Laporan Praktikum Resmi TSF Solid Granulasi Basah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SOLID PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH



Disusun Oleh : Nama



: Siti Munawaroh



NIM



: E0018041



Semester/Tingkat



: 4/2A



Dosen Pengampu



: 1. Agung Nur Cahyanta, M.Farm., Apt 2. Devi Ika Kurnianingtyas S, M.Sc., Apt



LABORATORIUM FARMASETIKA PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI SEMESTER IV TAHUN 2020



PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH I.



TUJUAN PRAKTIKUM 1.1 Mengetahui cara pembuatan tablet paracetamol dengan metode granulasi basah 1.2 Melakukan uji evaluasi granul 1.3 Melakukan uji evaluasi tablet



II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan yang ditujukan pada penggunaan per oral [ CITATION MAn06 \l 1033 ]. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan [ CITATION Ano79 \l 1033 ]. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi [CITATION Ano951 \l 1033 ]. Tablet dapat di definisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa eksperimen (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat anti lekat dan di buat dengan cara mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet [ CITATION Cha10 \l 1033 ]. 2.2 Macam-macam Tablet Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi : 1.



Tablet biasa atau tablet telan. Tablet jenis ini dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah dilambung.



2.



Tablet kunyah, bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.



3.



Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah tablet yang dimaksudkan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan yang ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan. Contoh: tablet Vitamin C.



4.



Tablet larut (effervescent tablet). Tablet Effervescent adalah tablet yang penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air kemudian diminum. Didalam tablet selain zat aktif juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida. Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.



5.



Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi hormon steroid, dimasukkan kebawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan dan kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.



6.



Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam air, digunakan dengan cara melarutkan kedalam air untuk injeksi secara aseptik dan disuntikkan dibawah kulit (subkutan).



7.



Tablet bukal (buccal tablet) digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.



8.



Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.



9.



Tablet vaginal atau tablet yang disisipkan dimaksudkan agar dapat larut secara perlahan lahan dan melepaskan obat yang terkandung didalamnya kerongga vagina. [CITATION LLa94 \l 1033 ]



2.3 Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet Bahan tambahan atau eksipien mempunyai peranan atau fungsi yang sangat penting dalam formulasi tablet. Hal ini karena tidak ada satupun zat aktif yang dapat langsung dikempa menjadi tablet tanpa membutuhkan eksipien. Eksipien merupakan bahan bukan bahan aktif yang ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Walaupun eksipien bukan merupakan bahan aktif, eksipien sangat penting untuk keberhasilan produksi sediaan yang dapat diterima [CITATION Glo18 \l 1033 ]. Bahan tambahan yang diperlukan antara lain : 1. Bahan pengisi



(diluent). Bahan



pengisi ditambahkan



untuk



memungkinkan suatu pencetakan sehingga menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan dan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa [CITATION Ano95 \l 1033 ]. Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain laktosa, sukrosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa dan bahan lain yang cocok [ CITATION Sir10 \l 1033 ]. 2. Bahan pengikat (binder). Bahan pengikat secara umum dapat dibedakan menjadi pengikat dari alam, polimer sintetik atau semisintetik dan gula. Granulasi basah, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut. Bahan pengikat adalah bahan yang mampunyai sifat adhesif yang digunakan untuk mengikat serbuk menjadi granul selanjutnya bisa dikempa akan menghasilkan tablet kompak [ CITATION Ano95 \l 1033 ]. Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa granul yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan



menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan rapuh dan terjadi capping [ CITATION Sir10 \l 1033 ]. 3. Bahan penghancur (disintegrant). Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya tablet atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran cerna. Bahan penghancur berfungsi menarik air kedalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian [ CITATION LLa94 \l 1033 ]. Bahan penghancur bekerja melawan kerja bahan pengikat dan kekuatan fisik tablet sebagai akibat tekanan mekanik pada proses pengempaan. Semakin kuat kerja bahan pengikat maka diperlukan bahan penghancur yang lebih efektif [ CITATION Voi94 \l 1033 ]. 4. Bahan pelicin (lubricant). Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran dan bahan pemisah hasil cetakan. Bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena itu kadar pelicin yang berlebihan harus dihindari. Bahan pelicin yang biasa digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam stearat, asam palmitat dan pati [ CITATION Sir10 \l 1033 ]. 5. Bahan pewarna. Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik (aesthetic appearance and brand image in the market). Bahan pewarna ada yang larut dalam air dan ada tidak larut. Pewarna ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut larut atau tidak. Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi migrasi zat warna selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak meratanya warna. Penggunaan pewarna yang



