10 0 589 KB
PERILAKU HARIAN KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) PAMPANGAN KECAMATAN RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN DAILY BEHAVIOR SWAMP BUFFALO (Bubalus bubalis) PAMPANGAN RAMBUTAN DISTRICT BANYUASIN REGENCY SOUTH SUMATERA Aditya Yulistio1, Dr. Yuanita Windusari, S.Si, M.Si.2, Drs. Mustafa Kamal, M.Si2, 1 Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya 2 Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya email : [email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai perilaku harian dari empat varian kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (kerbau merah, kerbau hitam, kerbau Lampung, dan kerbau belang) di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2014, dengan tujuan mengetahui perilaku harian kerbau rawa Pampangan dalam upaya proses pembudidayaannya.Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode Focal Animal Samplingdimana kerbaudiikuti selama 20 menit dan diamati aktivitasnya selama 30 detik. Waktu pengamatan yaitu periode siang hari (09.00 sampai dengan 17.00 WIB) dan periode malam (20.00 sampai dengan 04.00 WIB). Hasil menyatakan bahwa kurang lebih 54% perilaku harian dari kerbau rawa adalah perilaku makan (Ingestive), sekitar 25% perilaku Allelomimetic, 13% merawat diri (Grooming), sekitar 4% perilaku membuang kotoran (Eliminative) dan sekitar 2% digunakan untuk perilaku Agonistic dan Shelter Seeking.Perilaku harian keempat varian kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan yang paling dominan dilakukan adalah perilaku makan (Ingestive) sekitar 54% dan perilaku yang paling sedikit dilakukan adalah perilaku Agonistic dan perilaku Shelter Seeking yaitu sekitar 2%. Berdasarkan hasil yang didapat diketahui perilaku keempat varian kerbau rawa yang diamati adalah sama. Kata Kunci : Kerbau Rawa Pampangan, Perilaku Harian
ABSTRACT Research of the daily behavior of the four variants of the swamp buffalo (Bubalus bubalis) Pampangan (red buffalo, black buffalo, Lampung buffalo, and mottlebuffalo) in Rambutan District, Banyuasin Regency, South Sumatra. The research was conducted from October to December 2014, the aim of knowing the daily behavior of swamp buffalo Pampangan in cultivation process. Observations were carried out by using the Focal Animal Sampling method that the buffalo was followed for 20 minutes and observed activity for 30 seconds. Observation time is the period during the day (09:00 am to 17:00 pm) and night period (20:00 pm to 04:00 am). The results stated that approximately 54% of the daily behavior of swamp buffalo is eating behavior (Ingestive), approximately 25% Allelomimetic behavior, 13% take care of themselves (Grooming), about 4% of behavior defecate (Eliminative) and approximately 2% is used for agonistic behavior and Shelter
Seeking. Daily Behavior fourth variant swamp buffalo (Bubalus bubalis) Pampangan most dominant done is eating behavior (Ingestive) approximately 54% and the behavior of the least performed is Agonistic behavior and ShelterSeekingbehavior which is about 2%. Based on the results obtained is known behavior of the four variants observed swamp buffalo is the same. Keywords : Swamp Buffalo Pampangan, Daily Behavior
keseluruhan aktifitas yang dilakukan dari
1. PENDAHULUAN bubalis)
suatu individu dalam kurun waktu sehari
Pampangan merupakan spesies endemik
atau 24 jam. Menurut Grier (1984),
Sumatera Selatan yang nyaris dilupakan
perilaku hewan dipengaruhi oleh dua
keberadaannya, karena hanya dimiliki
faktor yaitu faktor dalam dan faktor luari
oleh beberapa kawasan saja dengan
ndividu yang bersangkutan. Faktor dalam
tingkat populasi yang rendah. Kerbau
antara lain hormon dan sistem syaraf,
rawa Pampangan merupakan spesies asli
sedangkan faktor luar antara lain cahaya,
dan salah satu kekayaan plasma nutfah
suhu dan kelembaban. Faktor yang
Sumatera Selatan dengan penyebarannya
mempengaruhi
hanya meliputi Kecamatan Pampangan
rangsangan (Tanudimadja, 1985).
Kerbau
rawa
(Bubalus
perilaku
dinamakan
(Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten
Adapun perilaku harian ini adalah
Ogan Komering Ilir) serta Kabupaten
perilaku makan (Ingestive), perilaku
Banyuasin.
kecenderungan berkelompok dan terikat
Ciri
khas
kerbau
rawa
berkulit dan bulu warna hitam, kepala
pada
satu
aktivitas
yang
besar dan telinga panjang, tanduk pendek
(Alelomimetic),
dan melingkar ke arah belakang.
bertengkar, dan menghindar (Agonistic),
perilaku
sama
berselisih,
Kerbau rawa Pampangan terdiri dari
perilaku mencari tempat berteduh atau
4 variasi, yaitu kerbau Lampung, kerbau
perlindungan (Shelter seeking), perilaku
merah, kerbau belang, dan kerbau hitam.
membersihkan
Keempat jenis ini melakukan perkawinan
(Grooming), serta perilaku membuang
antar spesies atau inbreeding yang tinggi
kotoran (Eliminative).
sehingga menghasilkan keturunan yang
Penelitian
atau
ini
merawat
tubuh
bertujuan
untuk
harian
kerbau
acak. Hal ini yang mendasari sulitnya
mengetahui perilaku
pemeliharaan serta budidaya kerbau rawa
rawaPampangan, Kecamatan Rambutan,
Pampangan ini.
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Perilaku dapat diartikan sebagai ekspresi seekor hewan yang dituangkan dalam
bentuk
gerakan-gerakan
(Prijono, 1997). Menurut Scott (1987), perilaku dapat diartikan sebagai gerakgerik
organisme
rangsangan
untuk
dalam
memanfaatkan
memenuhi
tubuhnya
dengan
rangsangan
dari
lingkungannya.
Sedangkan
perilaku
harian
didefinisikan
sebagai
sendiri
2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2014 di Kecamatan
Rambutan,
Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan. Dengan titik koordinat: S 030 07’ 53,3” dan E 1040 56’ 39,1”.
pencatatan
perilaku
kerbau
rawa
(Bubalus bubalis) Pampangan. Individu yang terpilih haruslah memiliki kriteria yang aktif bergerak dan dalam kondisi kesehatan yang baik. Individu tersebut diikuti selama 20 menit dan diamati Lokasi Pengamatan
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di daerah Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan Alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah alat tulis, handycam,
aktivitasnya selama 30 detik. Waktu pengamatan yaitu kondisi terang (09.0017.00 WIB) dan kondisi gelap (20.0004.00 WIB). 2.1. Penandaan Objek Pengamatan
kamera digital, senter, stopwatch, dan
Objek pengamatan yaitu 4 variasi
teropong binokuler. Sedangkan bahan
kerbau rawa Pampangan yang telah
pengamatan adalah 4 variasi kerbau rawa
dipilih
(Bubalus bubalis) Pampangan, meliputi
menggunakan tali rafia warna cerah pada
kerbau belang, kerbau Lampung, kerbau
bagian
hitam, dan kerbau merah.
memudahkan pengamatan.
Jenis penelitian adalah observasional
dan
ditandai
lehernya
dengan
dengan
tujuan
2.2. Analisis Data
data
Data dianalisis secara deskriptif.
dilakukan dengan metode Focal Animal
Selain itu data yang didapat juga
Sampling
ditampilkan
deskriptif.
Cara yang
pengumpulan dimodifikasi
dari
secara
kuantitatif,
data
Martin dan Bateson (1993). Focal
tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel
Animal Sampling merupakan metode
dan grafik.
untuk mengamati semua kejadian berupa
digunakan
tindakan tertentu dari satu individu yang
dihitung dengan cara jumlah waktu yang
telah ditentukan dan dicatat selama
digunakan setiap perilaku dibagi dengan
periode sampel yang telah ditentukan.
jumlah waktu pengamatan dikalikan
Pengamat
100%.
juga
mencatat
panjang
Persentase kerbau
rawa
waktu yang Pampangan
danjumlah waktu binatang yang menjadi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
fokus penelitian.
