Investasi Saham [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengertian Investasi Dalam Saham Perusahaan dapat menanamkan (investasi) uangnya dalam bentuk saham perusahaan lain.



Saham-saham yang dibeli dapat dicatat sebagai investasi jangka pendek atau



investasi jangka panjang tergantung dari tujuan pembeliannya. Apabila saham-saham itu dibeli dengan tujuan penggunaan uang yang menganggur dan penjualannya untuk memenuhi kebutuhan uang, maka pembelian saham akan dicatat sebagai investasi jangka pendek dan termasuk dalam kelompok aktiva lancar. Tetapi jika saham yang dibeli tidak untuk tujuan seperti diatas maka akan dicatat sebagai investasi jangka panjang. Investasi dalam saham yang dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang biasanya dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengawasi perusahaan lain b. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode. c. Untuk membentuk suatu dana khusus. d. Untuk menjamin kontinuitas suplai bahan baku. e. Untuk menjaga hubungan antarperusahaan. Investasi dalam saham bisa dilakukan dalam bentuk saham biasa atau saham prioritas, tergantung pada tujuan yang diharapkan dari investasi tersebut. Jika investasinya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode, maka lebih baik membeli saham prioritas, tetapi jika investasinya dilakukan dengan tujuan untuk mengawasi perusahaan lain, maka lebih baik membeli saham biasa karena saham biasa memiliki hak suara. Perusahaan-perusahaan yang memiliki sebagian besar saham perusahaan lain disebut perusahaan induk, dan perusahaan yang diawasi disebut anak perusahaan. Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham Jumlah saham yang dimiliki menentukan metode pencatatan yang harus digunakan. SFAS 115 menyatakan bahwa metode yang digunakan tergantung dari presentase pemilikan saham. Yang dimaksud dengan presentase pemilikan saham adalah presentase jumlah lembar saham yang dimiliki oleh seorang investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar. Presentase pemilikan dan metode pencatatannya adalah sebagai berikut :



Presentase pemilikan Kurang dari 20% 20% sampai dengan 50% Lebih dari 50%



Metode Pencatatan Metode Nilai Wajar (Fair Value Method) Metode ekuitas (Equity Method) Dibuat laporan keuangan yang dikonsolidasikan



Perusahaan yang dimiliki saham perusahaan lain lebih dari 50% dari jumlah saham yang beredar disebut induk perusahaan (parent Company) dan perusahaan yang sahamnya dimiliki disebut anak perusahaan (Subsidiary Company). Laporan keuangan kedua perusahaan ini (induk dan anak) disusun menjadi satu dalam laporan keuangan yang dikonsolidasikan. Persentase Pemilikan Kurang Dari 20% Investasi saham dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20% maka dipandang investor tersebut tidak dapat mempengaruhi perusahaan yang sahamnya dimiliki. Perlakuan akuntansi atas investasi dalam saham yang persentase pemilikannya kurang dari 20% dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Investasi dalam saham tersedia untuk dijual (available for sale), 2. Investasi dalam saham untuk diperdagangkan (trading) Menurut PSAK No.50, investasi yang masuk kelompok tersedia untuk dijual dapat disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar dalam neraca berdasarkan keputusan manajemen. Namun bila frekuensi pembelian dan penjualan saham sangat tinggi (sangat sering dilakukan) dan investor memilikinya dalam rangka mendapatkan laba dari perbedaan harga jangka pendek, maka investasi ini harus dikelompokkan dalam kelompok diperdagangkan (trading), dan dineraca disajikan dalam kelompok aktiva lancar. Sesuai dengan ketentuan SFAS No. 115 di atas, perlakuan akuntasi untuk kepemilikan yang persentasenya kurang dari 20 % akan menggunakan nilai wajar (fair value method), yang menurut PSAK No. 50 didefinisikan sebagai “jumlah yang dapat diperoleh dari pertukaran instrument keuangan dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas, bukan karena paksaan atau likuidasi”. Jika terdapat harga pasar untuk instrument tersebut, nilai



wajar hitung dengan cara mengalikan volume saham yang diperdagangkan dengan harga pasar per unit. Apabila pada akhir tahun (saat dibuatnya laporan keuangan) nilai wajar saham yang dimiliki investor berbeda dengan harga perolehannya maka perbedaan tersebut dicatat dalam rekening “ laba atau rugi belum direalisasi”. Saldo rekening laba belum direalisasi beasal dari investasi saham dari kelompok diperdagangkan (trading) harus diakui sebagai laba. Saldo rekening laba atau rugi belum direalisasi yang berasl dari investasi saham dari kelompok tersedia untuk dijual (available for sale) harus dimasukkan kedalam komponen modal yang disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai laba sampai laba atau rugi itu dapat direalisasi. Berikut ini adalah pencatatan transaksi investasi dalam saham. Pembelian Saham Saham-saham dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu dibeli tunai atau ditukar dengan aktiva. Masing-masing cara pembelian ini akan menimbulkan masalah penentuan harga pokok saham yang dibeli. Apabila saham dibeli dengan tunai maka harga pokoknya adalah jumlah semua uang yang dibayarkan dalam pembelian tersebut yang terdiri dari harga kurs, biaya-biaya komisi, materai dan lain-lain. Jumlah harga pokok tersebut akan dicatat dengan mendebit rekening investasi dalam saham. Apabila saham itu diperoleh dengan cara ditukar dengan aktiva maka harga pokok saham akan dicatat sebesar harga pasar aktiva yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar aktiva tersebut tidak dapat ditentukan maka harga pokok saham akan dicatat sebesar harga pasar saham tersebut. Apabila harga pokok maupun harga pasar tidak diketahui, maka nilainya harus ditaksir. Jurnal yang dibuat untuk mencatat investasi saham yang dibeli secara tunai adalah : Tersedia



