Isu Melelehnya Kutub Utara Dan Selatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah “Isu Lingkungan Hidup, Melelehnya Kutub Utara dan Selatan”



KATA PENGANTAR Puji syukur Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan limpahan Rahmat-Nya maka makalah bertemakan “Isu Lingkungan Hidup” khususnya berjudul “Kehancuran Kutub Utara dan Kutub Selatan” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar.Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global.Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.Apakah manusia harus menunggu 40 tahun lagi sebelum menyadari dampaknya bagi kehidupan di bumi? Melalui makalah yang membahas mengenai Peristiwa Melelehnya Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan ini, penulis berupaya menyampaikan betapa pentingnya kedua daerah yang merupakan ujung bagian Bumi tersebut. Merupakan tugas kita, manusia yang menjadi penghuni Bumi untuk menjaga kedua daerah tersebut dari kehancuran. Pada akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membacanya. Minahasa Utara, September 2011 Penulis NWP. Rini Wedhayanti NPP. 20.0898



DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii Bab I (Pendahuluan) A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Sistematika Penulisan 2 BAB II KUTUB UTARA DAN KUTUB SELATAN A. Definisi 3 B. Masa Depan Kutub Utara dan Kutub Selatan 3



BAB III DAMPAK DARI PENCAIRAN ES DI KUTUB UTARA DAN SELATAN 7 Bab IV (Penutup) Kesimpulan 10 Saran 10 Penutup iii Daftar Pustaka iv Lampiran ...



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari hari ke hari bulan ke bulan tahun ke tahun,membuat cuaca di bumi semakin memanas. Efek rumah kaca yang berlebihan akibat ulah manusia itu sendiri.Salah satunya adalah “ Melelehnya Es Di Kutub Utara “ yang mengakibatkan efek gangguan bagi perlintasan jalur laut bagi kapal-kapal yang melintas.jika semakin di biarkan es kutub utara mencair,maka banjir besar pun tak terelakan lagi. Semakin banyak es di Kutub Utara dan Selatan yang mencair Walau terpencil dan tidak bersahabat, wilayah kutub sejak lama menarik perhatian para ilmuwan. Jauh dibawah permukaannya yang beku, kutub menyimpan rahasia kuno bumi, ketika es menutupi sebagian besar permukaan bumi.Tetapi bersamaan dengan besarnya keinginan para ilmuwan untuk mempelajari daerah ini, makin meningkat pula kekuatiran bahwa es di kedua kutub bumi mencair dengan tingkat yang sangat cepat.Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.Seperti diketahui, di Kutub Utara dan Selatan terdapat dua jenis, yaitu es musiman, yang terbentuk saat musim dingin tiba, dan es abadi, yang tebal dan tidak mencair sepanjang tahun.Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi. Akibatnya dapat mengancam kehidupan manusia.Para ilmuwan mengatakan peningkatan suhu yang disebabkan oleh peningkatan C02, karbon dioksida, di atmosfir bumi yang menjadi penyebabnya. Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar.Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global.Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.Apakah manusia harus menunggu 40 tahun lagi sebelum menyadari



dampaknya bagi kehidupan di bumi?



B. Rumusan Masalah Untuk memberikan arah, penulis bermaksud membuat suatu perumusan masalah sesuai dengan arah yang menjadi tujuan dan sasaran penulisan dalam makalah ini. Perumusan masalah menurut istilahnya terdiri atas dua kata yaitu rumusan yang berarti ringkasan atau kependekan, dan masalah yang berarti pernyataan yang menunjukkan jarak antara rencana dengan pelaksanaan, antara harapan dengan kenyataan. Perumusan masalah dalam makalah ini berisikan antara lain : 1. Apa sajakah peran dari keberadaan Es di Kutub Utara dan Selatan? 2. Apakah yang terjadi jika Es di Kutub Utara dan Selatan mencair atau hancur? 3. Apa yang harus kita lakukan sebagai umat manusia? C. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Makalah ini di bagi menjadi 4 bab, sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN, Pada bab ini yang merupakan pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II : KUTUB UTARA DAN KUTUB SELATAN, Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum mengenai Kutub Utara dan Kutub Selatan, peranannya dalam kehidupan manusia serta ramalan masa depan mengenai dua daerah yang merupakan ujung bagian Bumi ini. BAB III : DAMPAK DARI PENCAIRAN ES DI KUTUB UTARA DAN KUTUB SELATAN, Pada bab ini menguraikan tentang dampak dan efek buruk yang ditimbulkan oleh mencairnya Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. BAB IV : PENUTUP, Pada bab penutup ini berisikan tentang kesimpulan dari Makalah berjudul Kehancuran Kutub Utara dan Kutub Selatan ini.



