Isi Makalah Meningitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan spinal cord(Meningitis Foundation of America). Classic triad dari meningitis adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental(van de Beek, 2004). Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh Blood Brain Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada pelindung tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen (van de Beek, 2010). Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers for Disease Control and Prevention). Penyebab paling sering dari meningitis adalah Streptococcus pneumonie (51%) dan Neisseria meningitis (37%) (van de Beek, 2004). Vaksinasi berhasil mengurangi meningitis akibat infeksi Haemophilus dan Meningococcal C (Tidy, 2009). Faktor resiko meningitis antara lain: pasien yang mengalami defek dural, sedang menjalani spinal procedure, bacterial endocarditis, diabetes melitus, alkoholisme, splenektomi, sickle cell disease, dan keramaian (Tidy,2009). Patogen penyebab meningitis berbeda pada setiap grup umur. Pada neonatus, pathogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Group B beta-haemolitic streptococcus, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli. Pada bayi dan anakanak, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Haemophilus influenza (bila lebih muda dari 4 tahun dan belum divaksinasi), meningococcus (Neisseria meningitis), dan Streptococcus pneumonie(pneumococcus). Pada orang remaja dan dewasa muda, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah S. pneumonie, H. influenza, N. meningitis, gram negative Bacilli, Streptococci, dan Listeria monocytogenes. Pada dewasa tua dan pasien immunocompromised, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Pneumococcus, Listeria monocytogenes,



tuberculosis,



gram negative organis, dan



Cryptococcus. Sedangkan penyebab meningitis bukan infeksi yang paling sering antara lain sel-sel malignan (leukemia, limpoma), akibat zat-zat kimia (obat intratekal, Universitas Sumatera Utara kontaminan), obat (NSAID, trimetoprim), Sarkoidosis, sistemis lupus eritematosus (SLE), dan Bechet’s disease (Tidy,2009). Meningitis juga dapat disebabkan oleh tindakan medis. 0,8 sampai 1,5% pasien yang menjalani craniotomy mengalami meningitis. 4 sampai 17% pasien yang memakai I.V. 1



Cath. mengalami meningitis. 8% pasien yang memakai E. V. Cath. mengalami meningitis. 5% pasien yang menjalani lumbar catheter mengalami meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien yang menjalani lumbar puncture (van de Beek, 2010). Secara keseluruhan, mortality rate pasien meningitis adalah 21%, dengan kematian pasien pneumococcal meningitis lebih tinggi dari pasien meningococcal meningitis (van de Beek, 2004). Di Afrika, antara tahun 1988 dan 1997, dilaporkan terdapat 704.000 kasus dengan jumlah kematian 100.000 orang. Diantara tahun 1998 dan 2002 dilaporkan adanya 224.000 kasus baru meningococcal meningitis. Tetapi angka ini dapat saja lebih besar di kenyataan karena kurang bagusnya sistem pelaporan penyakit. Sebagai tambahan, banyak orang meninggal sebelum mencapai pusat kesehatan dan tidak tercatat sebagai pasien meninggal dicatatan resmi (Centers for Disease Control and Prevention). 1.2 Rumusan Masalah. 1. Apa definisi dari Meningitis? 2. Apa etiologi dari meningitis? 3. Apa saja klasifikasi dari meningitis? 4. Bagaimana patofisiologi dari meningitis? 5. Apa saja faktor risiko dari meningitis? 6. Apa saja manifestasi klinis dari meningitis? 7. Bagaimana saja pemeriksaan penunjang dari meningitis? 8. bagaimana saja penatalaksanaan dari meningitis? 9. Apa saja pencegahan dari meningitis? 10.



Bagaimana masalah keperawatan dan asuhan keperawatan dari meningitis?



1.2 Tujuan Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dengan Meningitis.



2



BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Anatomi Fisiologi Meningitis 1. Otak Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak(cranium) yang di bungkus oleh selaput otak yang kuat.



