Jurnal Penyerbukan KS DG Serangga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Volume 05, Nomor 1, Edisi Mei 2019 PENGEMBANGBIAKAN SERANGGA PENYERBUK (Elaeidobius kamerunicus) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis gueneensis Jacq.) DI PT BARITO PUTERA PLANTATION Oleh: Hariyadi Gunawan dan Linda Rahmawati Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan [email protected] ABSTRAK Produksi buah kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah proses penyerbukan yang diawali dengan pembentukan fruit set dan fruit to bunch pada buah kelapa sawit. Untuk meningkatkan jumlah fruit set dan fruit to bunch, maka dilakukan penyerbukan buatan menggunakan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengembangbiakan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus dan cara pelepasan serangga tersebut. Pengamatan ini dilakukan di PT. Barito Putera Plantatation. Pengamatan ini merupakan pengamatan deskriptif yang akan menghasilkan data meliputi kriteria bunga jantan yang lewat anthesis, alat dan bahan, cara pengembangbiakan, dan pelepasan serangga penyerbuk Elaedobius kamerunicus. Hasil pengamatan menunjukan bahwa cara pengembangbiakan serangga tersebut dimulai dari perhitungan fruit set dan fruit to bunch, sensus populasi serangga per hektar, pengambilan bunga lewat anthesis sebagai inang larva, pengembangbiakan dalam kotak Hatch and Carry Mobile, penyemprotan polen pada jaring dan pelepasan pada blok yang telah ditentukan dengan cara mengikatkan jaring pada bagian tubuh pemanen sehingga tersebar merata. Kata Kunci : Fruit Set dan Fruit To Bunch, Cara Pengembangbiakan, Teknik Pelepasan. kamerunicus terhadap PENDAHULUAN pembentukan TBS tersebut, alangkah Potensi pada saat ini semakin baiknya dilakukan pengembangbiakan berkembang, sehingga terus di lakukan serangga penyerbuk Elaeidobius usaha dalam upaya meningkatkan kamerunicus pada tanaman kelapa sawit. produktifitas tanaman kelapa sawit Penelitian ini mengenai cara diantaranya yaitu menggunakan bibit pengembangbiakan serangga penyerbuk varietas unggul, kesesuaian lahan yang (Elaeidobius kamerunicus) pada tanaman tepat, pengendalian hama dan penyakit, kelapa sawit (Elaeis gueneensis Jacq) Di serta pengendalian gulma (Kahono dkk, PT. Barito Puter Plantation. 2012). Faktor lain yang dapat berpengaruh adalah baik atau tidaknya Tandan Buah METODE PENELITIAN Segar (TBS) yang dilihat dari fruit set dan Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan di fruit to bunch yang terbentuk melalui perkebunan kelapa sawit PT BPP. Alat yang penyerbukan pada TBS tersebut. Umumnya digunakan pada pengamatan serangga penyerbukan terjadi secara alami dan penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) tergantung dengan alam. Maka dari itu adalah pulpen, kertas dan kamera untuk dilakukan penyerbukan buatan dengan mengambil data dan dokumentasi, gunting menggunakan bantuan serangga penyerbuk untuk memotong spikelet, timbangan untuk Elaeidobius menimbang buah, kapak untuk kamerunicus (Girsang dkk, 2017). Melihat membrondoli buah, dodos untuk peran serangga penyerbuk Elaeidobius mengambil bunga anthesis dan lewat



15



Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur



anthesis, mangkok dan oven untuk mengeringkan polen, saringan untuk menyaring polen, tabung penyemprot untuk menyemprotkan polen, dan kotak hatch and carry mobile dengan panjang 120 cm, lebar 60 cm dan tinggi 100 cm sebagai tempat untuk pengembangbiakan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bunga jantan lewat anthesis sebagai inang larva serangga dan bunga jantan anthesis untuk pengambilan polen. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi langsung dengan mengamati cara pengambilan bunga jantan yang dijadikan larva sebagai inang, cara pengembangbiakkan dan cara pelepasan serangga Elaidobius kamerunicus pada tanaman kelapa sawit. Sedangkan data sekunder didapatkan peneliti melalui wawancara, arsip dan SOP pengembangbiakan serangga penyerbuk Elaidobius kamerunicus di PT Barito Putera Plantation. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang akan menguraikan hasil dan pembahasan pengamatan dari penelitian secara terperinci. Diagram alir kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :



Gambar 1 Diagram Alir



HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Lokasi Hal pertama yang harus dilakukan dalam pengembangbiakan serangga Volume 05, Nomor 1, Edisi Mei 2019 penyerbuk Elaeidobius kamerunicus adalah melihat blok dengan produktifitas yang baik untuk digunakan sebagai blok pengambilan inang larva untuk dikembangbiakan. Syarat blok yang dijadikan sebagai tempat pengambilan inang larva adalah populasi serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus dalam blok tersebut harus lebih dari 20.000 ekor/ha. Jumlah tersebut dipertahankan untuk mendapatkan nilai fruit set yang ideal yaitu (75%) (Donough et al., 1996 ; Susanto dkk., 2007 dalam Lubis dkk, 2017). Dalam penelitian ini, dari pihak Mantri HPT PT BPP, merekomendasikan untuk mengambil sampel Blok B-26 A sebagai tempat pengambilan inang larva Elaeidobius kamerunicus. Penetapan blok B-26 A ini berdasarkan hasil perhitungan fruit set dan fruit to bunch, sedangkan penetapan blok A-28 didasarkan pada perhitungan populasi serangga Elaeidobius kamerunicus > 20.000 ekor/ha. Perhitungan fruit set dan fruit to bunch Setelah penentuan tempat, langkah selanjutnya adalah perhitungan Fruit set dan fruitto bunch. Fruit set adalah perbandingan atau rasio antara buah jadi (berkembang karena penyerbukan) terhadap jumlah semua buah pada satu tandan utuh (termasuk buah partenokarpi/mantel) (Prasetyo dan Susanto, Tt). Nilai fruit set dapat dikatakan baik jika persentase lebih dari 75 % (Obute, 2012 dalam Lumentut dan Hosang, 2016). Sedangkan fruit to bunch adalah perbandingan atau rasio antara berat buah yang berkembang terhadap berat buah satu tandan kelapa. Berikut adalah rumus untuk menghitung Fruit set dan fruit to bunch



16



Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur Volume 05, Nomor 1, Edisi Mei 2019



Fruit set : ���������� ������ =����������ℎ ������ℎ ℎ�������� ���������������������� (��������) ����������ℎ ������ℎ �������� + ������ℎ ������������������������ x 100%



Langkah selanjutnya menghitung fruit to bunch dengan rumus sebagai berikut: ���������� ���� ��������ℎ =���������� ������ℎ ℎ�������� ���������������������� (��������) ���������� ������ℎ �������� ������������ ������ℎx 100%



Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai fruit set pada blok B-26 kurang dari 75% yaitu 55,3% dan nilai fruit to bunch kurang dari 60%, yaitu 57,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada blok tersebut mengalami penyerbukan yang kurang maksimal. Perhitungan Populasi Serangga Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Perhitungan populasi serangga penyerbuk dilakukan pada blok B-26 A dan A-28. Proses perhitungan populasi serangga penyerbuk diawali dengan menghitung bunga jantan anthesis dalam 1 ha pada blok tersebut. Bunga jantan anthesis dapat dilihat secara visual yaitu berwarna kuning karena serbuk sari yang menempel serta



