Review Jurnal Destinasi Pariwisata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Review Artikel Destinasi Pariwisata



Disusun oleh : Durotunikmah Sekar Rahajeng Ayuni (184097)



KOTA TUA BARUS SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA SEJARAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH



Latar Belakang Nama lain dari kota tua barus ini adalah Fansur. Kota ini sudah berdiri sejak abad 1-17 M. Dilihat dari letak geografisnya, yaitu berada di pinggir pantai barat sumatera di Kabupaten Tapanuli Tengah. Dari sini juga islam dan kristen mulai disebarkan di nusantara. Sejarah dari kota tua barus bermula ketika kapal-kapal asing yang sudah lama beribu tahun masehi singgah untuk mencari kapur barus disana. Keunikan serta tergolong letak strategis ini cocok untuk dijadikan daerah tujuan wisata (DTW) dan cocok untuk para peneliti khususnya di Lobu Tua. Namun segala daya tarik di kota ini masih belum mendapat perhatian masyarakat lokal. Hal ini dapat dilihat dari segi kondisi fasilitas, informasi yang ada di tempat. Pemerintah harus melakukan pembenahan dan pengembangan untuk mewujudkan kota tua barus menjadi tempat wisata sejarah bersama campur tangan masyarakat lokal. Salah satu penelitian menjadi wisata sejarah dilakukan oleh Arengga [2007]. Didalam tulisannya, diaa melihat Museum Fatahillah yang memiliki sejarah panjang dan menjadi pusat informasi sejarah di Jakarta, tak hanya itu saja Museum ini menjadi tempat bagi semua orang baik dari dalam maupun luar untuk menambah pengetahuan sejarah dan ilmu lainnya. Sebagaimana yang dilakukan Dinas Pariwisata provinsi DKI JAKARTA menggelar acara Atraksi di Kota Tua 2008 dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik perlu digali kembali untuk menentukan jumlah kunjungan wisatawan. Sama dengan Kota Tua Barus yang merupakan pintu masuk dari agama islam dan kristen yang disebarluaskan. Di kota ini masih banyak peninggalan-peninggalan kuno yang cocok untuk dijadikan wisata dengan segala potensi keunikan yang dimilikinya. Salah satu faktornya bangunan yang ada masih sama seperti dahulu untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Caranya dengan melakukan pengembangan wisata yang memperhatikan 4 komponen diantaranya : Atraksi, Transportasi, Fasilitas, dan Organisasi Kepariwisataan. Potensi yang dimiliki barus tua adalah obyek wisata sejarah seperti kuburan kuno yang merupakan kuburan misionaris muslim masa lalu makam mahligai itu. Semua potensi wisata yang ada dan didukung oleh lokasi yang strategis untuk berwisata membuat kota tua barus sangat cocok untuk dijadikan sebagai tujuan wisata. upaya pelestarian dan pengembangan potensi wisata di kota tua barus perlu campur tangan dari masyarakat setempat yang akan peduli sedikit tentang keberadaan tombs kuno ini dan juga mengharapkan pemerintah daerah untuk lebih membuka mata di penggalian, serta meluruskan catatan sejarah bahwa masuknya islam indonesia melalui kota tua barus, karena selain sebagai bukti sejarah yang harus dilestarikan keberadaannya, situs makam kuno juga dapat digunakan sebagai tujuan toris sejarah di kabupaten tapanuli pusat khususnya yang lama kota barus.



Makam yang paling terkenal adalah Makam Mahligai yang berada di desa Aek Dakka, kecamatan barus menuju makam ini harus menggunakan kendaraan beroda empat, karena area disana jalan menanjak, yang kedua terdapat Makam Papan Tinggi konon katanya keinginan peziarah akan terkabul jika membisikkan permintaan di batu nisan ini sambil menyimpul selembar daun lalang, dan apabila sudah terkabul maka peziarah harus datang kembali unntuk melepas simpul tersebut dan membawanya pulang. Ketiga Makam Tuuan Syech Mahdun terletak di desa bukit Patu Pangan. Terakhir adalah Benteng Barus yaitu bangunan peninggalan bangsa Portugis yang berada di tepi pantai Barus. Bangunan yang terkikis dan belum mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Pengembangan wisata di Kota Tua Barus bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah maka diprlukanah upaya upaya yaitu : 1. Atraksi (daya tarik) Makam kuno di Barus memiliki budaya nilai tinggi terutama berhubungan dengan sejarah dimana menyimpan bukti dari tokoh pengembangan islam dari Negara Arab. 2. Aeccesibility (transportasi/akses) akses menuju ke makam cukup parah terutam musim hujan yang membuat kendaraan sering terperosok, upaya ini harus mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat. 3, Amenity (fasilitas) pemerintah perlu berupaya untuk melakukan perbaikan dan menambah fasilitas serta pembangunan disekitar area makam 4. Ancillary (kelembagaan) Kondisi kelembagaan di Kota Tua Barus masih belum ada kesinambungan yang baik sehingga peningkatan kualitas masih rendah.



Simpulan 1. Potensi wisata yang dimiliki Kota Tua Barus adalah wisata sejarah makam para leluhur tokoh islam dari Negara Arab 2. Kota Tua Barus menjadi tujuan peneliti arkeologi islam 3. Situs makam kuno dapat digunakan sebagai tempat tujuan wisata bersejarah di Tapanuli, khususnya Kota Tua 4. Disebut kota eksotik penuh sejarah sebagai pintu masuk pertama agama Islam dan Kristen di Nusantara 5. Segala otensi didukung dengan letak yang strategis untuk perjalanya cocok dijadikan daerah wisata membuat tujuan wisata 6. Bagunan yang ada dimakam masih berkondisi seperti dulu, sehingga sangat cocok bagi pengunjung mempelajari sejarah atau mengagumi kekayaan potensi yang ada 7. Kota Tua Barus membutuhkan pengembangan dari lembaga pariwisata dan masyarakat sebagai orang wisata



8. Proses upaya pengembangan sitekankan untuk mendorong kawasan tersebut dengan fasilitas penunjang pariwisata 9. Upaya dilakukan dengan melihat 4 aspek : Attraction, accesbility, amenity, ancillary 10. Pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan arus wisatawan



Daftar Pustaka Arengga Defri 2007 : Pengembangan Potensi Museum Fatahillah Sebagai Wisata Minat Khusus di Kota Tua Jakarta, Program Studi Pariwisata Universitas Udayana. Ashworth G.J. dan Tunbridge, J.E. 1990, The Tourist – Historic city, John Wiley&Sons, England. Biklen dkk. Moleong, 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cooper, John Fketcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. (1995). Tourism, Principles and Practice. London:Logman. Sukardi, Nyoman. 1998. Pengantar Pariwisata. STP Nusa Dua Bali. Swarbrooke. 1996. Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Yoeti, Oka A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa