Jurnal Tablet Granulasi Basah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SEDIAAN FARMASI



FORMULASI DAN EVALUASI TABLET PARACETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH



DISUSUN OLEH:



KELOMPOK 4 Nama Anggota: Yasmeen Nazhifah Amani Surendro Chesia Saranata Simanullang



(192410017)



Nadhira Adelina Zahra Harahap



(192410018)



Adiibah Putri Shalehati



(192410019)



Rohni Hotma Sinta Saragih



(192410020)



Hari/Tanggal :



Jumat/22 November 2019



Asisten



Sartika Ramadhayani



:



(192410016)



LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1.



Latar Belakang .................................................................................................... 1



1.2.



Prinsip Percobaan................................................................................................ 2



1.3.



Tujuan Percobaan................................................................................................ 2



1.4.



Manfaat Percobaan.............................................................................................. 2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3 2.1.



Uraian Bahan ...................................................................................................... 3



2.2.



Uraian Umum...................................................................................................... 6



BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 14 3.1.



Alat.................................................................................................................... 14



3.2.



Bahan ................................................................................................................ 14



3.3.



Formula Lengkap .............................................................................................. 14



3.4.



Rencana Kerja ................................................................................................... 14



3.5.



Perhitungan ....................................................................................................... 14



3.6.



Prosedur ............................................................................................................ 16



3.6.1



Prosedur Pembuatan Tablet .............................................................................. 16



3.6.2



Prosedur Preformulasi ....................................................................................... 17



3.6.2.1



Sudut Diam ....................................................................................................... 17



3.6.2.2



Waktu Alir ........................................................................................................ 17



3.6.2.3



Indeks Tap......................................................................................................... 17



3.7.



Flowsheet .......................................................................................................... 18



3.7.1



Pembuatan Mucilago Amyli ............................................................................. 18



3.7.2



Pembuatan Tablet.............................................................................................. 19



3.7.3



Uji Preformulasi ................................................................................................ 20



3.7.4



Pencetakan Tablet ............................................................................................. 20



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 21 4.1.



HASIL ............................................................................................................... 21



4.2.



PEMBAHASAN ............................................................................................... 23



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24 5.1.



KESIMPULAN ................................................................................................. 24



ii



5.2.



SARAN ............................................................................................................. 24



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25 LAMPIRAN ......................................................................................................... 26



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya



dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral (Lachman, 1994). Pemberian obat melalui mulut merupakan cara pemberian yang paling utama untuk memperoleh efek sistemik. Kecuali pada pemakaian insulin, pemberian parenteral jarang dilakukan pada pengobatan yang dilakukan oleh penderita sendiri (Lachman, 1994). Hal yang menyebabkan tablet menjadi bentuk sediaan yang popular seperti: kekompakan, stabilitas kimia dan kemujarabannya, terutama ditentukan oleh kualitas granulasinya. Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat tablet harus memiliki dua karakteristik: kemampuan mengalir dan dapat dicetak. Kedua sifat ini diperlukan bagi mesin cetak. Sifat mudah mengalir sangat penting untuk mentransfer bahan itu menjadi hooper, ke dalam dan melalui alat pengisi ke dalam die. Bentuk fisik yang ideal untuk maksud ini adalah bulatan, karena dengan bentuk ini kontak antara permukaan bahan serta kontak dengan dinding mesin paling minim (Lachman, 1994). Karakter lain yang diinginkan adalah kompresibilitas, yaitu sifat untuk membentuk masayang stabil, kompak bila diberi tekanan. Sifat fisik yang diperlukan dan kekuatan yang menahan tablet bersatu. Pertimbangan dari kompresibilitas dibatasi untuk menyatakan bahwa granulasi adalah juga proses farmasetika yang mengubah campuran bubuk yang daya kohesinya lemah, menjadi agregat yang dapat dipadatkan (Lachman, 1994).



1



1.2.



Prinsip Percobaan Prinsip percobaan ini didasarkan pada pembuatan tablet Paracetamol



dengan metode granulasi basah dengan mencampurkan bahan aktif dan bahan tambahan (bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pengisi dan bahan pelicin) yang dibasahi dengan mucilago amyli, kemudian di granulasi dan dicetak dengan teknologi tinggi. 1.3.



