International Accounting Standard (IAS) 16 Property, Plant, and Equipment [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN International Accounting Standard (IAS) 16 Property, Plant, and Equipment



(Properti, Pabrik, dan Peralatan)



Disusun oleh: Friska Anggraini (2011070374)



JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ABFI PERBANAS INSTITUTE 2022



Daftar Isi



Daftar Isi .................................................................................................................................... 1 Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2 I.



Pendahuluan........................................................................................................................ 3



II. Ruang Lingkup ................................................................................................................... 4 III. Pengakuan ........................................................................................................................... 4 IV. Pengukuran Pada Saat Pengakuan ...................................................................................... 6 V. Pengukuran Harga Perolehan ........................................................................................... 10 VI. Pengukuran Setelah Pengakuan ........................................................................................ 19 VII. Penghentian Pengakuan .................................................................................................... 31 VIII.Pengungkapan .................................................................................................................. 38 LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk. .................................................................................................... 41



1|IAS 16 Property, Plant and Equipment



Kata Pengantar



Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas dan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan, juga untuk membantu teman-teman dan pembaca dalam mempelajari IAS 16 : Properti, Pabrik, dan Peralatan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Reschiwati, Dr., S.E., Ak., M.M. selaku dosen mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas ini sehingga penyusun mempunyai alasan yang kuat untuk membaca buku dan menambah pengetahuan dan wawasan mengenai IAS 16 : Properti, Pabrik, dan Peralatan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian ilmunya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Penyusun menyadari, makalah yang penyusun tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Bekasi, 29 Januari 2022



Penyusun



2|IAS 16 Property, Plant and Equipment



Pendahuluan



I.



Aset tetap atau PPE (Property Plant, and Equipment) adalah aset berwujud (tangible assets) yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Istilah aset tetap berbeda dengan aset tidak berwujud, yang juga memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi tetapi tidak memiliki wujud fisik, serta nilainya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh eksistensi fisik dari aset. IAS 16 Property, Plant and Equipment diterbitkan pada tanggal 18 Desember 2003 dan berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai sejak 1 Januari 2005. Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aset dapat disebut aset tetap apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1.



Sumber daya yang dikendalikan oleh entitas.



2.



Diperoleh dari peristiwa masa lalu.



3.



Berupa wujud fisik.



4.



Bersifat permanen.



5.



Digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.



6.



Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.



7.



Memiliki nilai manfaat lebih dari satu tahun



Properti, Pabrik, dan Peralatan atau PPE walaupun merupakan satu kesatuan akun, namun ketiganya memiliki arti yang berbeda. Properti adalah suatu aset tidak lancar yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan sewa atau untuk kenaikan nilai (apresiasi modal) atau keduanya, tidak digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, tidak untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Contohnya seperti gudang, kawasan industri, dan gedung kantor. Pabrik (plant) merupakan aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan utama operasional perusahaan. Contohnya seperti pabrik dan workshop. Peralatan (Equipment) adalah aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam membantu kegiatan operasional perusahaan. Contohnya adalah kendaraan, peralatan kantor, dan mesin-mesin produksi. Tujuan dari penetapan standar ini adalah untuk memberikan ketentuan perlakuan akuntansi untuk properti, pabrik dan peralatan sehingga para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui informasi terkait investasi yang dilakukan suatu entitas dalam properti, pabrik,



3|IAS 16 Property, Plant and Equipment



dan peralatan serta perubahan-perubahan yang terjadi pada investasi tersebut. Isu akuntansi mendasar terkait properti, pabrik, dan peralatan adalah pengakuan aset, penentuan nilai tercatat (carrying amount) dan beban depresiasi serta kerugian akibat impairment (penurunan nilai) yang harus diakui terkait aset tersebut.



II.



Ruang Lingkup Standar ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk property, plant and equipment kecuali ketika Standar mensyaratkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda. Standar ini tidak berlaku untuk: 1. Aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5 Noncurrent Assets Held for Sale and Discontinued Operation; 2. Aset biologik terkait aktivitas agrikultur (lihat IAS 41 Agriculture) 3. Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (lihat IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources); atau 4. Hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya tidak terbarui lainnya. Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk mengembangkan atau memelihara aset. Pernyataan lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap berdasarkan pendekatan yang berbeda dari Pernyataan ini. Misalnya, IAS 17 Leases mensyaratkan suatu entitas untuk mengevaluasi pengakuan aset tetap sewaan atas dasar pemindahan risiko dan imbalan. Namun demikian, dalam aspek perlakuan akuntansi tertentu lainnya untuk aset tersebut,termasuk penyusutan, diatur oleh Standar ini.



III.



Pengakuan Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika: 1. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut; dan 2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. 4|IAS 16 Property, Plant and Equipment



Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap. Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset tetap. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang sesuai dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit yang secara individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan kriteria atas nilai agregat tersebut. Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti, atau memperbaikinya. Berdasarkan waktu timbulnya, biaya perolehan property, plant and equipment, dapat dikategorikan sebagai berikut : 1.



Biaya Awal



Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomis masa depan dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomis masa depan yang lebih besar dari aset-aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomis yang dihasilkan seandainya aset tersebut tidak diperoleh. 2.



Subsequent Cost (Biaya yang timbul setelah asset diperoleh)



Berdasarkan prinsip pengakuan property, plant and equipment yang diatur dalam IAS 16, suatu entitas tidak mengakui biaya perawatan harian suatu item property, plant and equipment ke dalam nilai terbawa dari item aset tersebut. Biaya perawatan harian tersebut diakui dalam profit dan loss pada laporan laba rugi. Biaya perawatan harian tersebut berupa 5|IAS 16 Property, Plant and Equipment



upah tenaga kerja, barang habis pakai, dan suku cadang kecil. Tujuan dari pengeluaran ini adalah untuk perbaikan dan pemeliharaan item property, plant and equipment.



IV.



Pengukuran Pada Saat Pengakuan Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. 1. Biaya perolehan aset tetap meliputi: 2. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain; 3. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen; 4. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: 1. biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam IAS 19 Employee Benefits) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap; 2. biaya penyiapan lahan untuk pabrik; 3. biaya handling dan penyerahan awal; 4. biaya perakitan dan instalasi; 5. biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya, contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji); dan 6. komisi profesional.. Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah: 1) biaya pembukaan fasilitas baru; 2) biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi); 3) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); dan 6|IAS 16 Property, Plant and Equipment



4) administrasi dan biaya overhead umum lainnya. 5) Sebagai contoh, biaya-biaya berikut ini tidak termasuk di dalam jumlah tercatat suatu aset tetap: 6) biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sesuai dengan intensi manajemen namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas penuhnya; 7) kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran (output) masih rendah; dan 8) biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas. Sebagian kegiatan terjadi sehubungan dengan pembangunan atau pengembangan suatu aset tetap, tetapi tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Kegiatan insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama konstruksi atau aktivitas pengembangan.Contoh, penghasilan yang diperoleh dari penggunaan lahan lokasi bangunan sebagai tempat parkir mobil sampai pembangunan dimulai. Karena kegiatan insidental ini tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen, penghasilan dan beban yang terkait dari kegiatan insidental diakui dalam laba rugi dan diklasifikasikan dalam penghasilan dan beban. Perolehan Gedung Semua biaya terkait dengan akuisisi atau konstruksi : a