2. Perkembangan Otak Otak terletak dalam rongga cranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal. a. Otak depan menjadi hemister serebri, korpus setriatum, thalamus serta hipotalamus. b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus. c. Otak belakang, menjadi pons varol, medulla oblongata dan serebelum. 3. Lapisan Meningens Untuk mengetahui apa itu meningitis tentu kita harus tahu terlebih dulu mengenai apa itu meninges dan bagaimana struktur anatominya karena meningitis merupakan penyakit yang menyerang di bagian ini. Otak dan medulla spinalis dilapisi oleh meningens yang melindungi struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal (Wordpress, 2009). Selaput meningens terdiri dari 3 lapisan yaitu : 1) Duramater Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal (Snell RS., 2006). Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari 3



kranium. Karena tidak melekatpada selaput arakhnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara duramater dan arakhnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural (Komisi trauma IKABI, 2004). Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat (Komisi trauma IKABI, 2004). Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fossa temporalis (fossa media) (Komisi trauma IKABI, 2004). 2) Selaput Arakhnoid Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang (Komisi trauma IKABI, 2004). Selaput arakhnoid terletak antara piamater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial, disebutspatium subdural dan dari piamater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis (Snell RS., 2006). Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala (Komisi trauma IKABI, 2004). 3) Piamater Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri (Komisi trauma IKABI, 2004). Piamater adalah membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh piamater (Snell RS., 2006).



4



2.2 Definisi Meningitis. Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piamater dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada meningens, yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak (Wordpress, 2009). Meningitis merupakan infeksi akut dari meningens, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme yaitu pneumococcus, Meningococcus, Stafilococcus, Streptococcus, Haemophilus influenzae dan bahan aseptis (virus) (Long Barbara C, 1996). Efek peradangan dapat mengenai jaringan otak yang disebut dengan meningoensefalitis (Wordpress, 2009).



2.3 Etiologi Meningitis Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.macam-macam penyebab meningitis: 1) Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. 2) lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia. 3) Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita. 4) Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan. 5) Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin. 6) Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.



5



2.4 Klasifikasi Meningitis Meningitis dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut: 1. Meningitis Kriptikokus Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptikokus. Jamur ini bisa masuk ketubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptikokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis kriptikokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 dibawah100. Diaknosis: Darah atau cairan sumsum tulang belakang dalam dites untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen (sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat member hasil pda hari yang sama. Tes biakan akan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukan hasil positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tintah india. (Yayasan Spiritia., 2006) 2. Viral Meningitis Termasuk penyakit ringan. Gejalannya mirif dengan sakit flu biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya meningkat dimusim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Anatara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut. (Anonim., 2007) 3. Bakterial Meningitis Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit serius. Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalannya seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai ke daerah organ-organ lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian. (Anonim., 2007) 4. Meningitis Tuberkulosis Generalisata Gejala : demam, ,udah kesal, opstipasi, muntah-muntah, ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat lambat, hipertensi, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.



6



Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis. Diagnosis : meningitis tuberkulosis dapat di tegakkan dengan pemeriksaan cairaan otak, darah, radiologi, testuberkulin. (harsono., 2003) 5. Meningitis purulenta Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi. Penyebab : diplococcus pneumoniae (pneumokok), neisseria meningitides (meningokok), strerococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pneudomonas aeruginosa. Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologic, pemeriksaan EEG. (Harsono,2013).



7



2.5 Patofisiologi Meningitis



2.6 Faktor Risiko Meningitis Faktor resiko orang-orang yang mudah terkena menengitis adalah : 1. Faktor Usia Kebanyakan meningitis disebabkan oleh virus dan bakteri terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 thn namun, sejak pertengahan tahun 1980an, setelah adanya vaksin untuk anak, pasien miningitis bergeser dari usia 15bln sampai 25thn. 2. Faktor Tempat Tinggal