berbau menyengat. Bunga anthesis yang dihitung berada row ke 9, 10, 19, 20, 29, 30, 39, 40 dan seterusnya dengan interval 10 row. Hal tersebut dimaksutkan agar sensus populasi dapat dilakukan secara merata pada 2 blok. Selanjutnya pada setiap blok dipilih 1 tandan bunga jantan anthesis yang digunakan sebagai sampel. Kemudian dihitung jumlah spikelet pada tandan bunga jantan anthesis tersebut. Dalam satu tandan tersebut diambil 3 spikelet (Gambar 2 a) menggunakan plastik dan gunting, dalam proses ini harus pastikan tidak ada serangga yang terlepas. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah serangga pada 3 spikelet tersebut (Gambar 2 b), hasilnya kemudian dirata ratakan. Populasi serangga penyerbuk dapat diperoleh dengan cara: Populasi seranggga = Rata-rata serangga



penyerbuk dalam satu spikelet x Jumlah spikelet dalam satu tandan x Jumlah tandan anthesis dalam 1 ha.



kamerunicus dan Gambar 2b.Perhitungan populasi serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Jika populasi serangga kurang dari 20.000 ekor/ha, maka layak dilakukan pengembangbiakan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus dan dilepas di blok tersebut dan sebaliknya. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan didapat hasil bahwa populasi serangga penyerbuk pada blok B-26 A < 20.000/ha, yaitu



(2a) (2b) Gambar 2a. Pengambilan spikelet serangga penyerbuk Elaeidobius



17



Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur lewat anthesis terdapat telur/larva serangga lain seperti semut (Gambar 3). Gambar 3. Semut pada kotak 18.000 ekor/ha. Sedangkan populasi serangga penyerbuk pada blok A-28 > 20.000/ha, yaitu 25.380 ekor/ha.



Pengembangbiakan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus dengan teknik hatch and carry mobile 1. Tahap persiapan Tahap ini meliputi, pembersihan kotak hatch and carry mobile (Gambar 4) dan pengambilan bunga jantan yang sudah lewat masa anthesis (Gambar 5). Kotak hatch and carry mobile dibersihkan dari kotoran-kotoran serta serangga lain seperti semut yang menjadi musuh alami serangga. Erniwati dan Kahono (2012) menyatakan bahwa semut rangrang adalah salah satu dari 7 jenis predator alami Elaeidobius kamerunicus yang ditemukan dalam penelitianya. Keberadaan semut selama pengembangbiakan disebabkan oleh pembersihan kotak kurang teliti, oli pada wadah di kaki kotak hatch and carry mobile tumpah dan habis atau pada saat pengambilan tandan bunga jantan yang



hatch and carry mobile Untuk mencegah keberadaan semut, pada bagian bawah kaki kotak hatch and carry mobile diletakkan wadah berisi oli agar semut tidak dapat naik ke kotak. Selain itu, perlu dipastikan juga tidak ada lubang pada kotak maupun jaring agar serangga penyerbuk di dalam kotak tidak terbang keluar. Tahap selanjutnya dalah pengambilan bunga jantan yang lewat anthesis. Secara fisik, bunga jantan yang telah lewat masa anthesis berwarna kecoklatan dan tidak ada lagi serbuk sari. Volume 05, Nomor 1, Edisi Mei 2019 Gambar 4. Membersihkan kotak



hatch and carry mobile



Gambar 5. Pengambilan tandan bunga jantan lewat anthesis



Tahapan pelaksanaan pengembangbiakan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus meliputi penyusunan bunga jantan lewat masa anthesis pada kotak hatch and carry mobile, pengambilan polen dan pengeringan polen. Dalam bunga jantan lewat anthesis ini sudah terdapat larva serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus di bagian dalam spikelet. Pada proses pemasukan bunga jantan lewat anthesis ke dalam kotak hatch and carry mobile dilakukan penyusunan 6 buah tandan bunga jantan lewat anthesis (Gambar 5), kemudian tutup kembali kotak dengan rapat. Selanjutnya dilakukan pengecekan setiap hari pada pagi, siang dan sore hari. Pengecekan ini bertujuan untuk melihat kecukupan oli pada wadah dan melihat apakah sudah ada serangga penyerbuk di bagian atas jaring.



2. Tahap pelaksanaan



18



Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur spikelet mungkin terdapat larva atau pupa dengan umur yang berbeda beda. Hal itu juga dapat disebabkan karena umur bunga jantan lewat anthesis yang diambil tidak sama sehingga kemungkinan umur stadium serangga penyerbuk juga berbeda yang dapat berpengaruh kepada cepat lambatnya mencapai stadium imago (terbang ke atas jaring). Pada rentang waktu tersebut sekitar 4 hari setelah pembiakan pada kotak hatch and carry mobile dapat dilakukan pengambilan polen (serbuk sari) dari Gambar 6. bunga jantan anthesis (Gambar 7). Penyusunan tandan bunga jantan lewat anthesis



Berdasarkan pengamatan, satu hari setelah pengembangbiakan dalam kotak sudah ada satu sampai dua serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus yang naik ke atas jaring. Perbedaan kecepatan waktu larva serangga penyerbuk menjadi imago dikarenakan dalam setiap tandan dan



Gambar 7. Pengambilan polen



Tandan yang diambil polennya adalah tandan bunga jantan yang dalam masa anthesis sebanyak 3 tandan. Tandan tersebut kemudian dibanting-banting yang bertujuan agar polen lepas. Berdasarkan Volume 05, Nomor 1, Edisi Mei 2019 pengamatan, hal yang dapat mempersulit pengambilan polen adalah spikelet yang basah sehingga polen sulit lepas. Oleh sebab itu, sebaiknya pengambilan bunga jantan anthesis dilakukan antara pukul 09.00 – 11.00 WITA, dimana pada saat itu polen kering dan mudah gugur. Untuk selanjutnya polen dioven selama kurang lebih 12 jam dengan suhu ± 500 C. Pengeringan dengan oven ini dimaksudkan agar polen kering sehingga mudah menempel saat melakukan penyemprotan pada tubuh serangga penyerbuk (Gambar 8). Sebaiknya pengambilan polen dilakukan ketika serangga Elaeidobius kamerunicus sudah siap lepas sehingga viabilitas polen tidak mengalami penurunan karena terlalu lama disimpan. Menurut Widiastuti dan Palupi (2008), polen



(serbuk sari) merupakan suatu jaringan hidup yang akan mengalami kemunduran seiring lamanya waktu penyimpanan.



Gambar 8. Pengeringan polen Pelepasan serangga penyerbuk Elaidobius kamerunicus Setelah kurang lebih seminggu dalam kotak hatch and carry mobile, serangga penyerbuk sudah berterbangan ke atas jaring yang menandakan bahwa serangga tersebut telah dewasa dan sudah dapat dilepas pada blok yang sebelumnya sudah ditentukan (blok B-26 A). Berdasarkan pengamatan, serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus yang terbang pada jaring lebih condong ke arah cahaya (Gambar 8) seperti pendapat yang dikemukakan oleh Alamsyah dkk (2017), serangga secara umum memiliki



19



Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur 10 mesh untuk mencapai nilai fruit set hingga 80% (Jambak, 2011 dalam Hasibuan dan Sobari, Tt). Kemudian sifat ketertarikan terhadap berkas cahaya dilakukan penyemprotan polen pada UV. serangga yang ada dalam jaring secara Gambar 9. Serangga pada jaring yang siap merata. Kegiatan penyemprotan polen dapat dilihat pada (Gambar 10). Gambar



lepas Proses selanjutnya, polen yang telah dikeringkan diayak hingga halus dan dimasukan ke dalam tabung penyemprot. Sebaiknya dalam penyaringan polen menggunakan ukuran antara 8 mesh hingga



10. Penyemprotan polen pada jaring Pelepasan serangga penyerbuk dilakukan pada saat cuaca sedang panas



agar polen dapat mudah terlepas dari serangga. Pelepasan serangga dilakukan pada waktu serangga sedang aktif yaitu antara pukul 09.00 sampai 11.00 WITA (Lubis dkk, 1989 dalam Meliala, 2008). Teknis pelepasan serangga penyerbuk dengan mengikatkan jaring pada bagian pinggang pemanen yang sedang bertugas pada blok yang telah ditentukan dan dibiarkan terbuka agar serangga tersebar merata pada blok tersebut (Gambar 11). Hal yang harus diperhatikan dalam Volume 05, Nomor 1, Edisi Mei 2019 pelepasan serangga penyerbuk adalah saat pelepasan serangga harus disesuaikan dengan jadwal pemanen yang bertugas pada blok tersebut sehingga serangga dalam jaring dapat diikatkan kepada para pemanen. Gambar 11. Jaring yang diikatkan kepada



serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus yang telah dilaksanakan di PT. Barito Putera Plantation dapat disimpulkan bahwa : 1.



