Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi POLA K [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DEPARTEMEN PRODUKSI DALAM MEMPRODUKSI PROGRAM TELEVISI (Studi Kualitatif Deskriptif pada Manager Produksi dan Tim Produksi Dhamma TV)



Oleh : Neno Wahyuningtyas 0911220104 Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya-Malang, 2014 ABSTRACT Communication and coordination of the organization members in producing good showing program influential in shaping the pattern of communication in Dhamma TV Production Department. From the communication patterns that has been found, is expected to be reflection for Dhamma TV Production Department. The purpose of this study was to identify and describe the pattern of organizational communication production department in producing television programs. This research uses qualitative method with descriptive type. the communication pattern in department production is formed by communication process that exists between organization members, where in communication process there is an interpersonal relationship such as proximity and kinship among organization members, then delivering communication process can be done personally, in groups, and also use certain media. However, to achieve effective communication between members of the organization are also necessary balance, suitability, and professionalism in performing job duties in order to avoid overlapping roles Key words : Communication Pattern, Organization, Dhamma TV



PENDAHULUAN Dalam sebuah organisasi, komunikasi menjadi bagian terpenting. Tanpa adanya komunikasi tidak akan ada aktivitas yang terorganisir. Koneksi dalam komunikasi merupakan sistem aliran yang menghubungkan dan membengkitkan kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi. Selain itu, komunikasi adalah alat yang dipakai anggota organisasi untuk melangsungkan interaksi dan bertukar pesan baik dengan atasan, bawahan maupun rekan sejawat. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan suatu kekuatan luar biasa dalam kehidupan organisasi. Karena komunikasi memungkinkan suatu struktur dapat berkembang dengan Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi



1



memberikan alat-alat kepada individu-individu yang terpisah untuk mengkoordinir aktivitas mereka sehingga tercapai tujuan bersama (Panuju, 2001, h. 1-2). Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian komunikasi di dalam organisasi. Peneliti ingin mengetahui bagaimana para anggota organisasi berinteraksi dalam mencapai tujuan organisasi. Maka organisasi yang dipilih oleh peneliti adalah organisasi pertelevisian yakni organisasi Dhamma TV (PT. Dhamma Joti). Dhamma TV merupakan televisi yang telah berkembang menjadi televisi komersil. Pemirsa Dhamma TV tidak hanya terbatas pada komunitas Buddhis saja, tetapi telah berkembang ke seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang suku, ras, dan agama. Dengan memberikan tayangan yang dapat diterima oleh masyarakat luas tanpa membedakan ras, suku dan agama, Dhamma TV juga memiliki tekad untuk menjadi televisi yang lebih berkembang, yakni menjadi televisi yang go national. Untuk menjadi televisi go national, Dhamma TV telah melakukan beragam upaya, diantaranya memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas tayangan. Perluasan jangkauan tayangan sudah dimulai dengan mendirikan beberapa pemancar di beberapa kota yang dimulai di Jawa Timur. Selain memperluas jangkauan, untuk mewujudkan cita-cita Dhamma TV menjadi televisi go national diperlukan adanya peranan penting dari Departemen Produksi. Mengingat Departemen Produksi merupakan bagian yang menghasilkan suatu program acara, dan program acara merupakan produk utama dari media televisi itu sendiri. Sehingga Departemen Produksi merupakan bagian yang paling disoroti dalam suatu organisasi pertelevisian. Maka dari itu Departemen Produksi dituntut untuk memberikan program acara yang baik dan dapat di terima oleh masyarakat luas. Departemen Produksi menurut Morissan (2008, h. 269) dapat diorganisir secara vertikal (hierarkis) dan juga secara horizontal (kooperatif). Pada sistem vertikal, komando produksi mengalir dari atas ke bawah, misalnya dari manager kepada produser, produser kepada sutradara, dan selanjutnya kepada tim kreatif dan produksi. Sedangkan pada sistem horizontal, terdapat tim produksi yang memiliki kewenangan yang sama dan keputusan dibuat bersama. Tim produksi bukanlah tim yang murni demokratis, namun selalu membutuhkan kerja kolektif dari seluruh individu yang terlibat.



Pengorganisasian secara vertikal maupun horizontal yang terjalin antara Manager Produksi dan tim produksi dalam memproduksi program televisi ini harus dilakukan demi tercapainya cita-cita organisasi yakni menjadi televisi go national. Maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut diperlukan adanya peranan dari masingmasing anggota organisasi baik peran dari Manager Produksi maupun tim produksi (produser, cameraman dan editor). Dari peran yang dimiliki oleh Manager Produksi maupun tim produksi, mereka dapat melakukan komunikasi dan koordinasi dalam menciptakan program-program yang layak untuk ditayangkan. Untuk mengetahui bagaimana para anggota organisasi saling berkomunikasi dan berkoordinasi dalam mewujudkan tujuan organisasi maka perlu adanya penelitian tentang pola komunikasi organisasi di dalam Departemen Produksi Dhamma TV. Dari pola komunikasi yang diteliti, peneliti dapat menggambarkan proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi pada Departemen produksi Dhamma TV. Kemudian peneliti juga dapat menemukan masalah apa yang menyelimuti para anggota organisasi di Departemen Produksi yang berpengaruh terhadap pencapaian cita-cita organisasi Dhamma TV. Hal ini diharapkan dapat menjadi cerminan dan perbaikan bagi organisasi Dhamma TV khususnya Departemen Produksi. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2010), pattern (pola) memiliki beberapa definisi, dintaranya; (1) a design, (2) regular arrangement of lines, shapes, colors, etc. as a design on material. Dimana ketiga definisi tersebut dapat diartikan sebagai; (1) suatu desain atau rancangan gambar, (2) susunan teratur berupa garis, bentuk, warna, dan lain-lain, yang merupakan komponen penyusun dari suatu gambar. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), pola diartikan sebagai gambar, bentuk (struktur) yang tetap. Sementara pemolaan diartikan sebagai proses dan cara. Kemudian Barnlund, Watzlawick, dkk. (DeVito, 1997, h. 47) menjelaskan bahwa komunikasi adalah transaksi, dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponennya saling terkait dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan atau keseluruhan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi adalah gambaran proses komunikasi antara dua orang atau lebih, dimana dalam proses komunikasi tersebut terdapat komponen-komponen komunikasi yang saling berkaitan dan terjadi secara berulang.



Untuk menemukan gambaran proses komunikasi, maka perlu adanya pemahaman mengenai komponen-komponen



yang membentuk suatu



proses



komunikasi tersebut. DeVito (1997, h. 27-29) menjelaskan bahwa komponenkomponen tersebut meliputi; sumber-penerima, enkoding-dekoding, pesan dan saluran, umpan balik, gangguan (noice), serta efek komunikasi. Kemudian dalam proses komunikasi yang terjalin diantara anggota organisasi dalam Departemen Produksi terdapat adanya keterlibatan komunikasi antarpribadi, komunikasi bermedia dan komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dianggap sebagai jenis komunikasi efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang Effendy (2009, h. 125). Untuk meninjau karekteristik komunikasi antar pribadi yang efektif, DeVito (1997, h. 259263) menjelaskan bahwa terdapat lima ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang harus diperhatikan, diantaranya ; keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Komunikasi bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat, misalnya telefon atau memorandum. Karena menggunakan alat maka antara kedua orang tersebut tidak ada kontak pribadi (Effendy, 2009, h. 125). Masmuh (2010, h. 23) menambahkan bahwa, komunikasi bermedia dapat terjadi, baik di dalam komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, maupun komuikasi horizontal. Terdapat beberapa macam media yang dapat digunakan di dalam menyampaikan suatu informasi, diantaranya melalui memo dan instruksi tertulis, papan pengumuman, dan media telefon. Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small group communication), bersifat tatap muka (Mulyana, 2008, h. 82). Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Misalnya komunikasi kelompok yang terjadi antara seorang pemimpin dengan sekelompok karyawan. Komunikasi kelompok kecil dengan sendirinya akan melibatkan komunikasi antar pribadi atau interpersonal communication (Mulyana, 2008, h. 82). Secara keseluruhan pembahasan tentang komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok saling berbungan dan membentuk satu-kesatuan konsep yang mempengaruhi proses pembentukan pola komunikasi dalam Departemen Produksi.



METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Fokus dalam penelitian adalah pola komunikasi yang ada di dalam organisasi Dhamma TV khususnya pada Departemen Produksi. Dimana peneliti melihat proses komunikasi yang terjalin antar anggota organisasi baik secara vertikal maupun horizontal dalam memproduksi program televisi. Produksi program yang dimaksud bukanlah produksi program pada konten tayangan tertentu, melainkan produksi program yang secara umum dilakukan oleh para anggota organisasi dalam Departemen Produksi ini. Sumber data penelitian diambil dari data primer (wawancara mendalam dan observasi), dan data sekunder (catatan pribadi peneliti terkait dengan kegiatan penelitian dan arsip atau dokumen organisasi Dhamma TV). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam (dept interview). Kemudian dalam analisis data, peneliti menggunakan teknik komparatif konstan seperti yang diperkenalkan oleh Glasser dan Strauss (Kriyantono, 2010, h.198). Mereka menjelaskan bahwa di dalam teknik komparatif konstan terdapat tahapantahapan yang harus diperhatikan oleh peneliti, diantaranya; (1) Menempatkan kejadian-kejadian (data) ke dalam kategori-kategori. Kategori-kategori tersebut harus dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya, (2) Memperluas kategori sehingga didapat kategori data yang murni dan tidak tumpang tindih satu dengan lainnya. (3) Mencari hubungan antarkategori, (4) Menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke dalam struktur teoretid yang koheren (masuk akal, saling berlengketan atau bertalian secara logis). Kemudian dalam menguji kredibilitas hasil data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan peneliti yakni triangulasi sumber dan triangulasi metode. Cara menggunakan triangulasi sumber yakni dengan memeriksa dan membandingkan data yang telah diperoleh dari satu sumber data dengan beberapa sumber data lain. Data yang dimaksud adalah data yang berasal dari informan yang akan diperiksa melalui informan satu dengan informan lainnya. Sedangkan cara



menggunakan triangulasi metode yakni dengan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari observasi dan wawancara mendalam terhadap informan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Komunikasi Vertikal dalam Departemen Produksi Dhamma TV Menurut Effendy (2009:122-123), komunikasi vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), merupakan komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal-balik (two-way traffic communication). Dalam Departemen Produksi komunikasi ke atas mengalir dari Manager Produksi kepada Produser, sedangkan komunikasi ke bawah mengalir dari produser kepada Manager Produksi. Dengan komunikasi vertikal peneliti dapat melihat bagaimana proses penyampaian dan penerimaan pesan (proses komunikasi) yang terjalin diantara atasan dan bawahan yang mendasari terjadinya pembentukan suatu pola komunikasi. Pada proses komunikasi vertikal, baik komunikasi ke bawah maupun komunikasi ke atas, peneliti menemukan masalah di dalam Departemen Produksi. Masalah tersebut berpengaruh di dalam pencapaian cita-cita organisasi. Seperti yang sering disinggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa permasalahan tersebut berkaitan dengan SDM. Dapat dikatakan bahwa jumlah SDM dalam Departemen Produksi kurang memenuhi. Akibatnya terdapat adanya tumpang tindih peran. Sehingga pekerjaan terlalu menumpuk dan terjadi adanya ketidakfokusan dalam sebuah pekerjaan. Sementara seorang pekerja kreatif khususnya produser harus fokus terhadap pengembangan kreatifitas. Dimana produser sebagai kreator harus membuat karya-karya yang bagus, dapat dimulai dengan persiapan yang mantap dan pengembangan ide-ide cemerlang. Apabila produser tidak bisa bekerja secara fokus, maka apa yang dikerjakan tidak maksimal dan tentunya menghambat Departemen Produksi Dhamma TV dalam mencapai cita-cita organisasi untuk menjadi televisi go national. Penjelasan mengenai komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas merupakan satu kesatuan dari komunikasi vertikal dalam Departemen Produksi. Dalam komunikasi vertikal terdapat adanya komunikasi yang berjalan dua arah. Dimana



setiap orang dalam komunikasi vertikal ini dapat saling menerima feedback, berjalan secara informal, dan fleksibel (Suranto,2011, h. 3), baik dalam komunikasi ke atas maupun komunikasi ke bawah. Feedback diterima ketika mereka melakukan komunikasi dan saling memberikan umpan balik, misalnya ketika seorang produser mengalami kesulitan dengan pekerjaannya, maka seorang Manager Produksi selaku atasan memberikan pengarahan dan saran. Komunikasi tersebut berjalan secara informal, tidak terpaku pada struktur, namun secara kekeluargaan, ada kedekatan diantara Manager Produksi dan para produser. Komunikasi vertikal ini juga berjalan secara fleksibel, dalam artian dapat menyesuaikan dengan situasi yang ada, misalanya bisa secara tatap muka ataupun melalui media telepon. Komunikasi vertikal dalam Departemen Produksi Dhamma TV ini merupakan komuniksi yang terjalin antara Manager Produksi dengan empat produser. Komunikasi ke bawah yang dilakukan Manager Produksi kepada para produser dapat disampaikan dengan cara personal maupun berkelompok, baik dengan tatap muka maupun menggunakan media. Sedangkan komunikasi ke atas yang dilakukan oleh para produser kepada Manager Produksi dilakukan secara personal dan tatap muka langsung. 2. Komunikasi Horizontal dalam Departemen Produksi Dhamma TV Komunikasi horizontal dalam Departemen Produksi Dhamma TV terjalin dalam tim produksi, yakni diantara produser, cameraman dan juga editor. Dalam Komunikasi horizontal tentu saja terdapat banyak informasi-informasi yang terkandung dalam jalinan komunikasi antar anggota dalam tim produksi tersebut. untuk mempermudah peneliti dalam menganalisi, peneliti membagi pembahasan ini menjadi dua, yakni komunikasi horizontal dalam peran yang berbeda dan komunikasi horizontal dalam peran yang sama. Dimana komunikasi dalam peran yang berbeda terjalin antar anggota yang tentunya memiliki peran berbeda-beda seperti komunikasi yang terjalin antara produser, cameraman dan editor. Sedangkan komunikasi dalam peran yang sama merupakan komunikasi yang terjalin antar anggota yang memiliki kesamaan peran, seperti produser dengan produser, cameraman dengan cameraman, dan editor dengan editor.



Pada komunikasi horizontal, baik komunikasi dalam peran yang berbeda maupun dalam peran yang sama, peneliti menemukan beberapa masalah yang menjadi penghambat dalam mencapai cita-cita organisasi yakni menjadi televisi go national. Masalah tersebut juga terjadi pada komunikasi vertikal, yakni permasalahan tentang SDM. SDM sangatlah berperan penting di dalam mencapai tujuan orgaisasi. Maka selain kualitas diperlukan pula kuantitas SDM yang memadai. Yang terjadi di Dhamma TV adalah kuantitas SDM belum tercukupi, hal tersebut menyebabkan adanya tumpang tindih peran yang secara otomatis berdampak pada kualitias produksi. Sehingga diperlukan adanya kesadaran dari pihak manajemen pusat untuk menambah SDM. Karena dengan adanya kuantitas SDM yang terpenuhi maka akan meminimalisir terjadinya kerumitan dalam bekerja, seperti kerumitan dalam mengatur pekerjaan yang menumpuk, dan kerumitan dalam penyediaan tenaga SDM (cameraman) ketika terdapat jadwal produksi yang bertabrakan. 3. Pola Komunikasi Organisasi Departemen Produksi dalam Memproduksi Program Televisi Dari data-data yang telah diperoleh, peneliti dapat menggolongkan pola komunikasi berdasarkan dari proses komunikasi atau aliran informasi dalam organisasi Departemen Produksi, baik pada dimensi vertikal maupun dimensi horizontal. Dimana dalam dimensi vertikal terdapat proses komunikasi yang terjalin antara Manager Produksi kepada Produser dan Produser kepada Manager Produksi, sedangkan pada dimensi horizontal, proses komunikasi terjalin diantara tim produksi, yakni pada tim produksi dalam peran yang berbeda dan dalam peran yang sama. Sehingga berdasarkan proses komunikasi tersebut, peneliti menggolongkan pola komunikasi menjadi empat, yakni pola komunikasi organisasi Manager Produksi kepada para Produser, pola komunikasi para produser kepada Manager Produksi, pola komunikasi tim produksi dalam peran yang berbeda, serta pola komunikasi pada tim produksi dalam peran yang sama, berikut gambaran pola komunikasinya.



Pola Komunikasi Organisasi Manager Produksi kepada Para Produser Sumber: dikelolah oleh peneliti



Pola Komunikasi Organisasi Para Produser kepada Manager Produksi Sumber: dikelolah oleh peneliti



Pola Komunikasi Organisasi Tim Produksi dalam peran yang berbeda Sumber: dikelolah oleh peneliti



Pola Komunikasi Organisasi Tim Produksi dalam peran yang sama Sumber: dikelolah oleh peneliti Kemudian dari pola komunikasi Departemen Produksi yang ada, peneliti menemukan adanya kemiripan dengan pola semua saluran atau pola bintang, dimana dalam pola tersebut menjelaskan bahwa setiap anggota baik Manager produksi, produser, cameraman maupun editor memiliki kesempatan yang sama untuk saling



melakukan komunikasi kepada siapa saja. Manager Produser pun bisa melakukan komunikasi secara sejajar (horizontal) dengan para bawahannya ketika Manager Produksi berperan sebagai Produser, dan seorang produser tentu saja berkomunikasi secara rutin kepada cameraman dan editor mengingat mereka merupaka tim yang saling terlibat di dalam produksi program acara. Sehingga dapat diartikan komunikasi dalam Departemen Produksi dapat dilakukan kepada siapa saja tanpa adanya batasan struktur atau kesenjangan. Setiap anggota juga memiliki peran yang sama-sama pentingnya dalam mewujudkan cita-cita organisasi. Dari peran yang mereka miliki, membuat mereka merasa saling melengkapi dan menghargai satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh DeVito (dalam Pace & Faules, 2005, h. 174) bahwa semua anggota adalah sama, dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam pola semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Berikut gambaran peneliti mengenai pola komunikasi Departemen Produksi yang mirip dengan pola semua saluran atau bintang.



Pola Semua Saluran atau Bintang dalam Departemen Produksi Dhamma TV Sumber : Dikelolah oleh peneliti



Berdasarkan pola-pola komunikasi yang ditemukan oleh peneliti, diharapkan dapat menjadi cerminan untuk Departemen Produksi Dhamma TV, agar dapat lebih meningkatkan kinerja dan perbaikan dalam memproduksi suatu program acara dengan penyesuaian dan penyeimbangan peran yang dimiliki berdqasarkan struktur organisasi. Mengingat para anggota organisasi berperan diluar struktur, dalam artian terdapat adanya tumpang tindih peran di dalam memproduksi duatu program acara. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan SDM, sehingga menyebabkan seorang Manager dapat pula berperan sebagai produser dan satu produser juga dapat menghandle lebih dari satu program acara. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila SDM yang ada di Dhamma TV memadai. Selain itu, organisasi dalam Departemen Produksi ini sangat kental dengan kekeluargaan dan toleransinya, hal tersebut tergambarkan ketika para anggota organisasi saling membantu di dalam menyelesaikan tugas pekrjaan walaupun hal tersebut bukan tanggungjawab dari anggota organisasi yang bersangkutan. Seperti terdapat adanya tumpang tindih peran yang dilakukan secara sadar dan rutin. Namun dari apa yang terjadi, program acara yang ada di Dhamma TV menjadi beranekaragam, hal tersebut merupakan hasil dari jerih payah para anggota organisasi Departemen Produksi yang telah memaksimalkan tenaga yang dimiliki untuk menciptakan berbagai macam program acara walaupun jumlah mereka terbatas. Sehingga dapat dikatakan bahwa keterbatasan SDM yang terjadi dalam Departeman Produksi tidak menghalangi semangat dan kerja keras para anggota organisasi dalam menciptakan beragam program televisi untuk disajikan kepada masyarakat luas. Hal tersebut dilakukan demi mencapai misi organisasi Dhamma TV, yakni menjadi televisi go national dan inilah yang menjadi kelebihan dari Dhamma TV. Semangat go national yang dimiliki oleh Dhamma TV tidak dimiliki oleh televisi lokal lainnya.



KESIMPULAN Dalam penelitan ini terdapat lima pola komunikasi yang ditemukan, yakni pola komunikasi organisasi Manager Produksi kepada Produser, pola komunikasi organisasi para Produser kepada Maanager Produksi, pola komunikasi tim produksi dalam peran yang berbeda dan pola komunikasi organisasi tim produksi dalam peran yang sama, serta pola semua saluran atau pola bintang. Pola komunikasi organisasi Manager Produksi kepada Produser dan pola komunikasi organisasi para Produser kepada Manager Produksi menggambarkan proses komunikasi vertikal baik dalam komunikasi ke bawah (downward communication) maupun komunikasi ke atas (upward communication). Sedangkan pola komunikasi organisasi pada tim produksi menggambarkan proses komunikasi yang dilakukan oleh produser, cameraman dan editor, dimana prosesnya dibedakan menjadi komunikasi dalam peran yang berbeda dan dalam peran yang sama. Kemudian dari pola komunikasi Departemen Produksi yang ada, peneliti menemukan adanya kemiripan dengan pola semua saluran atau pola bintang. Dalam pola ini menjelaskan bahwa setiap anggota baik Manager produksi, produser, cameraman maupun editor memiliki kesempatan yang sama untuk saling melakukan komunikasi. Dalam artian komunikasi dapat dilakukan kepada siapa saja tanpa adanya batasan struktur atau kesenjangan. Setiap anggota juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam mewujudkan cita-cita organisasi. Dari peran yang mereka miliki, membuat mereka merasa saling melengkapi dan menghargai satu sama lain. Berdasarkan pola komunikasi yang ditemukan, peneliti juga menemukan permasalah di dalam Departemen Produksi, yakni terdapat adanya tumpang tindih peran yang terjadi di dalam menproduksi program televisi. Tumpang tindih peran ini terjadi karena terdapat adanya keterbatasan waktu dan SDM. Sementara tuntutan pekerjaan para anggota organisasi sangat banyak. Hal tersebut mengakibatkan pekerjaan semakin menumpuk, sehingga terjadi adanya ketidakfokusan dalam sebuah pekerjaan, dan secara otomatis berdampak pada kualitas produksi. Akibatnya para anggota organisasi lebih mementingkan hasil dari pekerjaan yang dilakukan, namun tidak mementingkan proses di dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.