Tujuan Percobaan -



Untuk mengetahui cara pembuatan tablet dengan menggunakan zat aktif paracetamol dengan metode granulasi basah.



-



Untuk mengetahui preformulasi tablet terhadap sediaan yang dibuat.



-



Untuk mengetahui evaluasi terhadap granul dan sediaan tablet yang dibuat.



1.4.



Manfaat Percobaan -



Agar praktikan dapat mengetahui metode granulasi yang tepat biasa dilakukan untuk tablet paracetamol.



-



Agar praktikan dapat mengetahui proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah.



-



Agar praktikan dapat mengetahui proses pencetakan tablet dengan teknik granulasi basah.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. -



Uraian Bahan Bahan aktif Paracetamol



Struktur Molekul



: C8H9NO2



Nama Kimia



: N-asetil-4-aminofenol 4’-Hidroksiasetanilida



BM



: 151,16



Pemerian



: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.



Kelarutan



: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.



Wadah dan penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. (Depkes RI, 1995)



-



Bahan pengikat Amylum Manihot Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl atau beberapa spesies Manihot lain. Pemerian



: Serbuk



halus,



kadang-kadang



berupa



gumpalan kecil; putih; tidak berbau; tidak berasa.



3



Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%) P.



Wadah dan penyimpanan



: Dalam wadah yang tertutup baik, di tempat sejuk dan kering. (Depkes RI, 1995)



-



Bahan Pengisi Laktosa



Struktur Molekul



: C12H22O11.H2O



Nama Kimia



: Saccharum Lactis



BM



: 36,30



Pemerian



: Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis



Kelarutan



: Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.



Wadah dan penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik.



(Depkes RI, 1979) -



Bahan Pelicin Talkum Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat. Pemerian



: Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu.



Kelarutan



: Tidak larut dalam hampir semua pelarut.



Wadah dan penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik.



4



(Depkes RI, 1979) Magnesium Stearat



Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemerian



: Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lebih khas.



Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.



Wadah dan penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik. (Depkes RI, 1979)



5



2.2.



Uraian Umum Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan



bahan pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut : 1. Pengisi/pengencer (diluents) Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir) 2. Pengikat (binders dan adhesive) Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan. 3. Penghancur (disintegrants) Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses. 4. Pelincir (lubricant) Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidan) Stickland mendeskripsikan: -



Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.



-



Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan selanjutnya ada dinding cetakan.



-



Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.



6



5. Antiadheran Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi mudah tersusun/terkumpul. 6. Pelicin (glidan) Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan. Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian : 1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul. 2) Distribusi glidan dalam granul. 3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul. 4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul. 5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena glidan teradhesi pada permukaan granul (Goeswin, hlm 288-291). Parasetamol, adalah obat antiinflamasi non-steroid yang banyak diresepkan dan menunjukkan bioavailabilitas oral yang rendah dan bervariasi karena kelarutan dalam air yang buruk, perlu peningkatan dalam laju disolusi dalam pengembangan formulasinya. Pengikat seperti Acacia dan PVP K30 dan penggunaan primojel superdisintegrant dan tepung kentang dicoba untuk meningkatkan laju disolusi tablet Paracetamol. Efek individual dan gabungan binder dan disintegrant terhadap laju disolusi tablet Paracetamol adalah sangat signifikan. Sekitar 95% dari semua obat terapi baru yang potensial (API) menunjukkan bioavailabilitas oral rendah dan variabel karena kelarutan berair yang buruk pada pH fisiologis dan akibatnya laju disolusi rendah. Obat-obatan ini diklasifikasikan sebagai obat kelas II di bawah BCS dengan kelarutan rendah dan tinggi karakter permeabilitas. Obat-obatan BCS kelas II ini diproses masalah yang menantang dalam produk farmasi mereka proses pengembangan. Paracetamol, Non steroid alanti inflammatory drug (NSAID) termasuk golongan II di bawah klasifikasi BCS dan menunjukkan rendah dan variable bioavailabilitas oral karena kelarutan dalam air yang buruk. Karena kelarutan berair yang buruk dan laju disolusi itu menimbulkan masalah yang



7



menantang dalam formulasi tabletnya pengembangan. Perlu peningkatan dalam laju disolusi dalam pengembangan formulasinya. Beberapa teknik seperti mikronisasi, kompleksasi-siklodekstrin, penggunaan surfaktan, pelarut dan super disintegrants, dispersi padat dalam air larut dan pembawa yang dapat terdispersi dalam air, mikroemulsi dan sistem dispersi mikro dan nano yang mengemulsikan sendiri digunakan untuk meningkatkan kelarutan, laju disolusi dan ketersediaan hayati obat BCS kelas II yang kurang larut. Di antara berbagai pendekatan, penggunaan pengikat (akasia dan PVP K30) dan super disintegrant (primojel), tepung kentang adalah pendekatan industri sederhana yang berguna untuk meningkatkan tingkat disolusi obat yang tidak larut dalam pengembangan formulasi. Dalam penelitian ini penggunaan pengikat (akasia dan PVP K30) dan super disintegrant (Primojel), tepung kentang dicoba untuk formulasi Tablet IR parasetamol (Sowjanya, 2016). Parasetamol memiliki sifat kompaktibilitas dan fluiditas yang kurang baik, sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar (Mycek, 2001). Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung (Rashati, 2017). Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya serta besar kecilnya dosis. Parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi. Cocok dikempa dengan metode granulasi basah. Partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi (Reiza, 2010). Bentuk sediaan parasetamol dipasaran berupa tablet, tablet salut selaput, sirup, suspense dan elixir, tablet memiliki kelebihan dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain. Kelebihan tablet diantaranya adalah bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah, sehingga banyak orang lebih memilih tablet dibandingkan sediaan oral lainnya (Rashati, 2017).



8



Bahan penyusun tablet terdiri dari bahan aktif dan eksipien. Pemilihan eksipien yang tepat adalah merupakan faktor penentu untuk menyusun formulasi tablet pada saat pengempaan. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan ialah sifat campuran sebelum dicetak, apakah dapat dicampur dengan baik (Rashati, 2017). Bahan eksipien dalam tablet diantaranya, bahan pengisi, bahan pengikat (binder), bahan penghancur (disintegrant), bahan pelicin (lubricant) (Lachman et al, 1994). Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet. Bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan pengikat dari tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan mengikat tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran pencernaan (Rashati, 2017). Tablet akan hancur menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikelpartikel halus dan akhirnya obat akan larut (Gunsel et al, 1970). Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat di alam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Rashati, 2017). Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat tablet harus memiliki dua karakteristik: kemampuan mengalir dan dapat dicetak. Bahan tablet harus dalam bentuk fisik yang membuatnya dapat mengalir sempurna dan seragam (Lachman, 1994). Granulasi adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menajdi bulatan-bulatan atau agregat-agregat dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Granulasi juga disebut proses farmasetika yang mengubah campuran bubuk yang daya kohesinya lemah, menjadi agregat yang data dipadatkan (Lachman, 1994). Langkah-langkah utama dalam proses granulasi adalah : a)



Menempatkan bubuk (obat plus eksipien) dalam mixer sigma blade (jenis pencampur tugas berat lainnya)



b) Mencampurkan bahan-bahannya c)



Menambahkan pasta granulasi (misalnya pasta nabati) Dengan cara ini terbentuk butiran-butiran basah yang besar, butiran-butiran



ini dihaluskan (dengan lembut, misalnya melalui ayakan osilasi atau dengan tangan). Dan butiran-butiran basah (sekarang lebih kecil) diletakkan di atas nampan