8



Orang yang berkumpul atau tinggal di perumahan pandat penduduk, Orang yang tinggal diperumahan yang padat penduduk, siswa yang tinggal di asrama, personil di pangkalan militer atau anak-anak Yang dititipkan di penitipan anak ( day care) akan meningkatkan resiko meningitis. Hal ini dikarenakan penyebaran penyakit menjadi lebih cepat bila sekelompok orang berkumpul. 3. Ibu hamil Ada peningakatan kontraksi listeriosis, yaitu infeksi yang di sebabkan oleh bakteri listeria, yang juga dapat menyebabkan meningitis bila memiliki listeriosis bayi yang belum melahirkanpun akan berisiko terkena. 4. Faktor Lingkungan Kerja Bekerja di lingkungan yang dengan hewan Pekerjaan yang selalu berhubungan dengan hewan seperti pertenak, juga memiliki resiko tinggi tertular listeria, yang dapat mengakibatkan meningitis 5. Faktor Imunitas 1. Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah antara lain : a. Bayi yang lahir terang bulan ( prematur) dan berat kelahiran rendah b. Bayi yang hanya di beri ASI sebentar atau sedikit c. Orang sering terpapang asap rokok 2. Orang yang sering mengalami infeksi virus di saluran pernapasan a. Pendrita penyakit kronis seperti kanker dan diabetes, penderita HIV b. Pengguna obat immunosuppresan juga lebih rentan terhadap meningitis



2.7 Manifestasi Klinis Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri dapat menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku (kaku kuduk) yang disebabkan oleh otot-otot ekstensor tengkuk yang mengenjang. Bila hebat, terjadi opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Selain itu kesadaran dapat menurun. Tanda kernig dan brudzinsky positif (Harsono, 2005). Tanda dan gejala meningitis secara umum: 1. Aktivitas/istirahat: malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan dan hipotonia. 9



2. Sirkulasi: riwayat endokarditis, abses otak, TD, nadi, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase akut. 3. Eliminasi : adanya inkontinensia atau retensi urin. 4. Makanan/cairan: anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering. 5. Nyeri/kenyamanan : sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh. 6. Pernapasan : riwayat infeksi sinus atau paru, napas, letargi dan gelisah. 7. Keamanan : riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yangbaru berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks, demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.



2.8 Pemeriksaan Penunjang Meningitis a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Analisis CSS dari fungsi lumbal. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jenis sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. a) Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri. b) Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus. 2) Glukosa serum: meningkat 3) LDH serum: meningkat (meningitis bakteri) 4) Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri) 5) Elektrolit darah: dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.



10



6) Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal. 7) ESR/LED: meningkat pada meningitis 8) Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi. 9) Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis.



11



b. Radiologi 1) MRI/CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor. 2) Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi intrakranial. 3) Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.



2.9 Penatalaksanaan meningitis. 1. Farmakologis 1) Obat anti inflamasi : (1)Meningitis tuberkulosa : a. Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½ tahun. b. Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun. c. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan. (2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan : a. Sefalosporin generasi ke 3 b. ampisilin 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari. c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.



(3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan : a. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari. b. Sefalosforin generasi ke 3. 2. Pengobatan simtomatis : 1. Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari. 2. Turunkan panas : a. Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis. 12



b. Kompres air PAM atau es. 3. Pengobatan suportif : (1) Cairan intravena. (2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.



2.10



Pencegahan Meningitis



1. Pencegahan Primer Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate



vaccine



(PCV7),



Pneumococcal



polysaccaharide



vaccine



(PPV),



Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.20 Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi. Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y.35meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan di 13



lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis. Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru . 3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi- kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.



14



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS 3.1 Pengkajian 1.



Pengumpulan data a. Biodata 1) Nama



:



2) Usia



:



3) Alamat 4) Jenis kelamin



:



5) Pendidikan



:



6) Agama



:



7) Suku bangsa



:



8) Diagnosa medis: b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama



: :-



Hal yang sering menjadi alasan pasien atau orang tua membawa anaknya ke rumah sakit adalah suhu badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran 2) Riwayat penyakit sekarang Pada pengkajian pasien dengan meningitis biasanya keluhan berhubungan dengan akibat infeksi dan akibat tekanan intrakranial seperti sakit kepala, demam juga kejang. Hal tersebut harus dilakukan pengkajian lebih mendalam, seperti : baaimana sifat timbulnya, stimulus yang sering menimbulkan keluhan, dan tindakan yang biasa diberikan untuk menurunkan keluhan tersebut. 3) Riwayat kesehatan dahulu Perlu adanya pengkajian terhadap riwayat penyakit yang pernah diderita pasien seperti infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, dan hemoglobinopatis, riwayat trauma kepala, juga riwayat tindakan bedah saraf.



