Jurnal Granulasi Kering [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS DISKUSI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA



Nama



: Lailul Aprelia Dwi Safitri



NRP



: 110119385



Kelas



:H



Kelompok : 6



TUGAS DISKUSI GRANULASI KERING TABLET ASPIRIN 80mg Fakultas Farmasi Universitas Surabaya 2022



1. DEFINISI DAN TUJUAN 1.1 DEFINISI GRANULASI KERING Granulasi kering juga dinyatakan sebagai briketasi atau kompaktasi. Proses ini membutuhkan waktu yang lebih singkat sehingga lebih ekonomis dibandingkan proses granulasi basah. Cara ini sangat tepat untuk dosis efektif yang terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, dan bahan obatnya peka terhadap pemanasan, kelembapan, atau keduanya. Pada metode granulasi kering, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk serbuk dan tanpa penambahan pelarut. Prinsip dasar dari granulasi kering yaitu: campuran serbuk dikempa menjadi tablet (slugging dengan mesin tablet) atau campuran serbuk di tekan menjadi lembaran (rooller compactor). Tablet atau lembaran yang terbentuk selanjutnya dihancurkan menjadi butiran granul dan diayak (Sulaiman, 2007). Keuntungan metode granulasi kering adalah tidak perlu panas dan kelembaban dalam proses granulasi, energinya lebih kecil dan lebih murah (Anonim, 1995). Kelemahan metode granulasi kering yaitu dibutuhkan mesin tablet bertekanan tinggi, distribusi warna tidak homogen, timbul banyak debu dan berpotensi meningkatkan kontaminasi (Sulaiman, 2007).



1.2 TUJUAN Tujuan praktikum topik granulasi kering adalah : 1. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses pembuatan tablet secara granulasi kering. 2. Mahasiswa dapat melakukan in process control 3. Mahasiswa dapat mengevaluasi mutu tablet 4. Mahasiswa dapat mengatasi masalah yang timbul dalam proses manufaktur



2. PRAFORMULASI Kegiatan praformulasi meliputi penelusuran : a) Sifat Fisika Bahan Aktif 1. Nama/Sinonim : Asam asetilsalisilat; Asetosal; Acetylsalicylic Acid (FI VI 170) 2. Bentuk : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih (FI VI 170) 3. Warna : putih (FI VI 170) 4. Rasa : sedikit pahit (pubchem)



5. Bau : tidak berbau atau berbau lemah (FI VI 170) 6. Titik leleh : 135 C (Pubchem) 7. Polimorfisme : single crystal (CODEX ed.12 p. 742) 8. Struktur :



b) Sifat Kimia dan Fisikomekanika 1.



kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak (FI VI 170) 1: 300 dalam air 1:7 dalam etanol 1:17 dalam kloroform 1:20 dalam eter (CODEX ed 12. p.741)



2.



stabilitas a. stabilitas fisika : Stabil di udara kering; di dalam udara lembap secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. (FI VI 170) b. stabilitas kimia : Dalam larutan berair, aspirin paling stabil pada pH 2-3, kurang stabil pada pH 4-8, dan paling tidak stabil pada pH kurang dari 2 atau lebih besar dari 8. Dalam larutan air jenuh pada pH 5 -7, aspirin hampir sepenuhnya terhidrolisis dalam 1 minggu pada 25 °C. (Pubchem)



3. higroskopis : Stabil di udara kering; di dalam udara lembap secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. (FI VI 170) c) Sifat Mekanik Bahan Aktif 1. daya alir : Buruk (Khaled M. Elsabawy. International Journal of Medicinal Chemistry & Analysis: CONCENTRATION IMPACT AND STRUCTURE SUITABILITY OF ACETYL SALICYLATE MOEITY (ASPIRIN) AS MULTIFUNNCTIONALIZED DRUG. IJMCA. VAS. 2015.P.45) 2. kompretabilitas : buruk (Khaled M. Elsabawy. International Journal of Medicinal Chemistry & Analysis: CONCENTRATION IMPACT AND STRUCTURE



SUITABILITY OF ACETYL SALICYLATE MOEITY (ASPIRIN) AS MULTIFUNNCTIONALIZED DRUG. IJMCA. VAS. 2015.P.45) 3. habit kristal (bila ada) d) farmakologi 1.



Dosis : adult : 75 mg daily



2.



Efek terapi (indikasi) : Asam asetil salisilat (aspirin) menghambat enzim cyclooxygenase dengan menghambat langsung biosintesis dari prostaglandin dan tromboxan dari asam arakidonat. Aspirin digunakan untuk mengurangi sakit kepala, dysmenorrhea, myalgia, dental pain juga menajemen inflamasi dari akut dan kronis rheumatic disorder, digunakan untuk antiplatelet pada treatment cardiovascular. (Marindale 48th edition, Page. 22) efek samping yang sering terjadi dispepsia dan pendarahan (BNF 2020, p 131)



3. FORMULA Penyusunan formula untuk yang diperoleh dari pustaka (min. 3 pustaka): 1) Acetylsalicylic acid tablets (500mg) R/



Asam asetil salisilat



500mg



Avicel PH 101



200mg



Kollidon 30



15mg



Kolliidon CL



25mg



Magnesium stearat



3mg



(Niazi, Sarfaraz K. 2009. Handbook Pharmaceutical Manufacturing Formulation Compressed Solid Products 2nd Edition. Volume 1. p.190) 2) Acetylsalicylic acid tablets (400mg) R/



Asam asetil salisilat



400g



ludipress



99g



asam stearat



1g



kollidon CL



15g



(Buhler, Volker. 1998. Generic Drug Formulation 2nd ed.P.36) 3) Acetylsalicylic Acid Tablets



R/



Aspirin



325mg



Starch 1500



25,52mg



Microcrystalline cellulose



21,33 mg



Powdered cellulose



6,33 mg



(Niazi, Sarfaraz K. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation : Compressed Solid Products Volume 1. 2nd Edition. p.212)



Formula yang akan diaplikasikan dilengkapi dengan analisis formula : R/



Asam asetil salisilat



20%



PVP



3%



Sodium Starch Glycolate



5%



Avicel PH 102



35%



Spray Dried Lactose



35%



Aerosil 200



0,5%



Magnesium Stearat



0,5%



Aerosil 200



0,5%



Magnesium stearat



0,5%



FUNGSI KOMPONEN DALAM FORMULA DAN KONSENTRASI MASINGMASING BAHAN EKSIPIEN (DALAM %):



Bahan



Konsentrasi



Fungsi



(%) Asam asetil salisilat



20



Bahan aktif



PVP



3



konsentrasi 0,5-5% sebagai binder tablet, diluent atau coating agen (HPE 6th ed. P.582)



Sodium Starch Glycolate



5



disintegran tablet atau kapsul (HPE 6th ed. P.663)



Avicel PH 102



35



Konsentrasi 20-90% sebagai binder/ diluent pada tablet (HPE 6th ed. P. 131)



Spray Dried Lactose



35



Eksipien



tablet



yang



dapat



dikompresi



langsung; pengencer tablet dan kapsul; pengisi tablet dan kapsul.



(HPE 6th ed. P.376) Aerosil 200



0,5



konsentrasi 0,1-1,0 digunakan sebagai glindan (HPE 6th. ed. p 186)



Magnesium Stearat Aerosil



200



0,5



lubrican (HPE 6th. ed. p. 404)



(Colloidal 0,5



konsentrasi 0,1-1,0 digunakan sebagai glindan



Silicon Dioxide)



(HPE 6th. ed. p 186)



Magnesium stearat



0,5



lubrican (HPE 6th. ed. p. 404)



4. PENIMBANGAN



Bahan



Konsentr jumlah bahan



jumlah bahan



asi (%)



(1 tablet)



(1000 tablet)



20/100 x 400 = 80 mg



80 g



3



3/100 x 400 =12 mg



12 g



Starch 5



5/100 x 400 = 20 mg



20 g



35



35/100 x 400 = 140 mg



140 g



Dried 35



35/100 x 400 = 140 mg



140 g



Asam



asetil 20



salisilat PVP Sodium Glycolate Avicel PH 102 Spray Lactose Aerosil 200



0,5



0,5/100 x 400 = 2 mg



2g



Magnesium



0,5



0,5/100 x 400 = 2 mg



2g



Aerosil 200



0,5



0,5/100 x 400 = 2 mg



2g



Magnesium



0,5



0,5/100 x 400 = 2 mg



Stearat



stearat



2



g



5. PERHITUNGAN 1) bahan pengikat yang digunakan: PVP 3%



= 3/100 x 400 mg = 12 mg = 12 mg x 1000 = 12.000 mg = 12 gram



2) bobot tablet yang akan dicetak → 0,4 g 3) diameter tablet yang akan di cetak → 12 mm 4) ukuran granul yang akan dibuat → 1,0 - 1,2 mm 5) bobot granul a) bobot fase internal Bobot fase internal = 400 mg - fase eksternal (Aerosil 200 + Magnesium stearat) = 400 mg - (2 mg + 2 mg) = 496 mg b) bobot fase eksternal bobot fase eksternal



= Aerosil 200 + Magnesium stearat = 2 mg + 2 mg = 4 mg



6. PROSEDUR 6.1 prosedur granulasi a) Slugging 1. Asam asetil salisilat, PVP, Sodium starch glycolate, Avcel PH 102, Spray dried lactose, Aerosil 200, dan Magnesium stearat ditimbang sesuai jumlah bahan untuk pembuatan 1000 tablet sesuai tabel di atas 2. Asam asetil salisilat, PVP, Sodium starch glycolate, Avcel PH 102, Spray dried lactose dimasukkan ke dalam Y-cone mixer dicampur selama 5 menit. Berikutnya ke dalam campuran tersebut dimasukkan Aerosil 200 dan Mg stearat, dicampur selama 3 menit 3. Campuran bahan tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses slugging dengan mesin kempa tablet hingga terbentuk slug 4. Slug yang terbentuk kemudian dihancurkan dengan oscillating granulator, kemudian granul diayak dengan ayakan no mesh 18 b)



pengayakan dan kontrol kualitas granul 1) Granul yang telah diayak kemudian ditimbang bobot total granul = …. mg 2) Granul yang telah diayak kemudian dilanjutkan untuk kontrol kualitas granul meliputi sifat alir, sudut istirahat, bobot jenis nyata, bobot jenis mampat, rasio Hausner, indeks kompresibilitas, dan moisture content 3) pencampuran fase eksternal dan kompresi tablet



4) Aerosil 200 dan magnesium stearat ditimbang sesuai jumlah pada formula (bila diperlukan bisa dilakukan perhitungan penyesuaian jumlah Aerosil 200 dan magnesium stearat sesuai bobot aktual fase internal) 5) Granul, Aerosil 200, dan magnesium stearat dicampur dengan Y cone mixer selama 3 menit --> masa kempa 6) Masa kempa kemudian dicetak dengan mesin kempa tablet dengan diameter 11 mm 7) Tablet dilakukan kontrol kualitas meliputi dimensi tablet, kekerasan, waktu hancur, dan kerapuhan tablet.



7. KONTROL KUALITAS 7.1 KONTROL KUALITAS GRANUL



Kontrol kualitas granul meliputi: 1. Distribusi ukuran partikel



Definisi Distribusi ukuran partikel mempengaruhi kemampuan alir granul. Distribusi ukuran yang luas mengakibatkan aliran yang tidak seragam ke dalam ruang kompresi sehingga keseragaman bobot tablet terpengaruh. Untuk mendapatkan tablet yang baik, distribusi ukuran harus sesuai dengan kurva distribusi normal dengan sejumlah kecil fines dan coarse. Bentuk granul yang baik adalah sferis, karena bentuk ini mengurangi gesekan antar partikel, mempunyai sifat alir yang baik dan relatif tidak bermuatan.



Alat-alat 1. Timbangan 2. Seperangkat pengayak standar 3. Penggetar pengayak



Prosedur kerja 1. Timbang 100 g granul. 2. Timbang bobot masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan digunakan. 3. Susun pengayak-pengayak tersebut dengan ukuran lubang terbesar diletakkan diatas dan pan penampung dibawah. 4. Letakkan susunan pengayak tersebut diatas “Retsch Vibrator”.



5. Letakkan granul yang telah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup dan kencangkan. 6. Getarkan pengayak dengan getaran amplitudo sebesar 60 Herts selama 20 menit. 7. Timbang bobot masing-masing pengayak dan granul yang terdapat di dalamnya. 8. Hitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak dan pada pan penampung tersebut. 9. Buatlah tabel dan kurva distribusi ukuran granul yang diperoleh.



Pengayak untuk Pengujian secara Farmakope (Farmakope Indonesia VI, page 2073) Pengayak untuk pengujian secara Farmakope adalah anyaman kawat, bukan tenunan; kecuali untuk ukuran nomor 230, nomor 270, nomor 325 dan nomor 400, anyaman terbuat dari kuningan, perunggu, baja tahan karat, atau kawat lain yang sesuai, dan tidak dilapisi atau disepuh. Tabel 2 memberikan ukuran rata-rata lubang pengayak baku anyaman kawat.



Metode Pengamatan Keseragaman Derajat Halus (Farmakope Indonesia VI. page 2074) Untuk penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia, cara berikut boleh dilakukan, menggunakan pengayak baku yang memenuhi persyaratan. Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk selama penetapan.



Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar Masukkan 25 g sampai 100 g serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai. yang mempunyai panci penampung dan tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran horizontal dan ketukkan secara vertikal pada permukaan yang keras selama tidak kurang dari 20 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna. Timbang saksama jumlah yang tertinggal pada pengayak dan dalam panci penampung.



Untuk serbuk halus atau sangat halus Lakukan penepatan seperti pada serbuk



kasar kecuali contoh tidak lebih dari 25 g dan pengayak yang digunakan digoyang selama tidak kurang dari 30 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna.



Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain yang cenderung menggumpal dan dapat menyumbat lubang, sikat pengayak secara berkala dengan hatihati selama penetapan. Hancurkan gumpalan yang terbentuk selama pengayakan. Derajat halus serbuk obat dan bahan kimia dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada pengayak yang dapat digoyang secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan ketukan seperti pada pengayak yang menggunakan tangan, tetapi dengan gerakan mekanik yang seragam, mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat pengayak



Hasil pengamatan 1. Tabel Distribusi Ukuran Partikel



Mesh



Pengay



Bobot



ak



pengaya



D(µm)



bobot(g)



k+



2. Kurva Histogram Frekuensi



gram



%



%



granul



kumula



(g)



tif



JUMLAH



Keterangan: D = Diamete



Bobot granul



3. Prosentase fines Fines adalah partikel-partikel dengan ukuran < 100 mikrometer. Hasil Pengamatan: Persyaratan



: Kurva terdistribusi normal dan ukuran partikel 150-1000 mikrometer



Pustaka



:



-



Farmakope Indonesia VI page 2074



-



Sinko PJ, 2012, Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 6th ed., Lippincott Williams and Wilkins, Page 443



Kesimpulan : 1. Bobot Jenis/Kerapatan Serbuk/Granul a. Bobot jenis/kerapatan benar Definisi Bobot jenis benar suatu bahan padat (true density) adalah bobot jenis bahan itu sendiri tanpa rongga dan pori-pori intrapartikel yang lebih besar dari ukuran molekul atau dimensi atom dalam kisi butiran kristal. Bobot jenis benar ditentukan dengan piknometer menggunakan cairan yang tidak melarutkan bahan (biasanya digunakan parafin cair, heksan, dsb). (Sinko ed VI, 461) Metode I (FI ed VI p. 2054) Prosedur Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan, dinginkan hingga suhu 25°C. Atur suhu zat uji hingga lebih kurang 20°C, masukkan cairan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°C, buang kelebihan zat uji dan timbang. Jika pada monografi tertera suhu yang berbeda dari 25°C, piknometer yang telah diisi harus diatur hingga mencapai suhu yang diinginkan sebelum ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25°C. Alat-alat (FI ed VI p. 2054) 1. Piknometer 2. Timbangan Prosedur kerja 1. Timbang piknometer kosong. 2. Isi piknometer dengan cairan dan bersihkan kelebihan pada ujungnya. Timbang piknometer + cairan. 3. Hitung bobot cairan. 4. Tuang sebagian cairan (2–3 cc) ke dalam tabung bersih, timbang bobotnya. 5. Timbang teliti 1–1,5 g bahan. 6. Masukkan secara kuantitatif bahan tersebut kedalam piknometer yang berisi cairan sebagian, timbang bobotnya. 7. Tambahkan cairan ke dalam piknometer sampai tanda batas dan timbang bobotnya. 8. Hitung bobot jenis benar Hasil pengamatan:



Bobot piknometer + cairan saja Bobot piknometer kosong Bobot cairan



= =… =



g g g



⍴ cairan



= bobot cairan/volume cairan =………………….



Bobot piknometer + cairan sebagian + granul Bobot piknometer + cairan sebagian



= =



g g



Bobot granul



=



g



Bobot piknometer + cairan penuh + granul Bobot piknometer kosong Bobot granul



= = =



g g g



Bobot cairan di antara granul



=



g



Volume cairan diantara granul



= bobot cairan diantara granul =



Volume granul



⍴ cairan ml



= Vol. pikno – Vol cairan diantara



granul = ⍴ benar



ml



= bobot granul/volume granul = ……………….



b. Bobot jenis/kerapatan nyata (bulk atau ruah) (FI ed VI, p 2023) Definisi Bobot jenis nyata adalah massa terhadap volume dari sejumlah bahan yang dituang bebas ke dalam gelas ukur. Kerapatan serbuk ruahan adalah perbandingan antara massa serbuk yang belum dimampatkan terhadap volume termasuk kontribusi bolume pori antarpartikel. Kerapatan serbuk ruahan tergantung pada kepadatan partikel serbuk dan susunan partikel serbuk. Sifat dari kerapatan serbuk tergantung pada penanganannya seperti persiapan, perlakuan, dan penyimpanan. Partikel-partikel dapat dikemas untuk memiliki berbagai kerapatan serbuk ruahan, tetapi sedikit gangguan pada serbuk dapat menyebabkan perubahan pada kerapatan serbuk ruahan. Keberulangan pengukuran yang baik sering kali sulit diperoleh sehingga dalam pelaporan hasil harus dinyatakan secara rinci bagaimana pengukuran tersebut dilakukan. Kerapata serbuk ruahan ditetapkan dengan mengukur volume contoh serbuk yang telah diayak dan diketahui bobotnya kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur (Metode I), atau menimbang massa serbuk yang telah diketahui volumenya menggunakan volumeter ke dalam sebuah cawan (Metode II) atau pengukuran dengan bejana pengukur (Metode III). Metode I dan Metode III lebih disukai (FI ed VI, 2025) Metode I - Pengukuran Menggunakan Gelas Ukur (FI ed VI, p 2023) Prosedur: 1. Serbuk diayak dengan ayakan yang memiliki lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0 mm untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk selama penyimpanan (secara perlahan untuk mencegah perubahan sifat materi. 2. Timbang saksama lebih kurang 100 g serbuk yang telah diayak, dengan tingkat akurasi 0,1%, masukkan ke dalam gelas ukur 250 mL (dengan skala terkecil 2 mL), tanpa pemampatan. 3. Ratakan permukaan serbuk dengan hati-hati tanpa dimampatkan, jika perlu, dan bacalah volume yang terlihat (Vo) ke skala terdekat. 4. Hitung kerapatan ruahan dalam g/mL dengan rumus M/Vo. 5. Lakukan pengukuran secara berulang. Jika kepadatan serbuk terlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga contoh uji memiliki volume yang belum dimampatkan lebih dari 250 mL atau kurang dari 150 mL, tidak dimungkinkan untuk menggunakan 100 g contoh serbuk. Oleh karena itu, jumlah serbuk



yang berbeda harus dipilih sebagai contoh uji, sehingga volume serbuk yang belum dimampatkan berada diantara 150 mL sampai 250 mL (volume lebih besar atau sama dengan 60% dari volume gelas ukur); bobot serbuk uji yang digunakan dicantumkan dalam hasil. Untuk serbuk yang memiliki volume antara 50 mL dan 100 mL, gunakan gelas ukur 100 mL dengan skala 1 mL; volume gelas ukur yang digunakan dicantumkan dalam hasil.



Metode II - Pengukuran Menggunakan Volumeter Peralatan Alat (FI ed VI, p 2023) Alirkan serbuk dalam jumlah berlebih melalui alat tersebut ke dalam wadah penampung (yang telah ditara) sampai melimpah. Gunakan wadah penampung dengan volume minimum 25 cm3 untuk bentuk persegi dan 35 cm3 untuk bentuk silinder. Hati-hati mengikis kelebihan serbuk dari atas wadah yaitu dengan cara gerakan perlahan pinggiran spatula yang tajam secara tegak lurus dengan permukaan atas wadah itu, pertahankan posisi spatula tegak lurus guna menjaga kemasan atau mengikis serbuk dari wadah. Bersihkan dinding luar wadah, dan tentukan bobot, M, dari serbuk dengan tingkat akurasi 0,1%. Hitung kerapatan ruahan, dalam g per mL, dengan rumus: 𝑀/𝑉o Vo adalah volume wadah dalam mL. Hitung rata-rata dari tiga pengukuran menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda.



Metode III Pengukuran Menggunakan Bejana Pengukur (FI ed VI, p 2024) Prosedur: Serbuk yang mencukupi untuk pengujian jika perlu diayak dengan ayakan yang memiliki lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan 1,0 mm untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk selama penyimpanan sehingga memungkinkan contoh mengalir bebas ke dalam bejana pengukur (yang telah ditara) sampai berlebih. Secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari bagian atas bejana pengukur seperti yang dijelaskan pada Metode II. Tentukan bobot (Mo) serbuk dengan pendekatan 0,1%. Hitung kerapatan serbuk ruahan (g/mL) dengan rumus: Mo/100, dan catat rata-rata tiga pengukuran menggunakan tiga contoh serbuk yang berbed Menggunakan Metode I: Alat-alat 1. Gelas ukur 2. Neraca analitik Prosedur kerja 1. Timbang granul sejumlah 40 – 130 g pada kertas timbang. 2. Tuangkan granul tersebut ke dalam gelas ukur 100 ml yang dimiringkan pada sudut 45o. 3. Tegakkan gelas ukur pelan-pelan dan goyangkan pelan untuk meratakan permukaan bahan dan baca volumenya (ml). 4. Lakukan replikasi 3 kali. 5. Hitung bobot jenis nyata dengan rumus sebagai berikut: ⍴ nyata = W/V g/ml 6. Dapat dilakukan replikasi sebanyak 3 kali ` Hasil pengamatan Replikasi 1. 2.



W (g)



V (ml)



⍴ nyata (g/ml)



3.