tidak larut dapat mengurangi resiko interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat aktif dan bahan tambahan yang lain. Jenis pewarna yang sering digunakan seperti Erythrosine, Allura Red AC, Tartrazin, Sunset Yellow dan sebagainya [ CITATION Glo18 \l 1033 ]. 6. Pemanis (flavors). Penambahan Pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervescent dan tablet lain yg dimaksudkan untuk hancur atau larut dimulut. Flavors digunakan untuk memberi rasa atau meningkatkan rasa pada tablet-tablet yang dikehendaki larut atau hancur dimulut sehingga lebih dapat diterima oleh konsumen. Flavors dapat ditambahkan dalam bentuk padat (spray dried flavors) atau dalam bentuk minyak atau larutan (water soluble) flavors. Pemanis yang biasa digunakan seperti mannitol, lactosa, sukrosa, dekstrosa, sakarin, siklamat dan aspartam [ CITATION Glo18 \l 1033 ]. 2.4 Metode Granulasi Basah Metode granulasi basah adalah proses penambahan cairan pada serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul dengan sifat fisik yang baik. Langkah-langkah pembuatan tablet yang dilakukan dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembap menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet [ CITATION Ans89 \l 1033 ]. Metode



granulasi



basah



memiliki



beberapa



keuntungan



dibandingkan dengan metode pembuatan tablet yang lain. Keuntungan dari metode granulasi basah adalah dapat memperbaiki sifat alir, mencegah pemisahan campuran sebuk, dapat mengurangi debu [ CITATION Sir10 \l 1033 ]. 2.5 Uji Evaluasi Granul Evaluasi granul, yaitu uji sediaan massa tablet (granul) sebelum dilakukan pencetakan. Evaluasi dilakukan agar saat mencetak tablet tidak



terjadi masalah dalam proses pencetakan tablet dan evaluasi tablet yang sudah dicetak [ CITATION Glo18 \l 1033 ]. Granulasi diperlukan untuk mendapatkan tablet yang baik dan berkualitas. Mutu fisik suatu granul dapat ditentukan dengan melakukan uji waktu alir, sudut diam, kemampatan dan susut pengeringan. 1. Waktu alir granul Waktu alir adalah banyaknya serbuk atau granul (gram) yang mengalir tiap satuan waktu (detik). Waktu alir yang semakin baik dan membuat semakin cepat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah



berat tertentu



serbuk. Umumnya serbuk dikatakan



mempunyai waktu alir yang baik jika 100 g serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik atau mempunyai kecepatan alir 10g/detik [CITATION TNS07 \l 1033 ]. 2. Sudut diam Sudut diam adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setela serbuk mengalir dari suatu celah yang sempit. Sudut diam dapat dilakukan dengan cara menimbang serbuk seberat 100 g kemudian dilewatkan melalui corong lalu jatuh diatas kertas grafik, setelah tumpukan serbuk membentuk kerucut stabil sudut diam diukur [ CITATION Sir10 \l 1033 ]. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembapan granul. Sudut diam yang ≤ 30° menunjukkan hasil yang baik, dan sudut diam ≥ 40° menunjukkan hasil yang kurang baik [ CITATION Ban94 \l 1033 ]. Sudut diam diukur dengan rumus: tan α=



h r



Keterangan: α : sudut diam h : tinggi dari kerucut granul r : jari-jari permukaan dasar kerucut



3. Pengetapan Serbuk (Kemampatan) Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah konstan (Vt). Uji pengetapan dihitung dengan rumus: %T=



V 0−V t x 100 % V0



Keterangan : % T : Kemampatan V0 : Volume sebelum pemampatan Vt : Volume susudah pemampatan [ CITATION TNS07 \l 1033 ] 4. Susut pengeringan (Lost On Drying) Kelembaban dalam zat padat dinyatakan dalam LOD dan MC. Susut pengeringan adalah banyaknya zat yang mudah menguap termasuk air, ditetapkan dengan cara pengringan. Kecuali dinyatakan lain dilakukan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. Faktor yang berpengaruh pada susut pengeringan adalah kelembaban dari bahan granul yang dibuat sehingga pada proses pencetakan tablet tersebut akan lengket pada cetakan. 2.6 Uji Evaluasi Tablet Pemeriksaan mutu fisik tablet untuk mengetahui tablet yang diproduksi memenuhi syarat yang telah ditetapkan atau tidak. Uji mutu fisik tablet meliputi: uji keseragaman bobot, uji kerapuhan, uji kekerasan, dan uji waktu hancur. 1. Uji keseragaman bobot Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot, yang ditetapkan dengan menimbang 20 tablet, setelah itu dihitung bobot rata-rata dari tiap tablet, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih



besar dari harga yang telah ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B [ CITATION Ano79 \l 1033 ]. Persyaratan lain yang dapat digunakan selain metode simpangan baku adalah koefisien variasi atau coefisien of variation (CV). Tablet yang baik mempunyai harga CV ≤ 5% [CITATION Wid15 \l 1033 ]. Perbedaan variasi bobot tablet akan menyebabkan kandungan zat aktif pada setiap tablet berbeda [ CITATION Wid15 \l 1033 ]. Tiga faktor yang menimbulkan masalah keseragaman bobot tablet diantaranya distribusi obat yang tidak seragam pada saat pencampuran bahan atau granulasi, terjadi pemisahan dari campuran bahan dan granulasi selama proses pembuatan, serta terjadinya penyimpangan berat tablet [ CITATION Ban94 \l 1033 ]. 2. Uji Kekerasan Tablet Kekerasan



tablet



adalah



kekuatan



menghancurkan



tablet.



Penentuan kekerasan dari tablet sebaiknya ditentukan pada waktu produksi agar penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya [ CITATION Ans89 \l 1033 ]. Kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu dan tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan dari berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi [ CITATION LLa94 \l 1033 ]. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan pada saat pentabletan, sifat bahan yang dikempa, jumlah bahan serta jenis bahan obat yang ditambahkan saat pentabletan akan meningkatkan kekerasan tablet [ CITATION Ans89 \l 1033 ]. 3. Uji Kerapuhan Tablet Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik akhibat goncangan dan pengikisan selama proses pengemasan maupun transportasi. Tekanan dapat membuat tablet



menjadi rusak, oleh karena itu harus mampu menahan tekanan agar tidak timbul kerusakan. Uji kerapuhan suatu tablet dapat diprediksi dengan pengujian 20 tablet menggunakan fribilator tester. Nilai kerapuhan dinyatakan sebagai presentase bobot yang hilang, yaitu tidak boleh lebih dari 1% [ CITATION Hyu08 \l 1033 ]. Batas kehilangan berat yang masih dapat dibenarkan adalah 0,5% sampai 1% [ CITATION Ban94 \l 1033 ] dan sebaiknya tidak melebihi 0,8% [ CITATION Voi94 \l 1033 ]. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan kemampuan tablet untuk bertahan terhadap goresan ringan dalam penanganan, pengemasan, dan pengiriman [ CITATION Wid15 \l 1033 ]. 4. Waktu Hancur Uji waktu hancur dilakukan agar ketika tablet masuk ke dalam saluran pencernaan, tablet dapat hancur dan melepaskan obatnya agar dapat diadsorbsi oleh tubuh. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung bahan obat yang tidak dimaskudkan untuk diadsorbsi tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna. Tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur resmi yang dilakukan in vitro dengan alat uji khusus. Alat ini berupa rak keranjang yang berisi 6 pipa gelas yang ujungnya terbuka. Selama pengujian 1 tablet diletakkan pada masing-masing pipa terbuka dalam keranjang, dengan memakai mesin keranjang ini diturun naikkan dalam cairan yang memiliki suhu 37°C [ CITATION Ren14 \l 1033 ]. 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Tablet Bentuk sediaan tablet terbukti sangat menguntungkan, karena masanya dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Tablet takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan serta stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya dan mudah ditelan [CITATION Voi94 \l 1033 ]. Sediaan tablet dipilih selain kemudahan pada saat penggunaannya agar tujuan pemberiannya tercapai dengan baik. Tablet memiliki



beberapa keuntungan yaitu praktis atau mudah dibawa dan digunakan serta stabil di dalam penyimpanannya [ CITATION Ror16 \l 1033 ]. Selain keuntungan tablet yang besar, terdapat juga keterbatasan sediaan tablet diantaranya, beberapa zat aktif menahan atau menolak pengempaan



menjadi



kompak



padat



karena



sifat



amorf



yang



kepadatannya rendah, zat aktif dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat dosis yang besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit atau tidak mungkin diformulasi dan dibuat sebagai sediaan tablet yang akan memberikan ketersediaan hayati yang memadai [CITATION Sir10 \l 1033 ].



III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat -



Alat uji kekerasan



-



Alat uji kompresibilitas



-



Alat uji friabilitas



-



Alat uji LOD



-



Alat uji laju alir



-



Alat uji waktu hancur



-



Granulator



-



Jangka sorong



-



Penggaris



-



Loyang



-



Mesin pencetak tablet single punch



-



Pengayak



-



Timbangan analitik



-



Penara



-



Cawan penguap



-



Kertas perkamen



-



Spatula



-



Pipet tetes



3.2 Bahan -



Parasetamol



-



Larutan Gelatin 10%



-



Amilum Manihot



-



Laktosa



-



Mg stearat



-



Talk



-



Aquades



IV.



V.