15



Selain hal tersebut, perawat perlu mengkaji pemakaian obat-obatan yang sering digunakan pasien seperti obat kortikosteroid, jenis antiboitik dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antiboitik). 4) Riwayat Kesehatan Keluarga/ keadaan lingkungan tempat tinggal Meningitis merupakan suatu penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Maka dari itu pada saat salah satu penduduk di ligkungan padat penduduk/ anggota keluarga terkena infeksi meningitis maka penyebaranpenyakit ini akan sangat cepat di populasi tersebut. b. Data biologis 1) Aktivitas keluhan : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter. 2) Eliminasi Keluhan : sering BAK Tanda : Inkontinensi dan atau retensi. 3) Makan Keluhan : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering. 4) Higiene keluhan : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri. c. Pemeriksaan Fisik 1) Kesadaran : Pasien yang datang ke rumah sakit biasanya dalam keadaan latergi, stupor, dan semikomatosa 2) Tanda tanda vital a) Temperatur :Suhu mengalami peningkatan lebih dari normal sekitar 38 – 41 oC b) Denyut nadi : Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial 16



c) Respirasi :Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum d) Tekanan darah:Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial. e) Pemeriksaan menyeluruh 



B1 (breathing)



Melihat apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan alat bantu nafas, dan peningkata frekuensi nafas. Auskultasi bunyi nafas, bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada meningitis tuberkulosa 



B2 (blood)



Pengkajian pada sistem cardiovascular, biasanya terdapat infeksi fulminating



pada



meningitis



meningokokus



dengan



tanda-tanda



septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular desiminata 



B3 (brain)



Pengkajian B3 (Brain) menilai tingkat kesadaran dan status mental berdasarkan fungsi serebri. Kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat lethargic, strupor dan semikomatosa. 



B4 (bladder)



Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. 



B5 (bowel) Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.







B6 (bone)



17



Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki). Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah. Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL). 



Pemeriksaan saraf cranial 



Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.







Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.







Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya yanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia



atau sensitive



yang berlebihan terhadap cahaya. 



Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.







Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.







Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.







Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.







Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas nukal).







Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. 18







System motorik



Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan. 



Pemeriksaan refleks



Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.



3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi pada meningen 2. Hipertermi berubungan dengan inflamasi pada meningen 3. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang menimbulkan kematian 4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih 5. Gangguan ADL berubungan dengan perubahan tingkat kesadaran 6. Resiko cedera berhubungan dengan peurunan kesadaran 7. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berubungan dengan tekanan pada pusat refleks muntah



19



3.3 Intervensi Keperawatan No 1.



Diagnosa



Tujuan dan



keperawatan



Kreteria Hasil



Gangguan perfusi Setelah jaringan serebral askep berhubungan



(…x…)



dengan



diharapkan



peningkatan TIK jaringan ditandai



Rasional



diberikan Mandiri



Mandiri



selama



- Pertahankan tirah baring dengan



jam



posisi kepala datar dan pantau



merupakan



perfusi



tanda vital sesuai indikasi setelah



herniasi batang otak yang memerlukan



dlakukan pungsi lumbal.



tindakan medis segera.



serebral



- Pantau/catat



come :



kesadaran



sakit  Tingkat kesadaran



kepala,



kaku



kuduk,



kejang,



membaik



status



neurologis,



seperti GCS.



CSS



potensi



mungkin



adanya



risiko



- Pengkajian



kecenderungan



perubahan



tingkat



adanya



kesadaran



dan



potensial peningkatan TIK adalah



(GCS:



sangat berguna dalam menentukan



E4 M6 V5).



meningkat,  Klien tidak sakit



gelisah.



