Jaringan Parut KLP 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH INTEGUMENT MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA JARINGAN PARUT



Disusun Oleh : KELOMPOK 6    



A.KHUSNUL KHATIMA HASNAWATI NURASWITA YULI HASRI AINUN



POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR PRODI DIII FISIOTERAPI TAHUN AJARAN 2019-2020



1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah lambang kecantikan. Setiap luka, baik luka bakar, luka iris, operasi pembedahan dan lain sebagainya akan menimbulkan bekas yang sangat merusak kecantikan kulit. Seperti halnya selembar kain sutera halus, bila sedikit saja ada goresan akan merusak keindahan dan menurunkan nilai jualnya. Sepanjang hidup, kita tidak akan bisa menghindari adanya luka atau goresan pada kulit kita karena memang fungsi kulit adalah sebagai proteksi tubuh. Bekas luka atau jaringan parut tidak akan jadi masalah jika kecil dan lokasinya tersembunyi. Namun tidak semua seberuntung itu, terkadang jaringan parut muncul di tangan atau bahkan di wajah yang sangat merusak penampilan.Sejujurnya, jaringan parut sangat sulit dihilangkan secara sempurna tetapi ada beberapa cara untuk menyamarkan atau mengecilkan ukurannya. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan jaringanparut? 2. Apa saja tahapan penyembuhan luka? 3. Bagaimana proses pembentukan jaringan parut? 4. Apa saja jenis jaringan parut? 5. Bagaimana manajemen fisioterapi pada jaringan parut? C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian jaringan parut 2. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan penyembuhan luka 3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan jaringan parut 4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis jaringan parut 5. Mahasiswa dapat mengetahui manajemen fisioterapi pada jaringan parut



2



BAB II PEMBAHASAN A. PengertianJaringanParut



Istilah parut atau skar berasal dari bahasa Yunani yaitu Eschara yang berarti keropeng. Secara klinis parut merupakan cacat alami yang ditinggalkan akibat proses penyembuhan luka. Didapatkan perubahan struktur dari kulit berupa hilangnya pori, rambut, dan kelenjar yang disertai perubahan warna kulit hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Luka yang terjadi hanya terbatas pada lapisan dermis cenderung tidak menimbulkan parut karena masih terdapat komponen epithelial dari kelenjar keringat, kelenjar sebaseus, dan folikel rambut sehingga memungkinkan terjadinya penyembuhan luka tanpa parut. Luka tersebut dalam waktu yang relatif singkat akan tertutup epitel dan bisa dikatakan sembuh secara sederhana. Pada luka yang melewatiataulebih dalam dari seluruh ketebalan kulit (full thickness) akan sembuh dengan disertai jaringan parut. Di Negara berkembang setiap tahunnya terdapat 100 juta penderita dengan keluhan parut. Sekitar 55 juta kasus parut terjadi akibat luka pembedahan elektif dan 25 juta kasus parut terjadi pada pembedahan kasus trauma. Diperkirakan terdapat 11 juta kasus keloid karena berbagai sebab dan 4 juta parut luka bakar. Hingga saat ini diperkirakan 15-20% orang Negro, Hispanik dan Asia menderita keloid. Timbulnya parut yang jelek membuat gangguan pada penderitanya menyangkut masalah fisik, estetik, psikis serta sosial ekonomi.



3



B. TahapanPenyembuhan Luka



1. Fase Inflamasi Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah luka, pembuluh darah yang putus akan mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit bersama fibrin-fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang berperan untuk terjadinya kemotaksis neutrofil, makrofag, sel mast, sel endotel dan fibroblast. Pada fase ini terjadi proses inflamasi. 2. Fase proliferasi Pada fase ini fibroblast sangat menonjol peranannya. Fase ini dimulai pada akhir fase inflamasi. Fibroblast mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. TGF-β1 mempunyai peran yang paling utama dalam penyembuhan luka dan terjadinya fibrosis. Adanya TGF-β1 akan mengaktifasi fibroblast untuk mensintesis kolagen dan berperan pada pembentukan jaringan parut. Keadaan ini menyebabkan resiko terjadinya parut yang abnormal seperti parut hipertrofik atau keloid menjadi lebih tinggi.