Diperdagangkan



Investasi saham tersedia



Investasi saham diper-



untuk dijual Kas



xx



dagangkan xx



Kas



xx xx



Saham prioritas yang dibeli tidak pada tanggal pembayaran dividen, secara legal tidak menimbulkan masalah dividen yang terutang (accrued dividend). Tetapi karena dividen



saham prioritas itu jumlahnya sudah pasti maka biasanya dalam transaksi jual beli saham prioritas akan diperhitungkan dividen yang terutang sampai tanggal pembelian. Contoh pencatatatn saham yang dibeli akan dibuat berdasarkan data berikut ini : Pada tanggal 1 April Nona Risa membeli 100 lembar saham prioritas PT Bermuda 6%, nominal Rp10.000,- per lembar dengan kurs 105. Biaya pembelian saham (termasuk materai dan komisi) sebesar Rp50.000,-. Dividen saham PT Bermuda dibayarkan setiap tanggal 31 Desember. Transaksi-transaksi diatas akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut : 1 April Investasi dalam saham prioritas



Rp1.100.000,00



(tersedia untuk dijual/diperdagangkan) Pendapatan dividen



Rp



15.000,00



Kas



Rp1.115.000,00



Perhitungan : Harga beli saham = 100xRp10.000,00x105/100



Rp1.050.000,00



Biaya pembelian



Rp



Harga beli saham



Rp1.100.000,00



50.000,00



Dividen yang terutang 1 Januari sampai 1 April = 3/12 x 6% x Rp1.000.000,00



Rp



Jumlah uang yang dibayarkan



15.000,00



Rp1.115.000,00



Dividen terutang sebesar Rp15.000,00 dalam jurnal diatas didebitkan ke rekening pendapatan deviden. Cara ini akan mengakibatkan seluruh dividen yang diterima pada tanggal 31 Desember akan dikreditkan ke rekening pendapatan dividen. 31 Desember Kas



Rp 60.000,00 Pendapatan Dividen



Rp 60.000,00



Perhitungan : Pendapatan dividen = 6% x Rp 1.000.000,00 = Rp60.000,00



Selain cara diatas, dividen terutang dapat dicatat dengan mendebit rekening piutang pendapatan dividen. Cara ini akan mengakibatkan dividen yang diterima pada tanggal 31 Desember akan dikreditkan kedua rekening yaitu rekening piutang pendapatan dividen sebesar Rp15.000,00 dan rekening pendapatan deviden sebesar Rp45.000,00. Jika digunakan cara kedua ini maka jurnal penerimaan deviden tanggal 31 Desember sebagai berikut : Kas



Rp60.000,00 Piutang pendapatan dividen



Rp15.000,00



Pendapatan dividen



Rp45.000,00



Kadang-kadang pembelian saham dilakukan secara lumpsum (bersama) yaitu dua macam saham atau lebih dibeli sekaligus dengan satu jumlah harga. Masalah yang timbul dalam pembelian seperti ini adalah bagaimanakah mengalokasikan harga beli kepada masing-masing jenis saham. Alokasi harga beli dapat dilakukan dengan dasar sebagai berikut: a) Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli diketahui, alokasi didasarkan pada perbandingan jumlah relatif masing-masing saham. b) Jika yang dikethui harga pasarnya hanya satu jenis saham, maka harga pasar saham yang diketahui, diperlakukan sebagai harga pokok saham tersebut dan sisanya merupakan harga pokok saham jenis yang lain. c) Jika harga pasar masing-masing saham yang dibeli itu tidak diketahui, maka alokasi harga pokoknya ditangguhkan sampai salah satu saham dapat diketahui harga pasarnya. Untuk menjelaskan cara-cara alokasi diatas, berikut ini diberikan contoh pemebelian secara lumpsum sebagai berikut : Nona Lisa membeli 50 blok saham dengan harga Rp25.000,00 per blok. Tiap blok terdiri dari 1 lembar saham prioritas dan 3 lembar saham biasa. Alokasi harga pokok saham kepada masing-masing jenis dilakukan dengan cara sebagai berikut : (a) Harga pasar masing-masing jenis saham diketahui Misalnya harga pasar saham prioritas Rp12.500,00 per lembar dan harga pasar saham biasa Rp4.500,00 per lembar.



Nilai saham prioritas



= 50 x Rp12.500,00



= Rp 625.000,00



Nilai saham biasa



= 50 x Rp4.500,00



= Rp 675.000,00 Rp1.300.000,00



Harga pokok saham prioritas = (Rp625.000,00 : 1.300.000) x Rp1.250.000,00 = Rp600.960,00 Harga pokok saham biasa



= (Rp675.000,00 : 1.300.000) x Rp1.250.000,00 = Rp649.040,00



Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi diatas sebagai berikut (rekening investasi dalam saham akan dibedakan untuk tersedia untuk dijual atau diperdagangkan): Investasi dalam saham prioritas



Rp600.960,00



Investasi dalam saham biasa



Rp649.040,00



Kas (b)



Rp1.250.000,00



Harga yang diketahui hanya saham prioritas Misalnya harga pasar saham prioritas = Rp12.500,00 per lembar, sedang harga



pasar saham biasa tidak diketahui. Harga pokok saham dihitung sebagai berikut : Harga beli saham prioritas dan saham biasa



Rp1.250.000,00



Harga pasar saham prioritas=50xRp12.500,00



Rp 625.000,00



Harga pokok saham biasa



Rp 625.000,00



Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembelian saham diatas (dibedakan untun tersedia untuk dijual atau diperdagangkan) sebagai berikut : Investasi dalam saham prioritas