3.1. Perilaku Harian Kerbau Rawa
Metode ini dapat
memberikan data yang sangat relevan, terutama jika hewan tetap dalam bidang pandang (Altman, 1974).
(Bubalus bubalis) Pampangan Berdasarkan
hasil
pengamatan
didapatkan persentase perilaku harian
Pengambilan dan pengamatan data
keempat varian kerbau rawa Pampangan
perilaku menggunakan satu ekor individu
sebagaimana ditampilkan pada Gambar
terpilih sebagai objek pengamatan dan
3.1. sebagai berikut :
persentase
lama
waktu
makannya
dengan selisih persentase sebesar 0,27%. Perilaku perilaku
makan
dominan
merupakan bagi
hewan
ruminansia. Menurut Rasyid (2008), perilaku
makan
hewan
ruminansia
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
hewan
karnivora
atau
omnivora. Aktivitas ruminansia terdiri dari aktivitas mengeluarkan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari dikeluarkan Gambar 3.1. Persentase perilaku harian kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (a) varian merah, (b) varian hitam, (c) varian Lampung, dan (d) varian belang di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Berdasarkan
data
yang
ada,
bolus kemulut hingga kerbau melakukan aktivitas mengunyah bolus. Aktivitas mengunyah bolus yaitu aktivitas dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari rumen ke mulut hingga aktivitas menelan
beberapa
bolus.
Aktivitas
diketahui pola harian dari keempat
menelan bolus yaitu aktivitas yang
varian kerbau rawa yang diamati relatif
dimulai dari bolus yang langsung ditelan
tidak berbeda (Gambar 3.1). Kondisi
setelah dikeluarkan dari rumen ke mulut
tersebut diduga akibat kebiasaan hidup
atau menelan bolus yang melalui proses
berkelompok dari kerbau rawa tidak
pengunyahan
berdasarkan
mengeluarkan bolus kembali.
variannya
saja,
tetapi
berbaur antar varian. 3.1. Perilaku Makan (Ingestive) varian merah yaitu 13 jam/hari atau sekitar 54,17%, relatif tidak berbeda dengan perilaku makan kerbau hitam sebesar 54%, kerbau Lampung 54,16%, dan kerbau belang 53,9%. Hal ini Ingestive
dan
tetap
berkelompok.
Mengunyah tetap dilakukan pada saat
Perilaku makan dari kerbau rawa
bahwa
akivitas
Cara makan dilakukan dengan cara berjalan
menunjukkan
hingga
dari
keempat varian kerbau rawa ini tidak memiliki banyak perbedaan dilihat dari
istirahat. Kerbau rawa makan dengan membungkukkan badan, mengeluarkan udara dari hidung dengan mendengusdenguskan ke rumput, menjilati hidung dan bibir bagian luar, menggerakkan telinga, mengibas-ngibaskan ekor dan menundukkan kepala, serta minum air yang berada di kanal-kanal
sekitar
padang
makan
rumput.
Aktivitas
dilakukan selama seharian penuh dari
pagi
hingga
sore
Aktivitas
waktu yang sama yaitu sebesar 25% atau
ruminansia di kandang banyak dilakukan
6 jam/hari. Gambar 3.3. merupakan
dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
tegak
hari.
dan
membaringkan
tubuhnya di tanah pada saat malam hari.
Gambar 3.2. Ingestive kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (a) varian merah, (b) varian hitam, (c) varian Lampung, dan (d) varian belang di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (Sumber : Dokumentasi Yulistio, 2014) 3.2.
Perilaku
Kecenderungan
Berkelompok dan Terikat Pada Satu
Alelomimetic.
Gambar 3.3. Alelomimetic kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (a) varian merah, (b) varian hitam, (c) varian Lampung, dan (d) varian belang di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (Sumber : Dokumentasi Yulistio, 2014) 3.3. Perilaku Berselisih, Bertengkar, dan Menghindar (Agonistic)
Aktivitas yang Sama (Alelomimetic) Agonistic
Kecenderungan terhadap perilaku berkelompok terlihat jelas pada hewan ini.
