Jurnal Pariwisata Kab. Lumajang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PARIWISATA BUDAYA DI KABUPATEN LUMAJANG YANG KURANG DIMINATI WISATAWAN Annisa Nadhira M.1, Azka Zulfah S.2, Gabriel Pratama P.W.3, Ida Ayu C.P.4, Kintan Putri D.5, Michael Rico J.6, Shalzabilla Arsintya7, Adipandang Yudono, S.Si, MURP,Ph.D.8 1



Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, [email protected] 2 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, [email protected] 3 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, [email protected] 4 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, [email protected] 5 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, [email protected] 6 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, [email protected] 7 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, [email protected] 8 Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya, [email protected]



ABSTRAK Abstrak: Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi wisata alam, buatan, dan budaya. Namun belum semua objek wisata dikembangkan, seperti wisata budaya yang belum dikelola dengan maksimal bila dibandingkan dengan wisata alam atau buatan. Permasalahan utama sektor pariwisata terdapat pada promosi dan kurangnya kesadaran masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menyusun visi dan misi pengembangan, mengukur keberhasilan pencapaian, mengetahui daya dukung sumber daya dan alokasinya, serta menyusun proses pengendalian pengembangan. Metode yang digunakan adalah survei primer, survei sekunder, dan sampling. Metode analisis berupa deskriptif, evaluatif, dan development. Dengan teknik analisis yaitu analisis kebijakan, analisis potensi dan masalah, analisis IPA, analisis daya dukung lingkungan, analisis PESTEL, analisis CSF, dan analisis SWOT. Obyek wisata yang diteliti adalah Kawasan Pendakian Gunung Semeru, Pura Mandara Giri Semeru Agung, Situs Biting, Alun-alun Lumajang, Desa Sumbersuko, dan Kawasan Pesisir Dampar. Dalam penelitian ini akan disusun strategi dan program yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan pengembangan pariwisata. Potensi wisata di Kabupaten Lumajang dapat dikembangkan dengan mengaitkan wisata alam dan budaya. Objek wisata gunung dan laut tersebut dihubungkan oleh wisata budaya yang berada di tengah rute wisata, guna menciptakan integrasi antar wisata. Kata Kunci: Pariwisata; Kabupaten Lumajang; Kebijakan; Integrasi; Budaya



Abstract: Lumajang Regency is an area that has a variety of natural, artificial, and cultural potentials tourism. However, not all attractions are developed, such as cultural tourism that has not managed optimally than natural or artificial tourism. The main problems of tourism sector are promotion and lack of public awareness. The purposes of this study are to create vision and mission of development planning, measure achievement success, determine the carrying capacity of resources and its allocation and create development control process. The methods are primary survey, secondary survey, and sampling. Analytical methods used in this research are descriptive, evaluative, and development. With analysis techniques are policy analysis, potential and problem analysis, IPA, environmental carrying capacity, PESTEL, CSF, and SWOT. The tourism objects that are researched are Mount Semeru Climbing Area, Mandara Giri Semeru Agung Temple, Biting Site, Lumajang Square, Sumbersuko Village, and Dampar Coastal Area. In this research, strategies and programs will be developed based on potential attraction and tourism development needs. Tourism potential in Lumajang Regency can be developed by connecting nature and culture attractions. The mountain and sea tourism objects are connected by cultural tourism in the middle of the tourist route, in order to create integration between the tourisnm objects.