- Perubahan tekanan



dengan adekuat, dengan out



penurunan



TD



Intervensi



lokasi,



penyebaran/luasnya



dan



perkembangan dari kerusakan serebral.



kepala.  Klien tidak kaku - Pantau tanda vital, seperti tekanan



kuduk.  Tidak



terjadi



darah.



dengan



 TD dalam batas



85/54



mampu



konstan



sebagai



dampak



adanya fluktuasi pada tekanan darah



(bayi mmHg,



autoregulasi



mempertahankan aliran darah serebral



kejang.



normal



- Normalnya



sistemik. - Pantau frekuensi/irama jantung. 20



- Perubahan



pada



frekuensi



dan



toddler



95/65



disritmia



dapat



terjadi,



yang



mmHg,



sekolah



mencerminkan trauma batang otak



105-165



mmHg,



pada tidak adanya penyakit jantung



remaja



110/65



yang mendasari.



mmHg).  Klien gelisah.



tidak



- Pantau pernapasan, catat pola dan



- Tipe dari pola pernapasan merupakan tanda



irama pernapasan.



yang



berat



dari



adanya



peningkatan TIK/daerah serebral yang terkena. - Pantau suhu dan juga atur suhu



- Peningkatan kebutuhan metabolisme dan



lingkungan sesuai kebutuhan.



konsumsi



dengan



oksigen



(terutama



menggigil),



dapat



meningkatkan TIK. - Berikan



waktu



aktivitas



istiahat



perawatan



dan



antara batasi



berlebihan.



Aktivitas yang dilakukan secara terus



Kolaborasi



Kolaborasi :



sekitar



kelelahan



menerus dapat meningkatkan TIK.



lamanya tindakan tersebut.



- Tinggikan



- Mencegah



kepala 15-45



tempat derajat



tidur - Peningkatan aliran vena dari kepala sesuai



indikasi. Jaga kepala pasien tetap berada pada posisi netral. 21



akan menurunkan TIK.



- Berikan cairan IV dengan alat - Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK.



control khusus. - Pantau



GDA.



Berikan



terapi - Terjadinya asidosis dapat menghambat



oksigen sesuai kebutuhan.



masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk iskemia serebral.



- Berikan obat sesuai indikasi seperti: deksametason,  Dapat



 Steroid;



metilprednison (medrol).



menurunkan



permeabilitas



kapiler untuk membatasi pembentukan edema



serebral,



dapat



menurunkan



risiko



“fenomena



rebound”



juga



terjadinya ketika



menggunakan manitol.  Klorpomasin (thorazine).



 Obat pilihan dalam mengatasi kelainan postur tubuh atau menggigil yang dapat meningkatkan TIK.



 Asetaminofen (Tylenol)



 Menurunkan



metabolism



selular/



menurunkan konsumsi oksigen dan risiko kejang.



2



Hipertermi



Setelah



diberikan Mandiri



Mandiri 22



berhubungan dengan



askep selama (...x…)



proses jam diharapkan suhu



inflamasi ditandai tubuh dengan



kembali



suhu normal dengan out



- Monitor temperatur anak setiap 1 - Peningkatan temperatur secara tibasampai



2



jam



bila



terjadi



peningkatan secara tiba-tiba. - Berikan kompres hangat.



tubuh



kejang-



menjadi



dingin



melalui



peristiwa konduksi. - Pantau asupan dan haluaran cairan.



37,5°C



mengakibatkan



- Kompres air efektif menyebabkan



kepala,  Suhu tubuh 36-



kelemahan.



akan



kejang.



tubuh > 37,5°C, come : sakit



tiba



 Klien tidak sakit



- Haluaran



cairan



yang



berlebihan



akibat penguapan dapat menyebabkan dehidrasi.



kepala  Klien merasa lebih bertenaga



- Anjurkan



orang



tua



untuk - Peningkatan



memberikan anak banyak minum.



mengakibatkan



suhu penguapan



tubuh tubuh



meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan. Kolaborasi



Kolaborasi



- Berikan obat penurun panas sesuai - Membantu menurunkan suhu tubuh. indikasi. - Berikan antibiotik, jika disarankan.