Tentunya hal ini akan berpengaruh pada pencapaian cita-cita organisasi. Walaupun Dhamma TV telah memiliki beragam program, namun hal tersebut tidak cukup untuk menjadikan Dhamma TV sebagai televisi go national. Karena untuk menggapai suatu cita-cita tidak hanya memiliki pemancar yang banyak atau program yang bervariasi, namun perlu adanya proses pengelolaan yang baik dan SDM yang cukup di dalam memproduksi program. Namun terlepas dari masalah yang ada, Dhamma TV merupakan televisi lokal yang memiliki semangat go national yang tentunya tidak dimiliki oleh televisi lokal lainnya. Berbagam upaya telah dlakukan agar Dhamma TV dapat menyajikan beragam program yang dapat disaksikan oleh masyarakat luas tanpa membedakan suku, ras dan agama. SARAN -



Bagi Departemen Produksi Dhamma TV Dari pola komunikasi yang ditemukan, diharapkan dapat menjadi cerminan bagi Departemen Produksi Dhamma TV untuk lebih baik lagi. Dimana terdapat hal-hal yang harus diperbaiki bila ingin benar-benar mencapai cita-cita Dhamma TV menjadi televisi go national. Setiap anggota seharusnya bekerja sesuai dengan peran yang ditetapkan berdasarkan struktur. Agar tidak terjadi adanya tumpang tindih peran. Maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menambah kuantitas SDM. Dengan jumlah SDM yang memadai maka setiap anggota dapat fokus dalam bekerja. Sehingga pola komunikasi yang terbentuk antar anggota organisasi menjadi lebih baik, dan secara otomatis akan memperbaki kualitas dari setiap produksi yang ada serta akan mempermudah Departemen Produksi dalam meraih cita-cita organsasi, yakni sebagai televisi go national.



-



Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa mengenai Pola Komunikasi Organisasi untuk memperkaya pembahasan mengenai pola komunikasi dalam lingkup organisasi. Karena penelitian mengenai pola komunikasi organisasi ini masih jarang ditemukan. Penelitian pola komunikasi dalam lingkup organisasi juga dapat dilakukan secara keseluruhan, tidak harus terpaku pada satu bagian atau satu Departemen saja.



DAFTAR PUSTAKA -



A.W., Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Endraswara, S. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan : Ideologi, Epistemologi dan Aplikasi. Sleman : Pustaka Widya Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja Effendy, O. U. (2011). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Devito, J. A. (1997). Komunikasi Antarmanusia: Kuliah Dasar (Ed. 5). Jakarta: Proffesional Books. Djamarah, S. B. (2004), Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta. Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana. Kuswarno, E. (2008). Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjajaran. Littlejohn, S. W. & Karen A. F. (2009). Teori Komunikasi : Theories of Human th Communication (9 Ed.). Jakarta : Salemba Humanika. M.A., Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana. Masmuh, A. (2010). Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM Press. Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muhammad, A. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Mulyana, D. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pace, R. W. & Don F. F. (2005). Komunikasi Organisasi. Bandung : Rosdakarya. Panuju, R. (2001). Komunikasi Organisasi : Dari Konseptual-Teoritis ke Empirik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahmawati, I. & Rusnandi, D. (2011). Berkarir di Dunia Broadcast : Televisi dan Radio. Jakarta: Niaga Swadaya. Suprayogo & Tobroni. (2003). Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: Publishing Place. Sutopo, H. B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Wardhany, A. C. & Morissan. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Gramedia Wisiasarana Indonesia.