9



yang diposisikan di atas oven pengering yang dikeringkan sesuai waktu yang ditentukan. Butiran kering ini kemudian diayak melalui ayakan yang sesuai dalam jenis hammer mill, butiran yang digiling ditempatkan dalam mixer dan pelumas (kadang-kadang disintegrasi) ditambahkan pada tahap ini. Pembentukan dan pengeringan granul basah dilakukan dengan diremas. Jika granul diremas terlalu lama (terutama jika beberapa eksipien larut seperti sukrosa dan laktosa), partikel yang tidak larut akan lebih kecil dan banyak granul akhir akan di produksi dari pengikat dan eksipien yang larut dalam larutan, dan granula padat (Carstensen, 1977). Variabel-variabel formulasi dan proses yang dapat mempengaruhi langkahlangkah pada pembuatan granul dapat mempengarhui karakter dari granul yang dihasilkan. Kesesuaian granul yang akan dipakai dalam membuat tablet dilihat melalui: a. Ukuran partikel granul yang dapat mempengaruhi berat rata-rata tablet, variasi berat tablet, waktu hancur, kerenyahan granul, daya mengalir granul serta kinetika kecepatan pengeringan dari granulasi basah. b. Luas Permukaan berbagai serbuk obat yang telah dihaluskan penting bagi obatobat yang kelarutannya dalam air terbatas. Ukuran partikel dan terutama luas permukaan dapat mempengaruhi kecepatan melarut. c. Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, porositas tablet, kelarutan dan sifat-sifat lainnya. Granul yang keras, padat memeulukan kompresi yang lebih besar untuk menghasilkan kohesi yang kompak, seperti tablet-tablet yang berpenampilan dapat diterima yang bebas dari granul. Makin keras dan rapat granul itu akan makin kurang regas. d. Kekuatan dan keregasan granul sangat penting, karena dapat mempengaruhi distribusi ukuran partikel yang akan mempengaruhi kompresibilitas menjadi ikatan kohesi tablet. e. Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya: (1) gaya gesekan atau friksi, (2) gaya tegangan permukaan, (3) gaya mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak teratur, (4) gaya elektrostatik, dan (5) gaya kohesi atau Van deer Waals.



10



f. Sudut Baring. Bila sudut baring lebih kecil atau sama dengan 30° biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik. g. Kecepatan aliran Hopper dipakai sebagai metode untuk menetapkan kemampuan mengalir. h. Pengompakan dilakukan melalui proses konsolidasi dan pengompakan serbuk



atau granul menjadi tablet adalah kompleks. Dasar dari alat-alat utama yang telah dikembangkan untuk mempelajari proses kompresi adalah alat cetak tablet (Lachman, 1994). Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Hal yang menarik pada granulasi basah yaitu bahannya dibasahi, penggilingan basah serta pengeringan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: a)



Penimbangan dan pencampuran bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai jumlah yang dibutuhkan. Diantara pengisi yang digunakan adalah laktosa, kaolin, mannitol, amilum, gula bubuk dan kalsium fosfat.



b) Pembuatan granulasi basah dilakukan agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan disebut granulasi. Sejumlah bahan yang akan ditambahkan ke dalam campuran obat harus memberikan kelembapan yang cukup supaya serbuk dapat bercampur dengan meremas menggunakan tangan sampai secukupnya. c)



Penyaringan adonan lembab menjadi pelet atau granul umumnya ditekan melalui ayakan No. 6 atau 8. Hal ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed driers dibuat granul dengan menekankan pada alat yang dibuat berlubanglubang. Setelah semua bahan berubah menjadi granul, kemudian ditebarkan di atas selembar kertas yang lebar dalam nampan yang dangkal dan dikeringkan.



d) Pengeringan granul dikeringkan dalam kabinet pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperatur. Metode terbaru untuk



11



pengeringan sekarang ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed dryers. e)



Penyaringan kering dilakuakn dengan pengayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh granul dihaluskan, tergantung ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi.



f)



Pelinciran atau lubrikasi. Setelah pengayakan kering biasanya bahan pelincir kering ditambahkan ke dalam granul. Diantar pelincir yang umum digunakan adalah talc, magnesium stearat, dan kalsium stearate.