- Antibiotik sesuai dengan petunjuk guna mengobati organisme penyebab.



3



Risiko



cedera Setelah



berhubungan



diberikan Mandiri



Mandiri



askep selama (...x…) - Gunakan tempat tidur yang rendah, - Untuk menghindari cedera saat jatuh



dengan perubahan jam diharapkan tidak



dengan



fungsi



terpasang.



serebral terjadi cedera.



pagar



23



tempat



tidur



dari tempat tidur.



sekunder



akibat



meningitis.



- Longgarkan pakaian bila ketat.



- Untuk menghindari sesak saat kejang.



- Gunakan matras pada lantai.



- Penggunaan matras pada lantai dapat meminimalisasi cedera bila terjatuh, misalnya dari tempat tidur.



- Diskusikan



dengan



orang



perlunya



pemantauan



tua - Pemantauan yang konstan dibutuhkan



konstan



terhadap anak kecil.



untuk



menghindari



anak



dari



kecelakaan yang dapat menyebabkan anak cedera.



4



Gangguan nyaman



rasa Setelah



Kolaborasi



Kolaborasi



- Berikan terapi antikonvulsan.



- Untuk mengatasi kejang.



diberikan Mandiri



(nyeri) askep selama 3x24



berhubungan



jam



diharapkan



dengan



nyeri teratasi dengan



Mandiri



- Pantau TTV terutama Nadi, RR, - Peningkatan TTV mengindikasikan dan TD.



nyeri.



- Beri posisi yang nyaman.



- Posisi



peningkatan TIK out come :



sakit kepala, nyeri



nyaman



membantu



mengurangi nyeri.



dengan  Klien tidak sakit



ditandai



yang



- Tingkatkan



tirah



baring,



bantu - Menurunkan



kebutuhan perawatan diri yang



kepala



sendi



RR  Nadi, RR, dan TD



meningkat,



TD



dalam



meningkat,



nadi



normal



batas



gerakan



yang



dapat



meningkatkan nyeri.



penting. - Berikan



latihan



rentang



secara tepat dan masase otot.



gerak - Dapat



membantu



merelaksasikan



ketegangan otot yang meningkatkan



meningkat, wajah



(Nadi: bayi 120-



reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman



meringis



160x/mnt, toddler



tersebut. 24



kesakitan, nyeri >0



skala



90-140x/mnt,



- Ajarkan teknik manajemen nyeri - Membantu mengurangi nyeri.



prasekolah 80-110



(distraksi).



x/mnt, sekolah 75- Kolaborasi



Kolaborasi



100x/mnt, remaja



- Membantu mengurangi nyeri.



60-90x/mnt;



- Berikan analgetik sesuai indikasi.



RR:



bayi 35-40 x/mnt, toddler



25-



32x/mnt,



anak-



anak 20-30 x/mnt, remaja



16-19



x/mnt; TD: bayi 85/54



mmHg,



toddler



95/65



mmHg,



sekolah



105-165



mmHg,



remaja



110/65



mmHg).  Wajah



tidak



meringis kesakitan  Skala nyeri 0 5



Gangguan



rasa Setelah



diberikan Mandiri



Mandiri 25



nyaman



(mual) askep selama (...x…) - Tawarkan makanan porsi kecil tapi



berhubungan



jam diharapkan mual



dengan



teratasi,



dengan



mual,



muntah,



nafsu



makan



menurun.



perut



dengan



peningkatan TIK outcome: ditandai



sering.



 Tidak



- Untuk menghindari mual.



hangat.



ada - Beri dorongan untuk makan dengan - Makan dengan ditemani orang lain



muntah  Nafsu



setelah makan, sehingga



mengurangi mual. - Sajikan makanan dalam keadaan



 Tidak ada mual



- Untuk mengurangi rasa penuh pada



makan



orang lain (keluarga, saudara, atau



(keluarga, saudara, orang tua) apat



orang tua).



membantu meningkatkan keinginan untuk makan.



meningkat



- Gunakan alat makan yang menarik - Penggunaan alat makan yang menarik (misal: piring bergambar, berwarna-



dapat meningkatkan ketertarikan anak



warni).



untuk makan.