Rerata



c. Bobot jenis/kerapatan mampat Definisi Bobot jenis mampat adalah perbandingan massa terhadap volume setelah massa tersebut dimampatkan sampai volume tetap. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan tapping machine. Kerapatan serbuk mampat adalah tingkatan dari kerapatan serbuk mampat yang diperoleh dengan cara mengetuk secara mekanis gelas ukur atau bejana pengukur yang berisi serbuk. Setelah mengamati volume atau bobot serbuk awal, gelas ukur atau bejana pengukur diketuk secara mekanik, dan pembacaan volume atau bobot dilakukan setelah terjadi perubahan volume atau bobot. Pengetukan secara mekanik didapat dengan cara meninggikan gelas ukur atau bejana pengukur sehingga memungkinkan serbuk untuk turun karena pengaruh bobotnya sendiri sampai jarak tertentu, menurut salah satu dari tiga metode seperti dijelaskan dibawah. Alat yang memutar gelas ukur atau bejana pengukur selama pengetukan mungkin lebih disukai untuk meminimalkan kemungkinan pemisahan massa selama pengetukan.(FI ed VI, p 2024) Metode I (FI ed VI, p 2024) Prosedur : Lakukan seperti yang dijelaskan di atas untuk penentuan volume ruah (VO). Pasang gelas ukur pada penyangga. Lakukan 10, 500, dan 1250 ketukan pada contoh serbuk yang sama dan baca V10,V500, V1250 ke satuan gelas ukur terdekat. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 kurang dari atau sama dengan 2mL, maka V1250 adalah volume pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 melebihi 2 mL, ulangi peningkatan seperti pengetukan 1250, hingga perbedaan antara pengukuran kurang dari atau sama dengan 2 mL. Mungkin diperlukan pengetukan yang lebih sedikit untuk beberapa jenis serbuk, saat divalidasi. Hitung kerapatan serbuk mampat (g/mL) dengan menggunakan rumus M/VF, VF adalah volume setelah pengetukan akhir. Lakukan pengukuran secara berulang. Tetapkan ketinggian jatuh serta hasilnya. Jika tidak mungkin untuk menggunakan 100-g contoh uji, gunakan contoh yang dikurangi jumlahnya dan gelas ukur 100-mL (skala 1 mL) dengan berat 130 ± 16 g dan terpasang pada dudukan dengan berat 240 ± 12 g. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 kurang dari atau sama dengan 1 mL, maka V1250 adalah volume pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 melebihi 1 mL, ulangi peningkatan seperti pengetukan 1250, hingga perbedaan antara pengukuran kurang dari atau sama dengan 1 mL. Modifikasi kondisi uji cantumkan dalam laporan hasil.



Metode II (FI ed VI, p 2025) Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada Metode I kecuali bahwa alat uji mekanik memberikan tetesan tetap sebesar 3 ± 0,2 mm pada kecepatan 250 ketukan per menit. Metode III (FI ed VI, p 2025) Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Metode III Pengukuran Menggunakan Bejana Pengukur dalam Kerapatan Serbuk Ruahan untuk mengukur kerapatan serbuk mampat menggunakan perlengkapan bejana tertutup seperti Gambar 2. Bejana pengukur yang dilengkapi dengan penutup, diangkat 50-60 kali per menit menggunakan alat uji kerapatan serbuk mampat yang sesuai. Lakukan 200 kali pengetukan, buka penutup, dan secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari atas bejana pengukur seperti yang dijelaskan dalam Metode III Pengukuran Menggunakan Bejana Pengukur untuk mengukur kerapatan serbuk ruahan. Ulangi prosedur menggunakan 400 kali pengetukan. Jika perbedaan antara dua massa setelah 200 dan 400 pengetukan melebihi 2%, lakukan pengujian menggunakan tambahan 200 kali pengetukan lagi sampai diperoleh perbedaan antara kedua pengukuran kurang dari 2%. Hitung kerapatan serbuk mampat (g/mL) dengan rumus MF/100, MF adalah massa serbuk pada bejana pengukur. Hitung rata-rata dari tiga pengukuran menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda. Alat-alat 1. Gelas ukur 2. Neraca analitik 3. Alat pengetuk (tapping machine) Prosedur kerja 1. Setelah pembacaan volume nyata pada pengukuran bobot jenis nyata replikasi ketiga, lanjutkan dengan meletakkan gelas ukur yang berisi granul tersebut pada alat pengetuk (tapping machine). 2. Jalankan alat dan amati volume bahan pada tiap interval 10 ketukan dari 500 sampai 1250 ketukan. 3. Catat volume bahan dalam gelas ukur pada tiap ketukan tersebut, sampai pengamatan menunjukkan volume yang tetap atau mampat (V1 ml), yaitu selisih dengan volume sebelumnya kurang dari sama dengan 2 ml. 4. Hitung bobot jenis mampat dengan rumus sebagai berikut: p mampat = W/V1 g/ml Hasil Pengamatan Interval Pengetukan



Volume (ml)



1



2



3



10 500 1250 …… …… p1= g/ml p 2 = …………………………. g/ml p3= g/m



p mampat rata-rata =



d. Parameter-parameter turunan bobot jenis ● Daya Alir (Hausner Ratio) Hausner Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Hausner Ratio = p mampat / p nyata Hasil Perhitungan: Hausner Ratio = ……………… Kesimpulan



:



● Kompresibilitas (Carr’s Index) Kompresibilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Carr’s Index = (p mampat - p nyata) x 100 % p mampat Hasil Perhitungan: Carr’s index = ………………



Kesimplan Persyaratan :



:



g/ml



Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner bukanlah sifat intrinsik serbuk; yaitu, dua hal tersebut bergantung pada metodologi yang digunakan. Dalam literatur yang ada, terdapat diskusi tentang pertimbangan penting berikut yang mempengaruhi penentuan (1) volume semu yang belum terselesaikan, V0, (2) volume akhir yang disadap, Vf, (3) densitas curah, bulk, dan (4) densitas tapped : -Diameter silinder yang digunakan -Berapa kali serbuk di-tapped untuk mencapai densitas yang di-tapped -Massa bahan yang digunakan dalam pengujian -Rotasi sampel selama tapping Pustaka



: USP POWDER FLOW



Sinko ed VI, p.461.



Pustaka bobot jenis / kerapatan serbuk / granul : FI ed VI p.2024.



FI ed VI, p. 2023.



3.



Kandungan lembab (Moisture content)/Susut Pengeringan Definisi Pengeringan granul yang terlalu cepat pada suhu tinggi dapat mengakibatkan permukaan granul segera mengering, sedangkan kelembaban yang ada di dalam granul akan sukar untuk lepas. Apabila granul dikompresi maka uap air akan dibebaskan sehingga granul akan melekat pada ruang cetak dan punch. Jika kadar lembab terlalu rendah maka kohesi dalam tablet tidak cukup, friabilitas makin tinggi, dan tablet akan mudah pecah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan lembab yang terlalu rendah meningkatkan kemungkinan capping, sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan kemungkinan terjadinya picking.



Prosedur Pengujian Kandungan Lembab (%MC) (Artocarpus Media Pharmaceutica Indonesiana, Volume 8, Hlm.92) Granul sebanyak 1-2 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam alat uji serta dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit sampai bobot tetap.



Prosedur Pengujian Susut Pengeringan : (Farmakope Indonesia, Edisi VI, Hlm.2072-2073) Campur dan timbang saksama zat uji, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan penetapan menggunakan 1 g hingga 2 g. Apabila zat uji berupa hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm. Tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit pada kondisi seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol timbang tersebut, dan timbang saksama botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zat uji sampai setinggi lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukkan ke dalam oven, buka sumbat dan biarkan sumbat ini di dalam oven. Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti tertera pada monografi. [Catatan Suhu yang tercantum dalam monografi haruslah dianggap dalam rentang 2 dari angka yang tertulis]. Jika dinyatakan “timbang hingga bobot tetap” dalam monografi, pengeringan dilanjutkan hingga dalam dua kali penimbangan tidak berbeda lebih dari 0,50 mg per g zat. Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar sebelum ditimbang. Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang ditetapkan untuk penetapan Susut Pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama 1 jam hingga 2 jam pada suhu 5 hingga 10 di bawah suhu lebur, kemudian keringkan pada suhu yang telah ditetapkan. Jika contoh yang diuji berupa kapsul, gunakan sejumlah campuran isi tidak kurang dari 4 kapsul. Jika contoh yang diuji berupa tablet, gunakan sejumlah serbuk tablet tidak kurang dari 4 tablet yang diserbuk haluskan. Jika dalam monografi susut pengeringan ditetapkan termogravimetri, gunakan timbangan analitik yang peka.



dengan



analisis



Jika dalam monografi ditetapkan pengeringan dalam hampa udara di atas zat pengering, gunakan sebuah desikator vakum atau pistol pengering vakum atau alat pengering vakum lain yang sesuai. Jika pengeringan dilakukan dalam desikator; lakukan penanganan khusus untuk menjamin zat pengering tetap efektif dengan cara menggantinya sesering mungkin.



Jika dalam monografi ditetapkan pemanasan dalam botol bersumbat kapiler dalam hampa udara, gunakan botol atau tabung dengan sumbat kapiler berdiameter 225 m 25 m dan atur bejana pemanas pada tekanan 5 mmHg atau kurang. Pada akhir pemanasan, biarkan udara kering mengalir ke dalam bejana pemanas, angkat botol bersumbat kapiler, biarkan dingin dalam desikator sebelum ditimbang. Alat-alat yang dibutuhkan 1. Ohaus Moisture Content Apparatus Prosedur kerja 1. Timbang 5 g bahan, ratakan permukaannya pada wadah. Catat bobot granul yang tertera pada alat (W). 2. Tutup alat dan tekan start untuk menyalakan lampu pemanas di atas granul (proses pengeringan dimulai). 3. Pada saat proses pengeringan berlangsung, setiap 15 menit akan ditunjukkan bobot bahan, proses pengeringan sempurna bila setelah interval 3 x 15 menit menunjukkan tidak terjadinya perubahan bobot bahan (perhatikan kurva pada alat sudah konstan). Catat bobot granul yang sudah kering pada alat (Wo). 4. Hitunglah kandungan lembab dengan rumus sebagai berikut: % MC % LOD W Wo



= % kandungan lembab = % susut pengeringan = bobot sampel basah = bobot sampel kering Hasil pengamatan



Hasil pengamatan No



W (g)



Wo (g)



1 2 3 Rerata



Persyaratan



:



%MC



/%LOD



● Kandungan lembab % MC : Syarat kandungan lembab yang baik adalah 2-4% (Artocarpus Media Pharmaceutica Indonesiana, Volume 8, Hlm.94) ● Susut pengeringan (% LOD ) : Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105oC selama 2 jam. (Farmakope Indonesia, Edisi VI, Hlm.2072-2073) Pustaka



:







Artocarpus Media Pharmaceutica Indonesia, Volume 8, P.92.







Artocarpus Media Pharmaceutica Indonesiana, Volume 8, Hlm.94



● Farmakope Indonesia, Edisi VI, Hlm.2072-2073



● Farmakope Indonesia. Edisi VI, Hlm. 1167



Kesimpulan :



4. Daya alir (Menggunakan metode corong alir) a. Kecepatan Alir Definisi Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum. Kecepatan alir dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan corong. Alat-alat yang dibutuhkan 1. Corong standar 2. Stopwatch Prosedur kerja 1. Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidang datar = 10,0 ± 0,2 cm. 2. Timbang teliti granul sejumlah 100 g (W). 3. Tuang granul tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup. 4. Buka tutup dasar lubang corong sambil menyalakan stopwatch. 5. Catat waktu yang diperlukan mulai granul mengalir sampai granul dalam corong habis (t). 6. Lakukan replikasi 3 kali. 7. Hitung kecepatan alir dengan rumus sebagai berikut : Kecepatan alir = W / t g/detik Hasil pengamatan : No. 1. 2. 3.



W (g)



t (detik)



Kecepatan Alir (g/detik)



Rerata Persyaratan : Laju alir sangat baik dengan laju aliran granul >10 g/s Laju alir gram/detik >10 termasuk dalam kategori sangat baik, 4-10 termasuk dalam kategori baik, 1,6-4 termasuk dalam kategori sukar, serta < 1,6 termasuk dalam kategori sukar larut. Pustaka : Gloria Murtini, Yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Tahun 2018. Hal 74. Kesimpulan :



b. Sudut istirahat Definisi Penentuan sudut istirahat dapat dilakukan bersama-sama dengan penentuan kecepatan alir. Alat-alat yang dibutuhkan 1. Corong standar 2. Stopwatch Prosedur kerja 1. Ukur tinggi timbunan granul di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir dengan menggunakan bantuan penggaris (h cm). 2. Ukur jari-jari alas kerucut timbunan granul tersebut (r cm). 3. Hitung sudut istirahat dengan rumus sebagai berikut: α = tan



-1



(h/r)



Hasil pengamatan : No. 1. 2. 3.



h (cm)



r (cm)



Rerata Persyaratan



: Sudut istirahat yang sangat baik yaitu 25°-30°



α (o )



Pustaka : US Pharmacopoeial Convention. 2017. The United States Pharmacopeia The National Formulary. 40th ed. USP Convention. Parkway (hal 1603). Gloria Murtini, Yetri Elisa. 2018. Teknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Edisi Tahun 2018. Hal 76.



Kesimpulan



:



7.2 KONTROL KUALITAS TABLET Kontrol kualitas tablet meliputi : 1. Keseragaman Sediaan Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan. Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI Keseragaman Sediaan. Untuk menjamin konsistensi satuan sediaan, masing-masing satuan dalam bets harus mempunyai kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang mendekati kadar yang tertera pada etiket. Satuan sediaan didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang mengandung dosis tunggal atau bagian dari suatu dosis zat aktif pada masingmasing satuan. Persyaratan keseragaman sediaan tidak berlaku untuk suspensi, emulsi, atau gel dalam wadah satuan dosis yang ditujukan untuk penggunaan secara eksternal pada kulit. Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan. Persyaratan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku untuk masing-masing zat aktif yang terkandung dalam satuan sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif, kecuali dinyatakan lain dalam farmakope. Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot dan Keseragaman kandungan (Tabel 1). Uji Keseragaman kandungan berdasarkan pada penetapan kadar masing-masing kandungan zat aktif dalam satuan sediaan untuk menentukan apakah kandungan masing-masing terletak dalam batasan yang ditentukan. Metode keseragaman kandungan dapat digunakan untuk semua kasus.



a. Keragaman bobot tablet Uji keseragaman bobot diterapkan pada bentuk sediaan berikut : (1) Larutan dalam wadah satuan dosis dan dalam kapsul lunak (2) Sediaan padat (termasuk serbuk, granul dan sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah dosis tunggal dan tidak mengandung zat tambahan aktif atau inaktif (3) Sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) yang dikemas dalam wadah dosis tunggal, dengan atau tanpa zat tambahan aktif atau inaktif, yang disiapkan dari larutan asal dan dibeku-keringkan dalam wadah akhir dan pada etikel dicantumkan metode pembuatan



(4) Kapsul keras, tablet tidak bersalut atau tablet salut selaput, mengandung zat aktif 25 mg atau lebih yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot, satuan sediaan atau dalam kasus kapsul keras, kandungan kapsul, kecuali keseragaman dari zat aktif lain yang tersedia dalam bagian yang lebih kecil memenuhi persyaratan keseragaman kandungan. Lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh bets yang mewakili menggunakan metode analisis yang sesuai. Nilai ini disebut hasil A, dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket (seperti



tertera pada



perhitungan nilai penerimaan) dengan asumsi kadar (bobot zat aktif perbobot satuan sediaan) homogen. Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan dan lakukan seperti berikut. Untuk tablet tidak bersalut, timbang seksama 10 tablet satu persatu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet.



Hitung nilai



penerimaan (NP), yaitu:



b. Keseragaman kandungan Uji keseragaman kandungan dipersyaratkan untuk semua bentuk sediaan yang tidak memenuhi kondisi di atas pada uji keragaman bobot. Jika dipersyaratkan uji keseragaman kandungan, industri dapat memenuhi



persyaratan ini dengan



melakukan uji keragaman bobot jika simpangan baku relatif (SBR) kadar dari zat aktif pada sediaan akhir tidak lebih dari 2%.



Ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud. Untuk sediaan padat, ditetapkan kadar masing masing 10 satuan menggunakan metode analisis yang sesuai. Hitung nilai penerimaan (NP) seperti rumus pada keragaman bobot.



Kriteria : Untuk sediaan padat dan cair. Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada 20 unit sediaan tambahan, dan hitung nilai penerimaan. Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-(0,01)(L2)] M atau tidak satu unitpun lebih dari [1+(0,01)(L2)] M seperti yang tertera pada Perhitungan nilai penerimaan dalam keseragaman kandungan atau keragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain, L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0. Alat-alat : 1. Neraca analitik 2. Instrumen metode analisis (Spektrofotometer atau Kromatografi) 3. Pinset Prosedur Kerja:



1. Tentukan bahwa tablet Anda termasuk menggunakan pengujian keseragaman kandungan atau keragaman bobot berdasarkan jumlah dosis bahan aktif per unit sediaan (dalam mg dan/atau %). 2. Lakukan prosedur kerja selanjutnya berdasarkan (Farmakope Indonesia VI pada bagian persyaratan umum “Keseragaman Sediaan Hasil Pengamatan : Dosis bahan aktif : …………. mg Bobot tablet : …………. mg Perbandingan zat aktif terhadap bobot tablet : ………… % No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Rerata Persyratan : Tablet Metronidazol mengandung metronidazol, C6H9N3O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Pustaka : FI VI. 2020. Hal. 1170 Kesimpulan :



2. Keseragaman ukuran tablet



Keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur tebal dan diameter masingmasing tablet sebanyak 10 tablet dengan menggunakan jangka sorong. Alat-alat : Jangka sorong Prosedur Kerja : 1. Ukur tebal dan diameter masing-masing tablet dengan menggunakan jangka sorong sebanyak 10 tablet. 2. Catatlah hasil pengukuran tebal dan diameter masing-masing tablet Hasil Pengamatan : No.



Diameter (mm)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Rerata Persyaratan :



Tebal (mm)



D/T



Bobot rata-rata



Penyimpangan Bobot rata-rata dalam % A



B



25 mg atau kurang



15%



30%



26 mg -150 mg



10%



20%



151 mg - 300 mg



7,5%



15%



151 mg - 300 mg



5%



10%



Pustaka : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Teknologi Sediaan Solid. Edisi Tahun 2018. Hal. 165-166 Kesimpulan :



3. Waktu hancur tablet Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI Waktu Hancur. Tuliskan prosedur tersebut pada jurnal dan laporan praktikum Waktu hancur tablet merupakan waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur. Pengukuran waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat Desintegration Tester. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut. Tablet tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari keranjang, jika dinyatakan masukkan 1 cakram pada tiap tabung. Jalankan alat,



gunakan air bersuhu 37 ±2° sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Tablet bersalut bukan enterik. Lakukan pengujian dengan prosedur seperti tertera pada Tablet tidak bersalut, amati tablet dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi. Tablet lepas tunda atau tablet salut enterik. Masukkan 1 tablet pada masingmasing 6 tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai salut gula yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit. Tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan LP bersuhu 37 ± 2° sebagai media. Setelah alat dijalankan selama satu jam, angkat keranjang dan amati semua tablet: tablet tidak hancur, retak, atau menjadi lunak. Jalankan alat, gunakan cairan usus buatan LP bersuhu 37 ± 2° sebagai media, selama jangka waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi. Angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. Alat-alat : 1. Alat uji waktu hancur 2. Stopwatch Prosedur Kerja : 1. Nyalakan alat uji waktu hancur dan masukkan air pada bejana sehingga keenam tabung tempat tablet diletakkan dapat terendam kemudian atur setting temperatur pada 37oC.



2. Sebanyak 6 tablet ditempatkan pada masing-masing tabung yang terdapat pada alat uji waktu hancur. 3. Jalankan alat uji sehingga tabung-tabung bergerak naik turun dan nyalakan stopwatch bersamaan dengan mulai dijalankannya alat sampai dengan tablet hancur atau tinggal massa intinya yang tidak jelas. 4. Catat waktu hancur keenam tablet. Hasil Pengamatan : No.



Waktu Hancur (detik) 1. 2. 3. 4. 5. 5 6.



Persyaratan : Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus sempurna. Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut selaput. Pustaka: Murtini Gloria. 2018. Teknologi Sediaan Solid. Page 227.



Kesimpulan :



4. Kekerasan Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat hardness tester. Prosedur merujuk pada USP Tablet Breaking Force. Tuliskan prosedur tersebut pada jurnal dan laporan praktikum



Alat-alat : Alat uji kekerasan (Pharmtest Hardness Tester) Prosedur Kerja : 1. Tempatkan tablet pada ujung alat (wadah sampel) dengan posisi tablet mendatar dan skala alat menunjukkan angka nol. 2. Tekan tombol START untuk memulai pengujian sampai tablet retak atau pecah. 3. Baca dan catat hasil uji kekerasan masing-masing tablet yang tertera pada alat, lakukan pengujian sebanyak minimal 6 tablet. Hasil Pengamatan : No.



Kekerasan (...)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Persyaratan : Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/ cm2



Pustaka : Murtini Gloria.2018.TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID Page 227. Kesimpulan :



5. Friabilitas (Kerapuhan) Friabilitas merupakan salah satu ukuran kestabilan fisik tablet terhadap guncangan dan gesekan. Pengukuran friabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan alat FriabilityTester Prosedur merujuk pada USP Tablet Friability. Tuliskan prosedur tersebut pada jurnal dan laporan praktikum



Alat-alat : 1. Alat uji Friability Tester 2. Timbangan neraca analitik 3. Pinset 4. Sikat halus



Prosedur Kerja :



1. Bersihkan tablet satu persatu dari debu menggunakan sikat halus. 2. Timbang seluruh tablet menggunakan timbangan (jumlah sampel tablet disesuaikan dengan bobot per tabletnya lihat di USP) 3. Masukkan seluruh tablet ke dalam alat uji Friability Tester. 4. Nyalakan alat uji pada 25 rpm selama 4 menit.



5. Timbang kembali sejumlah tablet yang dimasukkan ke dalam masing masing alat dengan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kuas secara halus. 6. Hitunglah selisih bobot tablet dan nyatakan dalam % friabilitas dengan rumus berikut : % Friabilitas = Wa – Wb x 100 % Wa Wa



= bobot awal tablet



Wb = bobot akhir tablet Hasil Pengamatan : No.



Friabilitas Wa (g)



Wb (g)



%



1. 2. 3. Persyaratan : Nilai F dinyatakan baik jika < 1 %, jika F > 1 %, maka tablet dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan/menambah kekerasan tablet Pustaka : Murtini Gloria.2018.TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID Page 229 Kesimpulan :