g) Pencetakan tablet ada beberapa macam mesin pembuat tablet yang dikempa, masing-masing berbeda kapasitas produksinya, tapi dasar kerjanya sama. Cara kerjanya memasukkan granul ke dalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah (Ansel, 2005). Mekanisme ikatan granulasi basah dilakukan melalui proses aglumeasi yang paling luas digunakan dalam industri farmasi. Mekanisme granulasi basah digunakan untuk mengendalika proses yang lebih baik, merupakan hal yang penting untuk dipahami. Mekanisme ikatan dalam keadaan basah tergantung pada gaya kapilernya dan gaya antar permukaan partikel. Cairan yang diabsorpsi pada permukaan, yang tidak akan bergerak, membantu mengurangi ketidaksempurnaan permukaan dan meningkatkan kontak partikel-partikel dengan mengurangi jarak antar partikel yang efektif. Setelah cairan cukup di tambahkan, granulasi bergeser dari keadaan cairan permukaan tak bergerak menjadi keadaan lapisan (film) cairan yang bergerak. Newitt, Conway-Jones dan Barlow menetapkan teori granulasi berkenaan dengan empat keadaan. Keadaan ini disebut dengan pendular, funikular, kapiler, dan tetes atau keadaan suspensi (Siregar, 2008). Granul pada mulanya, terdiri dari partikel-partikel lembab yang sebagian membentuk agregat longgar yang diikat bersama-sama oleh ikatan pendular. Berdasarkan pertimbangan geometris, partikel bulat, licin, dan berdekatan dilaporkan memiliki tingkat kandungan lembab (moisture content, MC) % MC berdasarkan volume untuk tiga tahap pertumbuhan granul, yakni: Regimen pendular = 0 < % MC < 13,6 Regimen funikular = 13,6 < % MC < 100



12



Regimen kapiler = % MC = 100 (Siregar, 2008). Ada dua tujuan dalam granulasi campuran bubuk padat, yaitu: a. Untuk membuat bubuk mengikat lebih baik saat dikompresi b. Untuk membuatnya mengalir lebih baik Dalam kasus sebelumnya aliran akan berhenti (atau menjadi sangat lambat) dan dalam kasus yang terakhri tablet tidak sempuran dan bobot rendah akan terproduksi (Carstensen, 1977). Granul mengalir ke dalam rongga die mereka dikemas secara longgar (kepadatan jelas), tetapi karena penurunan punch atas (dan sampai taraf tertentu "ditekan" oleh getaran mesin), mereka hampir segera mencapai kepadatan yang ditekan dengan melakukan konsolidasi. Penting bahwa kenaikan udara ke deformasi granul dibiarkan lolos, karena jika tidak udara akan terperangkap; ini kemudian akan berkembang ketika tekanan dilepaskan, dan tablet "terbelah" atau "tutup" (Jenkins, 1957). Granulasi terpisah sering dibutuhkan ketika bahan kimia digabungkan yang akan bereaksi jika dilembabkan satu sama lain. Misalnya, merkuri klorida ringan dan natrium bikarbonat, jika dicampur dan campuran dibasahi untuk menggranulasi, akan berubah warna karena reaksi parsial. Klorida ringan dan natrium bikarbonat harus digranulasi secara terpisah dan granul tercampur rata setelah kering. Ini adalah prosedur umum dalam membuat tablet yang mengandung beberapa bahan. Ketidakcocokan harus diprediksi dan dihindari dengan cara ini (Jenkins, 1957). Bubuk halus dapat dicampur dengan bahan granular dalam proporsi yang sangat kecil, tetapi prosedur ini sebaiknya dihindari. Bubuk halus terpisah dari granulasi dan dengan demikian menyebabkan dosis tidak merata, dan mereka juga menyebabkan terkelupasnya tablet– dua alasan bagus untuk menghindari praktik. Keberhasilan dalam pembuatan tablet sangat tergantung pada kondisi bahan, dan terlalu banyak perawatan tidak dapat dilakukan untuk mendapatkan granulasi yang tepat. Granul diselesaikan untuk kompresi dengan menambahkan disintegrator, rasa (yang akan hilang jika ditambahkan sebelum kering), dan pelumas (Jenkins, 1957).



13



BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1.



Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat uji hancur atau



kekerasan tablet (BJ-3 Disintegration) , alu, ayakan, batang pengaduk, beaker glass (iwaki), corong alir (copley), gelas ukur (iwaki, 25 ml), kertas perkamen, lemari pengering, loyang, lumpang, mesin pencetak tablet berputar (TBL 55), pot plastik, sarung tangan, , stopwatch, sudip, timbangan analitik (Sartorius). 3.2.



Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari amilum



manihot, lactosa, Mg stearate, Mucilago amyli, paracetamol, dan talkum. 3.3.