BAB II KUTUB UTARA DAN KUTUB SELATAN A. Definisi Kutub Utara adalah titik paling utara dari bola bumi, merupakan satu-satunya titik yang dilalui oleh garis khayal 90 derajat Lintang Utara. Kutub Utara adalah titik paling utara Bumi, dapat didefinisikan dalam empat cara berbeda. Namun hanya dua cara pertama yang umum digunakan. Namun begitu definisi yang paling luas adalah Kutub Utara terletak di Samudra Arktik. Kutub Utara Geografis, juga dikenal dengan Utara Sejati, adalah titik utara di mana poros rotasi Bumi bertemu permukaan. Kutub Utara Magnetik adalah titik utara di mana medan geomagnetik vertikal, yaitu dip adalah 90°. Kutub Utara Geomagnetik adalah kutub utara dari momen dipole medan geomagnetik Bumi. Kutub tidak terakses Utara adalah titik terjauh dari pesisir manapun, dan terletak di 84°03′ LU 174°51′ BB. Kutub sejenis terletak di Samudra Pasifik dan India. Kutub Selatan ialah ujung selatan bumi (90° S), merupakan sumbu bumi. Penemu kutub asal Norwegia Roald Amundsen ialah orang pertama yang menemukan Kutub Selatan pada 14 Desember 1911. Hari ini terdapat banyak stasiun penelitian di Kutub Selatan. Kutub Selatan magnetis ialah ujung medan magnet yang lurus menembus pusat bumi. Karena adanya sumbu itulah bumi berputar. Pada 1985 diketahui Kutub Selatan magnetis ada di 65°S 140°T. Kutub selatan disebut juga artik, dan kutub selatan merupakan wilayah di dunia yang belum terjamah oleh manusia seutuhnya, karena kutub selatan tidak semuanya tersinari oleh matahari, makhluk hidup yang banyak tinggal di sini adalah pinguin. B. Masa Depan Kutub Utara dan Kutub Selatan a. Di Masa Depan Kutub Utara Bebas Es ? Kawasan laut es di kutub utara mengalami penurunan yang tidak lazim pada September 2010 ini. Meski es di samudera Arktik mengalami siklus normal yakni meleleh di musim panas dan kemudian membeku kembali di musim dingin, akan tetapi cakupan es menjadi lebih tipis dan tidak sepadat biasanya. Kondisi es di kawasan kutub utara tersebut