Cara pengembangbiakan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus diawali dari menentukan blok sebagai tempat pengambilan inang larva kemudian dikembangbiakan dalam kotak hatch and carry mobile, kemudian dilepas pada blok dengan nilai fruit set dan fruit to bunch rendah serta populasi serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus pada blok tersebut kurang dari 20.000 ekor/ha.



2. Proses pelepasan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus yaitu dimulai dengan melakukan penyemprotan polen terhadap serangga pada jaring kotak hatch and carry mobile. Kemudian serangga dilepas pada pukul 09.00 hingga pukul 11.00 WITA dengan mengikatkan jaring yang terbuka pada pinggang pemanen pada blok yang telah ditentukan.



pemanen KESIMPULAN Dari kegiatan pengembangbiakan



20



Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur Kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) Di Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Penajam Paser DAFTAR PUSTAKA Utara, Kalimantan Timur. Zoo Indonesia. 21 (2) : 9-15 Alamsyah dkk. 2017. Alat Perangkap Hama Dengan Metode Cahaya UV Girsang, R, J. dkk. 2017. Biologi Serangga Dan Sumber Listrik Panel Surya. Penyerbuk Elaeidobius Kamerunicus Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika. Vol (Coleoptera: Curculionidae) Setelah 33 01. No (01) : 37 – 34 Tahun Diintroduksi di Sumatera Utara. Jurnal Agroekoteknologi FP USU. 5 Erniwati dan Kahono, S. 2012. (2) : 348-354 Keanekaragaman Dan Potensi Musuh Alami Dari Kumbang Elaeidobius



Hasibuan, A, A dan Sobari, E. Tt. Efek Ukuran Serbuk Sari dalam Penyerbukan Terhadap Perkembangan Buah Tanaman Kelapa Sawit. [Online].Tersedia:http://digilib.uinsgd .ac.id/4177/1/jurnal%20akmal%20pdf %20versi%20digil ib%20UIN.pdf. Diakses 8 Agustus 2018 Kahono, S dkk. 2012. Potensi Dan Pemanfaatan Serangga Penyerbuk Untuk Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit Di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Api Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Volume 05, Nomor 1, Edisi Mei 2019 Kalimantan Timur. Zoo Indonesia. Vol 21 (2) : 23-34 Lubis, F, I. dkk. 2017. Populasi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaedobius kamerunicus Faust Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Fruit Set Pada Tanah Berliat, Berpasir Dan Gambut Di Kalimantan Tengah Indonesia. Jurnal Agrikultura. 28 (1) : 39-46 Lumentut, N dan Hosang, M, L, A. 2016.



21



Demografi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) sebagai Serangga Polinator pada Tanaman Kelapa Sawit The Demographic of Elaeidobius kamerunicus Faust Beetle (Coleoptera: Curculionidae) as Insect Pollinators on Oil Palm Plant. Buletin Palma. Vol 17 (1) : 89-95 Meliala, R, A, S. 2008. Studi Biologi Serangga Penyerbukan Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : CurculionidaeI Elaeis gueneensis Jacq. Di laboratorium. Skripsi pada Universitas Sumatera Utara Prasetyo. A, E dan Susanto, A. Tt. Sejarah Elaeidobius kamerunicus di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Widiastuti, A dan Palupi, E, R. 2008. Viabiltias Serbuk Sari dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Pembentukan Buah Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.). Biodiversitas. 9 (1) : 35-38



Agrisains Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur