Jurnal Penelitian Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Psikologi Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK N PEMBINA LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM TAHUN 2016 Ranti Putri Cia Email : [email protected] *Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi **Program Studi DIII Kebidanan



ABSTRAK Dari 137 murid rata-rata semua murid pernah menggunakan gadget. Sebanyak 29,9% anak yang menggunakan gadget < 2 hari dalam seminggu dan 70,1% anak yang menggunakan gadget > 2 hari dalam seminggu. Kemudian lamanya anak saat menggunakan gadget yaitu 26,3% kurang dari 2 jam per hari dan 73,7% lebih dari 2 jam per hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Dilaksanakan tanggal 18 – 21 Juli 2016 di TK N Pembina Lubuk Basung. Populasi penelitian sebanyak 137 murid dan semua dijadikan sampel (total sampling). Data dikumpulkan dengan kuesioner dan observasi kemudian diolah secara komputer dan dianalisa. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (85,4%) dengan perkembangan psikososial baik. Sebagian besar responden (72,3%) tidak terpapar terhadap penggunaan gadget. Uji chi square menunjukkan nilai p = 0,033 (p < 0,05) dan OR = 3,179. Ada hubungan antara penggunaan gadget dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Oleh sebab itu, sekolah diharapkan dapat selalu memberikan kegiatan yang mampu menstimulus perkembangan psikososial anak ketika berada dilingkungan sekolah. Kemudian orang tua diharapkan dapat mengontrol dan mengawasi anak ketika penggunaan gadget dirumah. Kata Kunci : Gadget, perkembangan psikososial, usia prasekolah Daftar Bacaan : 23 (2004-2015)



ABSTRACT From 137 students mostly of them using gadgets. Total of 29,9% of children using the gadgets < 2 days a week and 70,1% of children using gadgets > 2 days a week. Then the duration of using the gadget that is 26,3% less than 2 hours per day and 73,7% more than 2 hours per day. The purpose of this study was to determine whether there Relationships using gadgets with Psychosocial Development Preschooler in kindergarten Pembina Lubuk Basung Regency Agam Years 2016. This research is quantitative descriptive analytic method with cross sectional approach. Held on 18 July 21, 2016 in kindergarten Pembina Lubuk Basung Regency Agam. The population in this study as many as 137 students and all sampled (total sampling). Data was collected by questionnaire and observation and then processed by computer and analyzed. The result showed most respondents (85.4%) have good psychosocial development. Most respondents (72.3%) are not exposed to the use of the gadget. Chi-square test showed the value of p = 0,033 and OR = 3,179. There is a relationship between the use of gadgets with psychosocial development of preschool children. Therefore, the school is expected to always provide activities that can stimulate psychosocial development of children while they are around school environment. Then the parents are expected to be able to control and supervise children when using gadgets at home. Keywords : gadget, psychosocial development, preschool. Reference : 23 (2004-2005)



PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukkan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat (intact survival). Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2006). Gangguan psikososial dikalangan anak-anak yaitu 12-29% sedunia (Health Problem in Children). Jumlah balita umur 0-4 tahun pada tahun 2014 adalah 24.062.106 dengan jumlah laki-laki 12.374.083 dan perempuan 11.688.023 (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Di Sumatera Barat jumlah anak balita dengan gangguan sosial sebanyak 62% (DINKES, Sumbar 2010). Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita (bawah lima tahun) lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaan dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita



disebut sebagai masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period) (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2006). Dewasa ini, keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar (Supartini, 2004). Padahal, perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia perkembangan tentu tidak kalah pentingnya, karena masa kanak-kanak merupakan proses menuju kematangan. Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak antara lain cemas, marah, dan lain-lain. Apabila hal tersebut dibiarkan secara terus menerus dapat berdampak terhadap psikologis anak dan tentunya akan mengganggu perkembangan anak. Selain kebutuhan fisiologis, anak juga individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak dikatakan sejahtera jika anak tidak merasakan gangguan psikologis, seperti rasa cemas, takut maupun lain-lain (Hidayat, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2009) menyebutkan terdapat beberapa masalah perkembangan psikososial (emosional dan sosial) anak usia prasekolah yang sering muncul yaitu ledakan amarah, takut, iri hati, ingin memiliki barang milik orang lain, adanya perasaan cemburu, umumnya anak terlihat agak malas dan pasif, jarang berpartisipasi secara aktif serta muncul perbedaan pemahaman antara kepercayaan dan keinginan seorang anak pada saat anak melakukan aktivitas bersama teman sebayanya. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Yulia (2015) ada hubungan penggunaan gadget terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah dimana menurut pengamatan orang tuanya dirumah, anak lebih menyenangi menggunakan gadgetnya



dibanding sebayanya.



bermain



dengan



teman



Observasi yang dilakukan oleh Anggrahini Dewi (2013) kepada beberapa keluarga di salah satu daerah wilayah Yogyakarta pada tahun 2013, menunjukan sejak menggunakan gadget, ketika dirumah anak menjadi susah diajak berkomunikasi, tidak peduli dan kurang berespon pada saat orang tua mengajaknya berbicara. Ditambah lagi, semakin berkembangnya zaman tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berlangsung semakin pesat dan penggunaannya telah menjangkau ke berbagai lapisan kehidupan masyarakat dari segala bidang, usia dan tingkat pendidikan. Dahulu, handphone dan PC tablet hanya digunakan dikalangan usia dewasa untuk berkomunikasi dan urusan pekerjaan saja dan orang-orang yang memiliki pendapatan tinggi karena harga gadget yang mahal. Namun sekarang, bukan bukan hanya dikalangan dewasa tetapi usia remaja dan usia dini seperti anak usia prasekolah atau anak TK pun sudah menggunakan gadget karena faktor orang tua yang sibuk bekerja dan harga gadget yang semakin murah akibat akibat persaingan dipasaran. Sedangkan aplikasi-aplikasi yang terdapat pada PC tablet atau smartphone tersebut bukan hanya aplikasi tentang pembelajaran mengenai huruf atau gambar, tetapi terdapat aplikasi hiburan, seperti sosial media, video, gambar, bahkan video game. Pada kenyataannya, anak-anak akan lebih sering menggunakan gadgetnya untuk bermain game dari pada untuk belajar ataupun bermain di luar rumah dengan teman-teman seusianya (Nurrachmawati, 2014). Berdasarkan dari hasil survei yang telah dilakukan peniliti di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam terhadap orang tua murid, dari 137 murid, rata-rata semua anak pernah menggunakan gadget,



milik orang tua yang dipinjamkan kepada anak. Dari data yang terkumpul, ada sebanyak 29,9% anak yang menggunakan gadget < 2 hari dalam seminggu dan 70,1% anak yang menggunakan gadget > 2 hari dalam seminggu, Kemudian lamanya anak saat menggunakan gadget yaitu ada sebanyak 26,3% kurang dari 2 jam per hari dan 73,7% lebih dari 2 jam per hari. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui “Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016”. METODE Metode penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 137 murid. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang menggunakan gadget. Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang sedang sakit fisik atau tidak masuk sekolah, Anak usia prasekolah tetapi memiliki kelainan/kecacatan mental atau berkebutuhan khusus. HASIL Distribusi karakteristik responden meliputi gambaran penggunaan gadget dan perkembangan psikososial anak pra sekolah serta analsis bivariat hubungan penggunaa gadget dengan perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016.