Formula Lengkap Bahan Aktif



: Paracetamol



500 mg



Bahan Pengikat



: Mucilago amyli



30%



Bahan pengembang / Penghancur



: Amilum manihot



10%



Bahan Pelicin



: Talkum



1%



Mg stearat Bahan Pengisi 3.4.



: Laktosa



Rencana Kerja Metode



= Granulasi Basah



Bobot tablet



=



Diameter



= 13 mm



100 80



× 500 mg = 625 mg = 650 mg



Bobot 100 tab = 100 tablet × 650 mg = 65000 mg = 65 gram 3.5.



Perhitungan - Zat aktif = 500 mg × 100 tab = 50000 mg = 50 gram - Pengembang = 10 % × 65 gram 10



= 100 × 65 gram 14



1% q.s.



= 6,5 gram 5



Pengembang dalam



= 100 × 65 gram = 3,25 gram



Pengembang luar



= 100 × 65 gram = 3,25 gram



5



- Pengikat = Mucilago amyli 8 % 30 % =



30 100



× 65 = 19, 5 gram



8



= 100 × 19,5 = 1,56 gram berat amilum Aquadest = 19,5 ml – 15,6 = 17,94 ml 92 100



×19,5 = 17,94 ml



- Pelicin Talkum 1 % 1 100



× 65 = 0,65 gram



Mg stearat 1 % 1 100



× 65 = 0,65 gram



- Pengisi lactosa 65 – ( 50 + 6,5 + 1,56 + 0,65 + 0,65 ) = 5,64 gram -



Bahan pengikat yang terpakai = 19,5 – 3,0754= 16,426 gram



- Persentase bahan pengikat yang terpakai =



16,426 19,5



×100% = 84,235%



- Bahan pengikat yang sisa = 3,0754 gram - Berat granulat basah = 63,60 gram - Berat granulat kering = 58,6075 gram - Berat teoritis = bahan obat + pengembang dalam + pengikat + pengisi = 50 + 3,25 + 1,56 + 5,64 = 60,45 gram Berat teoritis



- Persentase berat = Berat seluruhnya × 100% =



60,45 65



× 100%



= 93% - Massa tablet seluruhnya =



100% X%



× berat kering



15



=



100% 93%



× 58,6075 gram



= 63 gram - Berat bahan eksternal setelah dikoreksi: Pengembang luar =



3,25 100



× 63 = 2,0475 gram



Pelicin Talkum



=



Mg Stearat =



1 100 1 100



× 63 = 0,63 gram × 63 = 0,63 gram



3.6.



Prosedur



3.6.1



Prosedur Pembuatan Tablet



-



Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan.



-



Dimasukkan paracetamol 50 gram, amilum manihot 3,25 gram dan laktosa 5,25 gram kedalam lumpang, lalu digerus homogen.



-



Dibuat larutan mucilago amyli.



-



Ditara beaker glass dan batang pengaduk.



-



Diukur aquades 17,55 ml digelas ukur.



-



Dimasukkan amilum manihot kedalam beaker glass.



-



Ditambahkan aquades.



-



Dipanaskan di hot plate.



-



Diaduk hingga terbentuk massa yang kental dan transparan.



-



Lalu ditambahkan mucilago amyli sedikit demi sedikit, lalu digerus sampai terbentuk masa yang kompak.



-



Ditimbang masa mucilago amyli yang tidak terpakai 0,363 gram.



-



Diayak dengan pengayak mesh No. 12, lalu dicatat berat granul 63,60 gram.



-



Dikeringkan granul basah di lemari pengering dengan suhu 40 - 60℃ selama kurang lebih 24 jam.



-



Didapat granul kering, lalu diayak dengan ayakan mesh No. 14. Didapat granul kering 58,6075 gram.



16



3.6.2



Prosedur Preformulasi



3.6.2.1 Sudut Diam -



Kedalam corong alir yang ditutup bagian bawahnya, dialirkan granul kering yang akan dicetak. Lalu dibuka dan granul dibiarkan mengalir. Dihitung sudut diamnya. Rumus:



Tg θ =



2h D



Syarat: 20° < θ < 40° 3.6.2.2 Waktu Alir -



Dimasukkan granul yang akan dicetak ke corong alir. Dialirkan hingga seluruh granul mengalir. Ditentukan waktu alir dari granul mengalir sampai seluruh granul mengalir ke luar. Syarat: talir < 10 detik



3.6.2.3 Indeks Tap -



Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur. Di tapping sebanyak 20 kali. Ditentukan penurunan volume. Dilakukkan tapping sampai hasil penurunan granul stabil. Rumus: I=



V0 - Vtap V0



× 100



Syarat: I ≤ 20%



17



3.7.



Flowsheet



3.7.1



Pembuatan Mucilago Amyli



18



3.7.2



Pembuatan Tablet



19



3.7.3



Uji Preformulasi



3.7.4



Pencetakan Tablet



20



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.



HASIL a) Sudut Diam Data: No.



Tinggi (h = cm)



Diameter (d = cm)



1



2,4 cm



12 cm



2



3,1 cm



12 cm



3



2,8 cm



11,5 cm



Rata-rata



2,76 cm



11,8 cm



Tg θ = =



2h D 2 × 2,76 11,8



= 0,467 θ = 25° Kesimpulan: Disimpulkan hasil sudut diam adalah 25°. Oleh karena itu, sudut diam dalam percobaan ini memenuhi syarat (20° < θ < 40°). b) Waktu Alir Data: No.



Waktu Alir (detik)



1



4,23 detik



2



3,57 detik



3



3,65 detik



Rata-rata



3,81 detik



Kesimpulan: Diperoleh waktu alir rata-rata adalah 3,81 detik. Oleh karena itu, waktu alir dalam percobaan ini memenuhi syarat (t alir < 10 detik).



21



c) Indeks Tap Data: No.



V0



Vtap



1



25 ml



22,75 ml



2



25 ml



22,75 ml



3



25 ml



24 ml



I.1 = (



V0 - Vtap



I.2 = ( I.3 = ( Rata-rata =



× 100%) =



V0 V0 - Vtap V0 V0 - Vtap V0



I.1+I.2+I.3 3



=



× 100%) = × 100%) = 9%+9%+4% 3



25−22,75 25 25−22,75 25 25−24 25



× 100% = 9% × 100% = 9%



× 100% = 4%



= 7,333%



Kesimpulan: Diperoleh rata-rata dari indeks tap adalah 7,333%. Oleh karena itu, indeks tap dalam percobaan ini memenuhi syarat (I ≤ 20%).



22



4.2.



PEMBAHASAN Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang



mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan metode granulasi. Granulasi merupakan campuran serbuk yang diubah menjadi granul yang bebas mengalir kedalam cetakan. Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Pada praktikum ini kami membuat tablet Paracetamol menggunakan metode granulasi basah. Khasiat dari parasetamol yaitu sebagai analgetis dan antipiretis, tetapi tidak anti radang. Parasetamol diindikasikan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang; pengobatan demam. Dewasa ini dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk pengobatan mandiri (Santosa, 2014). Pada praktikum ini kami juga menggunakan bahan bahan tambahan yaitu pengikat, pelicin, pengembang/penghancur, pengisi. Mucilago amyli 8% dari 30% sebagi pengkita yang berguna untuk meningkatkan ikatan antara bahan – bahan tablet untuk dijadikan granul dengan ukuran sama dan bentuk yang spheris setelah dipaksakan melewati ayakan. Talkum 1% dan Mg stearat 1% sebagai pelicin untuk meningkatkan daya alir granul, mencegah melekatnya tablet pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara granul, dan mempermudah pengeluaran tablet. Amilu Manihot 10% sebagai pengembang/penghancur yang berguna untuk memecahkan tablet menjadi partikel kecil sehingga permukaanya lebih besar dan absorpsinya lebih cepat. Penambahan bahan penghancur yang baik yaitu secara internal dan eksternal dimana eksternal membantu pecahnya bagian luar tablet sedangkan internal membatu pecahnya granul dari tablet paracetamol. Lactosa q.s sebagai bahan pengisi yang berguna untuk memperbesar volume dan memudahkan tablet saat proses pencetakan (Santosa, 2014). Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 10% penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat (Santosa, 2014).