merupakan yang ketiga terburuk sejak 30 tahun terakhir. Saat lapisan es mulai meluas pada 10 September lalu, peneliti berasumsi bahwa musim mencair sudah berakhir. Akan tetapi, mereka kemudian terkejut saat mengetahui bahwa lapisan es kembali menciut pada 19 September 2010. Menurut beberapa peneliti perubahan ini mengindikasikan bahwa lapisan es yang terbentuk saat ini tipis dan tidak padat. Hal ini membuat lapisan es ringkih terhadap hembusan angin dan kemudian mencair. Es di perairan Arktik mencapai titik terendah, yakni hanya seluas 4,6 juta kilometer persegi, pada 19 September. Ini membuat tahun 2010 memecahkan rekor di mana kawasan es mencapai titik terendah ketiga, baik untuk bilangan harian ataupun bulanan. Lapisan es pada September 2010 berada di posisi ketiga di belakang tahun 2007 dan 2008 lalu yang mencapai titik terendah pertama dan kedua. Lapisan es tua dan tebal (berusia lima tahun atau lebih) telah hampir seluruhnya lenyap di Arktik. Lapisan es tua yang padat, pada September lalu hanya tersisa kurang dari 60 ribu kilometer persegi. Sebagai perbandingan, lapisan es yang berusia 5 tahun atau lebih di kisaran waktu yang sama pada tahun 1980-an mencapai ukuran 2 juta kilometer persegi. “Seluruh petunjuk yang ada mengindikasikan bahwa kawasan es di Arktik akan terus berkurang dalam beberapa dekade ke depan. Diperkirakan, dalam 20 sampai 30 tahun ke depan, kemungkinan akan ada periode di mana di kutub utara tak akan lagi didapati es. Bongkahan es seluas 251,2 km persegi terpecah dari suatu gletser (sungai es) utama di kawasan dekat Kutub Utara jelang akhir pekan lalu. Bagi kalangan ilmuwan, pecahan es ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu hampir setengah abad. Terpisahnya bongkasan es itu direkam oleh satelit MODIS milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Bongkahan es itu berasal dari Gletser Petermann di Greenland. Wilayah otonomi Denmark itu terletak di antara Kutub Utara dan Samudera Atlantik. Mengingat ukurannya yang besar, bongkahan es itu membentuk “pulau baru.” Menurut Universitas Delaware, itu merupakan bongkahan es terbesar yang berpisah dari induknya sejak 1962. Ukurannya 40 persen lebih besar dari ibukota AS, Washington D.C. Pecahnya bongkahan es di sekitar Kutub Utara bukanlah fenomena baru. Namun, berdasarkan ukurannya yang besar, fenomena itu biasanya lebih sering terjadi di Kutub Selatan ketimbang yang di utara. Peneliti dari Universitas Delaware, Andreas Muenchow, mengatakan bahwa pecahan es itu tidak serta-merta dikaitkan dengan pemanasan global. Menurut dia,



penyebab pecahan itu bisa saja akibat derasnya arus laut di bawah gletser. Berdasarkan analisa perubahan kondisi di daerah setempat dengan menggunakan model komputer kompleks iklim dan cuaca, keadaan yang diramalkan terjadi pada akhir abad ini nampaknya akan berlangsung lebih cepat. Perubahan jumlah massa es sangat penting karena permukaan berwarna putih memantulkan cahaya Matahari ke Bumi. Ketika es tergantikan dengan lautan gelap di mana cahaya matahari tak dapat diserap, akan terjadi pemanasan air dan Bumi. “Kutub Utara sering disebut sebagai lemari es Bumi karena membantu mendinginkan suhu di planet ini dengan memantulkan radiasi Matahari kembali ke Bumi. Jika masa es berkurang, panas matahari akan diserap oleh lautan, hal ini akan berdampak pada pemanasan suhu air dan udara,” ujar Muyin Wang dari Joint Institute Study of Atmosphere and Ocean, seperti dilansir Associated Press, Jumat (3/4/2009). Perubahan cuaca juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pemakaian bahan bakar fosil dan lainnya. Masalah ini mendapat perhatian serius pada pemerintahan Obama sebagai bagian dari kesepakatan G20 yang diselenggarakan di London. Dengan hilangnya lautan es, temperatur pusat Kutub Utara pada musim dingin tahun 2005 hingga 2008 lebih besar dari lima derajat Celcius yaitu menjadi 9 derajat Fahrenheit dan diperkirakan pada 2070 nanti, temperatur Kutub Utara akan semakin meningkat. Para ilmuwan memperkirakan daerah musim panas yang tertutup es berkurang dari 2,8 juta mil kuadrat persegi menjadi 620.000 mil kuadrat dalam rentang waktu 30 tahun. Berdasarkan keterangan dari National Snow and Ice Data Center, tahun lalu luas daerah tersebut minimal 1,8 juta mil kuadrat pada September, luas area terendah kedua yaitu pada 2007 dengan minimal luas area sebesar 1,65 juta mil. Lautan Antartika mencapai titik musim dingin maksimum tahun ini yaitu 5,8 juta mil pada 28 Februari. Artinya 278.000 mil kuadrat di bawah rata-rata selama tahun 1979 sampai 2000. yang merupakan titik terendah kelima. Sementara titik maksimal terendah keenam terjadi pada enam tahun terakhir sejak 1979. b. Kehancuran Kutub Selatan Kutub Selatan mencair lebih cepat seperti yang diperkiraan sebagian peneliti selama ini. Profesor Peter Barrett dari Antarctic Research Center, Victoria University mengatakan,