Tabel 5.3 Distribusi Responden Terhadap Paparan Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016. No 1 2



Ketegori Tidak Terpapar Terpapar Jumlah



frekuensi 99



% 72,3



38 137



27,7 100



Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 137 responden sebagian besar, 99 responden (72,3%) tidak terpapar terhadap penggunaan gadget. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016. No Kategori 1 Baik 2 Buruk Jumlah



frekuensi 117 20 137



% 85,4 14,6 100



Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 137 responden sebagian besar, 117 responden (85,4%) dengan perkembangan psikososial baik. Tabel 5.5 Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia Prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016. Kateg ori Pengg unaan Gadge t Terpap ar Tidak Terpap ar Total



Kategori Perkembangan Psikososial Buruk Baik N % N %



Total



N



%



10



26, 3



28



73,7



38



100



10



10, 1



89



89,9



99



100



20



14, 6



117



85,4



137



100



P val ue = 0,0 33



O R = 3, 1 7 9



Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 38 responden yang terpapar penggunaan gadget, terdapat 10 orang (26,3%) mengalami perkembangan psikososial buruk, dan dari 99 responden yang tidak terpapar penggunaan gadget, 10 orang (10,1%) yang mengalami perkembangan psikososial buruk. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan p = 0,033 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan gadget dengan perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung. Nilai Odds Ratio diperoleh 3,179 dapat diartikan bahwa responden yang terpapar penggunaan gadget memiliki peluang 3,2 kali untuk mengalami perkembangan psikososial buruk, dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar penggunaan gadget. PEMBAHASAN Tabel 5.3 terlihat bahwa dari 137 responden, 20 orang (14,6%) dengan perkembangan psikososial buruk dan 117 orang (85,4%) dengan perkembangan psikososial baik. Hasil penelitian yang dilakukan Yulia Trinika (2015) dengan judul Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di TK Swasta Kristen Immanuel Tahun Ajaran 2014-2015 dimana dari 95 responden sebanyak 56 orang dengan persentase 58,9% menunjukkan perkembangan perkembangan psikososial baik sedangkan sebanyak 39 orang dengan persentase 41,1% dengan perkembangan psikososial buruk. Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan psikososial anak diantaranya adalah faktor keluarga. Dimana pelajaran pertama diperoleh anak dari keluarga. Keluarga merupakan primary group bagi anak yang pertamatama mendidiknya dan merupakan



lingkungan sosial pertama dimana anak berkembang sebagai makhluk sosial. Didalam keluarga anak akan memperoleh bekal yang memungkinkannya menjadi anggota masyarakat yang baik kelak. Cara orang tua mendidik yang tepat dan efektif akan menunjang perkembangan psikososial anak menjadi lebih inisiatif sesuai dengan fase yang dilaluinya. Tabel 5.4 terlihat bahwa dari 137 responden terdapat 99 responden (72,3%) tidak terpapar terhadap penggunaan gadget. Sedangkan sisanya 27,7% terpapar terhadap penggunaan gadget. Pengumpulan data tentang keterpaparan penggunaan gadget didapat dari hasil wawancara melalui kuesioner dengan responden. Romo (2013). Menurutnya bermain gadget dalam durasi yang panjang dan dilakukan setiap hari secara kontinyu, bisa membuat anak berkembang ke arah pribadi yang antisosial. Ini terjadi karena anakanak ini tidak diperkenalkan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu juga berpotensi mendorong anak untuk menjalin relasi secara dangkal. Waktu untuk bercengkerama secara langsung berkurang karena sekarang waktu tersita untuk menikmati semuanya dalam kesendirian. Sosok yang paling berpengaruh dalam mencegah maupun mengatasi dampak negatif dari gadget adalah orang tua. Maka orang tua memiliki peran besar dalam membimbing dan mencegah agar teknologi gadget tidak berdampak negatif bagi anak. Cara-cara yang harus dilakukan oleh orang tua ialah pilih sesuai usia, batasi waktu, hindari kecanduan serta beradaptasi dengan zaman (Jovita Maria Ferliana, M.Psi, 2013). Penelitian yang dilakukan Yulia Trinika (2015) dimana dari 95 responden sebanyak 55 orang dengan persentase 57,9% menunjukkan paparan penggunaan gadget rendah sedangkan sebanyak 40 orang dengan persentase 42,1% dengan paparan penggunaan gadget tinggi.