Rp625.000,00



Investasi dalam saham biasa



Rp625.000,00



Kas (c)



Rp1.250.000,00



Harga pasar masing-masing saham tidak diketahui



Karena harga pasarnya tidak ada yang diketahui maka tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk mengalokasikan harga beli saham-saham tersebut. Alokasi harga beli saham ditangguhkan sampai diperoleh dasar yang kuat. Transaksi pembelian saham diatas jika harga pokoknya tidak dialokasikan akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut (dibedakan untuk tersedia untuk dijual atau diperdagangkan):



Investasi dalam saham biasa dan prioritas



Rp1.250.000,00



Kas



Rp1.250.000,00



Dividen Pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham disebut pembagian deviden. Dividen yang diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki. Biasanya dividen yang dibagikan itu berbentuk uang tunai, tetapi jika jumlah uang tunai tidak mencukupi, bisa diadakan pembagian dividen dengan bentuk-bentuk lain. Dividen yang dibagi dapat berbentuk (1) uang tunai, (2) aktiva (selain kas dan saham sendiri), (3) saham baru. Berikut ini akan dibicarakan pembagian tiap-tiap bentuk dividen. Dividen yang Berbentuk Uang Pembagian dividen yang serng dilakukan adalah dalam bentuk uang. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki. Keputusan pembagian dividen diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS). Penerimaan dividen ini dicatat oleh pemegang saham dengan jurnal sebagai berikut : Kas



Rp xx Penghasilan dividen



Rp xx



Apabila dalam pembagian dividen disebutkan bahwa dividen yang dibagikan itu sebagian merupakan pembagian laba dan sebagian lagi merupakan pengembalian modal, dividen seperti itu disebut dividen likuidasi. Perusahaan yang membagikan dividen likuidasi biasanya adalah perusahaan – perusahaan yang akan menghentikan usahanya, misalnya dalam bentuk joint ventures. Karena usaha perusahaan akan dihentikan maka tidak perlu memeprbesar modal. Pemegang saham yang menerima dividen likuidasi mencatatnya sebagian sebagai penghasilan dan sebagian lagi sebagai pengembalian modal. Misalnya



perusahaan



ekstra



mengumumkan



pembagian



dividen



sebesar



Rp10.000.000,00 dengan ketentuan 30% merupakan pembagian laba dan 70% pengembalian modal. Nona Risa sebagai seorang pemegang saham dari perusahaan



ekstra menerima dividen sebesar Rp1.000.000,00. Penerimaan dividen ini dicatat dalam buku-buku Nona Risa dengan jurnal sebagai berikut : Kas



Rp1.000.000,00 Penghasilan dividen



Rp300.000,00



Investasi dalam saham perusahaan extra



Rp700.000,00



Dengan adanya jurnal diatas berarti bahwa saldo rekening investasi dalam saham perusahaan extra berkurang sebesar Rp700.000,00. Dividen yang Berbentuk Aktiva (Selain Kas dan Saham Sendiri) Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi berupa aktiva seperti saham perusahaan lain atau barang-barang hasil produksi perusahaan yang membagi dividen tersebut. Pemegang saham yang menerima dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya. Misalnya Nona Risa menerima pembagian dividen dari PT Extra berbentuk saham PT Matahari sebanyak 20 lembar. Pada saat pembagian tersebut harga pasar per lembar saham PT Matahari sebesar Rp11.000,00. Penerimaan dividen ini dicatat oleh Nona Risa dengan jumlah sebagai berikut : Investasi dalam saham PT Matahari Penghasilan dividen



Rp220.000,00 Rp220.000,00



Dividen Saham (Stock Dividend) Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi saham tersebut disebut dividen saham. Bagi pemegang saham, dividen seperti in berarti penambahan jumlah lembar saham tanpa ada pengeluaran baru. Jadi jumlah lembarnya bertambah tetapi harga perolehannya tetap. Saham yag diterima sebagai dividen bisa berbentuk saham yang sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain. Apabila dividen saham yang diterima itu sejenis dengan saham yang dimiliki, berarti jumlah lembarnya bertambah banyak sedangkan harga perolehannya tetap, dalam arti tidak ada kenaikan nilai buku. Dividen saham seperti ini tidak dijurnal, tetapi hanya memo untuk menunjukkan kenaikan jumlah lembar saham. Penjualan saham sesudah adanya penerimaan dividen saham akan dibebani dengan harga pokok saham yang baru.



Misalnya Tuan Iwan pada bulan Agustus 2005 membeli 100 lembar saham biasa dari PT Bermuda dengan harga Rp900.000,00. Pada bulan Desember 2005 diterima dividen saham biasa 50%. Pada bulan januari 2006, dijual 20 lembar saham dengan harga Rp170.000,00 Trasaksi-transaksi diatas dicatat dalam buku Tuan Iwan dengan jurnal sebagai berikut: Agustus 2005 Investasi dalam saham biasa



Rp900.000,00



Kas



Rp900.000,00



Desember 2005 Memo:



Diterima 50lembar saham biasa sebagai dividen, jumlah saham dan harga



pokoknya menjadi : 100 lembar + 50 lembar = 150 lembar Harga pokok per lembar =Rp900.000,00 : 150 = Rp6.000,00 Januari 2006 Kas



Rp170.000,00 Investasi dalam saham biasa



Rp120.000,00



Laba penjualan saham



Rp50.000,00



Perhitungan : Harga jual



Rp170.000,00



Harga pokok = 20 lembar x Rp6.000,00



Rp120.000,00



Laba penjualan saham



Rp 50.000,00



Apabila dividen saham yang diterima berupa saham yang berberda dengan saham yang dimiliki , maka harga pokok saham yang dimiliki dibagikan kepada tiap macam saham dengan dasar nilai relatifnya. Misalnya Tuan Iwan memiliki 50 lembar saham biasa PT Bermuda, nominal Rp10.000,00 per lembar, dibeli dengan harga Rp750.000,00 . Pada bulan Desember 2005 diterima dividen saham prioritas sebanyak 25 lembar dengan nilai nominal Rp5000,00 per lembar. Pada saat penerimaan dividen, harga pasar saham biasa Rp14.000,00 per lembar dan saham prioritas Rp4.000,00 per lembar. Pembagian harga pokok saham dan pencatatan penerimaan dividen sebagai berikut : Nilai saham biasa



= Rp14.000,00 x 50



Rp700.000,00



Nilai saham prioritas = Rp4000,00 x 25



Rp100.000,00 Rp800.000,00



Harga pokok saham biasa



= 700.000: 800.000 x Rp750.000,00 = Rp656.250,00



Harga pokok saham prioritas = 100.000: 800.000 x Rp750.000,00 = Rp93.750,00 Jurnal : Investasi dalam saham prioritas



Rp93.750,00



Investasi dalam saham biasa



Rp93.750,00



Dividen saham yang diterima apabila merupakan pengganti dari dividen tunggal dicatat sebagai penghasilan deviden. Jadi harga pokok saham yang dimiliki tidak berkurang dan harga pokok per lembar juga tidak berubah. Rekening penghasilan dividen dikredit dengan harga pasar saham yang diterima. Misalnya diterima 25 lembar saham prioritas, nominal Rp 5.000,00 per lembar, harga pasar Rp4000,00 per lembar, sebagai ganti dari dividen uang. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan dividen diatas sebgai berikut : Investasi dalam saham prioritas



Rp100.000,00



Penghasilan biasa



Rp100.000,00



Apabila saham yang dimiliki itu terdiri dari beberapa kali pembelian dengan harga yang berbeda-beda maka penerimaan dividen saham harus dihubungkan dengan masingmasing pemnelian tersebut. Misalnya, PT Barada yang dimiliki oleh Nona Risa sebagai berikut: Lembar



Harga pokok per lembar



Jumlah harga pokok



Pembelian I



70



Rp12.000,00



Rp 840.000,00



Pembelian II



40



Rp13.000,00



Rp 520.000,00



Pembelian III



50



Rp13.500,00



Rp 675.000,00 Rp2.035.000,00



PT Barada mengumumkan dividen saham sebesar satu lembar saham untuk tiaptiap 5 lembar saham yang dimiliki. Memo yang dibuat oleh Nona Risa untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan harga pokok per lembar sebagai berikut :



Diterima dividen saham sebanyak 32 lembar darp PT Barada, yaitu 1 lembar untuk 5 lembar saham yang dimiliki. Jumlah lembar dan harga pokok per lembar sekarang menjadi sebagai berikut : Lembar



Harga pokok per lembar



Jumlah harga pokok



Pembelian I



84(70+14)



Rp10.000,00



Rp 840.000,00



Pembelian II



48(40+8)



Rp10.833,33



Rp 520.000,00



Pembelian III



60(50+10)



Rp11.250,00



Rp 675.000,00 Rp2.035.000,00



Harga pokok saham per lembar untuk masing-masing pembelian perlu dihitung karena akan menentukan laba atau rugi pada waktu sahamnya dijual. Misalnya dijual 60 lembar saham dari pembelian saham ke-III maka harga pokok saham pada waktu sahamsaham dijual dapat menggunakan cara MPKP, rata-rata tertimbang, atau MTKP. Penyesuaian Akhir Tahun Setiap akhir periode, apabila nilai wajar saham yang dimiliki oleh investor berbeda dengan harga perolehannya, maka perbedaannya akan dicatat dalam rekening “laba atau rugi belum direalisasi”. Dalam hal nilai wajar lebih tinggi dari harga perolehannya, maka selisihnya dicatat sebagai laba dengan jurnal berikut: Investasi dalam saham tersedia untuk dijual



Rpxx



Laba belum direalisasi



Rpxx



Atau, Investasi saham diperdagangkan



Rpxx



Pendapatan dari kenaikan nilai wajar investasi saham diperdagangkan



Rpxx



Sebaliknya bila nilai wajar lebih rendah dari harga perolehannya, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dengan jurnal: Rugi belum direalisasikan



Rpxx



Investasi dalam saham tersedia untuk dijual



Rpxx



Atau, Rugi penurunan nilai wajar investasi saham diperdagangkan Rpxx Investasi saham diperdagangkan



Rpxx



Penjualan dan Pelunasan Kembali Saham Penjualan saham oleh investor dan pelunasan kembali saham oleh perusahaan emiten dapat menimbulkan laba atau rugi. Penjualan saham dicatat oleh invastor dengan mendebit kas dan mengkredit investasi saham. Selisihnya dicatat sebagai laba atau rugi penjualan saham. Berikut ini ilustrasi pencatatan pembelian dan penjualan saham. Tuan Iwan pada tanggal 20 Februari 2005 membeli 500 lembar saham (1 lot) PT XYX yang nominalnya @ Rp1.000,00 dengan harga Rp2.000,00. Biaya pembelian sebesar 0,5%, sehingga jumlah harga perolehan sebesar (500 x Rp2.000,00) + (0,5% x 500 x Rp2.000,00) = Rp1.005.000,00. Jurnal untuk mencatat pembelian saham ini adalah: Investasi saham tersedia untuk dijual



Rp 1.005.000,00



Kas



Rp1.005.000,00



Pada tanggal 29 april 2005, saham tersebut dijual dengan harga Rp2.2200,00 per lembar dan dikenai biaya penjualan sebesar 0,5%. Jumlah uang yang diterima sebesar (500 x Rp2.200,00) – (500 x Rp2.200,00 x 0,5%) = Rp 1.094.500,00. Jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah: Kas



Rp 1.094.500 Investasi saham tersedia untuk dijual



Rp 1.005.000



Laba penjualan saham



Rp



89.500



Perhitungan: Harga jual: 500 x Rp 2.200,00 =



Rp1.100.000,00



Biaya penjualan: 0,5% x Rp 1.100.000,00 = Harga jual bersih



5.500,00 Rp1.094.500,00



Harga perolehan Laba penjualan saham



1.005.000,00 Rp



89.500,00



Jika saham itu tetap dimiliki sampai tahun berikutnya dan baru dijual pada bulan Februari tahun 2006, maka Tuan Iwan harus mengganti harga perolehannya menjadi nilai wajar tanggal 31 Desember 2005. Misalnya nilai wajar saham PT XYZ tanggal 31 Desember 2005 sebesar Rp2.200,00 per lembar, maka jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk mencatat nilai wajar pada tanggal 31 desember 2005 sebagai berikut:



Investasi saham tersedia untuk dijual



Rp100.000,00



Laba belum direalisasikan



Rp100.000,00



(500 x (Rp2.200,00 – Rp2.000,00) = Rp100.000,00. Penjualan saham PT XYZ pada bulan Februari 2006 dengan harga Rp2.200,00 per lembar dan biaya penjualan 0,5% dicatat sebagai berikut: Kas



Rp 1.094.500,00



Laba belum direalisasikan



100.000,00



Investasi saham tersedia untuk dijual



Rp1.105.000,00



Laba penjualan saham



89.000,00



Persentase Pemilikan 20%-50% Pemegang saham yang kepemilikannya sebesar 20% sampai 50% dari seluruh saham yang beredar akan mencatat investasinya dengan metode ekuitas (equity method). PSAK. No. 15 menyatakan bahwa metode ekuitas adalah metode akuntasi yang mencatat investasi saham sebesar harga perolehannya (cost) dan selanjutnya menyesuaikannya dengan perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas aktiva bersih perusahaan yang terjadi setelah perolehan. Laporan laba rugi investor merefleksikan bagian laba atau rugi investor atas hasil usaha perusahaan (investee). Dengan demikian, setiap periode akuntansi harga pokok surat berharga harus disesuaikan dengan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan investee sebanding dengan persentase pemilikannya. Dividen yang diterima dicatat mengurangui saldo rekening investasi saham. Pada akhir periode tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian bila harga pokok perolehan berbeda dengan nilai wajarnya. Perolehan Saham Seperti kepemilikan saham kurang dari 20%, saham dapat diperoleh berbagai cara seperti: dibeli tunai, melalui tukar-menukar, atau dibeli secara lumpsum. Jurnal untuk mencatat pembelian secara tunai adalah sebagai berikut: Investasi saham Kas



Rpxx Rpxx



Laba/Rugi yang Dilaporkan oleh Perusahaan Investee Laba yang dilaporkan oleh perusahaan investee akan menamabah saldo rekening investasi saham yang besarnya sebanding (proporsional) dengan persentase pemilikan saham. Sebaliknya, jika investee menderita kerugian, maka investor akan mencatatnya dengan mengkredit rekening investasi saham yang besarnya juga sebanding dengan persentase pemlkan saham. Jurnal yang dibuat oleh investor adalah sebagai berikut: Apabila investee memperoleh laba: Investasi saham



Rpxx



Pendapatan investasi



Rpxx



Apabila investee menderita rugi : Rugi investasi saham



Rpxx



Investasi saham



Rpxx



Penerimaan Dividen Investor yang memiliki saham 20% sampai dengan 50% akan mencatat dividen yang diterimanya sebagi pengurang rekening investasi saham dengan jurnal sebagai berikut: Kas



Rpxx Investasi saham



Rpxx



Penyesuaian Akhir Tahun Apabila pada akhir tahun terdapat perbedaan antara nilai wajar dengan harga perolehannya, dalam metode ekuitas tidak diperlukan jurnal penyesuaian. Pemecahan Saham (STOCK SPLIT-UP) Suatu perusahaan dapat memperbanyak sahamnya yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal sahamnya. Pengurangan nilai nominal atau nilai yang dinyatakan ini dapat menambah jumlah lembar tanpa adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba tidak dibagi. Bagi pemegang saham, pengurangan nilai nominal ini tidak mengubah nilai buku investasi sahamnya, satu-saatunya perubahan yang ada hanyalah pertambahan jumlah lembar. Keadaan ini tidak memerlukan jurnal tetapi cukup dengan catatn memo. Misalnya PT Monita mengumumkan pemecahan saham di mana tiap satu



lembar di pecah menjadi dua lembar. Dengan adanya pemecahan saham ini, para pemegang akan menerima dua lembar saham untuk menukar tiap-tiap lembar yang dimiliki. Jumlah harga pokok saham tidak mengalami perubahan, tetapi karena jumlah lembarnya bertambah dua kali lipat mak harga pokok per lembar saham turun menjadi setengah harga pokok mula-mula. Dalam hal pemecahan saham tidak ada pendapatan yang diakui oleh pemegang saham. Kebalikan dari pemecahan saham adalah keadaan di mana perusahaan mengurangi jumlah lemabr sahamnya dengan cara memperbesar nilai nominal atau nilai yang dinyatakan. Akibat dari pengurangan jumlah lembar ini hanya dicatat dengan memo untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan harga pokok per lembar. Hak Beli Saham Hak beli saham adalah hak yang di berikan kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu tertentu. Setiap lembar saham yang beredar akan menerima satu lembar hak beli saham, sehingga apa bila seseorang memiliki 100 lembar saham, maka ia akan menerima 100 lembar hak beli saham. Pemberian hak beli saham kepada pemegang saham dimaksudkan untuk member kesempatan pada pemegang saham agar dapat mempertahankan proporsi pemilikan sahamnya. Proporsi pemilikan dari pemegang saham tidak berubah jika pemegang saham tadi menggunakan haknya untuk membeli saham baru. Jumlah saham yang dapat di beli dengan menggunakan hak beli saham tidak selalu sama dengan jumlah hak beli saham, tetapi tergantung pada ketentuan-ketentuan yang ada. Misalnya di keluarkan hak beli saham yang setiap lembarnya dapat di gunakan untuk membeli ¼ lembar saham baru, ini berarti bahwa satu lembar saham baru dapat di beli dengan menggunakan empat lembar hak beli saham. Harga beli saham baru dengan menggunakan hak beli saham biasannya lebih rendah dari pada harga saham di bursa, perbedaan ini menyebabkan adanya nilai untuk hak beli saham. Karena hak beli saham itu mempunyai nilai maka penerimaannya di catat sebagai suatu investasi hak beli saham. Hak beli saham ini di terima karena pemilik saham, oleh



karena itu harga pokok investasi saham dialokasikan sebagian sebagai harga pokok hak beli saham. Pembagian harga pokok ini dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Harga pokok hak beli saham = (harga pasar hak beli saham : (harga pasar saham tanpa hak beli saham + harga pasar hak beli saham) x Harga Pokok Saham



Harga pokok baru untuk saham = (harga pasar saham tanpa hak beli saham : (harga pasar saham tanpa hak beli saham + harga pasar hak beli saham) x Harga Pokok Saham Dari rumus di atas jika harga pokok hak beli sudah dapat di tentukan maka hasilnya di kurangkan pada harga pokok saham dan akan dapat ditentukan berapa harga pokok baru untuk saham dan akan dapat di tentukan berapa pokok baru untuk saham. Cara ini merupakan alternatif rumus kedua di atas. Hak beli saham yang di miliki dapat di gunakan untuk membeli saham baru atau di jual. Jika di gunakan untuk membeli saham baru maka harga pokok hak beli saham yang di gunakan merupakan tambahan terhadap harga pokok saham yang di beli. Tetapi apabila hak beli saham tadi di jual maka selisihk beli harga jual dengan harga pokoknya merupakan laba atau rugi. Kadang-kadang hak beli saham tidak di gunakan untuk membeli saham baru dan tidak dapat dijual sehingga lewat batas waktunya (daluarsa), dalam keadaan ini harga pokok hak beli saham yang daluarsa di hapus dan di catat sebagai kerugian Contoh perhitungan dan pencatatan hak beli saham adalah sebagai berikut: Tuan peter memiliki 100 lembar saham PT Asoiki, nominal Rp10.000,00 per lembar, di beli pada tahun 2005 dengan harga Rp1.000.000,00. Pada bulan September 2006 diterima hak beli saham yang dapat di gunakan untuk membeli ¼ lembar saham baru dengan harga Rp10.000,00 per lembar. Pada saat penerimaan hak beli saham, di ketahui harga pasar sebagai berikut: Saham tanpa hak beli



=



Rp12.000,00



Hak beli saham



=



Rp 500,00



Harga pokok saham akan dibagikan kepada saham dan hak beli saham dengan cara sebagai berikut: Harga Pokok Hak Beli saham = (Rp500,00 : (Rp12.000,00 + Rp500,00) x Rp1.000.000,00)) = Rp40.000,00 Harga Pokok baru untuk saham = (Rp12.000,00 : (Rp12.000,00 + Rp500,00)) x Rp1.000.000,00 = Rp960.000,00 Perhitungan harga pokok baru untuk saham dapat juga dilakukan dengan cara sebagai berikut: Harga pokok saham



Rp1.000.000,00



Harga pokok hak beli saham



40.000,00 Rp



960.000,00



Penerimaan hak beli saham sebanyak 100 lembar di catat dengan jurnal sebagai berikut: Investasi dalam hak beli saham



R40.000,00



Investasi dalam saham



Rp40.000,00



Dengan adanya jurnal di atas, rekening investasi dalam hak beli saham menunjukkan saldo sebesar Rp40.000,00 dan investasi dalam saham menunjukan saldo sebesar Rp960.000,00. Hak beli saham sebanyak 100 ini dapat digunakan untuk membeli 25 lembar saham baru. Jika semua hak beli saham di gunakan untuk membeli saham baru maka harga pokok saham yang di beli terdiri dari harga beli saham di tambah harga pokok hak beli saham. Jurnal yang di buat untuk mencatat pembelian 25 lembar saham dengan menggunakan 100 lembar hak beli saham adalah sebagai berikut: Invesitas dalam saham



Rp290.000,00



Kas



Rp250.000,00



Investasi dalam hak beli



40.000,00



Perhitungan : Harga beli saham = 25 lembar x Rp10.000,00 Harga pokok hak beli saham



Rp250.000,00 40.000,00 Rp290.000,00



Apabila hak beli saham tidak di gunakan untuk membeli saham baru tetapi di jual, maka rekening penanaman modal dalam hak beli saham di tutup dan jika ada selisih antara harga pokok hak beli saham dengan harga jualnya, diakui sebagi rugi atau laba. Misalnya hak beli saham bisa di jual dengn harga Rp450,00 per lembar, jurnal untuk mencatan penjualan 100 lembar hak beli saham sebagai Kas



Rp45.000,00 Penanaman modal dalam hak beli saham



Rp40.000,00



Laba penjualan hak beli saham



5.000,00



Perhitungan : harga jual = Rp450,00 x 100 lembar



Rp45.000,00



harga pokok hak beli sama



40.000,00 Rp 5.000,00



Apa bila hak beli saham di terima itu tidak di gunakan untuk membeli saham baru, juga ttidak di jual sampai daluarsa maka harga pokok hak beli saham di catat sebagai kerugian dengan jumlah sebagai berikut: Rugi hak beli saham yang tidak di pakai



Rp40.000,00



Penanaman modal dalam hak beli saham



Rp.40.000,00



Rugi yang timbul dari hak beli saham yang tidak di gunakan ini merupakan rugi yang tidak bisa terjadi, sehingga dalam laporan laba rugi di kelompokkan dalam laba atau rugi tidak bisa. Nilai Teoritis Hak Beli Saham Nilai teoritisis hak beli saham adalah harga jual yang di harapkan dari hak beli saham. Nilai teoritis ini di hitung dalam dua keadaan yaitu (1) bila saham masih di jual dengan hak beli saham dan (2) sesudah tanggal dimana hak beli saham menjadi milik pemilik dan saham jual tanpa hak beli saham. Nilai Teroritis Bila Saham Dijual dengan Hak Beli Saham Dalam keadaan di mana saham-saham dijual di pasar berhak atas hak beli saham yang akan dikeluarkan maka nilai teoritis hak beli saham dihitung sebagai berikut



Nilai saham dengan HBS dikurangi harga beli saham = Nilai satu lembar HBS Jumlah lembar HBS yang diperlukan untuk membeli satu lembar saham ditambah 1 Misalnya saham dijual di pasar masih mengandung hak beli saham dengan harga Rp. 125.000,00 dan harga beli di perusahaan sebesar Rp. 100.000,00 plus 4 lembar hak beli saham, Nilai teoritis hak beli saham dihitung sebagai berikut: Rp.125.000,00 – Rp.100.000,00 = Rp.5.000,00 nilai teoritis 1 lembar hak beli saham. 4+1 Nilai teoritis saham per lembur adalah harga jual yang diharapkan untuk setiap lembar saham yang dihitung sebagai berikut: Rp.125.000,00 – Rp. 100.000,00 = Rp. 120.000,00. Hasil perhitungan ini sesuai dengan perhitungan jika saham dibeli dengan menggunakan hak beli saham yaitu Rp.100.00,00+(4xRp.5000,00)=Rp.120.000,00. Perhitungan Nilai Teoritis Hak Beli Saham Jika Dijual Tanpa HBS Apabila saham dijual tanpa hak beli saham, perbeaan antara harga pasar saham dengan harga beli saham di perusahaan dengan menggunakan hak beli saham merupakan nilai hak beli saham yang digunakan untuk membeli saham baru tersebut. Rumus perhitungan nilai teoritis hak beli saham dalam keadaan seperti ini adalah: Nilai saham tanpa HBS dikurangi harga beli saham



= Nilai satu lembar HBS



Jumlah lembar HBS yang diperlukan untuk membeli 1 lembar saham Apabila harga pasar saham tanpa HBS sebesar Rp.115.000,00, maka nilai teoritis hak beli saham dihitung sebagai berikut: Rp.115.000,00 – Rp.100.000,00 = Rp.3.750,00 4 Penjualan atau Pelunasan Kembali Saham Kadang-kadang saham yang dimiliki sebagai investasi jangka panjang dijual kembali oleh investor kepada pihak lain atau mugkin juga perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut membeli kembali sahamnya. Dalam kedua macam keadaan diatas, invetor akan



mencatat selisih antara harga perolehan saham dengan jumlah uang yang diterima sebagai laba atau rugi. Harga perolehan saham pada waktu saham-saham itu dijual atau dilunasi kembali adalah harga perolehan yang timbul pada waktu memeli saham, disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi seperti pembagaian dividen saham, pemecahan saham dan lain-lain. Pada waktu penjualan saham atau pelunasan kembali, investor mencatat transaksi tersebut dengan debit kas dan kreditnya rekening penanaman modal dalam saham. Selisih anatara harga perolehan dengan jumlah uang yang iterima, kalau rugi dicatat dengan mendebit rekening rugi penjualan saham atau rugi pelunasan kembali saham dan lunasan kembali saham. Contoh untuk melakukan pencatatan penjualan atau pelunasan kembali saham sebagai berikut: Misalnya 100 lembar saham nominal @ Rp. 10.000,00, dulu dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp. 975.000,00. Pada waktu ini saham-saham tersebut ditarik untuk dilunasi kembali dengan kurs 102. Jurnal yang dibuat dalam buku investor untuk mencatat pelunasan kembali sahamnya adalah sebagai berikut: Kas



Rp.1.020.000,00 Penanaman modal dalam saham Laba pelunasan kembali saham



Rp.975.000,00 Rp. 45.000,00



Perhitungan: Harga pelunasan kembali =102/100x100 lembar x Rp.10.000,00= Rp.1.020.000,00 Harga perolehan



Rp. 975.000,00



Laba pelunasan kembali saham



Rp.



45.000,00



Pertukaran Saham Apabila saham-saham yang dimiliki sebagai investasi jangka panjang ditarik kembali oleh perusahaan dan ditukar dengan saham jenis lain, maka saham baru yang akan diterima dicatat sebesar harga pasarnya. Pada waktu terjadinya pertukaran, biasanya terdapat perbedaan antara harga pasar saham baru dengan harga perolehan saham lama, perbedaan ini dicatat sebagai laba atau rugi dalam buku-buku investor. Sebagai contoh, misalnya PT Bermuda untuk investasi jangka panjang, yang dulu dibelinya dengan harga



perolehan sbesar Rp.1.000.000,00. Nona Risa yang memiliki 100 lembar saham PT Bermuda untuk investasi jangka panjang, yang dulu dibelinya dengan harga perolehan sebesar Rp.1.000.000,00, menukarkannya dengan 100 lembar saham biasa. Pada saat penukaran, saham biasa laku dipasar dengn harga Rp.11.000,00 per lembar. Pertukaran saham diatas dicatat dalam buku Nona Risa dengan jurnal sebagai berikut: Penanaman modal dalam saham biasa



Rp.1.100.000,00



Penanaman modal dalam saham prioritas



Rp.1.000.000,00



Laba pertukaran saham



Rp. 100.000,00



Perhitungan: Harga pasar saham biasa = 100 lembar x Rp.11.000,00 = Rp.1.100.000,00 Harga perolehan Laba pertukaran saham



1.000.000,00 Rp.



100.000,00



Laba Pelunasan Saham Prioritas Dalam pelunasan saham prioritas biasanya dibentuk untuk menarik kembali saham prioritas yang beredar. Pelunasan kembali ini dilakukan untuk mengurangi beban tetap setiap periode berupa dividen saham prioritas. Pada waktu menarik kembali saham prioritas yang beredar, jumlah uang yang dibayarkan terdiri dari nilai likuidasi saham ditambah dividen yang terutang. Nilai likuidasi biasanya lebih tinggi dari nilai nominal. Pada waktu saham prioritas tersebut dijual, harganya mungkin di atas nilai nominal atau mungkin juga lebih rendah, sehingga jumlah uang yang dikeliarkan untk membayar kembali saham prioritas tersebut mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada harga jualnya dulu. (a)



Jumlah uang yang dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih besar daripada harga jual saham tersebut. Apabila saham prioritas dilunasi dengan jumlah yang lebih besardaripada harga jualnya maka kelebihan pembyaran ini dianggap sebagai pembagian laba pada saat satu pelunasan saham. Misalnya, pada tanggal 5 januari 2005 PT Risa Fadila menjual



saham prioritas, nominal



perlembar Rp.10.000,00 dengan harga Rp. 11.000,00 per lembar. Pada tanggal 15 Desember 2009, 100 lembar saham prioritas dilunasi dengan harga Rp.12.000,00



perlembar. Jurnal yang dibuat oleh PT Risa Fadila Untuk mencatat pelunasan kembali 100 lembar saham prioritas pada tanggal 15 Desember 2009 adalah sebagai berikut : Modal saham prioritas



Rp.1.000.000,00



Agio saham prioritas



Rp. 100.000,00



Laba tidak dibagi



Rp. 100.000,00



Kas



Rp.1.200.000,00



Apabila pelunasan kembali diatas dibayar dari dana pelunasan saham maka jurnal yang dibuat akan mengkredit rekening dana plunasan saham prioritas – kas. (b)



Jumlah uang yang dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih kecil daripada harga jual saham tersebut. Pelunasan kembali dengan jumlah yang lebih kecil menimbulkan selisih yang oleh perusahaan tetap dicatat sebagai modal disetor. Rekening modal saham dan agio atau disagio saham tertutup dan selisihnya dicatat dalam rekening modal yang menunjukkan asal modal tersebut. Misalnya PT Risa Fadila pada tanggal 5 januari 2005 menjual saham prioritas, nominal per lembar Rp.10.000,00 dengan harga Rp.12.500,00 per lembar. Pada tanggal 15 desember2009, jurnal yang dibuat ditarik kembali dengan harga Rp.11.000,00 per lembar. Jurnal yang dibuat oleh PT Risa Fadila untuk mencatat pembelian kembali saham prioritas tanggal 15 Desember 2009 sebagai berikut: Modal saham prioritas



Rp.1.000.000,00



Agio saham prioritas



Rp. 250.000,00



Kas



Rp.1.100.000,00



Modal disetor dari pelunasan kembali saham prioritas Rp.150.000,00 Uang Muka Uang muka pada anak perusahaan diperlakukan sebagai investasi jangka panjang jika tidak akan segera diterima embali. Uang muka seperti ini dalam neraca dicantumkan sebagai tambahan pada penambahan modal dalam saham. Pencantuman seperti ini dapat dibenarkan asal dipisahkan dari penanaman modal dalam saham.



Pemilikan Dalam Firma Pemilikan dalam firm atau joint venture dicatat sebagai penanaman modal dalam buku masing-masing anggota (partner). Rekening penanaman modal dalam firma ini akan bertambah jumlahnya bila ada setoran baru kedalam firma atau bila firma memperoleh laba. Apabila firma menanggung kerugian atau pemilik mengambil uang ke firma maka saldo rekening ini berkurang. Persentase Pemilikan Lebih Dari 50% Jika kepemilikan saham investor lebih dari 50% dari seluruh saham beredar, maka perusahaan investor disebut sebagai induk perusahaan. Laporan keuangan induk perusahaan (parent company)harus dikonsolidasikan dengan laporan keuangan investee (anakperusahaan /subsidiary company).



REFERENSI Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc,Akuntan, Intermediate Accounting Ed. Kedelapan, BPFE Yogyakarta http://missopurple.blogspot.com/2013/01/akuntansi-keuangan-penanamanmodal_5896.html