- Pertahankan kebersihan mulut yang baik.



- Kebersihan mulut yang baik dapat meminimalisasi rasa tidak enak saat makan.



- Singkirkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan.



- Suasana makan yang nyaman dan bersih dapat mengurangi rasa mual klien ketika makan.



- Intruksikan



orang



tua



untuk



menghindari : 1. Cairan panas atau dingin. 2. Makanan yang mengandung 26



- Cairan panas atau dingin, makanan yang



mengandung



lemak



atau



lemak dan serat.



serat,makanan berbumbu, dan kafein



3. Makanan berbumbu.



dapat meningkatkan kerja lambung



4. Kafein



sehingga akan timbul rasa mual dengan intensitas yang lebih besar.



- Dorong klien untuk istirahat pada



- Posisi



semifowler



membantu



posisi semi fowler setelah makan



makanan masuk ke lambung dengan



dan



baik dan membantu klien dalam



mengganti



posisi



dengan



perlahan.



bersendawa.



- Ajarkan teknik untuk mengurangi mual :



sangat



1. Batasi minum beserta makan. 2. Hindari



- Teknik mengurangi rasa mual akan



bau



stimuli



makanan yang



membantu



klien



dalam



memanajemen rasa mualnya.



dan tidak



mengenakan. 3. Kendurkan pakaian sebelum makan. 4. Duduk di udara segar. - Hindari



berbaring



terlentang



sedikitnya 2 jam seteleh makan.



- Untuk mengurangi rasa penuh pada perut



setelah makan, sehingga



mengurangi mual



6



Hambatan



Setelah



diberikan Mandiri



Mandiri 27



mobilitas



fisik askep selama 3x24 - Hindari berbaring atau duduk dalam - Berbaring atau duduk dalam posisi



berhubungan



jam diharapkan klien



dengan kekuatan dapat dan sekunder



tahanan mobilitas



come :



neuromuskular



 Tonus



tonus



yang sama dalam waktu lama dapat



lama.



meningkatkan



secara



dengan otot



meningkat 555 555



menurun,



555 555



kekuatan



 Kekuatan



menangis



menangis



melemah.



meningkat



otot



kekakuan



otot



dan



menimbulkan risiko dekubitus.



akibat mandiri dengan out - Ajarkan latihan rentang gerak aktif - Untuk



gangguan



ditandai



melakukan



posisi yang sama dalam waktu



merelaksasikan



otot



agar



pada anggota gerak yang sehat



imobilitas fisik perlahan-lahan dapat



sedikitnya 4x sehari.



teratasi



- Anjurkan untuk ambulasi, dengan - Untuk melatih otot agar terbiasa untuk atau tanpa alat bantu. - Lakukan mandi air hangat.



mobilisasi - Mandi air hangat dapat mengurangi kekakuan tubuh pada pagi hari dan memperbaiki mobilitas



28



BAB IV PENUTUP 4.1 kesimpulan Meningitis adalah inflamasi atau peradangan pada meningen otak dan medulla spinalis dan dapat menyerang tiga membran meningen yaitu durameter, membran araknoid, dan piameter. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui sirkulasi darah. Mikroorganisme ini berasal dari infeksi yang sudah ada sebelumnya yaitu dari infeksi bakteri atau infeksi virus, atau dapat pula melalui perluasan infeksi dari sumber ekstrakranial. Biasanya hal ini ditandai pula dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal. 4.2 Saran Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih mengenai penyakit meningitis dan cara penerapan asuhan keperawatan pada pasien penderita meningitis, serta dapat menstimulasi pembaca untuk menggali pemahaman yang lebih dalam.



DAFTAR PUSTAKA A, Kimberly. 2011; Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. 2009; Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M. 2011; Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC



29