jumlah es yang hilang mencapai 75 persen sejak 1996, dan bertambah dengan cepat. Hilangnya gletser di ujung Kutub Selatan mengakibatkan kenaikan permukaan air laut 0,4 Mm per tahun, tambahnya seperti dilaporkan kantor berita Xinhua. “Hilangnya es global dari Greenland, Antartika dan gletser lain menunjukkan permukaan air laut akan naik antara 80 centimeter dan 2 meter sampai 2100,” kata Barett. Direktur pusat penelitian Profesor Tim Naish, yang memimpin satu tim peneliti yang membor jauh ke dalam batu di Kutub Selatan dan menemukan catatan kuno dari yang terakhir bahwa CO2 atmosfir mencapai tingkatnya sekarang. Mereka mendapati, 3 juta sampai 5 juta tahun lalu, permukaan air laut cukup hangat untuk mencairkan banyak bagian es Kutub Selatan ketika CO2 atmosfir hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan kondisinya hari ini. Naish mengatakan es di bagian barat Antartika akan mencair sebelum lapisan es yang lebih besar di bagian timur Kutub Selatan karena es itu berada di bawah permukaan air laut dan menghangat bersama dengan air samudra. Namun, ia mengatakan penelitian tersebut mengangkat pertanyaan yang tak terjawab mengenai berapa banyak CO2 atmosfir perlu naik untuk mencapai temperatur sampai 2 derajat celsius atau lebih. Kondisi CO2 di atmosfir sekarang berjumlah 387 bagian per juta, naik dari sebanyak 280 bagian per juta pada awal Revolusi Industri.



BAB III DAMPAK DARI PENCAIRAN ES DI KUTUB UTARA DAN SELATAN Peneliti di Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat, NASA dan National Snow and Ice Data Center di Colorado, menipisnya lapisan es di Kutub Utara, melansir temuan yang membuat kita was-was. Lapisan es di Kukub Utara yang tadinya setebal 680.400 kilometer persegi menyusut drastis 43 persen dibanding tahun lalu. ”Tahun lalu jumlah es dengan struktur bentukan kategori muda berkisar 70 persen, saat ini telah mencapai 90 persen,” kata peneliti Ice Data Center, Walt Meier. Padahal, masih menurut para peneliti ahli, pada musim dingin bertambah 15 juta meliputi 150.000 kilometer persegi. Atau sekitar 720.000 kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi rata-rata daratan es di wilayah Kutub utara pada tahun 1979 dengan tahun 2000. Kondisi semacam itu, papar Meier dalam makalahnya, menyebabkan air laut meninggi dan akan menyapu hampir sebagian luas daratan pantai di belahan bumi. Bisa dibayangkan bila ketebalan es tiga meter atau lebih yang berada di Kutub Utara tiba-tiba mencair bersamaan akibat pemanasan global, berapa meter persegi luas daratan terendam. ”Kita tidak siap menghadapi hal-hal terburuk ketika bencana itu datang pada musim panas tahun depan. Kita benar-benar dalam situasi yang sangat genting saat ini,” ujarnya. Peringatan bernada mengancam dari para ilmuwan itu bukanlah mengada-ada. Sebab mereka memiliki data akurat tentang proses melelehnya es di belahan Kutub Utara. Kecerobohan para pemilik modal di negara-negara industrialis dituding menjadi salah satu penyebab utama melelehnya lapisan es di Kutub Utara maupun Selatan. Mereka dituduh menjadi salah satu pelaku perusakan ekosistem global yang mengakibatkan temperatur planet bumi semakin bertambah panas setiap tahun. Mestinya, papar peneliti dan sekaligus Manager Program Wilayah Kutub NASA Tom Wagner, mereka menyadari fungsi bongkahan es di dua Kutub Utara-Selatan sebagai pemantul sinar matahari dari Bumi. ”Mestinya mereka menyadari kalau bongkahan daratan es, yang menyerupai lautan, sebenarnya berfungsi sebagai pemantul alami sinar matahari dari Bumi. Kalau esnya mencair,sinar matahari tidak akan terpantulkan kembali ke udara. Dengan demikian panas matahari akan langsung terserap oleh lautan dan menambah panas temperatur



planet,” tandas Tom. Kecepatan melelehnya bongkahan es di Kutub Utara juga dialami di belahan Kutub Selatan. Bahkan tidak sampai puluhan tahun, bongkahan ”cadas es” yang kokoh di kutub ini telah lenyap disapu panas. Cadas es yang dulunya merupakan tonggak keperkasaan Kutub Selatan di ujung bumi wilayah Selatan tampaknya tidak tahan terhadap gempuran sinar matahari. Tidak hanya itu, gletser di daerah tebing pegunungan es Kutub Selatan pun juga ikut-ikutan mencair terimbas pemanasan global. Kondisi semacam, ujar peneliti kawasan kutub dari Inggris, tentu sangat memprihatinkan. ”Apalagi daerah Wordie Ice Shelf yang rontok sejak tahun 1960-an, juga telah lenyap dari pandangan mata. Selain itu ditemukan di bagian Utara ”Larsen Ice Shelf” juga telah raib. Sementara itu luas daratan es sekitar 8.300 kilo meter perseguí, kini mulai terpisah dari induknya “Larsen Shelf” sejak tahun 1986 lalu,” tulis laporan ilmiah US Global Survey (USGS) dan British Antartic Survey. Keadaan mencemaskan itu tak urung mengundang kecemasan kalangan pemerintah Amerika Serikat, Australia dan Ingris sebagai negara industrialis perusak lingkungan terbesar dunia. Menteri Dalam Negeri AS Ken Salazar dalam suatu kesempatan dalam pertemuan kepala pemerintahan negara-negara maju di London baru-baru ini, ia mengungkapkan kecemasannya mengenai pemanasan global. "Berkurangnya gletser di dua kutub yang sangat cepat, memperlihatkan ancaman nyata yang sedang dialami planet kita. Kita tidak memperkirakan perubahan ekosistem global lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Salah satu solusi mengerem dampak yang jauh lebih besar, kita harus segera menghentikan efek rumah kaca,” kata Ken Salazar. Imbauan Ken Salazar, sebagai Menteri Dalam Negeri AS, tentunya tidak ngawur begitu saja. Sebab jauh-jauh hari, peneliti gletser ternama dari US Global Survey (USGS) telah mewanti-wanti tidak lama lagi gletser akan segera mencair dengan kecepatan tak terpikirkan oleh manusia sebelumnya. ”Kecepatan gletser mencair akibat pemanasan global jauh dari perkiraan para ahli. Bahkan jauh lebih besar dari perhitungan kami,” ujar Jane Ferrigno. Itulah sebabnya dalam pertemuan para pemimpin negara-negara maju dunia baru-baru ini sepakat untuk menekan emisi buangan yang dapat memperparah efek rumah kaca. Sebab bila tidak dilakukan, efek yang jauh lebih besar tentu akan melanda benua Australia dan dataran lain di kawasan Asia. ”Kalau ini terjadi, Australia dan dataran lain



negara-negara di kawasan Asia akan tersapu air pasang laut yang sangat dahsyat,” kata Mc Kahin peneliti senior kawasan Antartika. Laporan lain yang menguatkan efek mencairnya lapisan es di dua kutub Utara-Selatan dalam waktu dekat datang dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilansir di jurnal Geophysical Letters. Para ahli yang tergabung dalam NOAA memperkirakan es di Kutub Utara diperkirakan akan mencair seluruhnya dalam waktu tidak terlalu lama lagi. ”Kalau tidak ada upaya pencegahan pemanasan global, es di Kutub Utara dapat dipastikan akan meleleh lebih cepat dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Tidak akan lama lagi akan terjadi,” ujar peneliti kepala Ekspedisi Kutub Utara Jane Ferrigno. Dalam pertemuan UN Climate Panel memproyeksikan temperatur atmosfer dunia akan naik 1,8 sampai 4,0 deratjat celsius akibat buangan gas rumah kaca. Bila hal ini dibiarkan terus, ujar Jane Ferrigno, akibat yang lebih dahsyat akan terjadi melibihi bencana badai Tsunami beberapa waktu lalu. ”Bila tidak dicegah, bisa jadi badai Tsunami akan kalah dahsyat dengan efek yang ditumbulkan mencairnya lapisan es di dua kutub. Selain banjir, kemarau menyengat dan gelombang arus panas disertai badai akan menyapu dataran rendah di beberapa belahan dunia. Sementara itu gletser dan lapisan es mencair, keadaan itu dapat menaikkan seluruh permukaan air samudra dan merendam daerah dataran rendah,” tandasnya. Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan juga berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut (grafik di samping menunjukkan hasil pengukuran level permukaan air laut selama beberapa tahun terakhir). Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair. Level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter! Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia. Menurut laporan Greenpeace, diperkirakan pada tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 19-95 cm. Peningkatan air laut setinggi 1 meter akan mengakibatkan hilangnya pulau atau daratan di dunia; Peningkatan Level Permukaan Laut yang diukur oleh satelit TOPEX/Poseidon dan Jason1 (Sumber: NASA) Hilangnya daratan Mesir 1%, Belanda 6%, Bangladesh 17,5% dan 80%atol di kepulauan Marshall



