Jenis-Jenis Masalah Siswa Di Berbagai Tingkat Sekolah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATERI BK



JENIS-JENIS MASALAH SISWA DI BERBAGAI TINGKAT SEKOLAH



Deskripsi Singkat Pada bab ini akan dibahas serangkaian materi pembelajaran yang meliputi hakekat permasalahan , jenis permasalahan siswa lanjutan tingkat pertama/atas Capaian pembelajaran Setelah proses pembelajaran dalam bab ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan dalam: 1. Menjelaskan konsep dasar masalah. 2. Mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa di tingkat sekolah dasar. 3. Mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa di tingkat sekolah lanjutan pert ama dan atas 4. Menseleksi berbagai permasalah siswa dari berbagai tingkat dari TK hingga SLTA yang dapat diat asi oleh guru bidang studi.



Materi A. Pengertian dan Ciri-Ciri Masalah Dalam perkembangan dan proses kehidupannya, manusia sangat mungkin menemui berbagai permasalahan, baik oleh individu secara perorangan maupun kelompok. Permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu sangat dimungkinkan selain berpengaruh pada dirinya sendiri juga berpengaruh kepada orang lain atau lingkungan sekitarnya. Pada hakekatnya proses pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang kediriannya matang, dengan kemampuan sosial yang baik, kesusilaan yang tinggi, serta keimanan dan ketakwaan yang dalam. Namun pada kenyataannya yang sering dijumpai adalah keadaan pribadi yang kurang berkembang dan rapuh, tingkat kesosialan dan kesusilaan yang rendah, serta tingkat keimanan dan ketakwaan yang dangkal. Ketidak mamapuan setiap individu untuk mewujudkan perkembangan yang optimal pada keemapat dimenesi (individualitas, sosialitas, moralitas, dan relegiusitas) ini dikarenakan oleh berbagai permasalahan yang dialami selama proses perkembangannya. Keadaan ini juga banyak dijumpai siswa di sekolah, mulai dari tingkat taman kanak-kanak (TK), tingkat Sekolah Dasar (SD), tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).



Terdapat berbagai pengertian tentang masalah. 1. Masalah biasanya dartikan sebagai suatu kesenjangan, ketidaksesuaian, atau ketidak cocokkan antara ide dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan fakta yang ada, atau antara keinginan dan harapan dengan realitas yang terjadi. 2. Masalah adalah suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sudah t erjadi tentang suatu perihal, atau kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan yang seharusnya terjadi serta harapan dan kenyataan (Creswel, 2002). 3. Masalah adalah ketidaksesuaian yang signifikan dan tidak diinginkan ” antara standar kebersama an dan kondisi nyata. Ada yang mengartikan juga bahwa masalah adalah hambatan atau kendala dalam mencapa tujuan yang telah direncanakan (Robert K.M ) 4. Masalah adalah kesusahan atau kesulitan yang akan menggerakan seseorang untuk mengatasi a tau memecahkan kesulitan tersebut, dimana masalah tersebut harus dirasakan sebagai suatu ta ntangan atau rintangan yang harus diatasi atau dilalui. Masalah harus tampak penting, realistis, dan ada gunanya kalua dipecahkan (Djarwanto, (1989:57) Secara sederhana masalah dapat diartikan sebagai “suatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit seseorang mencapai maksud dan tujuan tertentu. Bentuk konkret dari hambatan atau rinta ngan itu dapat bermacam-macam, misalnya godaan, gangguan dari dalam atau dari luar, tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup”. Setelah mengetahui pengertian masalah, berikut ini dikemukakan tentang ciri-ciri masalah. Adapun ciriciri masalah dapat dikemukakan sebagai berikut : 1.



Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan kenyataan (das sein).



2.



Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat.



3.



Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda.



4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan. 5. Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru. 6.



Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic Question) yang perlu dijawab. 7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.



Sedangkan menurut Teori Dewey, masalah pada hakekatnya memiliki lima ciri utama, yaitu: 1.



Akan membuat seseorang merasa bimbang, bingung, dan kesulitan.



2. Akan membuat seseorang berusaha untuk merumuskan masalah karena ingin dipecahkan, hal i ni bertujuan untuk mengatasi kebimbangan dan kesulitan yang dialaminya. 3. Akan membuat seseorang mengumpulan data atau informasi sesbagai suatu langkah untuk men emukan solusi dalam masalah yang dialaminya. 4. Akan membuat seseorang untuk mengembangkan ide untuk mendapatkan pemecahan yang ter baik melalui penalaran. 5. Akan membuat seseorang mengambil kesimpulan yang didukung fakta-fakta atau bukti-bukti ya ng telah dikumpulkan.



