Jurnal Refleksi - Dyah Putri Fitrianingtyas - Pembelajaran Sosial Emosional [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Dyah Putri Fitrianingtyas NIM : 223113914863 Kelas : PGSD-07 JURNAL REFLEKSI SEMINAR PENDIDIKAN PROFESI GURU – MATA KULIAH PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL Nama Mata kuliah



Pembelajaran Sosial Emosional



Review pengalaman belajar.



Dalam mata kuliah Pembelajaran Sosial Emosional ini saya mempelajari 5 topik pembelajaran, diantaranya : a. Topik 1 (Kompetensi Sosial Emosional berdasar Kerangka Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL)) Pada topik ini saya mempelajari tentang kompetensi sosial berdasarkan kerangka CASEL. Pembelajaran sosial emosional merupakan Pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah, Guru mendidik hati dan jiwa si anak untuk menjadi lebih baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran serta merasa terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah. Dalam CASEL ini terdapat komponenkomponen yang harus guru pahami diantara lain adalah : 1. Self awareness (Kesadaran diri) Kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilainilai yang mempengaruhi perilaku dalam berbagai situasi. 2. Self management (Manajemen diri) Kemampuan untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif pada situasi yang berbeda. 3. Responsible decision making (Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) Membuat pilihan yang tepat dan konstruktif pada situasi tertentu. 4. Social awareness (Kesadaran sosial) Kemampuan memahami perspektif yang berbeda termasuk berempati terhadap kondisi individu dengan latar belakang yang berbeda. 5. Relationship skills (Keterampilan sosial) Kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan/relasi yang sehat dan efektif dengan individu dari latar belakang yang berbeda. Tujuan dari pembelajaran sosial emosional adalah supaya dapat mengenali dan mengelola emosi, menyelesaikan masalah,



mengembangkan relasi sosial yang baik, dapat berempati, membuat keputusan yang tepat dan dapat bertanggung jawab. Pada topik ini saya juga mempelajari bagaimana menyusun sebuah modul ajar atau RPP berdasarkan dengan CASEL. Adapula Teknik yang telah saya pelajari untuk dapat mengatur sosial emosional saat proses belajar mengajar adalah dengan STOP. STOP sendiri merupakan singkatan dari : S = Stop (Berhenti sejenak) T = Take A Breath (Ambil nafas sejenak) O = Observasi P = Proceed (Lanjutan) b. Topik 2 (Peran Guru sebagai Teladan Pembelajaran Keterampilan Sosial Emosional (CASEL)) Dalam mempelajari topik 2 ini, saya menyadari bahwa peran guru dalam pembelajaran sosial emosional sangatlah penting untuk peserta didik. Novick, Kress, & Elias (2002), menjelaskan bahwa ada tiga hal yang harus guru lakukan sebagai pendidik dan agen perubahan: 1. Kepedulian (caring relationship) sebagai dasar pembelajaran Selama pembelajaran, hubungan antara peserta didik dengan guru, mentor, instruktur adalah hal yang penting. Hubungan ini akan membuat peserta didik bisa mengeksplorasi, berani bertanya, mengemukakan pendapat bahkan mengekpresikan diri. 2. Emosi mempengaruhi suasana belajar dan bagaimana pembelajaran dapat diterima peserta didik Peserta didik yang belajar dengan situasi yang menyenangkan, merasakan lingkungan kelas yang menyenangkan dan kondusif akan cenderung bisa menikmati kelasnya. 3. Tujuan yang mau dicapai dan pemecahan masalah mengarahkan individu (guru atau peserta didik) dan juga memberikan motivasi/energi untuk melakukan pembelajaran. Adanya tujuan dan pemecahan masalah yang terjadi di kelas dan lingkungan sekolah akan membantu guru dan peserta didik untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan dengan tepat. Misalnya guru mengetahui tujuan pembelajaran dan mengetahui fungsi aktivitas yang dilakukan, maka guru dapat menikmati proses mengajar. Begitu juga peserta didik yang mengetahui tujuan pembelajaran dan aktivitas yang ada akan lebih termotivasi karena mengetahui tujuan aktivitas tersebut.



Pada topik ini saya juga mempelajari tantangan atau hambatan dalam menerapkan sosial emosional diantara lain : 1. Kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya keterampilan sosial dan emosional ketika di sekolah, Hal ini dikarenakan masih belum disebarluaskannya pembelajaran sosial emosional. Sehingga langkah nyata yang dapat sekolah lakukan adalah menyediakan pelatihan khusus bagi pendidik dan peserta didik tentang PSE. 2. Kurikulum yang padat dan keterbatasan waktu menyebabkan pendidik lebih fokus terhadap ketuntasan penyampaian materi pembelajaran. Sehingga sedikit pendidik yang menerapkan pembelajaran sosial emosional di kelas. 3. Keterbatasan sumber daya dan kurangnya dukungan orang tua. Setelah mempelajari Pembelajaran Sosial Emosional pada topik ini, ada pula program yang saya persiapkan sebelum mengajar PSE di kelas diantara lain adalah : 1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik 2. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang mengandung unsur sosial emosional 3. Menerapkan pembelajaran sosial emosional di kelas membangun hubungan interpersonal yang positif kepada warga sekolah 4. Melakukan evaluasi setiap kali selesai mengajar 5. Menyusun rencana tindak lanjut untuk perbaikan pembelajaran sosial emosional 6. Menerapkan rencana tindak lanjut pada pembelajaran berikutnya c. Topik 3 (Experiential Learning) Pada topik ini saya menyadari bahwa belajar adalah suatu proses dan bukan hanya dilihat dari pembelajaran didalam kelas saja seperti membaca, menghafal, dan menulis, namun pembelajaran yang didapatkan melalui pengalaman atau kegiatan praktik secara langsung itu juga sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Experiential learning juga dikenal dengan learning through action or experience adalah proses yang melibatkan konstruksi pengetahuan dimana guru sebagai agen harus kreatif dan juga harus bisa mendorong kreativitas peserta didik. Guru juga harus bisa memberikan materi sesuai dengan tuntutan zaman. Guru adalah fasilitator. Proses pembelajaran ini melibatkan siklus dasar yaitu mengalami (experiencing), refleksi diri (reflecting), berpikir (thinking),