Hamdan
perilaku
(2006),
berkelompok
dengan
aktivitas
secara
bersamaan,
menjelaskan diindikasikan
beberapa
individu
seperti
aktivitas
berjalan beriringan, saling berhadapan atau membelakangi di tempat yang sama (di sekitar kandang atau di padang rumput), juga perilaku mengeluarkan suara saat terjadi ancaman. Pada siang hari koloni kerbau rawa secara bersamaAlelomimetic
keempat
varian
kerbau rawa merupakan perilaku paling sedikit yang dilakukan oleh kerbau rawa. Perilaku ini dilakukan hanya pada saat kondisi tertentu saja. Agonistic kerbau rawa varian merah hanya sekitar 2,08%, kerbau hitam 2%, kerbau Lampung 2,09%, dan kerbau belang 2,01% dari keseluruhan aktivitas kerbau. Selisih persentasenya sebesar 0,09%. Aktivitas ini
hanya
berlangsung
sekitar
30
menit.Menurut Ensminger (1991), makin lama waktu agonistic dari varian kerbau
sama berkubang di kanal. Perilaku
dari
dari
keempat varian kerbau rawa memiliki
rawa
makin
agresif
kerbau
varian
tersebut. Kerbau jantan memiliki tingkah laku berkelahi lebih tinggi dibandingkan
dengan betina. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas hormon testosteron. Agonitic lebih banyak terjadi pada saat kerbau mencari makan, atau pada saat kerbau jantan mendekati betina atau pada saat menguasai tempat untuk beristirahat. Perilaku ini juga biasa dilakukan pada saat masuk dan keluar kandang. Agonistic juga terlihat pada saat kerbau terusik oleh individu lainnya. Agonistic terlihat dengan nyata pada saat berdesakan (Wodzickaet al.,1991). Kerbau akan agresif pada saat diusik oleh jenis kerbau yang lain dengan mendengus-denguskan suara, mengibasngibaskan ekor, membenturkan kepala dan menandukkan tanduknya dengan lawannya, kepala antara dua kerbau yang berselisih itu menyatu dengan posisi bersampingan, kepalanya bergerak tidak karuan ke kanan dan ke kiri, kakinya bergerak maju mundur, serta badannya sering meloncat-loncat.Sesekali kerbau juga beradu fisik dengan membenturkan badan. Apabila terdapat salah satu yang kalah maka kerbau yang kalah akan berlari. Kerbau rawa ini sering berkelahi di pinggir kanal setelah ia berkubang.
Gambar 3.4. Agonistic kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (a) varian merah, (b) varian hitam, (c) varian Lampung, dan (d) varian belang di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (Sumber : Dokumentasi Yulistio, 2014) 3.4.
Perilaku
Mencari
Tempat
Berteduh (Shelter Seeking) Perilaku mencari tempat berteduh diamati sebagai aktivitas kerbau pada saatkeluar dari kandang (pukul08.00 WIB) dan saat kembali ke kandang (pukul
17.00
diperlukan
WIB).
untuk
Waktu
kegiatan
yang shelter
seeking sekitar 30 menit/hari. Persentase waktu shelter seekingd ari keempat varian kerbau rawa relatif sama yaitu kerbau rawa varian merah 2,08%,
kerbau
hitam
2%,
kerbau
Lampung 2,09%, dan kerbau belang 2,01% dari total waktu aktivitas harian. Selisih persentase dari shelter seeking keempat varian kerbau adalah sebesar 0,09%.
Serupa
dengan
aktivitas
agonistic, aktivitas shelter seeking juga jarang teramati. Gambar. 3.5. merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama shelter seeking.
Gambar 3.5. Shelter Seekingkerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (a) varian merah, (b) varian hitam, (c) varian Lampung, dan (d) varian belang di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (Sumber : Dokumentasi Yulistio, 2014) Umumnya perilaku mencari tempat berteduh dilakukan pada saat siang hari saat terik matahari atau pada saat hujan, dengan cara berteduh di bawah pohon. Perilaku
ini
ditunjukkan
dengan
berubahnya pergerakan kelompok kerbau dari padang rumput menjadi di sekitar pepohonan yang berada di padang rumput.