1



2 |



Keywords: Tourism; Lumajang Regency; Policy; Integration; Culture



A. LATAR BELAKANG Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi sosial budaya, alam, dan ilmu [ CITATION HKo14 \l 1033 ].Pariwisata menjadi daya tarik tersendiri dalam pengembangannya di Indonesia. Bahkan berbagai daerah telah berupaya meningkatkan destinasi wisatanya untuk menarik calon wisatawan. Tak terkecuali Kabupaten Lumajang yang merupakan salah satu destinasi wisata di Provinsi Jawa Timur memiliki berbagai potensi wisata. Salah satunya potensi wisata sejarah cagar budaya. Selain wisata budaya dan alam yang eksotis telah dimilikinya. Dari fenomena ini , setelah kami mengikuti Studio Perencanaan Wilayah kami tertarik pada potensi cagar budaya yang masih belum diminati oleh wisatawan. Kabupaten Lumajang sebagai pemilik wilayah terbesar dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mendapat perhatian besar dari Kementerian Pariwisata dalam upaya mengembangkan potensi daya tarik wisata. Terdapat cukup banyak potensi wisata yang ada di Kabupaten Lumajang dan dibagi menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya adalah wisata alam, buatan, budaya, religi dan minat khusus. Wisata alam unggulan diantaranya adalah Puncak B29, Air Terjun Tumpak Sewu, dan Segitiga Ranu. Sedangkan wisata buatan terdiri dari waterpark dan alun-alun. Wisata budaya terdiri dari sekitar 15 cagar budaya dan 17 monumen yang merupakan bagian dari sejarah keberadaan Kabupaten Lumajang. Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan destinasi wisata religi yang diyakini oleh Umat Hindu sebagai Pura tertua yang ada di Asia Tenggara. Terakhir adalah wisata minat khusus diantaranya adalah pendakian Gunung Semeru, dan Ranupane dan Ranu Kumbolo.Dari sekian banyak potensi wisata di Kabupaten Lumajang yang menjadi primadona bagi wisatawan sampai dengan saat ini adalah wisata alam, sedangkan wisata budaya tepatnya keberadaan situs atau peninggalan Zaman Purbakala kurang diminati oleh wisatawan. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, Lumajang mempunyai potensi budaya yang luar biasa dan sudah dikenal keberadaannya serta sudah banyak dikunjungi



3



oleh masyarakat dari luar daerah sejak masa Kerajaan Kediri (masa Pemerintahan Raja Kameswara pada tahun 1182 M), dimana daerah Lumajang suda berkembang menjadi sentra-sentra keagamaan karena kepentingan ritual para pejabat Kerajaan Kediridalam rangka melakukan ritual Agama Hindu di Gunung Semeru (berkaitan dengan hal tersebut banyak ditemukan peninggalan sejarah seperti Arca Pada, Prasasti Ranu Kumbolo, Prasasti Tesirejo serta beberapa peninggalan bekas tempat ritual Agama Hindu di daerah Lereng Semeru). Hal ini yang kemudian menjadi rujukan mengapa Pura Mandhara Giri Semeru Agung sebagai Pura yang diyakini sebagai Pura tertua se Asia Tenggara oleh Umat Hindu. Belum lagi, tim Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang terus mengumpulkan berbagai macam temuan- temuannya. Baik temuan yang dilakukan sendiri maupun warga yang sukarela menyerahkan berbagai temuan purbakala itu ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.Untuk melestarikan temuan dan keberadaan situs pubakala itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lumajang telah mendirikan museum Daerah Kabupaten Lumajang. Dalam museum itu, berbagai miniatur situs purbakala dan hasil temuan diteliti dan dilestarikan.



Gambar 1 Museum Daerah Kabupaten Lumajang Sumber: Hasil Survei Primer (2020)



Aspek budaya merupakan elemen yang sangat penting dalam membentuk sebuah peradaban masyarakat, tak terkecuali di Lumajang. Maka, keberadaan situs pubakaal ini juga sangat penting diketahui warga. Untuk dijadikan rujukan maupun mengetahui sejarah Lumajang. Maka dalam konteks pariwisata, situs purbakala tidak hanya mendatangkan efek ekonomi dari tingkat kunjungan wisatawan. Tapi juga memberikan edukasi sejarah yang bagi para pengunjungnya. Sehingga pengelolaan wisata cagar budaya memang harus memiliki cara berbeda dibandingkan dengan wisata alam maupun buatan. Meski di Lumajang pengelolaan destinasi wisata cagar budaya ini masih belum maksimal. Bila dibandingkan



4 |



dengan wisata buatan maupun wisata alam. Padahal dengan potensi yang sangat besar itu— bila dibandingkan dengan daerah lain seperti probolinggo, Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, jember dan Banyuwangi—Lumajang tak kalah menariknya.