Material, tenaga kerja, overhead selama proses konstruksi , biaya bunga jika membangun sendiri



b



Harga beli bangunan dan pengurusan hak perolehan bangunan.



c



Fee professional dan Izin Pendirian Bangunan



Perolehan Tanah Semua biaya terkait dengan akuisisi dan penyiapan tanah sesuai dengan tujuan penggunaan : a)



Harga Beli



b)



Biaya pengurusan hak tanah (sertifikat, pajak/BPHTB, biaya notaris, dll.



c)



Biaya untuk perataan tanah, penghancuran bangunan yang tidak diperlukan



7|IAS 16 Property, Plant and Equipment



Perolehan Tanah dan Bangunan → Investasi Properti a)



Properti Investasi adalah: 



Properti (tanah atau bangunan—atau bagian dari bangunan—atau keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai, atau kedua-duanya, dan tidak untuk:







Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, atau



 b)



Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi



termasuk dalam pengukuran awal tersebut. c)



Setelah pengukuran awal perusahaan dapat memilih menggunakan metode biaya atau



nilai wajar Biaya Perolehan Peralatan Peralatan dapat meliputi mesin, kendaraan, peralatan kantor, peralatan pabrik, peralatan tambang, mesin dan peralatan lain. Biaya perolehan meliputi 1.



Harga beli,



2.



Pajak atau Bea yang tidak dapat dikreditkan



3.



Biaya transportasi



4.



Biaya asuransi selama pengiriman barang



5.



Biaya instalasi dan biaya penyiapan tempat untuk melakukan instalasi



6.



Biaya untuk pengetesan peralataN



Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri Biaya ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Jika entitas membuat aset serupa untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya pembangunan aset untuk dijual (IAS 2). Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal dieliminasi. Demikian pula jumlah abnormal yang terjadi dalam pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam proses konstruksi aset yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset. IAS 23 Borrowing Costs menetapkan kriteria yang harus dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai suatu komponen biaya perolehan aset tetap. Contoh soal: 8|IAS 16 Property, Plant and Equipment



Contoh Soal 1. PT A sedang meluncurkan lini produksi baru. Biaya terkait peluncuran tersebut adalah sebagai berikut: 1.



Sejumlah $ 50.000,- untuk biaya perbaikan inferior pabrik agar sesuai dengan lini produksi yang baru.



2.



Sejumlah $ 100.000,- untuk menyiapkan lahan pabrik.



3.



Sejumlah $ 5.000.000 untuk membeli mesin yang akan digunakan pada lini produksi baru.



4.



Sejumlah $ 60.000,- untuk biaya pengiriman mesin baru.



5.



Instalasi dan perakitan mesin memakan biaya sejumlah $ 55.000,-



6.



Biaya pengujian mesin baru sejumlah $ 40.000,-



7.



Biaya petugas pengawas dalam instalasi dan pengujian sejumlah $ 20.000,-



8.



Biaya acara peluncuran perdana lini produksi baru sejumlah $ 30.000,-



9.



Biaya untuk memperkenalkan lini produksi baru sejumlah $ 950.000,-



10.



Biaya administrasi dan general overhead dalam mempelajari dan mengikuti proses instalasi mesin baru sejumlah $ 250.000,-



Tentukan biaya perolehannya! 



Biaya perolehan lini produksi baru yang diakui sebagai aset tetap adalah sejumlah $ 5.325.000,-







Biaya yang tidak dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan aset dicatat sebagai beban pada periode terjadinya.







Sehingga biaya berikut tidak dapat dimasukkan sebagai aset tetap: o Biaya acara peluncuran perdana lini produksi baru sejumlah $ 30.000,o Biaya untuk memperkenalkan lini produksi baru sejumlah $ 950.000,o Biaya administrasi dan general overhead dalam mempelajari dan mengikuti proses instalasi mesin baru sejumlah $ 25.000,-



Contoh Soal 2.







Entitas membeli peralatan tambang, diimport dari luar negeri. Harga peralatan 200.000 USD.







Cost insurance and freight (CIF) sebesar 10.000 USD.



9|IAS 16 Property, Plant and Equipment







Peralatan tersebut dikenakan bea masuk dan bea masuk tambahan sebesar 15% dari nilai CIF.







PPN 10%, PPNBM 10% dan Pph 22 sebesar 2,5%.







Kurs spot atas atas pembelian peralatan tersebut sebesar 14.000,- dan kurs KMK yang







berlaku pada saat transaksi sebesar 14.500,-.







Jawaban :







Nilai peralatan : 200.000 + 10.000







210.000 x 14.000 = 2.940.000.000 (pencatatan perusahaan)







Bea masuk 210.000 x 15% x 14.500



= 456.750.000







Total CIF + bea masuk (kurs pajak)



= (210.000 USD x 14.500) + 456.750.000







= 210.000 USD



= Rp 3.501.750.000







PPN = 10% x Rp 3.501.750.000



= Rp 350.175.000







PPn BM = 20% x Rp 3.501.750.000



= Rp 700.350.000







PPh 22 = 2,5% x Rp 3.501.750.000



= Rp







Nilai peralatan 2.940.000.000 + 456.750.000 + 700.350.000 = 4.097.100.000 Peralatan



87.543.750



2.940.000.000



Utang Dagang



2.940.000.000



Peralatan (bea masuk)



456.750.000



Peralatan (PPnBM)



700.350.000



Kas PPN Masukan Pph 22



1.157.100.000 350.175.000 87.543.750



Utang Pajak



V.



437.718.750



Pengukuran Harga Perolehan Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan IAS 23 : Biaya Pinjaman.



10 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Satu atau lebih item property, plant and equipment dapat saja diakuisisi dalam transaksi pertukaran dengan aset non moneter, atau kombinasi aset moneter dan aset non moneter. Jika hal tersebut terjadi, maka harga perolehan aset diukur dengan nilai wajar kecuali jika: a. Transaksi pertukaran tersebut sangat sedikit memuat substansi komersil; atau b. Nilai wajar dari aset yang diterima maupun aset yang diberikan keduanya tidak dapat diukur secara handal. Jika nilai item yang diperoleh/diakuisisi tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka harga perolehannya ditetapkan sebesar nilai terbawa (carrying amount) dari aset yang diberikan (dilepas). Suatu entitas dalam menentukan suatu transaksi pertukaran apakah mengandung substansi komersial, mempertimbangkan sejauh mana arus kas di masa mendatang yang diharapkan berubah sebagai hasil dari transaksi. Transaksi pertukaran mengandung substansi komersial apabila: 1)



Konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas dari aset yang diterima berbeda



dengan konfigurasi arus kas aset yang dialihkan; atau 2)



Entity-specific value dari bagian operasi entitas terpengaruh oleh perubahan transaksi



sebagai hasil dari pertukaran; dan 3)



Terdapat perbedaan poin 1 dan 2 yang signifikan relatif terhadap nilai wajar aset yang



dipertukarkan. Nilai wajar suatu asset yang tidak dapat dibandingkan dengan nilai wajar berdasar transaksi market, dapat diukur dengan handal apabila: a.



Keberagaman estimasi nilai wajar dari aset tersebut tidak signifikan; atau



b.



Probabilitas dari estimasi nilai wajar yang beragam masih berada dalam range



penentuan dan penilaian nilai wajar. Jika suatu entitas dapat menentukan secara handal nilai wajar aset yang diterima maupun aset yang diberikan, maka nilai wajar yang diberikan digunakan sebagai patokan untuk mengukur nilai aset yang diterima, kecuali jika nilai wajar dari aset yang diterima memiliki bukti-bukti yang lebih jelas terkait nilai wajarnya. Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial, nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi mencerminkan 11 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



arus kas setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas melakukan perhitungan lebih rinci. Nilai wajar aset dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar yang sejenis, jika: 1. Variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal(wajar) untuk aset tersebut tidak signifikan; atau 2. probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar. Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas. Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa pembiayaan ditentukan sesuai dengan IAS 17.Nilai tercatat aset tetap dapat dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai dengan IAS 20 Accounting for Government Assistance. Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda dan dari masing-masing cara perolehan tersebut akan mempengaruhi penentuan harga perolehan aset tetap. Berikut ini adalah beberapa cara perolehan dari aset tetap : a.



Pembelian Tunai



Pembelian ini terdiri dari pembelian tunai tanpa potongan dan pembelian tunai dengan potongan (cash discount). Pada pembelian tunai tanpa potongan aset diperoleh sebesar harga perolehan aset ditambah dengan biaya-biaya lain. Biaya-biaya lain yang membuat barang tersebut tiba di lokasi dan pada kondisi yang diperlukan untuk penggunaan sesuai dengan tujuannya. Biaya tersebut terdiri dari harga tunai dari penjual ditambah biaya seperti biaya angkut, biaya asuransi dalam perjalanan, biaya pengukuhan hak milik, biaya instalasi, dan biaya percobaan. Ilustrasi 5.1 Dibeli tunai mesin seharga Rp 90.000.000. biaya angkut Rp 1.000.000 dan biaya instalasi Rp 800.000. Dari transaksi tersebut, maka biaya perolehan mesin tersebut dapat dihitung sebagai berikut: Harga beli



Rp 90.000.000



12 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Biaya angkut



Rp 1.000.000



Biaya Instalasi



Rp



Biaya perolehan



Rp 91.800.000



800.000 +



Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut: (D)



Mesin



(K)



Rp 91.800.000 Kas



Rp 91.800.000



Pada pembelian tunai dengan potongan (cash discount) potongan itu sendiri dapat mengurangi biaya perolehan aset tetap tersebut. Potongan ini biasanya diberikan kepada perusahaan yang melakukan pembayaran tunai sebelum tanggal pelunasan yang ditentukan oleh penjual atau karena perusahaan membayarkan seluruh biaya untuk aset tetap tersebut tunai pada saat pembelian. Ilustrasi 5.2 PT Siliwangi membeli mesin seharga Rp 100.000.000. biaya angkut Rp 900.000 biaya asuransi Rp 500.000 dan biaya instalasi Rp 800.000. karena perusahaan membayarkan seluruhnya tunai dan sekaligus maka pihak penjual memberikan potongan sebesar 5% dari total harga. Dari transaksi tersebut, maka biaya perolehan mesin tersebut dapat dihitung sebagai berikut: Harga beli



Rp 100.000.000



Biaya angkut



Rp



900.000



Biaya asuransi



Rp



500.000



Biaya Instalasi



Rp



800.000 +



Biaya perolehan



Rp 102.200.000



Potongan



(Rp



Total



Rp 97.090.000



5.110.000 )



Ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:



13 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



(D)



Mesin



Rp 97.090.000



(K)



Kas



b.



Pembelian Angsuran



Rp 97.090.000



Ada kalanya aset tetap diperoleh dengan cara pembelian angsuran. Dalam hal demikian, kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran dapat dilakukan dalam sekian kali angsuran. Harga perolehan aset tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik yang jelas-jelas dinyatakan dalam kontrak maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai beban bunga. Ilustrasi 5.3 Suatu kendaraan dibeli dengan harga Rp 150.000.000. jumlah ini akan dibayar selama 5 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani bunga sebesar 10% setahun. Ayat jurnal yang dibuat pada waktu pembelian adalah: (D) (K)



Kendaraan



Rp 150.000.000



Utang Angsuran



Rp 150.000.000



Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung: Angsuran Bulanan Rp 150.000.000 ÷ 5



Rp 30.000.000



Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum dibayar 1/12 x 10% x Rp 150.000.000



Rp 1.250.000



Jumlah yang harus dibayar



Rp 31.250.000



Ayat jurnal yang harus dibuat untuk pembayaran ini adalah sebagai berikut: (D)



Utang Angsuran



Rp 30.000.000



(D)



Beban bunga



Rp 1.250.000



(K)



Kas



14 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Rp 31.250.000



Angsuran kedua terdiri dari angsuran pokok bulanan sebesar Rp 30.000.000 ditambah bunga selama satu bulan atas saldo utang yang belum dibayar, dengan perhitungan sebagai berikut: Angsuran bulanan Rp 150.000.000 ÷ 5



Rp 30.000.000



Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum dibayar 1/12 x 10% x (Rp 150.000.000 – Rp 30.000.000)



Rp 1.000.000



Jumlah yang harus dibayar



Rp 31.000.000



Ayat jurnal yang harus dibuat untuk angsuran kedua adalah sebagai berikut: (D)



Utang Angsuran



Rp 30.000.000



(D)



Beban bunga



Rp 1.000.000



(K)



Kas



Rp 31.000.000



Proses perhitungan, pembayaran, dan pencatatan angsuran seperti di atas akan berulang setiap bulan sampai semua utang angsuran telah dibayar. c.



Pembelian Secara Gabungan (Lumpsum)



Perusahaan dapat memperoleh aset tetap secara gabungan, dan membayar satu harga untuk aset tetap gabungan tersebut. Dalam hal ini, biaya perolehan aset tetap tersebut harus dialokasikan ke masing-masing jenis aset, karena tiap aset mempunyai masa manfaat yang berbeda dan perlu disusutkan secara terpisah. Harga perolehan dari setiap aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar aset. Ilustrasi 5.4. Perusahaan membeli bangunan, kendaraan, dan peralatan dengan total biaya Rp 2.300.000.000. Estimasi nilai wajar dari masing-masing aset sebagai berikut: Bangunan



Rp 1.200.000.000



Kendaraan



Rp



800.000.000



Peralatan



Rp



500.000.000



Total



Rp 2.500.000.000



15 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Total harga perolehan sebesar Rp 2.300.000.000 dialokasikan sebagai berikut: Bangunan Kendaraan Peralatan



1.200 ÷ 2.500 x Rp 2.300.000.000 = Rp 1.104.000.000 800 ÷ 2.500 x Rp 2.300.000.000 = Rp 500 ÷ 2.500 x Rp 2.300.000.000 = Rp



736.000.000



Total



460.000.000



Rp 2.300.000.000



Ayat jurnal untuk mencatat pembelian secara gabungan tersebut adalah: (D)



Bangunan



Rp



1.104.000.000



(D)



Kendaraan



Rp



736.000.000



(D)



Peralatan



Rp



460.000.000



(K) d.



Kas



Rp 2.300.000.000



Diperoleh dengan menerbitkan saham



Menurut Kieso dkk (2011:523) properti diperoleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham biasa, maka biaya properti itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai yang ditetapkan saham tersebut. Jika saham sedang diperdagangkan secara aktif, maka nilai pasar saham yang diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya properti yang diperolehan. Saham merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas berjalan. Ilustrasi 5.9. Perusahaan Bumi Cipta Persada membeli tanah dengan membayar tunai atas tanah tersebut dan perusahaan menerbitkan saham 500.000 lembar saham biasa kepada Perusahaan Dreamland dengan nilai pari Rp 1000 yang memiliki nilai pasar wajar Rp 1200/saham. Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat transaksi penerbitan saham tersebut: (D)



Tanah (500.000 x Rp 1200)



(K)



Saham Biasa



(K)



Tambahan Modal Disetor



Rp 600.000.000 Rp 500.000.000 `



16 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Rp 100.000.000



e.



Hibah atau sumbangan



Dalam hal ini ketika aset tetap diperoleh melalui sumbangan atau hibah, tidak ada biaya yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Pada hibah yang berkaitan dengan aset tetap, maka baik hibah maupun aset tetap yang diterima harus dicatat pada nilai wajar. Hibah pemerintah diakui jika terdapat keyakinan memadai: 1.



Entitas akan mematuhi kondisi yang melekat pada hibah tersebut, dan



2.



Hibah akan diterima



Hibah yang diterima akan dicatat sebagai pendapatan selama periode berkaitan dengan penggunaan hibah tersebut. Hibah yang diterima berkaitan dengan aset tetap, diakui sebagai pendapatan selama umur manfaat aset tetap tersebut dan diakui secara profesional sejalan dengan penyusutan aset tetap yang bersangkutan. Ilustrasi 5.10. Perusahaan mendapat mesin dari pemerintah sebagai hibah dengan nilai wajar sebesar Rp 250.000.000 atas usaha perusahaan menemukan inovasi baru dalam meningkatkan kualitas tanaman karet. Ayat jurnal yang dibuat perusahaan pada saat menerima hibah sebagai berikut: Mesin – Hibah



(D) (K)



e.



Rp 250.000.000



Pendapatan Hibah



Rp 250.000.000



Aset tetap yang dibangun sendiri



Suatu perusahaan mungkin membuat sendiri aset tetap yang diperlukan seperti gedung, peralatan atau mesin yang akan digunakan dalam kegiatan operasional sehari-hari. Pembuatan aset tetap ini biasanya bertujuan untuk menekan biaya operasional perusahaan dengan memanfaat fasilitas yang tidak terpakai dengan harapan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik. Biaya perolehan suatu aset yang dikonstruksi sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana aset yang diperoleh bukan dengan konstruksi sendiri. Ilustrasi 5.11. Perusahaan menggunakan jasa perusahaan konstruksi untuk membangun sebuah gedung. Nilai kontrak pembangunan gedung tersebut adalah Rp 1.000.000.000 17 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



dengan uang muka sebesar Rp 200.000.000 dan syarat pembayaran bertahap. Berikut adalah rincian pembayaran yang dilakukan perusahaan: Pembayaran I



Rp 200.000.000



Pembayaran II



Rp 200.000.000



Pembayaran III



Rp 250.000.000



Pembayaran IV



Rp 150.000.000



Konstruksi sudah selesai dan siap untuk digunakan. Berikut jurnal untuk mencatat pembayaran uang muka (D) (K)



Uang Muka Pembelian/Pengadaan



Rp 200.000.000



Kas/Bank



Rp 200.000.000



Perhitungan uang muka pada saat pembayaran termin 1 dilakukan jurnal sebagai berikut: (D)



Konstruksi dalam proses



(K)



Uang Muka Pembelian/Pengadaan



(K)



Kas/Bank



Rp 400.000.000 Rp 200.000.000 Rp 200.000.000



Pembayaran termin II dilakukan pencatatan jurnal sebagai berikut: (D)



Konstruksi dalam proses



(K)



Kas/Bank



Rp 200.000.000 Rp 200.000.000



Untuk pembayaran pada termin III dan IV dilakukan penjurnalan yang sama seperti pada termin II. Setelah proses pembangunan selesai dan dilakukan serah terima dengan berita acara dilakukan pencatatan jurnal kapitalisasi aset tetap sebagai berikut: (D) (K)



Gedung



Rp 1.000.000.000



Konstruksi dalam proses



18 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Rp 1.000.000.000



VI.



Pengukuran Setelah Pengakuan Pengeluaran - pengeluaran setelah perolehan aset tetap terbagi menjadi dua, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pada dasarnya pengeluaran-pengeluaran tersebut diatas dapat dikelompokkan menjadi : 1. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). yaitu : pengeluaran – pengeluaran untuk aset tetap yang manfaatnya dinikmati tidak lebih dari satu periode akuntansi. Contoh soal : Pengakuan akuntansi revenue expenditure. Sebagai contoh pada saat PT. Johan Pratama melakukan pemeliharaan kendaraan sebesar Rp.500.000.- maka perusahaan akan menjurnal sebagai berikut : (D) Beban pemeliharaan dan Perbaikan Kendaraan



Rp.500.000,-



(K) Kas / Utang usaha



Rp.500.000,-



2. Pengeluaran modal (capital expenditures). yaitu : pengeluaran untuk aset tetap yang manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi. Jenis pengeluaran yang bersifat demikian dicatat sebagai tambahan bagi harga perolehan aset tetap yang bersangkutan. Contoh Soal : Dikeluarkan biaya perbaikan gedung Rp. 20.000.000,Buatlah jurnalnya, jika dengan perbaikan tersebut: a. Memperpanjang umur ekonomis b. Hanya menambah nilai aktiva, tetapi tidak memperpanjang umur ekonomis.



Jawab: a.Jika perbaikan memperpanjang umur ekonomis, berarti akumulasi penyusutan yang sudah dicatat terlalu besar, maka biaya perbaikan tersebut dicatat sebagai pengurangan akumulasi penyusutan yang sudah terjadi. 19 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Jurnalnya: Akumulasi penyusutan gedung



Rp. 20.000.000,-



Kas



Rp. 20.000.000,-



b.Jika biaya perbaikan hanya menambah nilai aktiva, tetapi tidak memperpanjang umur ekonomis, maka biaya tersebut dicatat disebelah debet aktiva yang bersangkutan, sebagai penambah nilai aktiva. Jurnalnya: Gedung



Rp. 20.000.000,-



Kas



Rp. 20.000.000,-



Pelaporan Capital Expenditure dan Revenue Expenditure Capital expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan aset tetap, maka capital expenditure dilaporkan di neraca sebagai aset tetap yang akan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Revenue expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan biaya, maka revenue expenditure dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban yang akan mengurangi pendapatan. Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. a.



Model Biaya (Cost Model)



Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. b.



Model Revaluasi



Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.



20 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Menurut IFRS entitas yang memilih untuk menggunakan kerangka revaluasi harus mengikuti prosedur revaluasi. Apabila perusahaan akan melakukan revaluasi, maka hal itu harus diterapkan pada semua asset yang bersangkutan. Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach). Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini: a) Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasinya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan. Contoh: Peralatan senilai 100.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah 90.000.000 1 Januari 2020



21 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan



100.000.000



Kas



100.000.000



(Mencatat pembelian asset tetap) 31 Desember 2020 Beban Penyusutan



20.000.000



Akumulasi Penyusutan



20.000.000



*(100.000.000 x 1/5 = 20.000.000) (Mencatat beban depresiasi selama setahun) 31 Desember 2020 Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan



12.500.000



Akumulasi Penyusutan



2.500.000



Surplus Revaluasi



10.000.000



*(90.000.000 - 80.000.000) / 80.000.000) x 20.000.000 = 2.500.000 (Mencatat aset tetap setelah revaluasi) b) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan Contoh: Peralatan senilai 100.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah 90.000.000. 1 Januari 2020 Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan



100.000.000



22 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Kas



100.000.000



31 Desember 2020 Beban Penyusutan



20.000.000



Akumulasi Penyusutan



20.000.000



*(100.000.000 x 1/5 = 20.000.000) 31 Desember 2020 Akumulasi Penyusutan



20.000.000



Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan Surplus Revaluasi



20.000.000 10.000.000 10.000.000



(90.000.000 - 80.000.000 = 10.000.000) Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah contoh dari kelompok aset yang terpisah: -



tanah



-



tanah dan bangunan



-



mesin



-



kapal



-



pesawat udara



-



kendaraan bermotor



-



perabotan, dan



-



peralatan kantor



Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai 23 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi,maka penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Namun,penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain mengurangi akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut. Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan melalui laba rugi. c. Depresiasi Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa pembiayaan. Sama halnya, jika entitas memperoleh aset tetap yang disewakan dalam sewa operasi, maka entitas sebagai lessor mungkin akan lebih tepat untuk menyusutkan secara terpisah jumlah yang terefleksikan dalam biaya perolehan aset tersebut yang dapat diatribusikan langsung kepada ketentuan sewa, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara relatif terhadap kondisi pasar. 24 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan lainnya dari aset tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam menentukan beban penyusutan. Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap, maka entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa terdiri atas bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi bervariasi untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk menentukan penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan dan atau umur manfaat dari bagian tersebut. Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara terpisah bagian dari aset yang biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan aset tersebut. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui dalam laba rugi. Namun, manfaat ekonomik di masa depan dari suatu aset adalah untuk menghasilkan aset lainnya. Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan dimasukkan dalam jumlah tercatatnya. Misalnya, penyusutan pabrik dan peralatan dimasukkan dalam biaya konversi dari persediaan (lihat IAS 2). Sama halnya, penyusutan aset tetap untuk aktivitas pengembangan mungkin dimasukkan dalam biaya perolehan aset takberwujud yang diakui sesuai dengan IAS 38 Intangible Assets. Beban depresiasi untuk masing-masing periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali beban depresiasi tersebut tercakup dalam nilai tercatat aset lainnya. Beban depresiasi selama periode pada umumnya diakui dalam laba rugi. Meskipun demikian, terkadang manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut diserap untuk memproduksi asset lain. Dalam kasus seperti itu, maka beban depresiasi terdiri dari bagian harga perolehan aset lainnya dan termasuk dalam nilai tercatat. Misalnya, beban depresiasi pabrik dicatat sebagai harga perolehan persediaan (inventory) yang diproduksi. Demikian halnya, depresiasi item property, plant and equipment yang dipakai untuk tujuan riset dan pengembangan dapat masuk ke harga perolehan aset tidak berwujud.



25 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Nilai yang dapat disusutkan (depreciable amount) dari suatu aset harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya dan nilai sisa serta masa manfaat suatu aset harus dikaji kembali paling sedikit setiap akhir tahun. Apabila ekspektasi masa manfaat berbeda dari estimasi sebelumnya, maka perubahan tersebut harus dihitung dan diungkapkan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai ketentuan IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors. Nilai yang dapat disusutkan ditentukan dengan mengurangkan nilai sisa dari harga perolehan aset, meskipun dalam praktiknya nilai sisa tidak signifikan dan tidak material jika dibandingkan Beban depresiasi diakui meskipun nilai wajar aset melebihi nilai tercatatnya, sepanjang nilai sisa asset masih di bawah nilai tercatatnya. Perbaikan dan perawatan tidak dapat menyebabkan depresiasi suatu aset dihentikan. Nilai sisa dari aset dapat naik hingga sama atau melebihi nilai tercatat aset. Jika hal tersebut terjadi maka beban depresiasi aset akan nol hingga nilai sisa tersebut secara subsekuen diturunkan hingga di bawah nilai tercatatnya. Penyusutan suatu aset dimulai ketika aset tersebut tersedia untuk digunakan, misalnya pada saat aset tersedia di lokasi dengan kondisi yang mampu beroperasi sesuai dengan maksud dan keinginan manajemen. Penyusutan aset seketika dihentikan apabila aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual kembali (held for sale) pada saat tanggal klasifikasi. Meskipun demikian, depresiasi tidak berhenti hanya karena asset tersebut tidak digunakan (menganggur) atau dihentikan pemakaiannya, kecuali apabila aset tersebut telah didepresiasikan secara penuh. Namun apabila penghitungan depresiasi dilakukan berdasarkan unit pemakaian, maka depresiasi dapat bernilai nol ketika asset tersebut menganggur. Dalam menentukan estimasi masa manfaat suatu aset, dipertimbangkan beberapa faktor berikut ini: 1) Pemakaian yang diharapkan dari suatu aset. Pemakaian yang diharapkan dinilai dari referensi terkait kapasitas atau output fisik dari aset tersebut. 2) Pemakaian dan pelepasan fisik suatu aset, dimana tergantung dari faktor operasional seperti jumlah shift pemakaian asset, program perbaikan dan perawatan serta pemeliharaan ketika aset tidak sedang digunakan.



26 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



3) Keusangan yang bersifat teknis maupun komersil yang disebabkan oleh perubahan atau perkembangan produksi, atau perubahan permintaan pasar terhadap barang dan jasa yang dihasilkan asset tersebut. 4) Ketentuan legal atau pembatasan serupa terkait pemakaian asset, seperti misalnya ketentuan mengenai tanggal kadaluarsa. Tanah dan bangunan merupakan aset terpisah dan pencatatannya dilakukan secara terpisah meskipun perolehannya dilakukan secara bersamaan. Pada umumnya, tanah memiliki masa manfaat yang tidak terbatas sehingga tidak disusutkan. Di sisi lain, bangunan memiliki masa manfaat yang terbatas sehingga disusutkan. Kenaikan harga tanah dimana terdapat bangunan yang berdiri di atasnya, tidak mempengaruhi nilai yang dapat disusutkan dari bangunan tersebut. d. Jumlah yang dapat disusutkan dan periode penyusutan Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap direview minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors. Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya, sepanjang nilai residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan pemeliharaan aset tidak meniadakan keharusan untuk menyusutkan aset. Jumlah tersusutkan suatu aset ditentukan setelah mengurangi nilai residualnya. Dalam praktik, nilai residu aset terkadang tidak signifikan sehingga tidak material dalam penghitungan jumlah tersusutkan. Nilai residu aset dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar dari jumlah tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka beban penyusutan aset tersebut adalah nol, hingga nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah tercatatnya. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut termasuk dalam kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan IFRS 5 dan pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu depresiasi tidak dihentikan 27 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



pengakuannya ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya kecuali telah habis disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan adalah usage method (seperti unit of production method) maka beban penyusutan menjadi nol bila tidak ada produksi. Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas terutama melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan teknis,keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat dari setiap aset: a) ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset; b) ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor peng-operasian aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak digunakan (menganggur); c) keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut; dan d) pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa. Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa. e. Metode Penyusutan Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset oleh entitas.Metode penyusutan yang digunakan untuk aset direview minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan 28 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode depresiasi yang dapat diterapkan antara lain: a)



Metode Garis Lurus (Straight Line Method)



Metode garis lurus menghasilkan nilai beban depresiasi yang konstan selama masa manfaat asset, sepanjang nilai sisa asset tidak berubah. b)



Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method)



Metode depresiasi saldo menurun menghasilkan beban depresiasi yang relatif menurun dari periode ke periode selama masa manfaat aset. c)



Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)



Metode unit produksi menghasilkan beban depresiasi yang besarnya berdasarkan pemakaian yang diharapkan atau unit output yang dihasilkan. Contoh soal (perhitungan depresiasi-3 metode): Cowell Corporation membeli sebuah mesin baru untuk proses perakitan pada 1 Oktober 2008. Harga beli mesin tersebut Rp 117.900.000 Perusahaan mengestimasi nilai sisa mesin tersebut sebesar Rp 12.900.000 Masa manfaat diestimasi 5 tahun dan mesin tersebut diestimasi bekerja 1000 jam. Selama tahun 2008, mesin tersebut telah digunakan selama 30 jam. Berakhir pada 31 Desember. Hitunglah depresiasi dengan metode (a) Garis lurus; (b) Saldo menurun; (c) Unit aktivitas Jawab:



29 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



(a) Metode Garis Lurus (Dalam ribuan rupiah) Tahun



Biaya yg Tahun Beban Pertengahan Dapat Depresiasi Tahun Disusutkan Tahunan



2008



105.000



5



21.000



2009



105.000



5



2010



105.000



2011



3/12



Beban Depresiasi Tahun Berjalan



Akum. Depresiasi



5.250



5.250



21.000



21.000



26.250



5



21.000



21.000



47.250



105.000



5



21.000



21.000



68.250



2012



105.000



5



21.000



21.000



89.250



2013



105.000



5



21.000



15.750



105.000



9/12



Journal entry 2008 Beban depresiasi



Rp 5.250.000



Akum. Depresiasi Mesin



Rp 5.250.000



(b) Metode Saldo Menurun (Dalam ribuan rupiah) Tahun



Dasar



Tarif



Beban



Depresiasi



Depre siasi



Pertengahan



Beban



Akum.



Depresiasi Tahun



Depresiasi



Depresiasi



Tahunan



Tahun Berjalan



2008



117.900



40%



47.160



2009



106.110



40%



2010



63.666



2011



3/12



11.790



11.790



42.444



42.444



54.234



40%



25.466



25.466



79.700



38.200



40%



15.280



15.280



94.980



2012



22.920



40%



9.168



9.168



104.148



2013



13.752



40%



852



852



105.000



30 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Journal entry 2008 Beban depresiasi Mesin



Rp 11.790.000



Akum. Depresiasi Mesin



Rp 11.790.000



(c) Metode Unit Aktivitas (Dalam ribuan rupiah) Tahun



Jam Mesin Dasar per Beban Depresiasi Beban Depresiasi Akum. Digunakan



Jam



Tahunan



Tahun Berjalan



Depresiasi



2008



30



105



3.150



3.150



3.150



2009



150



105



15.750



15.750



18.900



2010



250



105



26.250



26.250



45.150



2011



300



105



31.500



31.500



76.650



2012



100



105



10.500



10.500



87.150



2013



170



105



17.850



17.850



105.000



Journal entry 2008 Beban Depresiasi Mesin



Rp 3.150.000



Akum. Depresiasi Mesin



VII.



Rp 3.150.000



Penghentian Pengakuan



Penghentian pengakuan bisa disebabkan karena : a)



Umur ekonomisnya sudah habis,



b)



Dijual,



c)



Ditukar,



d)



Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari



penggunaan atau pelepasannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali IAS 17 31 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik). Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. Namun, entitas yang aktivitas normal rutinnya adalah menjual aset yang sebelumnya disewakan, maka entitas mentransfer aset tetap tersebut menjadi persediaan sesuai nilai tercatat ketika aset tidak lagi disewakan dan menjadi aset dimiliki untuk dijual. Imbalan dari penjualan aset tersebut diakui sebagai pendapatan sesuai dengan IAS 18 Revenue. IFRS 5 tidak diterapkan ketika aset yang dimiliki untuk dijual dalam keadaan bisnis normal dipindahkan ke persediaan. Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan berdasarkan sewa pembiayaan,atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan aset,entitas menerapkan kriteria dalam IAS 18 Revenue untuk mengakui pendapatan dari penjualan barang. IAS 17 diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan sewa-balik. Jika suatu entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian sebagian aset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap tersebut,maka selanjutnya entitas tersebut juga menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan tanpa memperhatikan apakah bagian yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika hal ini tidak praktis bagi entitas untuk menentukan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan, entitas dapat menggunakan biaya perolehan dari penggantian tersebut sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang digantikan pada saat diperoleh atau dikonstruksi. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada,dan jumlah tercatat dari aset tersebut. Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan IAS 18 yang mencerminkan imbalan efektif atas piutang.



32 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Contoh Penghentian Pengakuan Dengan Cara Dibuang : PT. Merapi memiliki mesin yang dibeli pada januari 2008 dengan harga perolehan Rp 80.000.000,-; estimasi umur ekonomis 10 tahun (habis pakai pada 2018); estimasi nilai sisa Rp 0,-. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Telah disusutkan selama 10 tahun. Mesin tersebut akan dibuang sebagai rongsokan, sedangkan menurut catatan pembukuan, mesin tersebut masih mempunyai nilai buku sebesar Rp 1.500.000,-. Jurnal Januari 2018 : Akumulasi depresiasi mesin



Rp 78.500.000,-



Kerugian atas pelepasan aset-mesin



Rp 1.500.000,-



Mesin



Rp 80.000.000,-



Contoh Penghentian Pengakuan Dengan Cara Dijual : PT. Merapi memiliki mesin yang dibeli 1 juli 2017 dengan harga Rp 20.000.000. Depresiasi sebesar Rp 2.400.000 per tahun, jurnal depresiasi dilakukan setiap akhir tahun. Pada 1 september 2021 mesin dijual dengan harga 10.000.000. Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan tersebut. Mencatat depresiasi 3 bulan : Beban Penyusutan



Rp. 1.600.000



Akumulasi Penyusutan



Rp. 1.600.000



Jurnal penjualan aset : Akumulasi Penyusutan



Rp. 10.000.000



Kas



Rp. 10.500.000 Mesin



Rp. 20.000.000



Akumulasi Penyusutan



Rp. 5.000.000



Nilai akumulasi depresiasi 1 september 2021 33 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



50 bulan x 2.400.000/12 = 10.000.000 Pertukaran Aset Tetap Penggunaan nilai wajar akan mengakibatkan pengakuan keuntungan atau kerugian pada saat terjadinya pertukaran. Entitas harus menghitung total keuntungan atau kerugian dari transaksi pertukaran tersebut, yaitu selisih antara nilai wajar aset yang diberikan dan nilai buku yang diberikan. Jika hasil dari transaksi pertukaran tersebut adalah kerugian maka kerugian tersebut harus diakui seluruhnya, dan jika hasil dari transaksi pertukaran tersebut adalah keuntungan maka entitas harus menentukan apakah keuntungan dan pertukaran tersebut memiliki substansi komersial atau tidak. 1. Jika keuntungan dan pertukaran mempunyai substansi komersial, maka seluruh keuntungan diakui (aset yang tidak sama). 2. Jika keuntungan dan pertukaran tidak mempunyai substansi komersial. a dan tidak ada kas yang dilibatkan, tidak ada keuntungan yang diakui. b dan sejumlah kas diberikan, tidak ada keuntungan yang diakui. c dan sejumlah kas diterima, bagian dari keuntungan berikut diakui: Jika kas adalah 25% atau lebih besar daripada nilai wajar pertukaran, maka seluruh keuntungan harus diakui.Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis transaksi pertukaran aset yang berbeda, berikut ini akan dibahas berbagai situasi kerugian dan keuntungan dari pertukaran aset. Ilustrasi 5.5. Pertukaran – Situasi Kerugian Perusahaan menukarkan kendaraan bekasnya dengan model yang lebih baru. Kendaraan bekas yang ditukarkan memiliki nilai buku Rp 35.000.000 (biaya perolehan Rp 50.000.000 dikurang akumulasi penyusutan Rp 15.000.000) dan nilai wajar sebesar Rp 30.000.000. Kendaraan tersebut ditukar dengan model baru seharga Rp 55.000.000. Perhitungan jumlah yang harus dibayar dan kerugian atas pertukaran kendaraan bekas adalah sebagai berikut: ●



Jumlah yang harus dibayar: Harga kendaraan baru



Rp 55.000.000



Nilai tukar kendaraan lama



(Rp 30.000.000)



34 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Jumlah yang harus dibayar







Rp 25.000.000



Kerugian atas pertukaran kendaraan bekas: Nilai wajar kendaraan bekas



Rp 30.000.000



Nilai buku kendaraan bekas



(Rp 35.000.000)



Kerugian atas pertukaran



Rp 5.000.000



Ayat jurnal yang dibuat untuk transaksi tersebut adalah: (D)



Kendaraan



Rp 55.000.000



(D)



Akumulasi Penyusutan



Rp 15.000.000



(D)



Kerugian atas pertukaran aset



Rp 5.000.000



(K)



Kendaraan



Rp 50.000.000



(K)



Kas



Rp 25.000.000



Ilustrasi 5.6. Pertukaran – Situasi Keuntungan yang Mempunyai Substansi Komersial Perusahaan menukarkan sejumlah mesin bekas dengan tanah seharga Rp. 100.000.000. Mesin bekas yang ditukarkan memiliki nilai buku Rp 35.000.000 (biaya perolehan sebesar Rp 60.000.000 dikurang akumulasi penyusutan sebesar Rp 25.000.000) dengan nilai wajar Rp 52.000.000. Perhitungan jumlah yang harus dibayar dan keuntungan dari pertukaran tersebut adalah: ●



Jumlah yang harus dibayar:



Harga tanah



Rp 100.000.000



Nilai tukar mesin



(Rp 52.000.000)



Jumlah yang harus dibayar



Rp 48.000.000







Keuntungan atas pertukaran mesin:



Nilai tukar mesin



Rp 52.000.000



35 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Nilai buku mesin



(Rp 35.000.000)



Keuntungan dari pertukaran



Rp



17.000.000



Ayat jurnal yang dibuat untuk transaksi pertukaran tersebut sebagai berikut: (D)



Tanah



Rp 100.000.000



(D)



Akumulasi Penyusutan



Rp 25.000.000



(K)



Mesin



Rp 60.000.000



(K)



Kas



Rp 48.000.000



(K)



Keuntungan atas pertukaran aset



Rp17.000.000



Ilustrasi 5.7. Pertukaran – Situasi Keuntungan yang Tidak Memiliki Substansi Komersial dan Tidak Ada Kas yang Diterima Perusahaan memperoleh mesin baru dengan menukarkan mesin lama yang memiliki nilai wajar Rp 45.000.000. Nilai buku mesin tersebut adalah Rp 40.000.000 (biaya perolehan Rp 60.000.000 dikurang akumulasi Rp 20.000.000). perusahaan juga harus membayar tunai Rp 10.000.000 untuk mesin baru tersebut. Perhitungan biaya mesin baru dan keuntungan dari pertukaran ini adalah: Nilai wajar mesin baru (Rp 45.000.000 + Rp 10.000.000)



Rp 55.000.000



Keuntungan yang ditangguhkan



(Rp 5.000.000)



Dasar mesin baru



Rp 50.000.000



Ayat jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah sebagai berikut: (D)



Mesin baru



Rp 50.000.000



(D)



Akumulasi penyusutan



Rp 20.000.000



(K)



Mesin lama



Rp 60.000.000



(K)



Kas



Rp 10.000.000



36 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial karena tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap posisi ekonomi perusahaan akibat pertukaran tersebut. Maka, perusahaan tidak mengakui atau menangguhkan keuntungan sebesar Rp 5.000.000 dari pertukaran yang terjadi. Ilustrasi 5.8. Pertukaran – Situasi Keuntungan yang Tidak Memiliki Substansi komersial dan Sejumlah Kas Diterima Perusahaan menukarkan truk bekas yang mempunyai nilai buku Rp 60.000.000 (biaya perolehan Rp 100.000.000 dikurang akumulasi Rp 40.000.000) dan nilai wajar Rp 90.000.000. Dalam pertukaran tersebut perusahaan menerima sebuah truk baru dengan nilai wajar Rp 75.000.000 ditambah kas sebesar Rp 15.000.000. Perhitungan keuntungan total dari pertukaran adalah sebagai berikut: Nilai wajar truk bekas



Rp 90.000.000



Nilai buku kendaraan bekas



(Rp 60.000.000)



Keuntungan total



Rp 30.000.000



Pada umumnya ketika sebuah transaksi pertukaran yang tidak memiliki substansi komersial, perusahaan tidak mengakui atau menangguhkan setiap keuntungan. Namun, karena pada kasus ini perusahaan menerima uang tunai sebesar Rp 15.000.000. Maka, perusahaan mengakui sebagai keuntungan. Bagian keuntungan yang diakui perusahaan adalah rasio moneter dibandingkan dengan nilai total yang diterima. Perhitungan bagian keuntungan perusahaan adalah sebagai berikut: Karena perusahaan hanya mengakui keuntungan sebesar Rp 5.000.000 dari transaksi pertukaran ini, maka perusahaan menangguhkan sisanya sebesar Rp 25.000.000 (Rp 30.000.000–Rp 5.000.000) dan mengurangi biaya yang dicatat truk baru. Berikut ini adalah perhitungan biaya truk baru: Nilai wajar truk baru



Rp 75.000.000



Keuntungan yang ditangguhkan



(Rp 25.000.000)



Biaya truk baru



Rp 50.000.0000



37 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi pertukaran ini sebagai berikut: (D)



Kas



Rp 15.000.000



(D)



Truk



Rp 50.000.000



(D)



Akumulasi Penyusutan



Rp 40.000.000



(K)



Truk lama



Rp 100.000.000



(K)



Keuntungan atas pertukaran aset



Rp



5.000.000



Pengungkapan



VIII.



Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap: a dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto; b metode penyusutan yang digunakan; c umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; d jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penuh rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode e rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: f penambahan; g aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan Dan pelepasan lainnya; -



akuisisi melalui kombinasi bisnis;



-



peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta



dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset; -



rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48;



-



rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48;



-



penyusutan;



38 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



-



selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata



uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan -



perubahan lain.



Laporan keuangan juga mengungkapkan: a keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk liabilitas; b jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan; c jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan\ d jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain. Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal yang memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan dalam mereview kebijakan yang dipilih manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. Untuk alasan yang serupa,juga perlu diungkapkan: a penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset lain, selama satu periode; dan b akumulasi penyusutan pada akhir periode. Sesuai dengan IAS 8 entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan estimasi akuntansi yang berdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan berdampak material pada periode berikutnya. Untuk aset tetap, pengungkapan tersebut dapat muncul dari perubahan estimasi dalam: a)



nilai residu



b)



estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap



c)



umur manfaat



39 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



d)



metode penyusutan



Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian,hal berikut diungkapkan: a tanggal efektif revaluasi b apakah penilai independen dilibatkan c metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset d penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan harga terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya e untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya f surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasanpembatasan distribusi kepada pemegang saham. Pengguna laporan keuangan juga dapat menemukan informasi berikut yang relevan dengan kebutuhan mereka: a jumlah tercatat dari properti, pabrik dan peralatan yang sementara menganggur; b jumlah tercatat bruto dari setiap properti yang disusutkan sepenuhnya, pabrik dan peralatan yang masih digunakan; c jumlah tercatat properti, pabrik dan peralatan yang sudah pensiun dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5; dan d saat model biaya yang digunakan, nilai wajar aset tetap saat ini material berbeda dari jumlah tercatat.



40 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



LAMPIRAN LAPORAN KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk.



I. Kebijakan Akuntansi Aset Tetap



Metode penyusutan aset tetap yang digunakan perusahaan adalah metode garis lurus.



41 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



II. Estimasi Masa Manfaat Aset Tetap



42 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



III. Penyajian Aset Tetap pada Laporan Posisi Keuangan



Dalam laporan posi keuangan, aset tetap disajikan dalam kelompok aset tidak lancar. Dalam laporan posisi keungan tahun 2020 PT Mayora Indah Tbk., terlihat bahwa jumlah aset tetap setelah dikurangi dengan nilai akumulasi penyusutan dan penurunan nilai aset, mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Detail terkait hal ini tentunya akan dijelaskan di catatan 9.



43 | I A S 1 6 P r o p e r t y , P l a n t a n d E q u i p m e n t



Notes 9. Catatan Atas Laporan Keuangan



Dalam detail notes 9, terlihat secara detail apa saja ase tetap yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan, peralatan kantor, dan kendaraan. Selain itu perusahaan juga memiliki aset daam penyelesaian yang sebagian sudah direklasifikasi ke aset tetap yang siap untuk didepresiasikan sebesar Rp 2.557.480.238.294,Untuk detail akumulasi penyusutan akan berkaitan dengan bebn penyusutan yang ada di laporan laba rugi.



Di dalam laporan posisi keuangan, terdapat akun uang muka pebelian aset tetap sebesar Rp 521.483.598.829,-



Akun uang muka pembelian ini akan direklasifikasikan ke aset tetap tanah, mesin dan peralatan ketika aset tersebut sudah dilunasi pembayarannya dan sudah menjadi milik PT Mayora Indah Tbk. sepenuhnya.



IV. Laporan Laba Rugi







Beban Depresiasi Aset Tetap Beban depresiasi dan amortisasi aset tetap perusahaan dialokasikan ke akun beban pokok penjualan dan beban umum dan administrasi.



Untuk beban depresiasi yang dialokasikan ke beban pokok penjualan, merupakan beban depresiasi terkait aset tetap yang digunakan untuk proses produksi, khususnya masuk ke dalam beban overhead pabrik sebagai biaya produksi tidak langsung.



Sedangkan untuk beban depresiasi yang dialokasikan ke beban umum dan administrasi merupan beban penyusutan atas aset yang tidak berkaitan langsung dengan produksi contohnya seperti peralatan kantor.







Keuntungan Penjualan Aset Tetap Keuntungan penjualan dihasilkan dari penjualan mesin penolong produksi dan kendaraan.



1|IAS 16 Property, Plant and Equipment



V. Laporan Arus Kas



Transaksi yang berkaitan perolehan atau penjualan aset tetap masuk ke dalam aktivtas investasi dalam laporan arus kas. Terlihat dalam laporan arus kas PT Mayora Indah Tbk terdapat arus kas yang dikeluarkan untuk perolehan aset tetap, dimana hal ini juga yang menyebabkan jumlah aset tetap di tahun 2020 mengalami kenaikan. Kas yang dikeluarkan untuk uang muka pembelian aset tetap besarannya sama dengan yang terdapat dalam laporan posisi keuangan. Kemudian dalam arus kas masuk aktivitas investasi perusahaan, terdapat hasil penjualan aset tetap sebesar Rp 2.889.819.622.