melakukan (acting). Pada experiental learning terdapat 4 tahap yaitu concrete experience (tahap pengalaman nyata), reflective observation (tahap observasi), abstract conceptualization (tahap konseptualisasi) dan active experimentation (tahap implementasi). Berdasarkan keempat tahap experiential learning, agar proses belajar menjadi efektif, peserta didik dituntut untuk memiliki 4 kemampuan, yaitu: 1. Dalam tahap concrete experience, peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk merasakan, yakni peserta didik mampu melibatkan diri secara penuh dalam pengalaman. 2. Dalam tahap reflection observation, peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk mengamati, karena pada tahap ini peserta didik akan melakukan observasi dan merefleksikan pengalaman dari berbagai segi. 3. Dalam tahap abstract conceptualization, peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk berpikir, karena peserta didik akan menciptakan sejumlah konsep yang mengintegrasi hasil observasinya menjadi sebuah teori. 4. Dalam tahap active experimentation, peserta didik perlu memiliki kemampuan untuk melakukan, yakni peserta didik mampu menggunakan konsep atau teori untuk memecahkan berbagai masalah dan mengambil sebuah keputusan. Refleksi pengalaman Berdasarkan pengalaman saya dalam mengikuti mata kuliah Pembelajaran Sosial Emosional terdapat topik yang menurut saya belajar yang dipilih menarik yaitu topik 3 mengenai Experiental Learning. Pada topik ini saya mempelajari bagaimana seorang guru dapat menjadi fasilitator peserta didik untuk dapat mengembangkan ide-ide kreatifnya berdasarkan pengalaman yang telah mereka ketahui baik pengalaman yang sesudah dilakukan atau sebelum dilakukan. Pada topik ini juga menyangkut dengan pengalaman belajar saya selama mengikuti proses PPL 1 di sekolah mitra. Pada proses PPL 1, saya melaksanakan proses siklus Plan, Do, and See dimana itu merupakan Experiential Learning Cycles. Dimana pada tahap concrete experience, saya sudah memiliki kemampuan untuk melibatkan diri secara penuh saat menjadi guru model disekolah mitra PPL tersebut. Kedua yakni pada tahap reflection observation, saya telah mampu dan telah melaksanakan proses observasi disekolah secara menyeluruh dan merefleksikan apa yang telah saya lalui dari berbagai segi. Selanjutnya adalah tahap abstract conceptualization, dimana saya telah menciptakan sejumlah konsep yang mengintegrasi hasil observasi menjadi



sebuah teori atau pemahaman. Keempat active experimentation, pada tahap ini saya telah membuat keputusan atau action (do) dari hasil yang telah saya dapatkan dari tahap-tahap sebelumnya seperti saya telah melaksanakan proses siklus do yaitu saya menjadi guru model untuk mengajar dikelas. Mempelajari mengenai konsep experiential learning adalah salah satu topik yang penting untuk dipelajari sebagai seorang guru. Analisis artefak Berikut saya lampirkan link tautan visual artefak pembelajaran yang mendukung hasil refleksi pengalaman belajar yang telah saya pembelajaran buat mengenai matakuliah Pembelajaran sosial emosional. https://www.notion.so/dyahputrifitrianingtyas-223113914863pgsd/Pembelajaran-Sosial-Emosionalec61ce3c24cc420f9fc81cfc6fa09ae1?pvs=4 Link tersebut berisikan seluruh artefak pembelajaran sosial emosional dari topik 1 sampai topik 5 beserta tugas UTS dan UAS. Pembelajaran bermakna Pembelajaran bermakna yang saya dapatkan setelah mempelajari pembelajaran sosial emosional adalah bahwa guru (good practices) dan peserta didik memahami pentingnya pembelajaran sosial emosional dalam pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan akademik. Mereka juga memahami bagaimana pembelajaran sosial emosional dapat membantu mereka mengembangkan empati, hubungan interpersonal yang positif, dan keterampilan pengambilan keputusan yang baik. Guru dan peserta didik juga memahami bahwa PSE tidak hanya berfokus pada mengatasi perilaku negatif, tetapi juga membantu mereka untuk memperkuat kualitas hubungan interpersonal, membangun rasa percaya diri dan kemandirian, serta meningkatkan keterampilan komunikasi yang efektif. Pembelajaran bermakna lainnya adalah bahwa pembelajaran sosial emosional harus dimulai dari tahap awal pendidikan yaitu dikeluarga dan terus ditingkatkan pada setiap tingkat pendidikan, agar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Selain itu, pembelajaran sosial emosional juga membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk guru, orang tua, dan masyarakat, untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan positif bagi semua peserta didik.