FORMULASI Bahan Paracetamol Amilum Manihot Larutan Gelatin 10% Mg Stearat Talk Lactosa



Formulasi 500 mg 10% 5% 1% 2% qs



Fungsi Zat Aktif Penghancur Pengikat Glidant Lubrikan Pengisi



MONOGRAFI - Parasetamol Parasetamol mempunyai rumus empiris C8H9NO2 dengan berat molekul 151,16. Pemerian serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam air mendidih dan dalam Natrium hidroksida 1N, mudah larut dalam etanol [ CITATION Ano951 \l 1033 ]. Khasiat dan kegunaan sebagai analgetikum antipiretikum [ CITATION Ano79 \l 1033 ]. - Gelatin Gelatin adalah protein yang diperoleh dari bahan kolagen. gelatin ini berupa lembaran, kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa lemah. mengembang dan menjadi lunak jika direndam dalam air. Berangsur- angsur menyerap air sampai 10 kali bobotnya ; larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir ; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam klorofom P dan dalam eter P ; larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut ; larut dalam asam asetat P. Penggunaan sebagai zat tambahan yaitu bahan pengikat [ CITATION Ano791 \l 1057 ]. - Amilum Manihot Amilum manihot atau pati singkong adalah satu pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl (Familia Euphorbiaceae). Amilum sangat cocok digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet dengan



metode granulasi basah dengan cara dibuat mucilage terlebih



dahulu. Pemeriksaan serbuk halus berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa atau butir granul yang mempunyai ukuran dan bentuk karaktristik



tergantung masing-masing tumbuhan . Kelarutan praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol, tetapi larut dalam air panas [ CITATION Ano95 \l 1033 ]. - Laktosa Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung molekul air. Pemerian serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara tetapi mudah menyerap bau. Kelarutan mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih. Sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam koroform dan dalam eter [ CITATION Ano951 \l 1033 ]. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan [ CITATION Ano79 \l 1033 ].. - Mg Stearat Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Pemerian serbuk halus putih dan voluminous, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter [ CITATION Ano951 \l 1033 ]. Khasiat dan penggunaan sebagai antasida dan zat tambahan [ CITATION Ano79 \l 1033 ]. - Talk Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Pamerian serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran [ CITATION Ano951 \l 1033 ]. Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan [ CITATION Ano79 \l 1033 ].



VI.



PERHITUNGAN DOSIS Paracetamol



500 mg



Larutan Gelatin



5%



95% Komponen Dalam



Amilum Manihot



8%



(granulat)