Tenggelamnya pulau-pulau di, Fiji, Samoa, Vanutu, Jepang, Filipina, serta Indonesia. Hal ini berarti puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi. Naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan kurangnya daya tahan pesisir pantai sehingga rentan tehadap erosi. Hal ini juga mengakibatkan rusaknya berbagai infrastruktur dan pemukiman di tepi pantai. Fenomena ini bisa menimbulkan pengungsian.



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Kecepatan melelehnya bongkahan es di Kutub Utara juga dialami di belahan Kutub Selatan. Bahkan tidak sampai puluhan tahun, bongkahan ”cadas es” yang kokoh di kutub ini telah lenyap disapu panas. Es di Kutub Selatan tidak mengapung di air, melainkan bertengger di atas sebuah daratan benua yang bernama Antarctica. Jika meleleh, maka air di permukaan laut akan naik dan dalam jangka waktu mendatang bisa saja dunia ini akan tenggelam. 2. Saran Apa yang terjadi belakangan pada es di Kutub Utara dan Selatan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat yang telah bertahan ribuan tahun. Memang persoalan Artik pada akhirnya bukan persoalan keilmuan saja, melainkan juga persoalan kepentingan ekonomi dan teritorial dari beberapa negara seperti Kanada, Rusia, Amerika Serikat, dan Norwegia. Manusialah yang akan menciptakan kepunahan dirinya sendiri.Apa lagi yang kita tunggu? inilah saatnya bagi kita untuk turut andil menjadi pahlawan dalam bumi yang kita diami ini. Segala cara untuk mengatasi global warming telah dicanangkan oleh penduduk bumi dari seluruh belahan dunia. Sebelum semuanya terlambat, mari kita peduli Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya, kurangi pemakaian kertas atau tissue, hematlah terhadap energi.jangan biasakan menggunakan kendaraan saat bepergian dengan jaak yang dekat.Siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi selain kita yang menghuninya, demi masa sekarang dan masa yang akan datang, masa dimana anak-anak kita akan tumbuh.Karena melestarikan lingkungan pun tergantung dari manusianya itu sendiri.Yang terpenting adalah mempunyai kesadaran untuk melindungi bumi. Namun jika kita tidak mulai dari diri kita sendiri, siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi kita yang hampir tenggelam karena “kepanasan” ini? untuk itu marilah kita menjadi HIJAU demi bumi kita tercinta. kurangin penggunaan plastik. pisahkan sampah organik dan anorganik. gunakan produk yang ramah lingkungan. Tanam 1 pohon dirumah kalian. Lakukan hal-hal kecil ini. dan bumi akan bertahan.Oleh



karena itu mari kita gerakan Lingkungan hijau untuk sekarang,nanti dan seterusnya bagi penerus anak cucu kita.



DAFTAR PUSTAKA Http://www.nasa.gov Http://www.google.com Http://www.wikipedia.com Http://dillamylovely.blogspot.com Http://www.independent.co.uk/environment/climate-change/sinking-without-traceaustralias-climate-change-victims-821136.html Http://southasia.oneworld.net/article/view/160270/1 Http://www.dw-world.de/dw/article/0,2144,2977544,00.html