B. METODE PELAKSANAAN 1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan survei primer dan survei sekunder. Survei primer merupakan metode pencarian data dan informasi yang dilakukan secara langsung melalui responden di lapangan. Sedangkan survei sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau pihak lain (Fauzi, 2009). Survei primer dilakukan dengan beberapa teknik perolehan data berupa observasi lapangan, wawancara dan penyebaran kuisioner. Observasi lapangan merupakan pengamatan secara langsung objek penelitian berupa objek daya tarik wisata (ODTW), fasilitas di objek wisata, dan kondisi transportasi/aksesibilitas menuju objek wisata. Wawancara merupakan cara memperoleh informasi lebih luas dan detail kepada narasumber yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang dan pengelola masing-masing objek wisata terkait kondisi pariwisata secara umum dan visi misi yang telah ditentukan. Sedangkan kuesioner merupakan



perolehan



informasi



secara



acak



dengan



sasaran



wisatawan/pengunjung objek wisata untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kepentingan fasilitas dan aksesibilitas di objek wisata yang dikunjungi. Survei sekunder dilakukan dengan studi literatur serta perolehan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Studi literatur merupakan perolehan data yang berasal dari internet berupa kebijakan pariwisata di Kabupaten Lumajang yang terdiri dari RTRW Kabupaten Lumajang, RPJMD Kabupaten Lumajang, RIPPDA Kabupaten Lumajang, serta Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Sedangkan survei primer ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang dilakukan untuk memperoleh data kunjungan wisatawan, potensi desa wisata, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Kabupaten Lumajang.



5



2. Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi sample objek wisata dan sample wisatawan. a. Sampel Objek Wisata Indikator pemilihan objek wisata didasarkan pada visi misi yang telah disusun yaitu wisata berbasis alam, budaya, dan olahraga serta terletak di jalur integrasi Gunung-Laut. Sehingga objek wisata yang terpilih berupa gunung, desa wisata berbasis budaya sebagai konektivitas, dan laut. Tabel 1 Sampel Objek Wisata Lokasi Wisata Jenis Keterangan Kawasan PendakianWisata alam danWisata unggulan berskala Gunung Semeru olahraga nasional Pura tertua di nusantara Pura Mandara Giri Wisata Budaya (Indonesia). Situs arkeologi peninggalan Situs Biting Wisata Budaya ibukota pemerintahan Lumajang Wisata BudayaLokasi festival budaya tahunan Alun-Alun Lumajang dan olahraga “Jharan Kencak” Terdapat event budaya Desa Sumbersuko Wisata Budaya “Sedekah Desa Sumbersuko” Kawasan PesisirWisata alam danPantai yang memiliki sunset Dampar olahraga terbaik



b. Sampel Wisatawan Sampel wisatawan secara umum mengacu pada jumlah wisatawan di Kabupaten Lumajang tahun 2018 yaitu 3.597.712 jiwa, yang akan ditentukan dengan rumus Slovin (Umar, 2009): n



=



N ( 1+ Ne2 )



= 3.597 .712



(1) (1+ ( 3.597 .712 x 0,102 ) ) Sampel responden yang didapatkan akan didistribusikan pada 6 (enam) sample objek wisata menggunakan accidential sampling (Sugiyono, 2003) sebagai berikut: Tabel 2 Sampel Wisatawan Jumlah Jumlah Nama Objek Wisata Perbandingan Wisatawan Sampel 2 Kawasan Pendakian 47.538 2 x 100 = 18 Gunung Semeru 11



6 |



Pura Mandara Giri



44.073



2



Situs Biting



555



1



Alun-Alun Lumajang



918.463



3



Desa Sumbersuko



n/a



1



Kawasan Dampar



44.843



2



Pesisir



2 11 1 11 3 11 1 11 2 11



11



x 100 = 18 x 100 = 9 x 100 = 27 x 100 = 9 x 100 = 18



100



3. Metode Analisis Metode analisis adalah cara yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk membandingkan data dengan standar yang ada, mencari tahu penyebab dan akar masalah dari kondisi eksisting dan hasilnya akan digunakan sebagai arahan dan rekomendasi dalam penyusunan rencana. Metode analisis dibagi atas tiga jenis dalam penelitian ini, yaitu metode analisis deskriptif, metode analisis evaluatif, dan metode analisis development. 4. Teknik Analisis a. Analisis IPA Importance