B. Jenis-Jenis Permasalahan Siswa Sekolah Lanjutan Ada pendapat yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung resiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami berbagai hambatan dan rintangan. Lebih-lebih bagi siswa sekolah menengah yang berada dalam fase perkembangan remaja, masa di mana individu mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun secara psikis. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini individu mengalami perubahan yang besar, yang dimulai sejak datangnya fase masa puber. Datangnya masa puber ditandai dengan kematangan seksualitas. Kematangan seksualitas pada perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi sebagai akibat matangnya sel telur yang tidak dibuahi, mulai tumbuhnya kelenjar susu, terjadinya perubahan suara, tumbuhnya rambut pada bagian-bagian tubuih tertentu, dan mulai mekarnya pinggul. Adapun kematangan seksualitas pada laki-laki ditandai dengan mulai tumbuhnya jakun, kumis, dada bidang, suara serak, tumbuhnya rambut pada bagian-bagian tubuh tertentu, perubahan suara menjadi lebih berat dan besar, dan sudah mulai mimpi basah. Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai berubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada masa puber. Sikap dan perilaku yang dimasudkan adalah: 1. Ingin menyendiri. Kalau perubahan pada masa puber sudah mulai terjadi, anak-anak biasanya mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, sering bertengkar dengan sesama teman bermain. Anak puber lebih sering malamun, Mulai berekperimen seks melalui masturbasi. 2. Bosan. dengan datangnya masa puber, anak mulai bosan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau hobi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Pada masa puber ini biasanya terjadi penurunan prestasi belajar.



3. Inkoordinasi. Anak akan mengalami ketidak seimbangan gerakan. 4. Antagonisme Sosial. Anak puber sering tidak mau kerja sama, sering membantah dan menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan. Pada umumnya diuangkapak dengan kritik dan komentar-komentar yang cenderung merendahkan. 5. Emosi yang meninggi. Kemurungan, merajukl, ledakan marah yang berlebihan hanya dikarenakan oleh hal-hal sepele. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah, sedih, cepat tersinggung, dan cepat marah. 6. Hilangnya kepercayaan diri. Sebagai akibat terjadinya perubahan fisik pada diri anak pada masa puber ini mengakibatkan anak merasa rendah diri, lebih-lebih bagi anak yang sering mendapat kritik yang bertubi-tubi tentang dirinya. Sikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber tersebut sering mengganggu tugastugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase masa remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja adalah sebagai berikut: 1. Masalah Emosi Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang nampak pada mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung “meledak-ledak” dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Kedaan ini sering menimbulkan berbagai permasalahan khususnya dalam kaitanannya dengan penyesuaian diri di lingkungannya. Maraknya kasus perkelaian antar pelajar akhir-akhir ini adalah contoh nyata dari ketidak mampuan remaja mengolah dan mengendalikan emosi. Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membantu subjek didik menuju kearah kedewaaan yang optimal harus mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah emosional ini. Misalnya dengan memberikan pelayanan khusus bagi siswa melalui program layanan informasi, layanan konseling, layanan bimbingan dan konseling kelompok. Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok anak dapat berlatih bagaimana cara menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menanggapai masalah sesama anggota maupun mengemukakan masalahnya sendiri. Melalui wahan kelompok, siswa dapat berlatih mengendalikan diri.



2. Masalah Penyesuaian Diri Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan penyesuain sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis baik dengan sasama remaja



maupun dengan orang-orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersama-sama teman-temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar dari pada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam ber-gaul, misalnya berada dalam kelompok pemakai obat-obatan terlarang, minuman keras, merokok, dan perilaku-perilaku negatif lainnya. Dalam keadaan demikian, remaja cenderung akan mengikutinya tanpa memperdulikan berbagai akibat yang akan menimpa dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang dianggap paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, remaja mau melakukan apa saja dengan tanpa melihat berbagai efek negatif yang akan menimpa atas perilaku mereka tersebut. Tugas-tugas perkembangan remaja tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan dalam penyesuaian dirinya. Melalui penyenyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan bakat dan minat baik, lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, diharapkan dapat mencegah dan mengatasi kesalahan pergaulan tersebut.



3. Masalah Perilaku Seksual Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubungan dengan kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar memerankan peran seks yang diakuinya. Pada masa ini remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti oleh keinginan yang kuat untuk memeperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari dan atau memperoleh informasi tentang seluk beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggngjawabkan, misalnya teman sebaya yang sama-sama kurang memahami arti pentingnya seks, internet, media elektronik, dan media cetak yang kadang-kadang lebih menjurus pornografi. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan., misalnya berciuman, bercumbu, masturbasi, dan bersanggama. Bagi generasai yang lalu, peri-laku seksual seperti itu adalah tabu dan menimbulkan rasa bersalah dan rasa malu pada dirinya, namun pada generasi sekarang hal-hal seperti dianggap benar dan normal, atau paling tidak diperbolehkan. Bahkan hubungan seks di luar nikah dianggap “benar” apabila orang–orang yang terlibat saling mencintai dan saling merasa terikat. (Hurlock, 1980:229). Untuk menanggulangi dan mengatasi permasalah itu, sekolah hendaknya melakukan tindakan-tindakan nyata, misalnya pendidikan seks (seks education). 4. Masalah perilaku sosial



Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau sosial ekonomi yang berbeda. Dengan polapola perilaku sosial seperti ini, maka dapat melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok remaja, yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku, dan sosial ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada remaja tersebut dapat memicu terjadinya permusahan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok (baik kurikuler maupun kokurikuler) dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras, dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama, tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan yang lain.



5. Masalah Moral Masalah moral yang terjadi pada para remaja ditandai oleh adanya ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalanya anta sekolah, keluarag, dan kelompok remaja. Ketidak mampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah dapat membawa mala petaka bagi kehidupan remaja pada khususnya dan pada semua orang pada umumnya. Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang demikian, maka sekolah sebaiknya menyenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, meninggkatkan pendidikan budi pekerti. 6. Masalah keluarga Sering ditemukan berbagai permasalah remaja yang penyebab utamanya adalah terjadinya kesalahpahaman antara anak dengan orang tua. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1980, 233) sebab-sebab umum pertentangan keluarga selamam masa remaja adalah: standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar kuno harus mengikuti standar modern, sedangkan orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan diantara mereka. Metode disiplin yang diterapkan oleh orang tua yang terlalu kaku dan cendrung otoriter akan dapat menimbulkan permasalahan dan pertentangan diantara remaja dan orang tua. Salah satu ciri remaja adalah dimilikinya sikap kritis terhadap segala sesuatu, namun bagi keluarga tertentu sering tidak menyukai sikap remaja yang terlalu kritis terhadap pola perilaku orang tua dan terhadap pola perilaku keluarga pada umumnya. Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan jam atau waktu pulang dan mengenai teman-teman dengan siapa remaja dapat berhubungan, terutama teman-teman lawan jenis. Untuk mencegah dan mengatasi per-masalah tersebut, maka sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua. Prayitno (2012 mengelompokkan masalah siswa di sekolah menengah menjadi empat kelompok besar, yaitu masalah yang berhubungan dengan dimensi keindividualan, masalah yang berhubungan



dengan dimensi kesosialan, masalah yang berhubungan dengan dimensi kesusilaan, dan masalah yang berhubungan dengan dimensi keberagamaan. Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney (dalam Prayitno, 1994:238) mengidentifikasi 330 masalah yang digolongkan ke dalam 11 (sebelas) masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan : 1.



Perkembangan jasmani dan kesehatan



2.



Keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan (KLP)



3.



Kegiatan sosial dan rekreasi



(KSR)



4.



Hubungan muda-mudo, pacaran dan perkawinana



(HPP)



5.



Hubungan sosial kejiwaan



(HSK)



6.



Keadaan pribadi kejiwaan



(KPK)



7.



Moral dan agama



(MDA)



8.



Keadaan rumah tangga



(KRK)



9.



Masa depan pendidikan dan pekerjaan



(MPP)



10.Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah



(PJK)



(PTS)



11.Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP) Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis masalah barangkali banyak dialami, sedangkan jenis masalah lain lebih jarang muncul. Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi pribadi dan lingkungan. Untuk siswa di sekolah, frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut terlihat pada tabel berikut (Prayitno, 1994: 239). Frekuensi Dialaminya Masalah-Masalah oleh Siswa SMA Negeri Sumatra Barat (N = 405) No



Kelompok Permasalahan



Frekuensi



Peringkat (dlm %)



1.



PJK



91,4



8



2.



KLP



97,5



2



3.



KSR



95,6



3,5



4.



HPP



88,6



9



5.



HSK



94,6



6



6.



KPK



95,6



3,5



7.



MDK



94,1



5



8.



KRK



97,9



5



9.



MPP



98,0



1



10.



PTS



94,1



7



11.



KPP



86,7



11



C. Ringkasan Pada hakekatnya, setiap manusia senantiasa ingin mewujudkan kebahagiaan dalam hidupnya. Pada kenyataannya, manusia sangat mungkin menemui berbagai permasalahan yang dapat menghambat dan mengganggu tercapainya kebahagiaan tersebut. Demikian juga bagi subjek didik yang berada pada segala jenjang / tingkat pendidikan, (baik jenjang TK, SD, dan SLTP/SLTA) juga mengalami berbagai permasalahan hidup, yang apabila dibiarkan akan mengganggu dan menghabat tercapainya tujuan pendidikan yang sedang dilaluinya. D. Tugas 1. Sesuai dengan fase perkembangannya, masalah-masalah apa saja yang muncul pada siswa usia SMP dan SLTA 2. Identifikasi masalah-masalah apa saja yang pernah anda alami pada saat anda duduk di bangku sekolah menengah (SLTP/SLTA). 3. Jelaskan apa latar belakang penyebab terjadinya masalah tersebut. 4. Jelaskan bagaimana cara mengatasinya. *Materi Tugas UAS 1. Buatlah deskripsi masalah siswa yang pernah anda atau teman.anda alami waktu di SMP/SMA dulu. 2. Bagaimana langkah2 yg guru BK lakukan pada waktu itu dalam membantu siswa tsb? 3. Menurut Anda, sudah tepatkah langkah2 guru tsb ditinjau dari ilmu BK yg sdh anda pelajari dlm semester ini? 4 jika belum tepat apa yg seharusnya guru BK lakukan agar siswa terbantu masalahnya. Tugas ini disusun sbg portofolio disusun pd saat UAS Terima ksh.