Shelter
Seeking
dengan
membaringkan
bawah
pohon
serta
dilakukan
badannya dengan
di
terus
cenderung tidak berbeda yaitu sekitar 3 jam/hari atau 13% dari total aktivitas harian kerbau. Waktu yang diperlukan untuk grooming dari varian merah dalah 12,5%,
di kandang pada saat malam hari yang digunakan untuk tidur. Shelter seeking juga digunakan untukberteduh dari panas serta hujan. Menurut Chaniago (1991), aktivitas
shelter
seeking
ditujukan
sebagai
proses
adaptasi
terhadap
lingkungannya
dan
untuk
hitam
13%,
kerbau
Lampung 13,2%, dan kerbau belang 12,8% dari total keseluruhan aktivitas hariannya.
Selisih
persentase
dari
grooming keempat varian kerbau adalah sebesar 0,7%. Menurut Surbakti (2012), berkubang merupakan hal yang sangat dibutuhkan
oleh
kerbau
rawa.
Chaniago (1991), menambahkan bahwa salah satu upaya beradaptasi adalah dengan mencari tempat berkubang untuk mempertahankan suhu tubuh ternak. Grooming dilakukan dengan cara
mengunyah dan menggerakkan telinga. Aktifitas berteduh juga dilakukan
kerbau
berendam di kanal. Berendam dilakukan dengan mencelupkan keseluruhan bagian badan kecuali bagian kepala. Pada saat berendam, kerbau rawa terus menggerakgerakkan
telinga,
serta
aktivitas
ruminansia tetap dilakukan. Kerbau rawa menyukai berendam pada bagian tengah kanal yang memiliki kedalaman yang lebih dalam dibanding bagian pinggir.
mempertahankan suhu tubuhnya.
Grooming juga dilakukan dengan saling 3.5.
Perilaku
Merawat
Diri
(Grooming) Grooming
menjilati tubuh kerbau. Sesekali kerbau Lampung mengibas-ngibaskan badannya
kegiatan
agar lumpur yang berada di tubuh kerbau
membersihkan kotoran baik di tubuh
tersebut hilang. Selain itu, kerbau rawa
sendirimaupun di tubuh kerbau lainnya.
juga
Kerbau rawa melakukan grooming pada
tubuhnya ke bagian pohon atau balok
saat bagun tidur atau pada saat selesai
kayu yang ada di dalam kandang.
makan.
Gambar.
Waktu
merupakan
untuk
melakukan
grooming dari keempat varian kerbau
menggesek-gesekkan
3.6.
merupakan
bagian
kegiatan-
kegiatan
yang
dilakukan
selama
grooming.
mengeluarkan urine adalah 3-4 menit dan mengeluarkan feses sekitar 10 detik atau rata-rata
1
jam/hari.
Sebelum
mengeluarkan fesesatau mengeluarkan urine,
kerbaumenggerakkan
mengangkat
ekornya.
dan
Kebiasaan
mengeluarkan feses dilakukan setelah kerbau berkubang. Selain itu, kebiasaan mengeluarkan feses dan urine dilakukan setelah Gambar 3.6. Grooming kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (a) varian merah menjilati bokong induknya, (b) varian hitam berkubang, (c) varian Lampung menjilati bokong induknya, dan (d) varian belang berkubang. (Sumber : Dokumentasi Yulistio, 2014) 3.6. Perilaku
kerbau
kandang.
masuk
Gambar.
atau
3.7.
keluar
merupakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama Eliminative.
