpemikiran, tetapi juga penguasaanatau pengetahuan yang sudah adasebelumnya. (4)Visualisasi spasial (spatialvisualization)Kemampuan ini biasanya diukurdengan tes-tes yang menuntutmanipulasi mental atas simbol-simbolatau bangunbangungeometris. (5) Ingatan (memory)Kemampuan ini biasanya diukurmelalui tes mengingat kembalikata-kata atau kalimat yangdihafal dari gambar-gambar yangdisertai keterangan gambar (kata-kata). (6) Pemikiran (reasoning)Kemampuan ini biasanya diukurmelalui tes-tes analogi-analogi. Dan (7) Kecepatan persepsi (perceptualspeed)Kemampuan ini biasanya diukurmelalui tes-tes yang menuntutpengenalan simbol secara cepat. c. R. Bernard Cattell Dalam teorinya mengenaiorganisasi mental, Cattellmengklasifikasikan kemampuan intelegensi menjadi dua macam, yaitu: (1) Intelegensi Fluid, yangmerupakan faktor bawaan biologis. (2) Intelegensi Crystallized, yangmerefleksikan adanya pengaruhpengalaman, pendidikan, dankebudayaan dalam diri seseorang. Intelegensi crystallized ini akanmeningkat seiringdengan meningkatnya pengalaman seseorang.



8



C. Konsep Dasar Bakat 1. Pengertian Bakat Istilah bakat merupakan terjemahan dari aptitude yang memiliki arti sebagai potensi atau kemampuan yang potensial untuk dikembangkan dan dilatih. Selain itu, bakat juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan khusus dari dalam diri individu yang menjadi bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Crow dalam (Suryabrata, 2008) menyatakan bahwa bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam. Sejalan dengan definisi Crow, Brigham dalam (Sobur, 2003) mendefinisikan Bakat adalah kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan. Berdasarkan uraian di atas, bakat dapat diartikan sebagai potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh individusetelah individu mendapat latihan. Menurut Guillford dalam (Syadih, 2004) mengatakan bahwa kemampuan kinerja dalam bakat yang dimiliki individu mencakup tiga komponen yaitu : komponen psikomotorik, komponen perceptual dan komponen intelektual. a. Komponen Psikomotorik Komponen psikomotorik mencakup 6 faktor, yaitu: faktor kekuatan, faktor impuls, faktor kecepatan gerak, faktor ketelitian, faktor koordinasi dan faktor keluwesan (flexibility) b. Komponen Perceptual Komponen perceptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, yaitu faktor-faktor yang antara lain berupa: kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang, orientasi waktu, luasnya daerah persepsi, kecepatan persepsi dan lain sebagainya. c. Komponen Intelektual Dari ketiga dimensi, dimensi inilah yang mempunyai implikasi yang sangat luas. Komponen ini meliputi lima faktor yaitu: (a) Faktor ingatan, yang mencakup: Faktor ingatan mengenai substansi, faktor ingatan mengenai relasi, faktor ingatan mengenai sistem”. (b) pengenalan, yang mencakup: pengenalan terhadap keseluruhan infomasi, golongan/kelas, hubungan-hubungan, bentuk atau strktur, dan kesimpulan. (c) Faktor Evaluatif, yang mencakup: Evaluasi mengenai identitas, relasi-relasi, sistem dan evaluasi terhadap penting tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang dihadapi). (d) berfikir divergen, yang meliputi: faktor untuk menghasilkan unit-unit, faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan, faktor kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan, faktor untuk menghasilkan sistem, faktor untuk transformasi divergen, faktor untuk menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.



9



2. Jenis-Jenis Bakat Berdasarkan penjelasan tiga komponen penting dalam bakat, tiga komponen bakat tersebut akan memungkinkan kualitas yang dimiliki individu tersebut berkembang dan menghasilkan kemampuan-kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai dengan potensinya. Bakat kemampuan khusus dalam (Munandar 2002) diklasifikasikan menjadi lima bagian yaitu: a. Bakatakademikkhusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal), dan sejenisnya. b. Bakat kreatif – produktif, artinya bakat dalam hal menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur terbaru, dan sejenisnya. c. Bakat seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang digemari banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat. d. Bakatpsikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis e. Bakatsosial, antara lain mahir melakukan negosiasi, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam kepemimpinan. Chaplin (1972) dan Reber (1988) mendeskripsikan bahwa Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Muhibbin syah, 2010:133). Sedangkan menurut Semiawan, dkk, (1984:1), Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Sementara menurut Wijaya (1988:66) bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, misalnya: berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang bersifat umum ataupun khusus. Namun bakat juga harus disertai dengan latihan khusus untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Sri Milfayetti (2015: 62) menyebutkan karakteristik individu yang di golongkan berbakat secara akademik adalah : (a) Kemampuan untuk belajar tinggi, (b) Kekuatan dan kepekaan fikiran, (c) Keingin tahuan dan dorongan a. Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan.