3. Fase remodelling atau maturasi Fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka terjadi pada masa ini. Fase ini merupakan proses yang dinamis berupa remodeling kolagen dan terbentuknya parut yang matang. Terjadi keseimbangan aktifitas sintesis dan degradasi kolagen. Proses sintesis kolagen memerlukan enzim prolin hidroksilase dan proses degradasi



4



kolagen ditentukan oleh enzim kolagenase. Kolagen pada proses penyembuhan luka sudah tampak setelah lima hari. Sintesis kolagen pada parut normal dapat terjadi selama 6 bulan hingga 20 tahun setelah luka. Pada proses penyembuhan luka, kolagen berperan sebagai bahan untuk kekuatan integritas jaringan yang luka. Kolagenase adalah enzim proteolitik yang bekerja mendegradasi kolagen untuk mengontrol jumlah kolagen supaya tidak berlebihan. Aktifitas kolagenase masih tampak selama 20 tahun setelah luka. Fase remodelling ini bisa berlangsung lebih dari 6-12 bulan dan selesai setelah lebih dari setahun pasca cedera. Kekuatan yang ada pada parut hanya mencapai 70-80% kekuatan pertautan (tensile strength) kulit normal. Jaringan parut lebih mudah terjadi cedera dibanding jaringan normal. C. Proses Pembentukan JaringanParut



Jaringan parut terbentuk pada fase maturasi. Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi



5



akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen ini nantinyan akan meghasilkan jaringan parut. Jika kolagen yang dihasilkan berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut. D. Jenis-jenis jaringan parut antara lain:  Keloid



Keloid adalah suatu kelainan kulit yang terjadi akibat proliferasi abnormal didalam lapisan dermis kulit. Keloid merupakan hasil respons penyembuhan luka yang berlebihan. Keloid berhubungan dengan deposisi kolagen berlebih pada jaringan parut. Tuan Nichter (1998) menyatakan secarah istologis terdapat penumpukan kolagen yang tebal disertai sedikit selfibroblas dan arah serat kolagen yang tidak teratur. Karakteristik keloid adalah pertumbuhan parut keatas (elevasi) dan lateral kearah jaringan sehat melewati batas luka dan tidak mengalami regresi. Istilah keloid berasal dari bahasa Yunani yaitu Chele yang berarti cakar kepiting (crab claw), hal ini berkenaan dengan lesi yang tumbuh masuk ke area jaringan normal. Inti biologi keloid adalah proses metabolisme kolagen yang didalamnya terjadi sintesis maupun degradasi kolagen yang abnormal. Akumulasi kolagen yang berlebihan dapat terjadi akibat sintesis kolagen yang berlebihan atau adanya hambatan pada degradasinya. Tingkat pembentukan kolagen pada keloid lebih banyak 2 sampai 3x dari parut normal. Pada parut normal yang matang terjadi keseimbangan antara sintesis kolagen melalui aktifitas prolin hidroksila sedan degradasi kolagen oleh kolagenase. Pertama, sintesis kolagen yang meningkat dengan degradasi kolagen yang tidak normal.Kedua, sintesis kolagen normal disertai penurunan degradasi, hal ini sejalan dengan penelitian dari Abergel et al (1985) melaporkan terjadinya akumulasi kolagen pada keloid karena pertumbuhan matriks ekstraseluler produk fibroblas yang tidak terkendali dan akibat menurunnya degradasi.  Konraktur



6



Kontraktur adalah suatu pemendekan permanen dari jaringan yang menyebabkan deformitas atau distrosi. Kontraktur terbentuk karena kehilangan kulit yang luas dengan terjadi kontraksi miofibroblas dan deposisi kolagen pada daerah yang melewati persendian. Kontraktur lebih sering terjadi pada parut hipertrofik didapat, jarang pada keloid. Hasil studi pada kasus parut hipertrofik didapat kontraktur 46%. Parut hipertrofik akan menimbulkan kontraktur jika mengenai daerah persendian. Karakteristik dari kontraktur adalah adanya posisi yang abnormal serta pergerakan yang tidak adekuat. Kontraktur terjadi pada proses penyembuhan luka bakar yang menyebabkan kulit menegang dan menganggu pergerakan anggota gerak. Hal ini terjadi akibat jaringan parut sudah mengenai otot dan saraf.  Hipertrofik



Parut hipertrofik adalah jaringan parut yang berlebih, merupakan produk dari penyimpangan penyembuhan luka. Ditandai dengan penebalan parut yang timbul dalam beberapa minggu setelah luka. Penebalan jaringan parut pada parut hipertrofik berada didalam batas luka dan eritema. Parut hipertrofik kemungkinan besar timbul bila epitel belum menutupi luka lebih dari seminggu. Keluhan gatal dan nyeri didapatkan sangat bervariasi pada berbagai individu. Didapatkan prevalensi yang sama antara pria dan wanita. Insidens tertinggi didapatkan pada usia dekade kedua. Insidens parut hipertrofik didapatkan sekitar 33-91% paska luka bakar, tergantung pada luka bakar. Pada luka bakar yang dalam, lebih



7



dari 50% timbul parut hipertrofik. Bila parut hipertrofik berada di area persendian sering terjadi kontraktur. Mirip dengan keloid tetapi berwarna kemerahan dan tidak tumbuh melampaui daerah luka. Dapat diatasi dengan injeksi steroid untuk mengatasi inflamasi.  Parut abnormal



Parut normal dan abnormal dapat dibedakan dengan mudah secara klinis.Parut normal muncul dalam beberapa hari proses penyembuhan luka (sekitar 7-10 hari) yang pada perjalanannya kemudian mengalami pematangan parut ditandai dengan lesi yang rata dengan permukaan kulit, non vaskuler, terjadi kontraksi, mengecil secara spontan dan biasanya terjadi hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Sedangkan pada parut abnormal didapatkan lesi keras yang membesar, lebih tinggi dari permukaan, didapatkan hipervaskuler.Warnanya kemerahan atau eritema atau hiper/hipopigmentasi. Parut abnormal yang bisa terjadi pada proses penyembuhan luka dan sering menjadi masalah klinis adalah parut hipertrofik dan keloid. Keduanya terjadi karena penyimpangan proses penyembuhan luka, terdapat jaringan parut yang berlebih. E. Manajemen Fisioterapi Pada JaringanParut Penyembuhan jaringan parut terjadi apabila melakukan stretching dan tarikan. Peregangan pada jaringan parut untuk membantu serat kolagen yang memungkinkan untuk kembali normal. Penataan kembali pada serat kolagen membuat jaringan lebih mampu menahan kekuatan yang terlebih pada siang hari. Setelah fraktur, bantalan berat pada tulang akan membantu untuk penyembuhan jaringan tulang agar kuat kembali. Manajemen fisioterapi pada jaringan parut yang dapat dilakukan antara lain :



8



 Lubrication Biasanya, sedikit olesan digunakan selama dilakukan massage pada bekas luka. Olesan yang digunakan yaitu baby oil, lotion, atau vitamin E oil. Ini berfungsi untuk menjaga bekas luka pada kulit lentur dan lembut. Jangan mengoles pada bekas luka jika luka tersebut terbuka atau teriris, karena dapat menimbulkan infeksi pada bekas luka tersebut.  Cross Friction Massage



Salah satu metode yang efektif dari massage yatu cross friction massage atau transverse friction. Teknik ini menggunakan 1 atau 2 jari pijatan dengan 1 arah garis pada bekas luka. Teknik ini membantu penyembuhan pada bekas luka dan memastikan bahwa serabut kolagen dari jaringan parut sudah tepat. Pijatan cross friction umumnya digunakan untuk tendinitis dan strain muscle atau ligamen. Teknik ini digunakan selama 5-10 menit. Jika arahan yang dikatakan seperti itu, maka kamu dapat melakukannya sendiri di rumah selama 2-3 kali per hari.  Myofascial Release (MFR)



Myofascial Release (MFR) seringkali digunakan untuk memperbaiki jaringan parut dan pelekatan yang mungkin ada pada jaringan parut. Teknik ini menggunakan tangan untuk memijat kulit dan jaringan dibawahnya yang mengelilingi bekas luka. Dengan gerakan lambat dan jumlah kekuatan yang ringan.



9



 Stretching



Metode lain yang umum untuk membantu menyembuhkan jaringan parut yaitu stretching dan fleksibility exercise. Jika kamu mempunyai bekas lukaatau operasi, fisioterapismu mungkin memakai terapi massage dan stretching pada program rehabilitasimu. 



Ultrasound



Terapi ultrasound adalah metode pengobatan yang menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Dapat menghasilkan banyak efek lain dari sekedar efek pemanasan potensial. Telah terbukti menyebabkan peningkatan relaksasi jaringan, aliran darah lokal, dan kerusakan jaringan parut.