Penelitian lain yang dilakukan oleh Delima, Arianti dan Pramudyawardani (2015) diperoleh hampir semua orang tua (94%) menyatakan bahwa anak mereka biasa menggunakan perangkat teknologi untuk bermain game. Sebagian besar anak (63%) menghabiskan waktu maksimum 30 menit untuk sekali bermain game. Sementara 15% responden menyatakan bahwa anak bermain game selama 30 menit sampai 60 menit dan sisanya dapat berinteraksi dengan sebuah game lebih dari satu jam. Penelitian ini sejalan dengan Kim (2013) menyatakan bahwa penggunaan media digital memiliki efek terhadap kemampuan perhatian anak seperti peningkatan hiperaktivitas dan kesulitan dalam berkonsentrasi serta mereka juga lebih banyak merasa sedih atau bosan dengan teman-temannya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Patricia & Don Edgar (2008) menyatakan di Australia justru video game digunakan di dalam kelas untuk membantu dalam proses pembelajaran, dimana permainan pendidikan berkualitas dikembangkan untuk anak-anak prasekolah seperti permainan bentuk, warna, angka, berhitung dan membaca. Sebagai contoh, pemainan Nintendo Brain Age dan Big Brain Academy dianggap sebagai hiburan yang berkualitas karena mengembangkan keterampilan berbasis matematika, logika dan latihan visual game. Karman (2013) menunjukkan bahwa anak-anak usia 6 tahun ke bawah sudah terlibat dalam penggunaan media dan teknologi baru semenjak lahir. Orang tua dan anggota keluarga lainnya pun menjadi faktor pendukung dalam pola pembelajaran tersebut, sehingga media dan teknologi baru memainkan peranan penting tetapi tidak merampas kegiatan luang mereka. Menurut asumsi peneliti sosok yang sangat berpengaruh pada anak yang kecanduan terhadap penggunaan gadget adalah orang tua. Justru, kadang kala orang



tua sengaja memberikan gadget kepada anak mereka agar anak tidak bermain diluar rumah dan bahkan tidak mengganggu aktivitas orang tua pada saat di rumah. Tentu saja hal ini akan menghambat proses sosialisasi anak, karena anak hanya akan asik dengan gadgetnya dan lama kelamaan anak dapat merasa bergantung pada gadgetnya tersebut. Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 38 responden yang terpapar penggunaan gadget, terdapat 10 orang (26,3%) mengalami perkembangan psikososial buruk, dan dari 99 responden yang tidak terpapar penggunaan gadget, 10 orang (10,1%) yang mengalami perkembangan psikososial buruk. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan p = 0,033 (p < 0,05) didapatkan hubungan antara penggunaan gadget dengan perkembangan psikososial. Penelitian yang dilakukan Yulia Trinika (2015) dimana dari 95 responden, 39 orang (41,1%) dengan paparan penggunaan gadget rendah tetapi perkembangan psikososial baik. Responden yang paparan penggunaan gadgetnya tinggi tetapi perkembangan psikososialnya buruk berjumlah 23 orang (24,2%). Responden yang paparan penggunaan gadgetnya tinggi tetapi perkembangan psikososialnya baik berjumlah 17 orang (17,9%). Kemudian responden yang paparan penggunaan gadgetnya rendah tetapi perkembangan psikososialnya buruk berjumlah 16 orang (16,8%). Menurut asumsi peneliti, perkembangan psikososial buruk pada anak usia prasekolah yang terpapar penggunaan gadget disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua dalam aplikasi yang digunakan anak saat bermain gadgetnya tanpa memilih-milih aplikasi yang mengedukasi anak. Tidak hanya itu saja, lama penggunaan gadget pun tidak diperhatikan orang tua. Kecanduan anak dimulai ketika anak menggunakan gadget berjam-jam. Dan dampaknya sendiri ketika