Performance



dipergunakan



untuk



Analysis



mengukur



(IPA) tingkat



merupakan kesesuaian



analisis antara



yang tingkat



kepentingan dan tingkat kinerja. Berikut rumus yang digunakan pada IPA. Tki=



Xi ×100 % Yi



(2)



Keterangan: Tki



= Tingkat kesesuaian responden



Xi



= Skor Penilaian Tingkat Kinerja



Yi



= Skor Penilaian Tingkat Kepentingan



b. Analisis Kebijakan Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan publik [ CITATION Pan03 \l 1033 ]. Kegiatan utama analisis kebijakan ialah pengumpulan informasi secara sistematis dan penarikan kesimpulan logis dari informasi tersebut. Dengan demikian, analisis kebijakan berdasarkan pada kaidah ilmiah. c. Value Proposition



7



Value Proposition atau proporsi nilai menurut Osterwalder dan Pigneur (2010) merupakan suatu nilai atau manfaat yang dapat menjadi suatu hal untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam penentuan pertambahan nilai, dibutuhkan adanya value discipline strategy atau bisa disebut disiplin nilai yang menekankan pada pentingnya identifikasi segmen pasar melalui tiga jenis strategi, yaitu operational excellence, product leadership dan customer intimacy [ CITATION Vin13 \l 1033 ]. d. Analisis PESTEL Analisis PESTEL digunakan dalam scenario manajemen proyek sebagai alat bantu dalam strategi untuk memahami lingkungan eksternal di mana mereka akan beroperasi di masa depan. Pada langkah pertama yaitu mengumpulkan informasi tentang perubahan pada faktor politik, ekonomi, sosial,



teknologi,



lingkungan



dan



legal.



Langkah



kedua



yaitu



mengidentifikasi faktor PESTEL yang merupakan peluang atau ancaman [ CITATION Kur17 \l 1033 ]. e. Analisis SWOT Analisis SWOT terdiri atas empat faktor yang masing-masing saling mendukung dengan yang lain. Empat faktor tersebut adalah kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Keterkaitan antar keempat faktor tersebut akan membantu dalam mengevaluasi potensi dan masalah dari suatu kegiatan pembangunan. Empat faktor tersebut berasal dari internal maupun eksternal. Kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang datang dari internal, serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari luar. f. Analisis Daya Dukung Analisis daya dukung merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menghitung kapasitas suatu objek wisata untuk menampung jumlah maksimum wisatawan. Adapun perhitungan daya dukung fisik pada penelitian ini menggunakan rumus Fandeli (2002) sebagai berikut: PCC= A x



1 x Rf B



Keterangan: PCC : Physical Carrying Capasity



(3)



8 |



A



: Luas area yang digunakan untuk wisata



B



: Luas area yang dibutuhkan untuk memperoleh kepuasan dan



kenyamanan wisatawan (menurut Douglas (1975) sebesar 65m2 = 0,0065 ha) Rf



: Faktor rotasi pergantian wisatawan, yaitu rata-rata lama waktu



berwisata wisatawan Setelah menghitung daya dukung fisik, kemudian dilakukan perhitungan kapasitas daya tampung di setiap objek wisata di Kabupaten Lumajang dengan rumus sebagai berikut. Jumlah Wisatawan PCC



(4)



g. Analisis Critical Success Factor Analisis Critical Success Factor merupakan analisis yang digunkan untuk menginterpretasikan tujuan, taktik, dan aktifitas dalam suatu wilayah. Dengan kata lain, CSF merupakan faktor yang menentukan keberhasilan implementasi strategi suatu organisasi untuk mencapai visi dan misinya [ CITATION KVa06 \l 1057 ]. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data kunjungan wisatawan sepanjang tahun 2019 dari Bidang Pemasaran Dinas Kabupaten Lumajang, masing-masing wisata gunung, laut dan budaya (kawasan pendakian gunung semeru, pantai dampar dan Situs Biting), wisata buaya situs bitung memiliki kunjungan yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan wisata gunung dan wisata laut 32.694 dan 1.339 yakni masing-masing adalah 201.305, 32.694 dan 1.339. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi pemasaran perlu ditingkatkan lagi intensitasnya, kualitas pengemasan pesannya hingga pentingnya branding wisata cagar budaya yang belum tercipta. Dapat dikatakan trend tiap tahunnya tidak menunjukkan peningkatan yang siginifikan di setiap tahunnya. Juga perlu diterapkan dengan elemen komunikasi pemasaran lainnya yang dalam beberapa tahun ini belum dapat dilaksanakan, seperti periklanan di media Televisi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang belum mampu membuat program khusus untuk ditayangkan di saluran TV-E yang berskala nasional. Channel TV-E (Televisi Education) ini mempunyai target pasar yang sesuai dengan target pasar destinasi



9



wisata cagar budaya, yakni para pelajar. Sehingga sangat potensial untuk mengembangkan target pasar yang lebih luas lagi yakni nasional. Cagar budaya terdiri dari lima kriteria, yaitu benda cagar budaya, struktur cagar budaya, bangunan cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya. Kriteria cagar budaya terdapatdidalam Undang - undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang cagar budaya dan Kabupaten Lumajang memiliki Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pelestarian Cagar budaya. Cagar budaya dapat dilakukan pelestarian yaitu upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar budaya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya. Beberapa kecamatan di Kabupaten Lumajang memiliki cagar budaya yang menarik dengan local wisdomnya (kebijaksanaan lokal) dan kemampuan lokalnya yang tinggi. Masing-masing kecamatan memiliki ciri khas budaya yang dituangkan dalam peninggalan cagar budayanya berdasarkan perkembangan masa, maka berdasarkan kriteria cagar budaya dibagi menjadi Masa Prasejarah, Masa Klasik (Masa sejarah), Masa Islam dan masa Kolonial. Dalam tulisan ini tidak semua yang akan diungkapkan tetapi hanya cagar budaya yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh Pemerintah dan masyarakat, karena dengan mengenal cagar budaya dapat memberikan guna edukasi, informasi dan rekreasi. Dan juga terdapat nilai-nilai penting yaitu nilai kesejarahan, nilai pendidikan, nilai ilmu pengetahuan, nilai kebudayaan, nilai agama dan nilai ekonomi. Dalam kegiatan survei yang telah dilakukan kami menemukan data bahwa Wisata Cagar Budaya mempunyai target segmentasi yang sangat terbatas, yakni pelajar tingkat SD, SMP dan SMU dan Mahasiswa dan pihak-pihak yang melakukan penelitian terkait cagar budaya. Hal ini nampak pada setiap strategi komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang keberadaan cagar budaya yang di Kabupaten Lumajang dan sejarah terkait dengan keberadaan cagar budaya tersebut. Beberapa program pemasaran destinasi wisata yang diikuti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, diantaranya melalui kegiatan yang berbentuk exhibisi/pameran. Diantaranya adalah: 1. Majapahit Travel Fair (MTF) merupakan pameran produk wisata mulai dari alam, buatan, seni dan budaya yang diselenggarakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk khusus dalam mensukseskan acara ini.



10 |



Gambar 2. Majapahit Travel Fair Sumber: www.wisatalumajang.com



2. Gebyar Wisata dan Budaya Nusantara Expo 2017, Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan destinasi, obyek wisata dan daya tarik yang ada, yang pada akhirnya dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan nusantara ke destinasi pariwisata di seluruh nusantara, meningkatkan rasa cinta tanah air, serta mempererat kesatuan dan persatuan bangsa.



Gambar 3 Gebyar Wisata dan Budaya Nusantara Expo 2017 Sumber: www.wisatalumajang.com



3. Ubud Royal Weekend 2017, Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lumajang dan Provinsi Bali, pameran dikemas sedemikian rupa, guna menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung



Gambar 4 Ubud Royal Weekend 2017 Sumber: www.wisatalumajang.com



11



4. Bali & Beyond Travel Fair 2017 Salah satu target dari pelaksanaan kegiatan ini adalah dapat memberikan pengetahuan kepada Tour Operator tentang potensi wisata di Kabupaten Lumajang dan tentunya dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara maupun internasional ke Indonesia.



Gambar 5 Bali & Beyond Travel Fair 2017 Sumber: www.wisatalumajang.com



Selain itu banner, baliho yang ada di lokasi objek wisata ataupun di sepanjang jalan menuju objek wisataBentuk lain komunikasi pemasaran yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang adalah melalui media cetak yaitu brosur, petawisata, majalah dan kalender.



