Jurnal Psikologi Industri Dan Organisasi PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi http://url.unair.ac.id/cf758369 e-ISSN 2301-7090



ARTIKEL PENELITIAN



HUBUNGAN ANTARA CYBERLOAFING DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA KARYAWAN Nadira Desangga Putri Dr. Fajrianthi, M.Psi., Psikolog Departemen Psikologi Industri dan Organisasi, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga



ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara cyberloafing dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Cyberloafing merupakan penggunaan internet untuk keperluan pribadi karyawan saat bekerja bukan hanya menggunakan fasilitas kantor, melainkan gadget milik pribadi (Doorn, 2011). Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah suatu bentuk perilaku extra-role yang tidak berhubungan dengan sistem reward formal dan secara menyeluruh dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektifitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertipe explanatory, karena bertujuan untuk menjelaskan hubungan antar variabel-variabel penelitian melalui uji hipotesis. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah cyberloafing (X) dan variabel terikatnya adalah Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y). Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara cyberloafing dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi cyberloafing, semakin tinggi pula OCB yang dimunculkan. Kedua variabel ini memiliki nilai koefisien relasinya sebesar 0,729 dan signifikansi sebesar 0,000. Kata kunci: cyberloafing, organizational citizenship behavior ABSTRACT This study attempts to examine whether there is a relationship between cyberloafing with Organizational Citizenship Behavior (OCB). Cyberloafing can be defined as the use of the internet for personal interests of employees while working, not only using company facilities, but rather a personal gadget (Doorn, 2011). Organizational Citizenship Behavior (OCB) is a form of extra-role behavior that is not related to the formal reward system and can thoroughly contribute to the improvement of organizational effectiveness (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). This research is explanatory quantitative research, as it aims to explain the relationship between the research variables through hypothesis testing. The independent variable in this research is cyberloafing (X) and the dependent variable is Organizational Citizenship Behavior (Y). The results of this study indicate that there is a positive correlation between cyberloafing with Organizational Citizenship Behavior (OCB). It shows that the higher the cyberloafing, the higher OCB in employees. The coefficient value between cyberloafing and OCB is 0.729 and the significance is 0.000. Key words: cyberloafing, organizational citizenship behavior



Hubungan antara Cyberloafing dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan *Alamat korespondensi: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Kampus B Universitas Airlangga Jalan Airlangga 4-6 Surabaya 60286. Surel: [email protected]



PENDAHULUAN Katz (1964 dalam Smith, Organ, & Near, 1983) menyatakan terdapat tiga tipe perilaku karyawan yang merupakan kunci suatu perusahaan untuk meningkatkan efektivitas secara keseluruhan, diantaranya karyawan wajib menjalankan tugas dengan baik melalui cara yang dapat diandalkan, kedua karyawan harus melakukan kegiatan secara spontan dan memiliki inovasi dalam menggapai tujuan dari organisasi yang melebihi spesifikasi dari tanggungjawab yang dimiliki masingmasing, ketiga karyawan harus tetap setia terhadap sistem organisasi yang berlaku. Beroperasinya suatu perusahaan bergantung pada aktivitas karyawannya seperti perilaku kerjasama, perilaku yang mengarah ke positif, perilaku menolong, dan perilaku altruisme. Perilaku-perilaku tersebut menunjuk pada perilaku yang didefinisikan Organ, dkk (2006) sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB). Perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) menjadi topik yang cukup menarik dari para akademisi maupun para praktisi di dunia bisnis. Menurut Widyana, 2014 diperlukan banyak penelitian mengenai OCB dikarenakan banyak organisasi sekarang yang menjalakan sistem team dalam bekerja (Widyana, 2014). Hofstede (dalam Purba dan Seniati, 2004) mengutarakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai taraf kolektivistik yang cukup tinggi, dimana hal tersebut berarti kepentingan kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan individu, sehingga di negara ini memiliki sistem kerja tim yang berkembang secara pesat (Purba & Seniati, 2004). Pentingnya OCB juga dilihat dari adanya tingkat keadaan OCB yang rendah pada kantor-kantor pelayanan publik yang menangani masalah birokrasi pada kantor pemkot, kantor pemkab, dan kantor kecamatan (Suharti, 2017). Pada penelitian Muslim & Megawati (2013) menyatakan bahwa pada populasi tertentu di Indonesia mempunyai tingkat OCB yang rendah dan kurang memadai untuk kepentingan perusahaan. Banyak karyawan yang kurang memiliki kesadaran untuk melakukan pekerjaan diluar tanggung jawabnya yang tentu berdampak pada perusahaannya (Megawati & Muslim, 2013). Karyawan diharapkan mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan job description (in-role) secara maksimal, namun organisasi juga mengharapkan karyawan untuk mampu melakukan tugas di luar tugas pokok (extra-role). Perilaku extra-role tersebut dapat memberikan konsekuensi positif bagi karyawan maupun organisasi. Hal tersebut ditunjukkan dari karyawan yang dapat terhubung satu sama lain antar rekan kerja dari segi psikologis maupun sosial. Karyawan juga dapat meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan berdampak pada keefektifan organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). Menurut Organ, Podsakoff, dan MacKenzie, 2006 Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah suatu perilaku individu yang termasuk dalam bentuk extra role bebas, dimana perilaku tersebut tidak berkaitan secara langsung dan tidak eksplisit diakui oleh sistem reward formal dari organisasi yang bersangkutan, dan secara menyeluruh dapat memberikan dampak baik bagi peningkatan efektifitas fungsi dan organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). Banyak faktor yang menyebabkan OCB menurut penelitian terdahulu antara lain faktor sikap individu (meliputi komitmen organisasi, persepsi keadilan organisasi, kepuasan kerja, faktor karakteristik individu (meliputi conscientiousness, positive affectivity, agreeableness) dan faktor lingkungan kerja (kepemimpinan, dukungan organisasi, karakteristik tugas (Dash & Pradhan, 2014). Dalam memunculkan perilaku OCB, dimana OCB merupakan salah satu bentuk perilaku yang menguntungkan bagi perusahaan dan biasanya merupakan perilaku yang berkaitan dengan hal positif, tetapi dalam penelitian selanjutnya terdapat hasil yang berbeda dari sebelumnya. Berdasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Spector & Fox (2010) menjelaskan bahwa perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) memiliki hubungan dengan hal negatif pula. Hal negatif yang dimaksud adalah Counterproductive Work Behavior (CWB) yang memiliki hubungan dengan OCB (Spector & Fox, 2010). Menurut Spector & Fox (2010) individu yang terlibat dalam Counterproductive Work Behavior Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Tahun, Vol. X, pp