23



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.



KESIMPULAN -



Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa cara pembuatan tablet dengan menggunakan zat aktif paracetamol dengan metode granulasi basah, karena karakteristik paracetamol yang tahan terhadap panas dan kelembapan selama proses granulasi, cocok dikempa dengan metode granulasi basah.



-



Diketahuinya uji preformulasi granul yaitu: Sudut diam dengan syarat 20°<  < 40°; Waktu alir dengan syarat t alir < 10 detik; dan Indeks Tap dengan



syarat I ≤ 20%. -



Tablet yang sudah dicetak harus dievaluasi dengan menggunakan teknik evaluasi tablet yaitu: keseragaman bobot, waktu hancur, kekerasan dan friabilitas.



5.2.



SARAN -



Sebaiknya untuk percobaan pembuatan tablet selanjutnya digunakan bahan aktif lain seperti Metampiron, zat-zat hidrofob (Fenilbutazon, Vioform, Ester Kloramfenikol), Papaverin HCl, dan Antalgin.



-



Sebaiknya digunakan metode lain selain granulasi basah untuk pembuatan tablet seperti metode granulasi kering dan metode kempa langsung.



-



Dilakukan perbandingan pembuatan tablet paracetamol dengan metode granulasi basah, granulasi kering maupun kempa langsung.



24



DAFTAR PUSTAKA Ansel, H. C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta: UI Press. Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Jenkins, G. L., Francke D. E., Brecht, E. A., & Sperandio, G. J. (1957). The Art of Compounding, Ninth Edition. London: McGraw-Hill Book Company. Carstensen, J. T. (1926). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms. Canada: Library of Congress Cataloging in Publication Data. Dugar, Rohit P. (2015). Effect of Relative Humidity on Acetaminophen Tablet Properties Prepared by Different Techniques Using Polyvinylpyrrolidin Derivates As Binder. International Journal Pharmaceutical Science and Research. Vol. 6 (38). Halaman: 4629. Rashati, D., dan Amirul, F. (2017). Pengaruh Konsentrasi Amilum. Jurnal Ilmiah Farmasi AKFAR. Vol 2 (1). Halaman: 1 Kusumo, N., dan Mita, S. (2016). Pengaruh Natural Binder Pada Hasil Granulasi Parasetamol. Farmaka. Vol 14 (1). Halaman: 228



25



LAMPIRAN No. 1.



Gambar



Keterangan a. Lumpang b. Alu



f



c. Spatel d. Spatula



g



a



e. Sudip b



d



h



f. Batang Pengaduk g. Beaker Glass h. Serbet



c e



2.



a. Perkamen Potong b. Perkamen Kajang a



c. Gunting



b c



3.



Ayakan Mesh 12



4.



a. Paracetamol b. Mucilago Amyli c. Laktosa d. Amilum b a



d c



5.



Dimasukkan Paracetamol, amilum manihot dan laktosa ke dalam lumpang, lalu digerus homogen.



6.



Dibuat larutan mucilago amyli dengan menambahkan amilum manihot dan aquadest ke dalam beaker glass yang sudah ditara, lalu dipanaskan di hot plate.



7.



Diaduk hingga terbentuk massa yang kental dan transparan.



8.



Ditambahkan mucilago amyli sedikit demi sedikit dengan cara dioleskan pada alu.



9.



Digerus dengan cara ditekan ke dinding lumpang, sambil diputar agar merata.



10.



Digerus sampai terbentuk masa yang kompak.



11.



Diayak dengan pengayak Mesh 12, lalu dicatat berat granul yang didapat.



12.



a. Talkum b. Amilum a



b .



c. Mg Stearat d. Spatula



c



d



13.



a. Alu b. Lumpang f



c. Gelas Ukur d



a



d. Pot plastik berisi granul yang



b



sudah di keringkan c



e. Sudip f. Serbet



e



14.



Dimasukkan granul kering yang sudah dicampurkan dengan amilum, talkum dan Mg stearat ke dalam gelas ukur.



15.



Dilakukan tapping sebanyak 20 kali.



16.



Amati penurunan volume yang terjadi, tetap lakukan tapping sampai hasil penurunan granul stabil.