Gambar 6 Brosur Pariwisata Kabupaten Lumajang Sumber: Hasil Survei Primer (2020)



12 |



Gambar 7 Banner Event Kebudayaan Kabupaten Lumajang Sumber: Hasil Survei Primer (2020)



Gambar 8 Cover Majalah Kabupaten Lumajang Sumber: Hasil Survei Primer (2020)



Selain itu, Aktivitas Promosi Wisata Cagar Budaya dalam melakukan komunikasi pemasaran, Bidang pemasaran Dinas Pariwisata Lumajang di tahun 2017, kebudayaan tidak menjadi urusan prioritas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, sehingga intensitas dalam memasarkannya bisa dikatakan sangat terbatas. Berikut adalah beberapa program yang dilakukan: 1. Event Program, Dinas pariwisata dan kebudayaan, dalam mempromosikan destinasi wisata cagar budayanya menggunakan event program atau exibisi. Berbagai macam bentuk acara yang telah dilakukannya. Seperti Pameran GWBN, Pameran MTF, Pameran Ubud Royal Weekend. Bahkan kegiatan exibisi ini hampir dilakukan setiap tiga bulan dan empat bulan sekali. Acara exibisi ini untuk memperkenalkan keunikan wisata cagar budaya di



13



Lumajang. Karena dengan situs-situs peninggalan Kerajaan Majapahit ini memiliki eksotika yang sangat tinggi dan menarik. 2. Publisitas dan humas Selain menggunakan alat exibisi dalam aktifitas markomnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang juga melakukan publisitas terhadap citus cagar budaya Lumajang.



Berbagai



media digunakan dalam melakukan publisitas tersebut. hal ini dilakukan, agar proses komunikasi pemasaran situs cagar budaya Lumajang sampai pada target pasar. 3. melalui Website www.wisatalumajang.com dan program Indonesia Tourism Exchange (ITX) yakni program komunikasi pemasaran berbentuk platform digital market place buyer to buyer yang menghubungkan demand dan supply. Selain itu komunikasi pemasaran dilakukan melalui media sosial, diantaranya adalah facebook, instagram, youtube dan twitter.



Gambar 9 Artikel yang dimuat di website Disparbud Kabupaten Lumajang Sumber: www.wisatalumajang.com



14 |



Gambar 10 Postingan di Akun Facebook Disparbud Kabupaten Lumajang Sumber: www.wisatalumajang.com



Berikutnya Dinas Pariwisata Lumajang menggunakan cara promosi dari mulut ke mulut. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa dari tingkat SD hingga SMA yang telah mengikuti kegiatan Jelajah Situs yang diselenggarakan oleh Dinas, setelah seharian mengikuti kegiatan itu, dengan sendirinya mereka menceritakan pengalaman mereka kepada teman sejawat para guru di sekolah mereka, maupun teman dari sekolah yang lain.Jelajah situs merupakan bentuk komunikasi pemasaran wisata cagar budaya



yang menggunakan elemen pemasaran langsung,



seperti



disampaikan oleh Informan B.Aris. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk mengenalkan cagar budaya secara langsung kepada wisatawan, kegiatan ini rutin dilakukan sedikitnya sekali dalam setahun. Diawali dengan pembukaan pendaftaran



yang



dapat



dilakukan



di



masing-masing



sekolah,



peserta



mendaftarkan diri kemudian diberikan jadwal kegiatan. Selama satu hari, peserta diajak berkeliling di tiga cagar budaya yang ada di Lumajang, pertama Situs Gedong



Putri,



di



sini



pemandu



bercerita



tentang



sejarah,



peradaban,



perkembangan cagar budaya, Presentasi dan Identifikasi Peninggalan Sejarah di Situs Biting ( Desa Biting Kec. Sukodono), Presentasi dan Identifikasi Peninggalan Sejarah di Candi Agung (Desa Randuagung Kec. Randuagung), Presentasi dan Identifikasi Peninggalan Sejarah di Candi Gedong Putri (Desa Kloposawit Kec. Candipuro). Kegiatan ini mempunyai latar belakang Potensi kekayaan budaya



15



daerah yang dimiliki Kabupaten Lumajang luar biasa termasuk didalamnya kekayaan Cagar Budaya yang dilatarbelakangi oleh perjalanan sejarah Bumi Lamajang pada masa lalu yang merupakan bagian dari Sejarah Nusantara terhadap kebesaran Kerajaan Lamajang. Generasi muda sebagai penerus bangsa harusnya mengenal dan memahami sejarah bangsanya khususnya di Kabupaten Lumajang, sehingga para pemuda bisa mencintai dan melestarikan Warisan Budaya sebagai Jati Diri Bangsa.



Gambar 11 Kegiatan Jelajah Situs di Ditus Biting Desa Kutorenon Sumber: Hasil Survei Primer (2020)



Sedangkan untuk event lainnya adalah Lomba-lomba dalam rangka Perayaan Hari Ulang tahun Museum, dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus untuk setiap tahunnya Cagar budaya Lumajang merupakan peninggalan sejarah Lumajang, mulai dari candi Agung, Situs Biting, dan Candi Gedong Putriatau masih banyak lagi yang lainnya. Oleh karenanya, peninggalan sejarah perlu dilestarikan sebagai warisan budaya Lumajang. Situs ini bisa menjadi media belajar dalam mempelajari sejarah Lumajang. Akhirnya, masyarakat Lumajang tidak akan tercabut dari akar sejarahnya. Cagar Budaya di Lumajang terhampar luas mulai dari Biting di Desa Kuternon Kecamatan Sukodono Lumajang, Candi Gedong Putri di Desa Kelopo Sawit Kecamatan Candipuro Lumajang, Candi Agung di Desa Randuagung Lumajang dan Museum Di kawasan Wonorejo Terpadu (KWT). Situs-situs ini sangat potensi dijadikan sebagai destinasi wisata Lumajang. Selain dalam rangka melestarikan sejarah Lumajang, juga untuk memberikan edukasi terhadap Lumajang akan sejarahnya. Maka wisata Cagar Budaya di Lumajang ini bisa dikatakan dengan wisata edukasi. Karena para pengunjung bisa belajar dengan dari sejarah situs-situs tersebut.



16 |



D. SIMPULAN DAN SARAN Dalam pelaksanaannya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang lebih intensif melakukan komunikasi pemasaran destinasi wisata cagar budaya melalui Exsibisi, dengan alasan pertimbangan target, posisioning, dan strategi anggarannya. Pertimbangan ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam melakukan komunikasi pemasaran. Dinas Pariwisata Lumajang dalam mempromosikan situs cagar budaya Lumajang menggunakan bauran koumunikasi pemasaran. Berbagai bauran komunikasi pemasaran telah dilakukan dalam mempromosikan situs cagar budaya tersebut. Dalam kegiatan eksibisi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menggunakan media cetak berupa brosur, gambar-gambar atau lukisan cagar budaya yang dipersiapkan untuk pengunjung pameran. Materi pesan-pesan yang disampaikan adalah berupa gambar-gambar cagar budaya, artikel-artikel yang mendeskripsikan tentang sejarah, lokasi keberadaan situs cagar budaya tersebut. Sasaran kegiatan ini adalah pelajar, mahasiswa, pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dalam penelitian sejarah purbakala dan masyarakat umum lainnya. Sedangkan dalam kegiatan publisitas, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang menggunakan media online melalui website dan media sosial (Facebook dan Instagram). Materi pesan-pesan yang disampaikan adalah berupa gambar-gambar cagar budaya, artikel. Pemerintah Pusat telah menetapkan 10 destinasi pariwisata yang akan menjadi prioritas kunjungan wisatawan di tahun mendatang. Terbagi menjadi dua jenis, yaitu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, berikut kesepuluh destinasi pariwisata yang menjadi prioritas tersebut, yakni Danau Toba, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Borobudur, Bromo Tengger Semeru (BTS), Mandalika, Wakatobi, Pulau Morotal, dan Labuan Bajo. Penetapan Bromo Tengger Semeru (BTS) sebagai bagian dari 10 besar destinasi wisata di Indonesia merupakan tantangan bagi 4 (empat) kabupaten yang secara geografis melekat di wilayah BTS tersebut. Yakni Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Kabupaten Lumajang sebagai pemilik wilayah terbesar dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mendapat perhatian besar dari Kementerian Pariwisata dalam upaya mengembangkan potensi daya tarik wisata. Dengan adanya kawasan Taman Nasional Bromo