10



b. Bahasa (Linguistic)Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. c. Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. d. Musikalitas (Musical)Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. e. Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang. D. Implikasi Perbedaan dalam Proses Pembelajaran Perbedaan individu sangat menarik perhatian para ilmuawan.Termasuk DePetter dan Hearchi. Ia menjelaskan berbagai macam tipe orang dalam belajar. Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada yang lebih senang belajar sendiri, belajar berkelompok, belajar dengan melihat, mendengar atau mengerjakan sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya dengan baik. Untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, tentu ada baiknya kita terlebih dulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya tipe belajar kita sendiri. Menurut DePetter dan Hearchi, 2003, tipe belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Sutanto, 2006, membagi tipe belajar seseorang menjadi tiga hal: 1. Manusia visual, dimana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/dilihatnya. 2. Manusia auditori, dimana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal. 3. Manusia kinestetik, dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya. Sejalan dengan hal tersebut, DePetter dan Hearchi, 2003, mendeskripsikan ciri-ciri tipe belajar seseorang menjadi sebagai berikut: a. Tipe Visual Orang visual akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri orang dengan tipe belajar visual, yaitu : a) Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan b) Berbicara dengan cepat c)



Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik



11



d) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka e)



Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar



f)



Mengingat dengan asosiasi visual



g) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya. h) Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat i)



Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat



j)



Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato



k) Lebih menyukai seni gambar daripada musik l)



Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak



m) Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih katakata yang tepat n) Biasanya tidak terganggu dengan keributan b. Tipe Auditori Orang dengan tipe ini akan lebih memahami sesuatu melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)



Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca Senang membaca dengan keras dan mendengarkan Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna suara Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan Berbicara dalam irama yang terpola Lebih suka musik daripada seni gambar Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik



12



Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain m) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya n) Biasanya pembicara yang fasih l)



c. Kinestetik Orang dengan tipe kinestetik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan. Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu : a) b) c) d) e) f) g) h) i) j)



Berbicara dengan perlahan Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak Belajar melalui memanipulasi dan praktik Menghafal dengan cara berjalan dan melihat Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca Banyak menggunakan isyarat tubuh Tidak dapat diam untuk waktu yang lama Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu. k) Menyukai permainan yang menyibukkan l) Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetukngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan m) Ingin melakukan segala sesuatu n) Kemungkinan tulisannya jelek Selain ketiga tipe belajar tersebut, DePetter juga menambahkan bahwa ada tipe campuran dari tiga tipe belajar diatas, misalnya Auditori-visual atau Visual-kinestetik atau bisa ketiga-tiganya tapi biasanya satu tipe belajar lebih mendominasi.



13



BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab II, dapat disimpulkan tiga hal, yaitu sebagai berikut. 1. Tidak ada satupun individu sama persis dengan individu yang lain. Setiap individu unik baik karena faktor –faktor yang diturunkan oleh kedua orang tua maupun akibat hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perbedaan yang khas dan unik tersebut disebut dengan keberagaman individual. Keberagaman individual menyebabkan perbedaan kemampuan intelegensi, bakat dan minat pada setiap individu. 2. Dengan memahami kapasitas intelegensi dan bakat anak didiknya, seorang guru akan mampu merancang model pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan kemampuan intelegensi anak didiknya sehingga dapar meningkatkan minat dan motivasi yang tinggi dalam proses belajar peserta didik. Proses pembelajaran yang dilandasi oleh pemahaman terhadap peserta didik juga dapat mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu seorang guru yang mengenali bakat dan minat peserta didik akan mampu mengarahkan anak didiknya dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Sehingga dengan adanya perkembangan-perkembangan tersebut diharapkan dapat menjadi indikator meningkatnya hasil prestasi belajar siswa. B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Menjadikan perbedaan individual sebagai anugerah, karena justru dengan perbedaan individual itu banyak alternatif cara yang dapat dilakukan guru untuk mengelola proses pembelajarannya. 2. Memilih program pembelajaran individual yang paling tepat untuk diterapkan pada siswa yang diajarnya.