2



Hubungan antara Cyberloafing dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan (CWB) akan merasa bersalah setelah melakukan perilaku tersebut. Hal tersebut membuat individu cenderung terlibat dalam perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebagai bentuk kompensasi. Individu yang terlibat dalam CWB berusaha mengimbangi apa yang telah mereka lakukan dan menutupi rasa bersalah mereka dengan melakukan OCB (Spector & Fox, 2010). Penelitan lain dilakukan oleh Bukhari & Ali (2009) tentang hubungan antara Counterproductive Work Behavior (CWB) dan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya bahwa terdapat hubungan negatif diantara kedua variabel tersebut. Karyawan yang terlibat dalam Counterproductive Work Behavior (CWB) yang rendah akan menimbulkan OCB yang tinggi (Bukhari & Ali, 2009). Penelitian dilakukan oleh Lim & Rajah (2011) mendukung penjelasan sebelumnya dimana perilaku counterproductive yang berkaitan dengan OCB salah satunya adalah cyberloafing. Cyberloafing merupakan penggunaan internet untuk keperluan pribadi karyawan saat bekerja bukan hanya menggunakan fasilitas kantor, melainkan gadget milik pribadi (Doorn, 2011). Terdapat berbagai perspektif dalam memandang dampak dari cyberloafing. Beberapa penelitian terdahulu mengatakan bahwa cyberloafing membawa dampak negatif bagi perusahaan. Cyberloafing dapat meningkatkan aksesibilitas ke jaringan perusahaan yang menyebabkan masalah keamanan dan paparan virus dan hacker (Ozler & Polat, 2012). Pengolahan informasi yang mengganggu di tempat kerja melalui cyberloafing menghabiskan sumber kognitif yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas di tempat kerja (Lim & Chen, 2009). Cyberloafing juga dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan efisien penggunaan sumber daya jaringan, mengakibatkan sebuah organisasi tidak kompetitif (Liberman B, Seidman, McKenna, & Buffardi, 2011). Dalam perspektif lain, cyberloafing justru memberikan dampak positif bagi karyawan maupun organisasinya. Cyberloafing dapat membantu karyawan dari kebosanan, kelelahan, dan stres, dapat meningkatkan kepuasan kerja, kreatifitas, kesejahterahan, sebagai bentuk rekreasi dan pemulihan karyawan, dan membuat karyawan lebih bahagia (Vitak, Crouse, & LaRose, 2011). Cyberloafing berfungsi sebagai “mainan kantor” yang dapat mengurangi stres atas pekerjaannya dan meningkatkan kreatifitas karyawan (Anandarajan & Simmers, 2005). Cyberloafing memberikan efek positif bagi karyawan sehingga karyawan dapat memunculkan perilaku inovatif yang berguna bagi perusahannya (Yogun, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lim & Rajah (2011) nyatanya Cyberloafing adalah salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap munculnya perilaku OCB. Perilaku cyberloafing yang diperkuat dengan teknik netralisasi nantinya akan memunculkan perilaku OCB. Cyberloafing yang dilakukan oleh para karyawan nyatanya menimbulkan rasa bersalah karyawan sehingga karyawan tersebut berusaha di imbangi dengan memunculkan perilaku yang melebihi deskripsi pekerjaannya yakni perilaku OCB (Lim & Rajah , 2011). Penelitian terkait hubungan antara cyberloafing dan perilaku OCB sampai saat ini dirasa masih kurang khususnya di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan hasil yang berbeda diantara kedua variabel penelitian. Maka dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kedua variabel. Dengan demikian, penelitian ini berfokus untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara cyberloafing dengan perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB). METODE Tipe penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Berdasarkan tujuannya, tipe penelitian adalah explanatory research yang menjelaskan terkait hubungan atau pengaruh antara variabelvariabel penelitian. Tujuan dari penelitian explanatory research adalah untuk menguji hipotesis yang telah dibuat dari suatu teori yang menjelaskan variabel penelitian (Neuman, 2007). Penelitian ini ingin menguji hubungan variabel dengan metode survei. Pada penelitian survei, penulis tidak melakukan manipulasi pada situasi yang ada untuk melihat reaksi subjek melainkan penulis hanya memproses Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Tahun, Vol. X, pp



3



Hubungan antara Cyberloafing dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan hasil dari jawaban yang diberikan oleh subjek. Teknik survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner tertulis pada sejumlah subjek, tanpa ada pengkondisian terhadap subjek (Neuman, 2007). Penelitian ini dilakukan pada karyawan perusahaan X di pasuruan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 113 subjek. Alat ukur yang digunakan adalah skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) dengan menggunakan skala terjemahan dari Psychometric Properties of Podsakoff’s OCB Scale in the Asia Context yang telah perbarui oleh Kumar dan Shah (2015) dengan menyesuaikan konteks budaya di Asia. Reliabilitas yang didapatkan sebesar 0,775-0,891. Variabel cyberloafing diukur menggunakan a multi dimensional construct of cyberloafing (Doorn, 2011) dengan reliabilitas sebesar 0,739-0,910. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 22 for Windows. HASIL PENELITIAN



Hasil analisis statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel bersifat normal dan linear sehingga menggunakan pearson correlation. Hipotesis penelitian ini diterima yang berarti bahwa terdapat hubungan antara cyberloafing dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan Perusahaan X di Pasuruan dengan nilai r adalah 0,729 dan nilai p adalah 0,000 dimana nilai p kurang dari 0,05. Kekuatan korelasi antara kedua variabel tersebut masuk dalam kategori kuat (r=0,729; 0,5≤r≤1). Berdasalkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa terjadinya perubahan tingkatan perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan berhubungan dengan tinggi rendahnya karyawan melakukan cyberloafing. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya terkait cyberloafing dan OCB oleh Lim dan Rajah (2011), yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara cyberloafing dan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Penelitian ini menyatakan bahwa orang yang terlibat cyberloafing akan merasakan rasa bersalah, sehingga mengompensasi perasaan bersalah tersebut atau meringankan beban bersalahnya dengan memunculkan perilaku yang positif yakni OCB. Karyawan mengganggap cyberloafing merupakan hal yang menyimpang, untuk itu mereka berusaha memperbaiki situasi yang ada dengan melakukan peran extra role dalam pekerjaannya seperti membantu rekan kerja mereka (Spector & Fox, 2010). Mekanisme yang kedua, dijelaskan oleh Ilies, Fulmer, Spitzmuller dan Johnson (2009) bahwa seseorang yang mempunyai pengaruh negatif dari suatu hal cenderung akan melakukan perilaku OCB untuk meredakan emosi negatif tersebut. Oleh karena itu, cyberloafing dan OCB terkait dalam mekanisme tersebut. Seseorang yang terlibat dalam perilaku menyimpang seperti cyberloafing, maka seseorang tersebut cenderung berada dalam kondisi mood negatif. Sehingga, untuk melepaskan diri dari pengaruh negatif tersebut, seseorang tersebut melakukan perilaku OCB untuk merasa lebih baik (Lim & Rajah , 2011). Peneliti memberikan hasil analisis statistik tambahan yang bertujuan untuk melihat apakah Organizational Citizenship Behavior (OCB) berhubungan dengan setiap dimensi dari variabel cyberloafing yakni, cyberloafing activity dan cyberloafing behavior. Masing-masing dari dimensi cyberloafing juga memiliki subdimensi yang akan dihubungkan juga dengan OCB. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara cyberloafing activity dengan OCB (ρ=0,00; p>0,05) dan cyberloafing behavior dengan OCB (ρ=0,000; p>0,05) serta keduanya memiliki nilai positif dimana kekuatan dari hubungan tersebut termasuk dalam kategori yang kuat. Maka dari itu, semakin tinggi nilai cyberloafing karyawan Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Tahun, Vol. X, pp



4



Hubungan antara Cyberloafing dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan



baik dalam aktivitas maupun perilaku, semakin tinggi pula tingkat perilaku OCB karyawan yang dimunculkan dalam pekerjaan di organisasi tempat karyawan bekerja. Penelitian Lim dan Rajah (2011) juga menjelaskan bahwa keterkaitan cyberloafing dan OCB berdasarkan dimensi-dimensi dari cyberloafing. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa semua dimensi cyberloafing yang termasuk dalam cyberloafing activity berhubungan positif terhadap OCB kecuali, dalam non-work email. Dimensi tersebut berhubungan negatif dengan OCB-O. Hal ini dijelaskan karena non-work email berkaitan dengan email pribadi seseorang dan jelas tidak ada kaitannya dengan pekerjaan mereka. Seseorang yang melakukan non-work email tinggi akan melakukan OCB yang rendah. Sedangkan pada dimensi browsing dan cyberloafing interactive akan berhubungan positif dengan perilaku OCB. Penjelasan dimensi cyberloafing behavior berhubungan dengan perilaku OCB dimana karyawan melakukan cyberloafing dalam kategori recovery behavior adalah karyawan melakukan cyberloafing dengan tujuan untuk beristirahat, bersantai atau menghilangkan kebosanan dari pekerjaan mereka. Karyawan tersebut mencoba membuat suasana hati atau mood menjadi positif. Karyawan yang berada dalam kondisi baik atau suasana hati positif lebih cenderung akan melakukan perilaku OCB dibandingkan dengan karyawan yang berada salam suasana hati negatif. Karyawan tersebut bersedia melakukan OCB karena mendapat pengaruh positif dari keadaan mereka dan sebagai sarana untuk mempertahankan atau memperpanjang keadaan positif mereka. Karyawan yang merasa baik lebih cenderung melihat hal-hal disekitarnya lebih positif, seperti situasi dari rekan kerja dan organisasi yang pada umumnya dianggap lebih pantas untuk mendapat bantuan diluar tanggung jawabnya (Isen, dkk 1978 dalam Williams & Shiaw, 1999). DISKUSI



Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya Cinar dan Karcioglu (2015) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara cyberloafing dan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa cyberloafing tidak dapat memprediksikan OCB secara positif. Hal tersebut dikarenakan dua variabel tersebut memiliki konsep yang berbeda. Cyberloafing tidak menyebabkan perilaku OCB dan sebaliknya. Hasil yang didapat, menemukan bahwa cyberloafing yang dimiliki oleh karyawan rendah dan membuat perilaku OCB tinggi. Hal tersebut tentu bertolak belakang dengan penelitian ini (Cinar & Karcıoglu, 2015). Perbedaan hasil penelitian dapat didasari dari beberapa alasan. Terdapat beberapa penelitian terkait dua variabel ini menggunakan alat ukur yang berbeda satu sama lain. Tidak banyak penelitian terdahulu yang fokus meneliti dua variabel ini. Beberapa hasil penelitian sebelumnya lebih banyak membahas hubungan yang terjadi antara cyberloafing activity dan OCB daripada cyberloafing behavior dengan OCB. Oleh karena itu masih terdapat beberapa hasil yang berbeda terkait penelitian ini dan cukup sulit mencapai sebuah kesimpulan terkait hubungan cyberloafing dan OCB. SIMPULAN



Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini telah terjawab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara cyberloafing dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan. Hasilnya adalah hipotesis penelitian ini diterima yakni terdapat hubungan antara cyberloafing dan Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Tahun, Vol. X, pp



5



Hubungan antara Cyberloafing dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan



Organizational Ciitizenship behavior (OCB) pada karyawan. Didapatkan sumbangan nilai korelasi antar kedua variabel sebesar 0,729 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000 (p