17



Tengger Semeru di Kabupaten Lumajang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah wisatawan di objek wisata lainnya. Kabupaten Lumajang memiliki beberapa potensi kelautan, namun yang paling menonjol adalah potensi kelautan di bidang pariwisata. Ada beberapa kawasan objek wisata pantai yang terdapat di Kabupaten Lumajang antara lain: pantai Bambang, pantai watu Pecak, pantai Tlepuk, pantai watu Godek, Dampar, Kampung Buaya, dll. Semua pantai di kabupaten Lumajang termasuk kawasan pantai selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Secara geografis letak Kabupaten Lumajang yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Timur ini memberikan keuntungan tersendiri bagi kebupaten kecil tersebut. Dengan begitu maka potensi dari bidang kelautan akan dapat lebih maksimal untuk dikembangkan.Potensi wisata laut di Kabupaten Luajang memang sangat besar apabila dikelola secara baik dan benar. Utamanya di kawasan pesisir kecamatan Tempursari kurang lebih lerdapat 5 deretan pantai yang beragam dengan keunikannya masing. Kawasan tersebut apabila dibangun dan dikelola menjadi objek wisata bahari akan sangat menarik.Peluang lain yang dapat digunakan sebagai penunjang pengembangan kawasan pantai wisata ini adalah keberadaan rencana pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) yang merupakan jalur Provinsi yang melewati kawasan selatan, Lumajang termasuk daerah yang dilewati jalan ini. Dengan adanya jalan lintas selatan yang diperkirakan dapat dioperasikan pada tahun 2020 ini akan menambah dampak positif terhadap akses dan kemudahan menuju kawasan pantai wisata di Kabupaten Lumajang.Deretan pantai di kawasan pesisir selatan Kabupaten Lumajang tepatnya di kecamatan Tempursari merupakan objek yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Selain lokasinya yang menarik sebagai obyek wisata, kehidupan masyarakatnya juga sangat memiliki potensi untuk menjadi objek pengembangan wisata kebudayaan. Atau bahkan kawasan tersebut dapat pula diberdayakan menjadi desa wisata. Dengan potensi yang dimiliki oleh objek wisata di kawasan pegunungan dan pantai, disini wisata budaya yang letaknya berada di tengah dapat menjadi penghubung untuk mengaitkan keduanya. Ketimpangan jumlah wisatawan antara objek wisata gunung, laut dan budaya memanglah sangat begitu signifikan. Berbagai upaya juga yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan



18 |



Pariwisata Kabupaten Lumajang, namun jumlah kunjungan wisatawan juga tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini peneliti menyarankan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal. Sehingga event –event yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Lumajang perlu dikomunikasikan lagi dengan masyarakat.



UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan artikel mengenai Pariwisata Budaya di Kabupaten Lumajang Yang Kurang Diminati telah diselesaikan dengan baik, meskipun terdapat ketidaksempurnaan. Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Adipandang Yudono, S.Si, MURP,Ph.D. selaku dosen pembimbimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan masukan kepada kami dalam menyelesaikan Tugas Studio Perencanaan Wilayah Sektor Pariwisata Kabupaten Lumajang.



DAFTAR RUJUKAN Fauziyah. (2017). Komunikasi Pemasaran Destinasi Cagar Budaya di Kabupaten Lumajang. JURNAL KOMUNIKASI PROFESIONAL , 149 - 165. Karunia, A. R. (2018). Analisis Pusat Pertumbuhan Pariwisata Di Kabupaten. MKG, 90 100. Kohyat, H. (2014). Definisi Parwisata Menurut Beberapa Ahli. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2017). Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Bappeda Kabupaten Lumajang (2013). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2012 – 2032 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupate Lumajang. (2018). Renstra Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang Tahun 2018 – 2023 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2017). Undang - undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang cagar budaya Bappeda Kabupaten Lumajang (2013). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pelestarian Cagar budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupate Lumajang. (2018). Data Kunjungan Wisatawan Kabupaten Lumajang Tahun 2019