14



DAFTAR RUJUKAN AD Pratiwi. BAB II Kajian Teori : Intelegensi. (diakses dari http://digilib.uinsby .ac.id/9336/5/bab2.pdf . Pada hari Kamis, 2 September 2019) Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Djamarah, Suaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Farida Agus. INTELEGENSI. (diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default /files/pendidikan/drrita-eka-izzaty-spsi-msi/hintelegensi-definisidan- sejarah-3.pdf Pada hari Kamis, 2 September 2019) Milfayetty, Sri. 2015. PsikologiPendidikan. Medan :Unimed Press. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bina Aksara. Vredenbregt, J. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.



15



YEL-YEL PSIKOLOGI PENDIDIKAN Yel-yel dinyanyikan dengan irama lima jariku



Ada... Macam-Macam Perbedaan Individu 2 x Tipe Visual, tipe Auditori dan Tipe Kinestik Ada Faktor-Faktor intlegensi 2x Hereditas, lingkungan, pembawaan dan kematangan Ada teori-Teori Intelegensi 2 x Alfred Binet, Thurstone and R. Bernard Ada Komponen Kinerja Bakat 2x Psikomotorik, Perceptual dan Intelektual Ada Jenis-Jenis Bakat 2x Kenestik, bahasa, matematis dan musikalitas



16



MATRIKS 2 Topik Subtopik Keadaan ideal



Kenyataan di Satuan Pendidikan Analisis keadaan ideal vs kenyataan di sekolah Temuan permasalahan



Perbedaan Individu : Intelegensi dan Bakat serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Kontribusi Pemahaman Intelegensi dan Bakat Anak terhadap pemilihan Perguruan Tinggi di SMA Guru dan sekolah semestinya dapat mengembangkan intelegeni dan bakat siswa sehingga tepat dalam memilih jurusan di PT Peminatan dan pengembangan bakat yang dilakukan oleh guru tidak dapat mewadahi siswa untuk siap melanjutkan ke perguruan tinggi. Temuan keadaan disekolah tidak sesuai dengan keadaan ideal yang diharapkan. Peminatan dan pengembangan bakat siswa tidak secara berkelanjutan sehingga timbul permasalahan: 1. Data hasil UN tidak menggambarkan secara keseluruhan kemampuan anak. 2. Peminatan dilaksanakan ketika baru awal sekolah sementara pemahaman siswa SMP belum spenuhnya mengerti tentang jurursan di SMA. 3. Pelaksanaan bimbingan karir yang tidak berkelanjutan 4. Kurangnya wawasan guru dan guru BK tentang perkembangan dunia perguruan tinggi seperti tengan SNMPTN, SBMPT, Kuliah kedinasan, bidik misi dll.



Kekuatan



Alternatif solusi



1. Menganalisis data dan memberikan sosialisasi yang jelas terhadap siswa tentang kurikulum dan peminatan di SMA/SMK di awal masuk sekolah.



17



Rekomendasi



2. Melaksanakan tes Intelegensi, bakat terhadap siswa baru sebagai gambaran tentang bakat mereka untuk memilih jurusan. 3. Melaksanakan bimbingan dan konsultasi tentang karir secara berkelanjutan. 4. Guru melaksanakan tes bakat masuk perguruan tinggi terhadap siswa kelas XII untuk memudahkan bagi merekan menentukan jurusan dan pekerjaan setelah tamat SMA/SMK. o Guru mata pelajaran dan guru BK harus meningkatkan profesionalitasnya dalam menganalisis dan mengembangkan bakat siswa. o Peserta didik belajar berdasarkan peminatan dan potensi yang dimiliki. o Bagi Dosen dan pihak perguruan tinggi diharapkan dapat mensosialisasikan dan melaksanakan pengabdian masyarakat terhadap siswa di sekolah dengan topik persiapan menuju kerja dan perguruan tinggi



18