10



Prosedur terapi ultrasound: Sebelum diadakan terapi dilakukan penilaian awal tentang perjalanan penyakit, riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik. Penderita diminta untuk menggambarkan secara detil rasa nyeri yang dialami. Pada beberapa kasus terapi ultrasound dilakukan setelah dilakukan terapi dengan mempergunakan modalitas lain seperti bantal pemanas, bantal pendingin atau terapi listrik. Berdasarkan pada area yang terkena, penderita diminta untuk duduk atau berbaring selama dilakukan terapi dengan ultrasound. Berikut pelaksanaan terapi ultrasound : 1. Menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman. 2. Terapis akan memeriksa kembali daerah yang akan diberikan terapi dan melakukan wawancara kembali mengenai kelainan yang diderita dan kemungkinan kontraindikasi untuk pemberian terapi dan riwayat alergi terhadap zat-zat tertentu yang dioleskan.Terapis akan menjelaskan sekali lagi tujuan terapi ultrasound sesuai kondisi dan keadaan seseorang, tiap individu berbeda. 3. Terapis akan membersihkan daerah yang akan diterapi dari minyak ataupun kotoran yang menempel di kulit termasuk dari lotion atau obat-obat gosok yang dipakai sebelumnya menggunakan kapas alkohol atau kapas yang diberi air. Bila mempunyai kulit yang sensitif dan sangat kering, sebaiknya diberitahukan kepada dokter atau terapis, sehingga tidak akan digunakan kapas alkohol yang kadang dapat menyebabkan iritasi kulit. 4. Terapis akan memposisikan bagian yang akan diterapi senyaman mungkin. 5. Terapis akan melakukan pengaturan dosis alat ultrasound. 6. Terapis akan memberikan gel di atas kulit yang akan diterapi ataupun obat-obatan topikal tertentu dicampur dengan gel ultrasound pada terapi Ultrasound Phonophoresis, kemudian mulai melakukan terapi dengan gerakan probe melingkar atau maju mundur pada daerah tersebut. Pada saat terapi dilakukan bila efek termal yang diinginkan, akan terasa hangat pada daerah yang diterapi, bila efek mekanik atau non termal yang diinginkan maka tidak akan terasa apa-apa hanya terasa pergerakan probe ultrasoundnya. Terapi akan berlangsung selama 7-10 menit bergantung pada tujuan terapi. (Probe adalah alat yang memancarkan gelombang ultrasound pada terapi ultrasound bebentuk seperti hand shower). 7. Bila terasa nyeri atau panas berlebihan saat terapi berlangsung segera beritahu dokter atau terapis Anda.



11



8. Setelah selesai terapi, terapis akan membersihkan sisa gel atau obatobatan topikal yang masih tersisa pada daerah yang diterapi dan akan melakukan peregangan pada daerah tersebut beberapa kali. 9. Terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan wawancara mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi. Dosis dan Durasi Ultrasound Therapy Frekuensi, intensitas dan durasi tergantung pada keadaan individual. Ahli terapi akan meletakkan transducer pada area yang mengalami gangguan dan kemudian melakukan gerakan memutar. Transducer harus digerakkan secara terus menerus untuk menghindari luka bakar. Transducer tidak boleh diletakkan pada mata, tengkorak, tulang belakang, jantung, organ reproduktif dan area dimana terdapat implant.Terapi dapat dilakukan deegan menggunakan dua cara yakni kontinyu dan intermitten. Pada metode kontinyu, gelombang ultrasound dibuat tetap sedangkan pada metode intermitten, gelombang ultrasound terputus putus. Dengan metode intermitten resiko luka bakar dapat diminimalkan. Selama terapi penderita seharusnya merasakan rasa hangat atau tidak merasakan sensasi apapun. Apabila ada rasa tidak nyaman, terapi harus dihentikan. Biasanya waktu terapi yang dibutuhkan berkisar 5 sampai dengan 10 menit. Setelah itu penderita dapat beraktivitas seperti semula. Sebagian besar gejala memerlukan terapi selama beberapa episode tergantung evaluasi klinis dari terapis. Kemajuan terapi dapat dinilai dengan menggunakan skala nyeri atau goniometer, yang merupakan alat untuk mengukur jangkauan gerak sendi.



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Istilah parut atau skar berasal dari bahasa Yunani yaitu Eschara yang berarti keropeng. Secara klinis parut merupakan cacat alami yang ditinggalkan akibat proses penyembuhan luka. Adapun jenis-jenis jaringan parut yaitu keloid, kontraktur, hipertrofik, dan parut abnormal. Dalam menangani masalah jaringan parut fisioterapis dapat melakukan beberapa bentuk intervensi berupa ultrasound, cross friction massage, lubrication, danmyofascial release. B. Saran Saran dari penulis yaitu mahasiswa diharapkan dapat mencari referensi lain tentang manajemen fisioterapi pada jaringan parut untuk menyempurnakan isi makalah ini agar dapat menambah pengetahuan sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di lingkungan masyarakat.



13



DAFTAR PUSTAKA https://www.verywell.com/scar-tissue-massage-and-management2696639&prev=search https://www.verywell.com/scar-tissue-management-2696376 http://sauriputra.blogspot.co.id/2011/08/jaringan-parut.html http://indonesiafisioterapi.blogspot.co.id/2014/06/terapi-ultrasound-sebagaimodalitas.html



14



Pertanyaan : 1. Apakah kulit yang terjadi jaringan parut dapat dilakukan operasi dan di ganti dengan kulit normal ( Andi Syarifah Afivah) 2. Patofisiologi jaringan parut ( Andi Afriani Rianti ) 3. Tanda dan gejala serta etiologi jaringan parut ( Nurhidayah ) 4. Mm 5. Demontrasikan tiga manajeman fisioterapi pada jaringan parut ( Nanni )



15