Membuang Kotoran
(Eliminative) Pada saat pengamatan, perilaku membuang
kotoran
keempat
varian
kerbau rawa relatif sama dengan perilaku harian lainnya. Eliminative dari kerbau merah adalah 4,17%, kerbau hitam 4%, kerbau Lampung 3,8%, dan kerbau belang 4,1% dari total perilaku harian kerbau rawa. Selisih persentase dari eliminative
keempat
varian
kerbau
Gambar 3.7. Eliminative kerbau rawa (Bubalus bubalis) Pampangan (a) varian merah mengeluarkan feses, (b) varian hitam mengeluarkan urine, (c) varian Lampung mengeluarkan feses, dan (d) varian belang mengeluarkan urine. (Sumber : Dokumentasi Yulistio, 2014)
adalah sebesar 0,37%. Hamdan (2006),
4. KESIMPULAN DAN SARAN
menjelaskan perilaku membuang kotoran
4.1. Kesimpulan
dari seekor kerbau merupakan aktifitas
Berdasarkan penelitian yang telah
yang sangat fital, terutama pada hewan
dilakukan,
ruminansia yang membutuhkan waktu
kesimpulan sebagai berikut :
lama untuk memproses makanannya dan
1. Perilaku harian dari keempat varian
untuk mengeluarkan urine. Kerbau rawa Pampangan dalam hal
maka
dapat
diambil
kerbau rawa Pampangan yang paling sering
dilakukan
adalah
perilaku
mengeluarkan urine dengan cara berdiri.
makan (Ingestive) yaitu sekitar +54%
Waktu yang diperlukan untuk satu kali
dari
keseluruhan
perilaku
harian
kerbau rawa,sedangkan perilaku yang paling
jarang
perilaku
dilakukan
Agonistic
dan
adalah perilaku
Shelter Seekinghanya + 2%. 2. Perilaku harian yang diamati relatif sama
atau
tidak
berbeda
untuk
keempat varian kerbau rawa. 4.2. Saran Penelitian lebih detail mengamati perilaku harian dari keempat varian kerbau
rawa
Pampangan
untuk
memperoleh etogram.
DAFTAR PUSTAKA Altman, J. 1973. Observational Study of Behavior: Sampling Methods. Universitas of Chicago: Chicago. Diwyanto, K. & H. Handiwirawan. 2006. Strategi Pengembangan Ternak Kerbau: Aspek Penjaringan Dan Distribusi. Prosiding lokakarya nasional usaha ternak kerbau mendukung program kecukupan daging sapi. 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: Bogor.
About Sheep. J.Anim Sci. 69: 41554159. Grier, J.W. 1984. Biology of Animal Behavior. Times Miror/Mosby CollegePublishing. St. Louis: Misouri. Hamdan, A., E.S. Rohaeni & A. Subhan. 2006. Karakteristik Sistem Pemeliharaan Kerbau Rawa di Kalimantan Selatan. hlm.170-177. Prosiding Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Sumbawa, 4-5 Agustus 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerja sama dengan Direktorat Perbibitan, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Litbang Sumsel. 2013. Penelitian Habitat Kerbau Rawa Pampangan, Banyuasin. (http://sumsel.litbang.deptan.go.id/i ndex/plasmanutfah/kerbaupampangan). Martin, P., Bateson, P., 1993. Measuring Behaviour, An introducing guide. 2nd Ed.Cambridge University Press: Cambridge.
Fahimuddin, M. 1975. Domestic Water Buffalo. Oxford and IBH Publishing Co:New Delhi.
Rasyid, I.N. 2008. Tingkah Laku Ternak. Bahan Ajar Fakultas Peternakan UniversitasJenderal Sudirman: Purwokerto.
FAO. 2000. Water Buffalo : An Asset Undervalued. FAO Regional Office for Asia and The Pasific. Bangkok: Thailand.
Scott, J. P. 1987. Animal Behavior. 2ndEd. The University of Chicago Press:Chicago.
Frandson, R. D., 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-7. Diterjemahkan oleh Srigandono, B. dan Praseno, K. UGM Press: Yogyakarta. Gonyou, H.W. 1991. Behavioral Methods to Answer The Question
Tanudimadja, K. & S. Kusumamihadja. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Diktat Jurusan Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Wanapat M. 2001. Swamp Buffalo Rumen Ecology and Its Manipulation. Proceeding Buffalo. Workshop Desember 2001.
WodzickaTomaszewska, M.I.K. Sutama, I.G. Putu dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi,Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Penerbit: PT. Gramedia PustakaUmum: Jakarta.