Lactosa



qs



Mg Stearat



1%



Talk



2%



5% Komponen Luar



Dibuat 20 tablet @650 mg -



Bobot Keseluruhan = 20 x 650 mg = 13000 mg = 13 gram



-



Komponen dalam (granulat) =



95 x 13 gram = 12,35 gram 100



Penimbangan Komponen Dalam -



Paracetamol



= 20 x 500 mg = 10000 mg = 10 gram



-



Larutan gelatin 10%



=



5 x 13 gram = 0,65 gram 100



-



Amilum Manihot



=



8 x 13 gram = 1,04 gram 100



-



Lactosa



= 12,35 gram – (10 + 0,65 + 1,04) gram = 12,35 gram – 11,69 gram = 0,66 gram



Penimbangan Komponen Luar -



Mg Stearat =



1 x 13 gram = 0,13 gram 100



-



Talk



2 x 13 gram = 0,26 gram 100



=



VII. CARA KERJA 7.1 Pembuatan Granul Parasetamol -



Ditimbang sebanyak 10 gram



-



Ditambahkan larutan gelatin 10% sebanyak 0,65 gram



-



Digerus ad homogen



-



Ditambahkan amilum manihot 1,04 gram, gerus ad homogen



-



Ditambahkan laktosa 0,66 gram, gerus ad homogen



-



Ditambahkan akuades sampai campuran tersebut dapat dikepal



-



Diayak menggunakan ayakan



-



Dioven sampai kering



-



Diayak kembali menggunakan ayakan



-



Ditambahkan Mg stearat 0,13 gram dan Talk 0,26 gram



Hasil 7.2 Uji Evaluasi Granul a. Uji Waktu Alir Granul -



Dimasukkan ke dalam corong kaca yang sudah dipasang pada



statif,



ditutup



bagian



bawah



corong



kaca



menggunakan tangan agar granul tidak tumpah -



Dibuka bagian bawah corong dan biarkan granul mengalir



-



Dicatat waktu yang diperlukan untuk granul mengalir ke bawah



Hasil



b. Uji Sudut Diam Granul -



Dimasukkan ke dalam corong kaca yang sudah dipasang pada



statif,



ditutup



bagian



bawah



corong



kaca



menggunakan tangan agar granul tidak tumpah -



Dibuka bagian bawah corong dan biarkan granul mengalir hingga membentuk kerucut



-



Diukur diameter kerucut dan tinggi kerucut



-



Dihitung sudut diamnya



Hasil c. Uji Kemampatan Granul -



Dimasukkan ke dalam gelas ukur, dicatat volumenya



-



Dimasukkan gelas ukur yang berisi granul ke alat volumeter/mechanical tapping



-



Diukur waktu pada alat selama 60 detik



-



Diukur dan dicatat volume setelah granul dimampatkan



-



Dihitung % kemampatannya



Hasil 7.3 Pembuatan Tablet Granul -



Dimasukkan ke dalam mesin pencetak tablet single punch



-



Dicetak tablet



-



Dilakukan proses yang sama agar dihasilkan tablet sebanyak 20 buah



Hasil



7.4 Uji Evaluasi Tablet a. Uji Waktu Hancur Tablet Tablet -



Diambil sebanyak 6 buah



-



Dimasukkan masing-masing ke dalam keranjang yang berisi 6 pipa gelas yang ujungnya terbuka.



-



Diatur waktu selama 15 menit dengan suhu air sebesar 37°C



-



Diamati apakah dalam waktu 15 menit tablet hancur atau tidak



Hasil b. Uji Kekerasan Tablet Tablet -



Diatur skala yang tertera pada alat dibuat nol dan tablet diselipkan pada alat dengan posisi tegak



-



Diputar penekan perlahan-lahan hingga tablet pecah. Angka yang ditunjukkan pada skala tersebut menunjukkan kekerasan tablet



Hasil



Dicatat angka yang tertera pada alat uji



c. Uji Kerapuhan Tablet Tablet -



Diambil sebanyak 10 buah



-



Dimasukkan ke dalam alat penguji friabilitas



-



Diatur kecepatan sebesar 25 rpm dan jumlah 100 putaran



-



Diambil tablet, bersihkan tablet menggunakan penyedot debu dan ditimbang bobot masing-masing tablet



-



Dihitung friabilitas masing-masing tablet dan amati apakah memenuhi persyaratan atau tidak



Hasil d. Uji Keseragaman Bobot Tablet Tablet Hasil



Ditimbang 10 tablet satu persatu Dihitung bobot rata-rata tiap tablet Dihitung nilai rata-ratanya Ditentukan apakah tablet memenuhi persyaratan atau tidak



VIII. HASIL PRAKTIKUM 8.1 Pembuatan Granul No. 1. 2. 3. 4. 5.



6. 7.



8.



9.



Perlakuan Hasil Ditimbang Parasetamol sebanyak 10 gram Serbuk putih Ditambahkan larutan gelatin 10% sebanyak Homogen, 0,65 gram, digerus ad homogen berwarna putih dan menggumpal Ditambahkan amilum manihot 1,04 gram, Homogen, gerus ad homogen berwarna putih Ditambahkan laktosa 0,66 gram, gerus ad Homogen, homogen berwarna putih Ditambahkan akuades sampai campuran Homogen, tersebut dapat dikepal berwarna putih dan dapat dikepal Diayak menggunakan ayakan Menjadi granul yang sama ukurannya Dioven sampai kering Granul menjadi kering, berwarna putih dan homogen Diayak kembali menggunakan ayakan Granul menjadi berukuran sama, berwarna putih dan homogen Ditambahkan Mg stearat 0,13 gram dan Granul berwarna Talk 0,26 gram putih dan hommogen



8.2 Uji Evaluasi Granul a. Uji Waktu Alir Granul No.



Sebelum penambahan



Sesudah penambahan fase



fase luar 4,97 detik 3,83 detik 4,79 detik



luar 3,11 detik 3,30 detik 3,07 detik



1. 2. 3.



b. Uji Sudut Diam Granul -



Sebelum Penambahan Fase Luar 1. Sudut diam pada waktu alir ke 4,97 detik Tg α =



h 1,1 = r 4,25



Tg α = 0,258



α = Tan-1 0,258 α = 14,466⁰ 2. Sudut diam pada waktu alir ke 3,83 detik Tg α =



h 0,9 = r 4



Tg α = 0,225



α = Tan-1 0,225 α = 12,680⁰ 3. Sudut diam pada waktu alir ke 4,79 detik Tg α =



h 1 = r 3,65



Tg α = 0,273



α = Tan-1 0,273 α = 15,269⁰ 4. Rata-rata sudut diam dari ketiga waktu



α



=



14,466+12,680+15,269 3



= 14,138⁰ -



Setelah Penambahan Fase Luar 1. Sudut diam pada waktu alir ke 3,11 detik Tg α =



h 0,9 = r 3,75



Tg α = 0,24



α = Tan-1 0,24 α = 13,495⁰ 2. Sudut diam pada waktu alir ke 3,30 detik Tg α =



h 0,7 = 3,5 r



Tg α = 0,2



α = Tan-1 0,2 α = 11,309⁰ 3. Sudut diam pada waktu alir ke 3,07 detik Tg α =



h 0,7 = r 3,6



Tg α = 0,194



Tg α = Tan-1 0,19 Tg α = 10,979⁰ 4. Rata-rata sudut diam dari ketiga waktu



α



=



13,495+ 11,309+10,979 3



= 11,927⁰ c. Uji Kemampatan Granul V0 = volume granul sebelum dimampatkan = 23,5 mL Vt = volume granul setelah dimampatkan = 22 mL %T



=



V 0−V t x 100% V0



=



23,5−22 x 100% 23,5



= 6,38% 8.3 Uji Evaluasi Tablet a. Uji Waktu Hancur Tablet Semua tablet (6 buah tablet) hancur dalam waktu ≤ 15 menit b. Uji Kekerasan Tablet Tablet I II III Jumlah



Kekerasan (Newton) 79,01 74,14 63,09 216,24



Kekerasan tablet rata-rata



=



Jumlah nilai kekerasantablet Jumlah tablet



=



216,24 = 72,08 Newton 3



c. Uji Kerapuhan Tablet W0 = berat awal tablet = 6246,0 mg Wt = berat tablet setelah diuji dengan friabilitor tester = 5274,6 mg Friabilitas



=



W 0−W t x 100% W0



=



6246,0−5274,6 x 100% 6246,0



=



971,4 x 100% 6246,0



= 0,15 mg x 100% = 0,00015 g x 100% = 0,015% d. Uji Keseragaman Bobot Tablet No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Bobot Tablet (mg) 556,4 564,7 548,3 641,4 639,0 626,9 649,9 649,1 641,6 641,8



- Bobot tablet keseluruhan = 6159,1 mg - Bobot rata-rata tablet



=



6159,1 = 615,91 mg 10



- Kolom A Bobot rata-rata ± 5% 5 x 615,91 = 30,7955 mg 100 1) Bobot rata-rata + 5% = 615,91 + 30,7955 = 646,7055 2) Bobot rata-rata – 5% = 615,91 – 30,7955 = 585,1145 - Kolom B Bobot rata-rata ± 10% 10 x 615,91 = 61,591 mg 100 1) Bobot rata-rata + 10% = 615,91 + 61,591 = 677,501 2) Bobot rata-rata – 10% = 615,91 – 61,591 = 554,319 No



Bobot



Kolom A



Kolom B



. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. IX.



Tablet 556,4 564,7 548,3 641,4 639,0 626,9 649,9 649,1 641,6 641,8



(585,1145-646,7055) √ √ √ √ √



(554,319-677,501) √ √ √ √ √ √ √ √ √



PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk membuat tablet parasetamol dengan metode granulasi basah. Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet paracetamol dengan metode granulasi basah, dapat melakukan uji evaluasi granul dan dapat melakukan uji evaluasi tablet. Metode yang digunakan adalah metode granulasi basah, karena dapat memperbaiki sifat alir, mencegah pemisahan campuran sebuk, dapat mengurangi debu [ CITATION Sir10 \l 1033 ]. Sebelum dilakukan proses pembuatan tablet parasetamol, terlebih dahulu dibuat formulasi tablet parasetamol. Formulasi yang digunakan pada percobaan ini adalah parasetamol 500 mg, gelatin 5%, amilum 8%, Mg stearat 1%, talk 1 % serta Laktosa. Parasetamol berfungsi sebagai zat aktif, gelatin berfungsi sebagai bahan pengikat, amilum berfungsi sebagai bahan penghancur, mg stearat sebagai glidant, talk sebagai lubrikan dan laktosa sebagai bahan pengisi. Setelah membuat formulasi tablet parasetamol, selanjutnya adalah proses pembuatan granul dengan metode granulasi basah. Pembuatan granul dimulai dengan mencampurkan parasetamol, lalu dibasahi dengan larutan gelatin 10% sebagai larutan pengikat. Setelah itu ditambahkan amilum, laktosa dan akuades sedikit-sedikit, campur hingga homogen dan campuran dapat dikepal, Pencampuran bertujuan untuk memperoleh campuran homogen antar partikel partikel penyusunnya. Kemudian campuran yang



dihasilkan diayak dengan ayakan nomor 8. Granul yang telah di ayak dikeringkan di dalam oven. Tujuan dilakukan pengeringan granul adalah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum yaitu 5% [ CITATION LLa94 \l 1033 ]. Granul yang telah dikeringkan, kemudian diayak dengan ayakan nomor 16. Adapun tujuan dari pengayakan yaitu agar dihasilkan ukuran granul yang homogen. Granul yang telah diayak kemudian ditambahkan bahan pelicin yaitu magnesium stearat dan talk, lalu dievaluasi karakter fisik granul. Evaluasi terhadap granul penting dilakukan untuk menghasilkan tablet dengan sifat fisik yang baik. Adapun evaluasi karakteristik fisik granul meliputi uji waktu alir granul, uji sudut diam granul dan uji kemampatan granul. Evaluasi granul yang pertama adalah uji waktu alir granul. Waktu alir granul memegang peranan penting dalam pengisian granul ke dalam die (ruang kompresi). Granul yang tidak dapat mengalir dengan baik tidak bisa mengisi ruang cetak secara maksimal dan konstan sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki keseragaman bobot yang kurang baik. Waktu alir granul yang baik adalah berkisar antara 4-10 gram/detik. Granul yang mengalir baik akan dapat mengisi ruang cetak secara terus menerus, konstan dan maksimal sehingga tablet yang dihasilkan dapat memenuhi keseragaman bobot yang baik. Waktu alir granul sangat dipengaruhi oleh kandungan lembab dari granul itu sendiri, bila kandungan lembabnya tinggi maka ikatan (gaya tarik) antar partikel granul menjadi lebih kuat karena kontak permukaan naik. Karena gaya tarik antar partikel besar akibatnya granul semakin cepat mengalir. Dari hasil uji waktu alir granul yang tertera pada tabel hasil praktikum dapat dikatakan bahwa granul memenuhi persyaratan uji waktu alir, karena granul dikatakan mempunyai waktu alir yang baik jika 100 g granul yang diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik atau mempunyai kecepatan alir 10g/detik [CITATION TNS07 \l 1033 ]. Setelah ditambahkan fase luar yaitu Mg stearat dan talk, waktu alir granul menjadi lebih cepat hal ini karena Mg stearat dapat mengatasi



melekatnya antar partikel sehingga mengurangi gesekan antar partikel dan hal ini menyebabkan kecepatan alir granul menjadi baik [ CITATION Pad05 \l 1033 ]. Evaluasi fisik granul selanjutnya adalah uji sudut diam granul. Granul yang dibuat pada percobaan kali ini, telah memenuhi persyaratan sudut diam granul yang baik yaitu memiliki sudut diam kurang dari 30 o dan tidak lebih dari 40o [ CITATION Ban94 \l 1033 ]. Pada tabel hasil uji sudut diam granul dapat dilihat nilai sudut diam granul sebelum ditambahkan fase luar adalah sebesar 14,138⁰ nilai sudut diam granul setelah ditambahkan fase luar adalah sebesar 11,927⁰. Sudut diam granul dipengaruhi oleh kandungan lembab. Bila kandungan lembab granul tinggi, maka sudut diam granul menjadi semakin kecil. Hal ini disebabkan karena dengan adanya lembab maka ikatan antar partikel menjadi kuat sehingga granul yang dihasilkan semakin cepat untuk bergerak turun. Setelah ditambahkan fase luar, yaitu Mg stearat dan talk nilai sudut diam menjadi lebih kecil. Dimana semakin kecil sudut diam maka sifat alir granul menjadi semakin besar dan hal ini menyebabkan granul menjadi lebih cepat mengalir [ CITATION Cho80 \l 1033 ]. Evaluasi fisik granul yang terakhir adalah uji kemampatan granul. Kemampatan atau kompresibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemampuan serbuk atau granul untuk menjadi bentuk yang lebih stabil jika mendapat tekanan, yaitu mudah menyusun diri pada saat memasuki ruang cetak kemudian mengalami deformasi menjadi bentuk yang mampat dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan stabil [ CITATION LLa94 \l 1033 ]. Nilai kompresibilitas dibawah 15% biasanya memberikan sifat alir yang baik dan diatas 15% menunjukkan kemampuan alir yang buruk [ CITATION LLa94 \l 1033 ]. Dari hasil percobaan uji kemampatan granul didapatkan presentase kemampatan granul adalah sebesar 6,38% sehingga dikatakan bahwa granul yang dibuat memiliki sifat alir yang baik.



Setelah dilakukan evaluasi terhadap karakter fisik granul dan granul telah memnuhi persyaratan, kemudian dilakukan proses pembuatan tablet. Tablet yang dihasilkan dievaluasi karakteristik fisiknya yang meliputi uji waktu hancur tablet, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet dan uji keseragaman bobot tablet. Evaluasi fisik tablet yang pertama adalah uji waktu hancur tablet. Hasil dari uji waktu hancur tablet dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan waktu hancur tablet yaitu berkisar antara 15 sampai 30 menit atau 900-1800 detik [CITATION Hus04 \l 1033 ]. Karena semua tablet hancur setelah diuji pada alat uji waktu hancur dalam waktu 15 menit dan suhu air 37⁰C. Evaluasi tablet yang kedua adalah uji kekerasan tablet. Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan-tekanan mekanik seperti goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan serta perlakuan berlebihan [ CITATION ELP71 \l 1033 ]. Berdasarkan hasil uji kekerasan tablet, didapatkan nilai kekerasan tablet sebesar 72,08 Newton yang menunjukkan bahwa tablet telah memenuhi persyaratan, karena kekerasan tablet yang baik yaitu antara 39,278,4 Newton [ CITATION ELP71 \l 1033 ]. Evaluasi tablet yang ketiga adalah uji kerapuhan tablet. Berdasarkan hasil uji kerapuhan tablet didapatkan presentase friabilitas tablet adalah sebesar 0,015% yang menunjukkan bahwa hasil uji kerapuhan tablet tersebut telah memenuhi persyaratan kerapuhan tablet yang baik yaitu tidak lebih dari 1% [ CITATION Voi94 \l 1033 ]. Evaluasi tablet yang terakhir adalah uji keseragaman bobot tablet. Evaluasi keseragaman bobot tablet merupakan salah satu tolak ukur untuk memastikan bahwa tablet mengandung sejumlah obat yang tepat [ CITATION LLa94 \l 1033 ]. Jumlah bahan yang diisi ke dalam cetakan yang akan dikempa menentukan bobot tablet yang dihasilkan [ CITATION Ans89 \l 1033 ]. Berdasarkan hasil uji keseragaman bobot tablet yang tertera pada tabel hasil praktikum menunjukkan bahwa tablet tidak memenuhi



persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III [ CITATION Ano79 \l 1033 ] karena ada 5 tablet yang menyimpang 5% dari bobot rata-rata dan ada 1 tablet yang menyimpang 10% dari bobot rata-rata, sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi III [ CITATION Ano79 \l 1033 ] untuk tablet dengan rata-rata berat lebih dari 300 mg, tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang 5% dari bobot rata-rata dan tidak satupun tablet yang menyimpang 10% dari bobot rata-rata. Keseragaman bobot sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya sifat alir. Sifat alir yang baik menyebabkan volume bahan yang masuk ke dalam ruang kompresi akan seragam sehingga variasi berat tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar. Keseragaman bobot tablet akan mempengaruhi kandungan bahan obat atau zat aktif untuk mencapai tujuan terapi yang diharapkan [ CITATION LLa94 \l 1033 ]. X.



KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Hasil uji evaluasi fisik granul menunjukkan bahwa granul yang dibuat sesuai formulasi telah memenuhi persyaratan. 2. Hasil uji evaluasi tablet menunjukkan bahwa tablet yang dibuat sesuai formulasi tidak memenuhi persyaratan karena pada uji keseragaman bobot tablet, tablet tidak memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi III.



DAFTAR PUSTAKA Anderson, B. d. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Anief, M. (2006). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anonim. (1979). Farmakope Indonesia (Edisi III). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. (1995). Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. (1995). Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV. Jakarta: UI Press. Charles S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasa-dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Chowhan, Z. (1980). Role of Binders in Moisture Induced Hardness Increase in Compressed Tablets and Its Effect on In. J.Pharm.Sci, Volume 69 (1-4). Gloria Murtini, Y. E. (2018). Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Hussain, e. (2004). lEvaluation Of The In Vivo Disintegran Of Solid Dosage Forms Of Bile Acid Sequestrant In Dogs Using Gamma-Scintigraphy and Correalation To In Vitro Disintegran. Kentucky: Scintipharma inc.



Hyun-Ba, K. (2008). Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical Development. New York: Springer. Lachman L., H. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi dan Iis Aisiyah, Edisi III, Jilid 2. Jakarta: UI Press. Padmadisastra, Y. d. (2005). Formulasi Tablet Ekstrak Buah Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Dengan Metode Kempa Langsung. Sumedang: Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Padjajaran. Parrot, E. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics 3rd Edition. Mineapolis: Burgess Publishing Company. Rendi, S. (2014). Formulasi Sediaan Tablet Salbutamol dengan Variasi Konsentrasi Polivinil Pirolidon dan Expoltab dengan Metode Granulasi Basah (KTI). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. Rori, W. M. (2016). Formulasi dan Evaluasi Sediaan Tablet Ekstrak Daun Gedi Hijau



(Abelmoschus



manihot)



dengan



metode



granulasi



basah.



Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 5 (2): 243-250. Siregar, C. W. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sulaiman, T. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta: Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Voight, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Edisi 5). Penerjemah: S. Noerono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Widyaningrum E. (2015). Formulasi Fast Disintegrating Tablet Famotidin menggunakan Kombinasi Superdisintegrat acdisol dan sodium starch glycolate [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.