anak dipanggil orang tua mereka justru asik dengan gadgetnya tanpa menghiraukan orang disekitarnya. Kemudian ketika anak terpapar terhadap penggunaan gadget dan tanpa adanya kontrol ataupun pengawasan orang tua, akan berdampak buruk terhadap perkembangan psikososial anak itu sendiri. Sedangkan, berbeda jika orang tua yang memperhatikan aplikasi yang digunakan anak saat bermain dengan pembagian waktu antara penggunaan gadget dengan waktu sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar maka perkembangan psikososial anak akan berkembang dengan baik. Sementara bagi responden yang tidak terpapar penggunaan gadget namun mengalami perkembangan psikososial buruk (10,1%) dapat disebabkan oleh faktor lain yang memicu terjadinya perkembangan psikososial buruk seperti tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua, pola asuh, sosial ekonomi yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan umum serta faktor keturunan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia Prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016 maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden yaitu 85,4% dikategorikan perkembangan psikososial baik. 2. Sebagian besar responden yaitu 72,3% tidak terpapar terhadap penggunaan gadget. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan gadget dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah, nilai p = 0,033 dan OR = 3,179.



SARAN 1. Bagi Peneliti Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian yang sama dapat dilakukan tetapi pada tempat dan karakteristiknya berbeda. 2. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan atau pihak sekolah sebaiknya terus memperhatikan dan mengidentifikasi perkembangan psikososial anak serta perubahan yang terjadi pada perkembangan psikososial anak ketika anak berada dilingkungan pengwasan guru, sehingga guru dapat memberikan stimulus dalam bentuk kegiatan sosial pada seluruh siswa untuk perkembangan psikososial anak usia prasekolah di TK N Pembina Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun 2016. 3. Bagi orang tua Sebaiknya kepada orang tua agar dapat selalu memperhatikan setiap fase perkembangan anak, terutama perkembangan psikososial dan orang tua mampu mengidentifikasi pengaruh positif maupun negatif terhadap pengaruh penerapan gadget terhadap perkembangan psikososial anak serta diharapkan adanya monitoring dari orang tua yang memberikan fasilitas gadget kepada anak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka cipta. D.Gunarsa, Singgih dan Yulia Singgih D. Gunarsa. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Sumatera Barat: DINKES.



Elfindri, dkk. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Baduose Media Jakarta. Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika. Iswidharmanjaya, D. Dan Beranda Agency. (2014). Bila Si Kecil Bermain Gadget : Panduan Bagi Orang Tua Untuk Memahami Faktorfaktor Penyebab Anak Kecanduan Gadget. Jakarta : Bisakimia. Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Marliani, Rosleny. (2010). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Nelson. (1999). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurrachmawati. (2014). Pengaruh Sistem Operasi Mobile Android Pada Anak Usia Dini. Makassar: Universitas Hasanuddin. Ramli. (2005). Pendamping Anak Usia Dini. Jakarta : DepDikNas. Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni. (2012). Psikologi Keperawatan. Jakarta: Rajawali. Setiawan, A. dan Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika. Sjarkawi. (2009). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. Soetjiningsih, Gde Ranuh. (2012). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.



Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta. Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Wong, D, Eaton, M. H. Wilson, D, Winkelstein, M. & Schwartz, P. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Yumaresti, Tiara (2014). Sosio Pengaruh Gadget Bagi Anak. [Online]. Tersedia: http://tiarayumaresti.blogspot.co.id/20 14/06/-sosio-pengaruh-gadget-bagianak.html. (Diakses pada tanggal 17 Januari 2015). __________. (2015). Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia. [Online]. Tersedia:http://chamim017.blogspot.c o.id/2015/04/perkembanganpsikososial-pada-anak-usia.html. (Diakses pada tanggal 17 Januari 2015).